KIMIA DASAR
TIM PENYUSUN
Rifan Fathoni, S.T., M.T.
Ari Susandy Sanjaya, S.T., M.T.
Novy Pralisa Putri, S.T., M.Eng.
Mardiah, S.T., M.T.
Helda Niawanti, S.T., M.T.
2017
i
NAMA
..........................
NIM
..........................
PROGRAM STUDI
..........................
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penyusunan Penuntun Praktikum Kimia Dasar Tahun Ajaran 2017/2018
dapat terselesaikan.
Penuntun praktikum ini disusun untuk mempermudah kegiatan praktikum Kimia Dasar yang
dilaksanakan oleh mahasiswa fakultas teknik Universitas Mulawarman tahun ajaran 2017/2018.
Penuntun ini terdiri dari 8 judul praktikum yang masing-masing diawali dengan pemaparan
tujuan percobaan secara umum serta teori yang mendasari percobaan. Selanjutnya terdapat
metodologi percobaan yang terdiri dari pemaparan bahan dan alat yang digunakan maupun
prosedur kerja yang telah dijabarkan sejelas mungkin. Data pengamatan yang diperoleh selama
melaksanakan praktikum dapat diisikan pada laporan sementara untuk kemudian digunakan
sebagai data yang valid dalam melakukan perhitungan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut aktif membantu
penyusunan Penuntun Praktikum Kimia Dasar ini. Penyusun menyadari bahwa dalam buku ini
masih jauh dari sempurna. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penyusun akan terbuka untuk
menerima kritik yang membangun demi kesempurnaan penuntun ini.
Semoga Penuntun Praktikum Kimia Dasar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tim Praktikum
Kimia Dasar
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN
1. Semua praktikan wajib mematuhi dan mengikuti rangkaian kegiatan praktikum yang telah
dijadwalkan sebelumnya. Apabila tidak dapat mengikuti rangkaian kegiatan praktikum,
maka harus ada pemberitahuan secara lisan dan tertulis.
2. Semua praktikan wajib mengisi daftar hadir sebagai bukti kehadiran.
3. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai. Keterlambatan lebih dari 10
menit tanpa alasan yang jelas tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
4. Semua praktikan wajib menggunakan alat pelindung diri berupa jas lab, sepatu tertutup,
masker dan sarung tangan.
5. Sebelum melaksanakan kegiatan praktikum, praktikan wajib mengikuti responsi selambat-
lambatnya satu hari sebelum jadwal praktikum dilaksanakan.
6. Praktikan diwajibkan membuat laporan sementara setelah praktikum selesai dan telah
disetujui oleh asisten yang bersangkutan.
7. Untuk dapat mengikuti kegiatan praktikum selanjutnya, praktikan wajib mengumpulkan
laporan mingguan dari praktikum sebelumnya kepada asisten yang bersangkutan.
8. Tidak ada inhall atau penjadwalan ulang praktikum bagi praktikan yang tidak dapat
mengikuti kegiatan praktikum.
9. Peralatan yang telah digunakan, wajib dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya.
Bahan-bahan yang digunakan wajib dikembalikan ke tempat semula.
10. Praktikan yang meninggalkan ruang laboratorium, harus melapor pada asisten atau
koordinator praktikum.
11. Selama berada di area praktikum atau berlangsungnya praktikum, dilarang makan dan
minum serta handphone dinonaktifkan atau dalam mode silent.
12. Setiap kerusakan atau pemecahan alat, baik dilakukan perorangan maupun kelompok wajib
melaporkan pada asisten dan diwajibkan untuk mengganti hingga batas waktu akhir
praktikum. Apabila praktikan masih mempunyai tanggungan untuk mengganti alat yang
rusak, praktikan tidak dapat mengikuti ujian akhir praktikum.
13. Peraturan yang belum tercantum dalam tata tertib ini, akan diatur oleh asisten atau
koordinator praktikum.
