Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi banyak masalah.
Permasalahan itu bukan saja merupakan masalah matematis, namun matematika
memiliki peranan yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian
tersebut.
Ketika orang akan mengerjakan sesuatu, maka orang tersebut mestinya
menetapkan sasaran yang hendak dicapai. Untuk mencapai sasaran tersebut
seseorang harus memilih pendekatan yang tepat sehingga diperoleh hasil yang
optimal, berhasil guna dan tepat guna. Meskipun telah dikatakan oleh Nisbet (1985)
bahwa tidak ada cara belajar yang paling benar dan cara mengajar yang paling baik,
orang-orang berbeda dalam kemampuan intelektual, sikap, dan kepribadian
sehingga mereka mengadopsi pendekatan-pendekatan yang karakteristiknya
berbeda untuk belajar. Dari sini dapat dikatakan bahwa masing-masing individu
akan memilih cara dan gayanya sendiri untuk belajar dan mengajar, namun setidak-
tidaknya ada karakteristik tertentu dalam pendekatan pembelajaran tertentu yang
khas dibandingkan dengan pendekatan lain.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari
jenjang pendidikan dasar, selain sebagai sumber dari ilmu yang lain juga merupakan
sarana berpikir logis, analis, dan sistematis. Sebagai mata pelajaran yang berkaitan
dengan konsep-konsep yang abstrak, maka dalam penyajian materi pelajaran,
matematika harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai dengan kondisi dan
keadaan siswa. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran
siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar. Untuk itulah perlu adanya
pendekatan khusus yang diterapkan oleh guru.
Paradigma baru pendidikan lebih menekankan pada peserta didik sebagai
manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif
dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas
pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah perannya, tidak lagi

1
sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi
fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri
mereka sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif
dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima
gagasan dari orang lain, kreatif dalam mencari solusi dari suatu permasalahan yang
dihadapi dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Zamroni, 2000).
Tidak sedikit guru matematika yang merasa kesulitan dalam membelajarkan
siswa bagaimana menyelesaikan problem matematika. Kesulitan itu terjadi karena
adanya pandangan yang mengatakan bahwa jawaban akhir dari permasalahan
merupakan tujuan utama dalam pembelajaran, sehingga prosedur siswa dalam
menyelesaikan permasalahan kurang bahkan tidak diperhatikan oleh guru karena
terlalu berorientasi pada jawaban akhir. Padahal perlu kita sadari bahwa proses
penyelesaian suatu problem yang dikemukakan siswa merupakan tujuan utama
dalam pembelajaran problem solving matematika.
Dilain hal, salah satu pembelajaran matematika yang akhir-akhir ini sedang
marak dibicarakan orang adalah pembelajaran menggunakan pendekatan Open-
Ended. Disini kami sebagai pemakalah akan membahas Pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan Open-Ended.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun topik-topik masalah yang akan dibahas dalam makalah pendekatan
pembelajaran kontekstual ini adalah:
1. Pengertian dan indikator kemampuan komunikasi matematika siswa
2. Pengertian pendekatan Open Ended.
3. Tujuan yang pendekatan Open Ended.
4. Sintaks pembelajaran dengan pendekatan Open Ended.
5. Mengkonstruksi masalah Open Ended.
6. Menyusun rencana pendekatan Open-Ended.
7. Keunggulan dan kelemahan pendekatan Open Ended.

2
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Memahami kemampuan komunikasi matematika siswa dan indikatornya.
2. Memahami pengertian pendekatan Open Ended.
3. Memahami Tujuan yang pendekatan Open Ended.
4. Memahami sintaks pembelajaran dengan pendekatan Open Ended.
5. Memahami mengkonstruksi masalah Open Ended.
6. Memahami menyusun rencana pendekatan Open-Ended.
7. Memahami keunggulan dan kelemahan pendekatan Open Ended.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kemampuan Komunikasi Matematika


Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk
memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak
langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan
bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh
orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat
menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis.