14. Peraturan ini akan tetap berlaku sampai adanya peraturan baru.
iv
DAFTAR ISI
v
PERCOBAAN I
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
Dalam praktikum kimia, seringkali berbagai campuran zat harus dipisahkan menjadi zat murni.
Cara pemisahan dapat digolongkan menjadi:
a. Pemisahan zat padat dari zat cair
b. Pemisahan zat padat dari zat padat
Pemisahan zat padat dari zat cair, dapat dilakukan dengan cara:
a. Untuk zat padat yang tidak larut dalam zat cair:
1. Dekantasi
2. Filtrasi
b. Untuk zat padat yang larut dalam zat cair:
1. Penguapan
2. Kristalisasi
Pemisahan zat padat dari zat padat, dapat dilakukan dengan cara:
a. Pelarutan yang diikuti dengan penyaringan
b. Kristalisasi bertingkat
c. Sublimasi
1
1.3 Alat dan Bahan
Alat
a. Spatula f. Batang pengaduk
b. Gelas kimia 100 mL g. Hot plate
c. Corong kaca h. Mortar dan alu
d. Corong pisah i. Erlenmeyer
e. Cawan penguap
Bahan
a. NaCl e. Pasir
b. Minyak goreng f. Kertas saring
c. CaCO3 (Kapur Tulis) g. Aquadest
d. Naftalena h. Padatan CuSO4
b. Filtrasi
1. Dihaluskan kapur tulis menggunakan mortar dan alu.
2. Dimasukkan bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia yang telah diisi aquadest dan
diaduk.
3. Disaring campuran menggunakan corong kaca yang telah dilapisi dengan kertas
saring.
c. Kritalisasi
1. Dimasukkan sebanyak 20 mL aquadest ke dalam gelas kimia.
2. Dimasukkan sedikit padatan CuSO4 ( 1 gram), kemudian diaduk hingga padatan larut
dalam aquadest.
3. Diuapkan larutan hingga cairan hampir mengering, kemudian didinginkan.
2
d. Sublimasi
1. Dimasukkan 1 gram naftalena yang telah dihaluskan ke dalam cawan penguap.
2. Ditambahkan 1 gram NaCl ke dalam cawan penguap kemudian diaduk.
3. Ditutup cawan penguap dengan menggunakan kertas saring yang telah diberi lubang-
lubang kecil dan ditutup dengan corong kaca yang diletakkan dengan posisi terbalik
dengan leher corong disumbat dengan kertas.
4. Dipanaskan hingga kedua zat mengalami penyubliman.
e. Ekstraksi
1. Dimasukkan 100 mL aquadest dan 100 mL minyak goreng ke dalam corong pisah.
2. Dihomogenkan dan dibiarkan hingga cairan tersebut kembali terpisah.
3. Dipisahkan cairan lapisan bawah dengan cara membuka kran pada corong pisah.
3
1.5 Data Pengamatan
No. Judul Percobaan Hasil Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
4
PERCOBAAN II
PEMBUATAN LARUTAN
Untuk menyatakan kepekatan atau konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai
cara bergantung pada tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk
menentukan kepekatan larutan adalah molaritas, molalitas, persen berat, persen volume, ppm
dan sebagainya.
Bahan
a. Aquadest c. Padatan Na2CO3
b. Larutan H2SO4 pekat
5
2.4 Prosedur Percobaan
1. Ditimbang dengan tepat 1 gram padatan Na2CO3 dengan menggunakan kaca arloji.
Dipindahkan secara kuantitatif padatan Na2CO3 ke dalam gelas kimia 100 mL.
Ditambahkan 25 mL aquadest dan diaduk hingga padatan larut sempurna. Dipindahkan
secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL dengan menggunakan corong kaca. Dibilas
gelas kimia, batang pengaduk dan corong kaca, dimana hasil bilasan dimasukkan dalam
labu ukur 100 mL. Ditambahkan aquadest hingga batas tinggi permukaan larutan 0,5
hingga 1 cm dari tanda batas. Dikeringkan aquadest yang menempel pada leher labu ukur
dengan menggunakan tisu. Dengan menggunakan pipet tetes, ditambahkan aquadest
hingga tanda batas pada labu ukur. Tutup labu ukur kemudian dihomogenkan.
2. Dipipet 2 mL H2SO4 pekat dan dimasukkan dalam labu ukur 100 mL yang telah diisi
dengan aquadest sekitar 50 mL. Diamkan hingga labu ukur terasa dingin kemudian
ditambahkan aquadest hingga batas tinggi permukaan larutan 0,5 hingga 1 cm dari tanda
batas. Tutup labu ukur dan dihomogenkan.
2. Larutan H2SO4
Molaritas ...............M
6
PERCOBAAN III
KROMATOGRAFI
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan pada adanya
perbedaan partisi zat pada fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobile phase).
Kromatografi berasal dari bahasa yunani yaitu choromos yang berarti penulisan dan graver
yang berarti warna. Kromatografi dapat bersifat preparatif maupun analitik. Tujuan preparatif
biasanya adalah untuk memisahkan senyawa dalam campuran (biasanya digunakan untuk
pemurnian). Kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa dalam
campuran.
7
Penggolongan kromatografi yang didasarkan pada teknik yang digunakan, dapat digolongkan
menjadi:
a. Kromatografi kolom, apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fasa
gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen terpisahkan berupa zona-zona
pita.
b. Kromatografi planar (kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas), apabila komponen
yang akan dipisahkan bergerak bersama fasa gerak dalam sebuah bidang datar.
Pada kromatografi kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti dan mahal.
Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat
sederhana. Senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dapat diambil dari kertas dengan jalan
memotong noda (spot) yang kemudian melarutkannya secara terpisah.
Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis.
Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada
kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf didefinisikan
sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik
awal.
Bahan
a. Tinta spidol biru e. Aqudest
b. Tinta spidol hijau f. Alkohol
c. Tinta spidol merah g. n-Heksana
d. Kertas saring
8
3.4 Prosedur Percobaan
1. Dipotong kertas saring dengan panjang 10 cm dan lebar 2 cm. beri garis batas sekitar 1 cm
dari batas bawah dan atas kertas. Beri noda (titil) tinta spidol warna biru pada garis batas.
Dimasukkan kertas tersebut kedalam helas kimia yang telah diisi dengan aquadest yang
tingginya sekitar 0,5 cm sedemikian rupa sehingga posisi kertas tercelup dengan aquadest.
Biarkan aquadest merembes naik hingga sekitar 1 cm di bawah batas atas kertas, ambil dan
keringkan. Diukur jarak yang ditempuh pelarut dan komponen-komponen noda yang
terpisahkan. Dihitung harga Rf dari masing-masing noda.
2. Diulangi langkah diatas untuk tinta warna hijau dan merah.
3. Diulangi langkah (1) untuk dengan pelarut masing-masing alkohol dan n-heksana.
9
3.5 Data Pengamatan
Jarak
Pelarut Warna Noda Jarak Noda Rf
Pelarut
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
10
PERCOBAAN IV
STOIKIOMETRI
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi kimia.
Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui
dan yang tidak diketahui dalam mol dan kemudian bila perlu dikonversi menjadi satuan lain.
Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri terkecil. Reaktan ini
membatasi jumlah produk yang dapat dibentuk. Jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu
reaksi (hasil sebenarnya) mungkin lebih kecil dari jumlah maksimum yang mungkin diperoleh.
Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu
kimia.