Sementara itu komunikasi matematis menurut Schoen, dkk (Ansari, 2003)


adalah kemampuan siswa dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara unik
untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa mengonstruksi dan menjelaskan
sajian fenomena dunia nyata secara grafik, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel,
dan sajian secara fisik. Pandangan lain datang dari Greenes dan Schulman
(Ansari, 2003) yang menyatakan bahwa, komunikasi matematis adalah:
kemampuan (1) menyatakan idea matematika melalui ucapan, tulisan,
demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang berbeda; (2)
memahami, menafsirkan, dan menilai idea yang disajikan dalam tulisan, lisan, atau
dalam bentuk visual; dan (3) mengonstruk, menafsirkan, dan menghubungkan
bermacam-macam representasi idea dan hubungannya. Selanjutnya Sullivan &
Mousley (Ansari, 2003) mempertegas bahwa komunikasi matematis bukan hanya
sekedar menyatakan idea melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan
siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar,
menanyakan, klarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan akhirnya
melaporkan apa yang telah dipelajari. Ansari (2003) membagi komunikasi
matematis menjadi dua, yaitu komunikasi matematis lisan dan komunikasi
matematis tulisan.

Menurut NCTM (Sunata, 2009) kemampuan komunikasi matematis perlu


dibangun dalam diri siswa agar dapat:

4
1) Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara
aljabar,
2) Merefleksikan dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan
matematis dalam berbagai situasi,
3) Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-gagasan matematis
termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika,
4) Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematis,
5) Mengkaji gagasan matematis melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan
6) Memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam
pengembangan gagasan matematika.
Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa teknik bertanya yang
dapat digunakan membantu siswa mengembangkan kemampuan komunikasi
matematika. Berikut contohcontoh pertanyaan yang dapat diajukan kepada siswa.
1. Membantu siswa bekerja sama agar memiliki sense matematika,
yaitu dengan bertanya sebagai berikut.
o Apakah yang orang lain pikirkan tentang yang kamu katakan?
o Apakah kamu setuju? Tidak setuju?
o Apakah setiap orang mempunyai jawaban yang sama tetapi mempunyai
cara berbeda untuk menjelaskannya?
2. Membantu siswa untuk menyadari benar tidaknya suatu ide matematika.
o Mengapa kamu berpikir seperti itu?
o Mengapa hal itu benar?
o Bagaimana kamu menyimpulkan hal itu?
o Dapatkah kamu membuat sebuah model untuk menunjukkan hal itu?
3. Membantu siswa mengembangkan penalaran.
o Apakah hal itu selalu berlaku untuk kondisi lain?
o Apakah hal itu benar untuk semua kasus?
o Bagaimana kamu membuktikan hal itu?

5
2.1.1 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika
Kemampuan komunikasi matematika, meliputi:
a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea
matematika.
b. Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi Matematika tertulis.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka indikator yang digunakan untuk
melihat kemampuan komunikasi matematika siswa pada penulisan ini adalah:

1) Menggambarkan situasi masalah menggunakan gambar, tabel, grafik.


2) Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep
matematis dan solusinya.
3) Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.

2.2 Pendekatan Open Ended

Pendekatan open-ended (open-ended approach) merupakan salah satu


pendekatan dalam pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika.
Pendekatan ini dikembangkan dalam beberapa proyek penelitian pengembangan
tentang metode evaluasi kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking)
dalam pembelajaran matematika dalam kurun 1971 dan 1976 di Jepang (Becker and
Shimada, 2007).
Pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari
satu. Menurut Seherman dkk., (2003) problem yang diformulasikan memiliki multi
jawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga open ended
problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-ended problem,
tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada
cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu

6
pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak
pendekatan atau metode yang digunakan.
Sifat keterbukaan dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada
satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu
jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Pernyataan ini sejalan dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Shimada (1997:1) yaitu:
open-ended approach, an incomplete problem is presented first. The
lesson then proceeds by using many correct answers to the given problem to
provide experience in finding something new in the process. This can be done
through combining students own knowledge, skills, or ways of thinking that have
previously been learned.
Pendekatan open ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai
dari mengenalkan atau menghadapkan siswa pada masalah terbuka. Pembelajaran
dilanjutkan dengan menggunakan banyak jawaban yang benar dari masalah yang
diberikan untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam menemukan sesuatu
yang baru di dalam proses pembelajaran. Melalui kegiatan ini diharapkan pula
siswa dapat menjawab permasalahan dengan banyak cara, sehingga mengundang
potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang
baru.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang mengenalkan atau
menghadapkan siswa pada masalah terbuka dan memiliki metode atau penyelesaian
yang benar lebih dari satu.
Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended diawali dengan memberikan
masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan
membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga
dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual
dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Sedangkan
dasar keterbukaan masalah diklasifikasikan dalam tiga tipe, yakni:
1) Prosesnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak cara
penyelesaian yang benar.