11
Bahan
a. Larutan NaOH 0,1 M c. Larutan H2SO4 0,1 M
b. Larutan HCl 0,1 M
12
4.5 Data Pengamatan
1. Sistem NaOH-HCl
Suhu
No. mL NaOH mL HCl Suhu NaOH Suhu HCl
Campuran
1. 2,5 12,5
2. 5 10
3. 7,5 7,5
4. 10 5
5. 12,5 2,5
2. Sistem NaOH-H2SO4
Suhu
No. mL NaOH mL H2SO4 Suhu NaOH Suhu H2SO4
Campuran
1. 2,5 12,5
2. 5 10
3. 7,5 7,5
4. 10 5
5. 12,5 2,5
13
PERCOBAAN V
LAJU REAKSI
Perubahan konsentrasi
Laju Reaksi =
Satuan waktu
Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung maupun tak langsung
banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa setelah penggal-
penggal waktu tertentu.
14
2. Luas Permukaan
Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogen sangat berbeda dengan reaksi yang
berlangsung dalam sistem heterogen. Pada reaksi yang homogen, campuran zatnya
bercampur seluruhnya, hal ini dapat mempercepat berlangsungnya reaksi kimia karena
molekul-molekul ini dapat bersentuhan satu sama lainnya. Dalam sistem heterogen, reaksi
hanya berlangsung pada bidang-bidang perbatasan dan pada bidang-bidang yang
bersentuhan dari kedua fasa.
Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul-molekul, atom-atom, atau ion-ion dari zat-
zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Makin halus suatu zat, maka makin luas
permukaannya sehingga makin besar kemungkinan bereaksi dan makin cepat reaksi itu
berlangsung.
3. Temperatur
Laju reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikan suhu sebesar 10 oC akan
menyebabkan kenaikan laju reaksi sebesar dua atau tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini
disebabkan suhu akan menyebabkan makin cepatnya molekul-molekul pereaksi bergerak
sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya tabrakan antar molekul. Energi yang
diperlukan untuk menghasilkan tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu reaksi
disebut energi pengaktifan kinetik.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan jalan menurunkan energi pengaktifan suatu
reaksi. Katalis adalah zat kimia yang dapat meningkatkan laju reaksi tanpa dirinya
mengalami perubahan kimia secara permanen.
15
Bahan
a. Larutan Na2S2O3 0,1 M d. Larutan HCl 0,2 M
b. Larutan Na2S2O3 0,2 M e. Kertas
c. Larutan HCl 0,1 M f. Aquadest
2. Pengaruh Suhu
No. Konsentrasi Na2S2O3 Konsentrasi HCl Suhu Waktu (detik)
1. 0,1 M 0,2 M 25oC
2. 0,2 M 0,1 M 40oC
3. 0,2 M 0,2 M 60oC
17
PERCOBAAN VI
SIFAT-SIFAT UNSUR
Menurut aturan Amerika unsur-unsur dibagi dalam dua kelompok besar yaitu golongan A dan
B, unsur-unsur yang terletak pada golongan A disebut sebagai unsur-unsur golongan utama.
Golongan utama biasanya dinamai berdasarkan nomor kelompok mereka dalam tabel periodik
seperti pada golongan IA, IIA, IIIA, IVA, dan seterusnya. Namun untuk memudahkan beberapa
golongan memiliki nama khusus seperti golongan IA disebut golongan alkali, sedangkan
golongan IIA disebut golongan alkali tanah.
Golongan IA
Unsur yang termasuk dalam golongan IA (alkali) adalah Li, Na, K, Rb, Cs, dan Fr. Unsur- unsur
ini mempunyai susunan elektron pada kulit terluar ns1 dan merupakan reduktor kuat karena
mudah melepaskan satu elektron pada kulit terluarnya.
18
Reaktifitas unsur-unsur ini bertambah dari atas ke bawah, hal ini dapat dilihat pada reaksinya
dengan air. Litium yang dalam golongan IA terletak paling atas bereaksi lambat dengan air,
sedangkan logam alkali lainnya bereaksi dengan cepat dan eksoterm.
2M + 2H2O 2MOH + H2
Reaksi ini demikian eksotermiknya, sehingga gas H2 yang terbentuk segera terbakar dan
menyala disertai dengan ledakan. Hidroksida (MOH) yang ada dapat dideteksi dengan suatu
indikator seperti fenoltalien (pp).
Golongan IIA
Unsur-unsur yang termasuk dalam golongan IIA (alkali tanah) adalah Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan
Ra. Unsur-unsur ini mempunyai susunan elektron terluar ns2 dan sama halnya dengan golongan
IA bersifat reduktor karena mudah melepaskan dua elektron pada kulit terluarnya. Jika
dibandingkan dengan unsur golongan IA, unsur golongan IIA sifat reduktornya lebih lemah.
Reaktifitasnya bertambah dari atas ke bawah dan hal ini juga dapat dilihat pada reaksinya
dengan air membentuk suatu basa dan gas hidrogen.
M + 2H2O M(OH)2 + H2
Logam-logam alkali tanah dapat bereaksi dengan air dingin, Mg sedikit bereaksi dengan air
panas, sedangkan berelium (paling atas dalam golongan IIA) tetap tidak bereaksi dengan air
mendidih. Hidroksida-hidroksidanya hanya sedikit larut dalam air dan kelarutannya bertambah
dari atas ke bawah. Sebaliknya kelarutan garam sulfatnya makin ke bawah makin kecil, mulai
dari berelium sulfat mudah larut sampai dengan radium sulfat yang tidak larut dalam air.
Bahan
a. Logam Kalium e. Larutan CaCl2 0,5 M
b. Pita Mg f. Larutan SrCl2 0,5 M
c. Indikator PP g. Larutan BaCl2 0,5 M
d. Larutan MgCl2 0,5 M h. Larutan H2SO4 0,5 M
19
i. Larutan NaOH 0,5 M k. Aquadest
j. Kertas saring
K - -
Mg
21
Reaksi
1. Reaktifitas Unsur
K + H2O
Mg + H2O
22
PERCOBAAN VII
REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI
Reduksi, sebaliknya adalah suatu proses yang melibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih
dari suatu zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah
menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi zat pereduksi merupakan zat yang kehilangan
elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi juga sangat umum dan berlaku
juga untuk prosess dalam zat padat, lelehan, maupun gas.
23
Bahan
a. Vitamin C d. I2
b. KMnO4 0,1 N e. H2SO4 0,1 M
c. H2C2O4 0,1 M f. Aquadest
b. Kuantitatif
1. Dituang larutan KMnO4 0,1 N sebanyak 50 mL ke dalam buret.
2. Diambil 10 mL H2C2O4 dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan 3 mL H2SO4.
4. Dipanaskan pada suhu 70oC.
5. Dititrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga terjadi perubahan warna.
6. Diamati perubahan yang terjadi. Dilakukan triplo pada titrasi.
7. Dicatat volume KMnO4 yang digunakan.
24
7.5 Data Pengamatan
1. Kualitatif
Perlakuan Pengamatan
2. Kuantitatif
Perlakuan Pengamatan
25
PERCOBAAN VIII
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara
analisa volumetri. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara
donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
26
Bahan
a. Larutan CH3COOH 0,1 N c. Larutan asam oksalat 0,1 N
b. Larutan NaOH 0,1 N d. Indikator PP
b. Alkalimetri
1. Dituang larutan NaOH yang telah distandarisasi sebanyak 50 mL ke dalam buret.
2. Dengan menggunakan pipet ukur, dimasukkan 10 mL larutan CH3COOH ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan 2 tetes indikator PP.
3. Dilakukan titrasi. Dihentikan titrasi pada saat timbulnya warna merah muda yang tidak
menghilang jika erlenmeyer diguncangkan. Dicatat volume asam oksalat pada
pembacaan buret.
4. Diulangi titrasi hingga 3 kali. Dihitung konsentrasi larutan CH3COOH dari hasil titrasi
rata-rata.
27
8.5 Data Pengamatan
1. Asidimetri
Perlakuan Pengamatan
2. Alkalimetri
Perlakuan Pengamatan
28