7
Contoh:
Suatu persegipanjang luasnya 48 cm. Berapa cm kemungkinan panjang dan
lebar persegipanjang tersebut?

Jawaban siswa dengan variasi 1

48 =

Jadi, = 8 dan = 6 sehingga 8 6 = 48

Jawaban siswa variasi 2

48 =

Jadi, = 12 dan = 4 sehingga 12 4 = 48

Jawaban siswa variasi 3:

48 =

Jadi, = 24 dan = 2 sehingga 24 2 = 48

Jadi, bila = 8 maka = 6

Bila = 12 maka = 4

Bila = 24 maka = 2

2) Hasil akhirnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak jawaban


yang benar, dan
Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan 2 + = 10 dan
2 = 5
a. Cara Subtitusi

8
2 + = 10 (1)

2 = 5 (2)

Persamaan (1) diubah untuk mencari nilai y menjadi

2 + = 10

2 + 2 = 10 2 (Kedua ruas dikurangi 2x)

= 10 2 (3)

Dari persamaan (3) y disubtitusikan kedalam persamaan (2) sehigga


menjadi

2 = 5

2 (10 2 ) = 5

20 + 4 = 5

5 20 = 5 (kedua ruas di tambah 20)

5 20 + 20 = 5 + 20

5 = 15
5 15
= (kedua ruas dibagi 5)
5 5

=3

Nilai = 3 disubtitusikan kedalam persamaan (3)

= 10 2

= 10 2 (3)

= 10 6

= 4

Himpunan Penyelesaian {3,4}

b. Cara Eleminasi

2 + = 10 1 2 + = 10

2 = 5 2 2 4 = 10

9
5 20
= (kedua ruas dibagi 5)
5 5

=4

2 + = 10 2 4 + 2 = 20

2 = 5 1 2 = 5

5 = 15
5 15
= (kedua ruas dibagi 5)
5 5

=3

Himpunan penyelesaian {3,4}


3) Cara pengembangan lanjutannya terbuka, maksudnya ketika siswa telah
menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru
yaitu dengan cara merubah kondisi masalah sebelumnya (asli).
Contoh:
Pak Udin mempunyai kebun yang berbentuk persegi dengan ukuran sisinya
adalah 30 m. Kebun tersebut rencananya akan ditanami pohon mangga di
sekelilingnya. Pak Udin menghendaki jarak antar pohon mangga adalah 6
m.
a. Berapa pohon mangga yang diperlukan oleh Pak Udin?
b. Apabila harga 1 pohon mangga adalah Rp 20.000,00 berapakah biaya
yang diperlukan oleh Pak Udin?
Penyelesaian :
Diketahui : kebun berbentuk persegi

Panjang sisi = 30 m

Jarak antar pohon mangga = 6 m

Ditanya: a. Banyak pohon mangga yang diperlukan?


b. Jika harga 1 pohon mangga Rp 20.000,00, total biaya yang
dikeluarkan?
Jawab:
a. Keliling kebun = keliling persegi

= 4

10
= 4 30 = 120

Banyak pohon mangga yang diperlukan =

120
=
6

= 20

Jadi banyaknya pohon mangga yang diperlukan adalah 20 pohon

b. = 1

= 20 20000

= 400.000

Jadi biaya total yang dikeluarkan adalah Rp 400.000,00

2.3 Tujuan Pendekatan Open Ended Problem

Tujuan dari pembelajaran Open-Ended problem menurut Nohda (Suherman,


dkk, 2003; 124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola
pikir matematik siswa melalui problem posing secara simultan. Dengan kata lain,
kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus dikembangkan semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa.
Pendekatan Open-Ended menjanjikan kepada suatu kesempatan kepada siswa
untuk meginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan
kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah agar
kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan
pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi
melalui proses pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran
dengan Open-Ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif
antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab
permasalahan melalui berbagai strategi.

11
Dalam pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended, siswa diharapkan
bukan hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian
suatu jawaban. Menurut Suherman dkk (2003:124) mengemukakan bahwa dalam
kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek
berikut:
a. Kegiatan siswa harus terbuka
Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran
harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu
secara bebas sesuai kehendak mereka.
b. Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir
Kegiatan matematik adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses
pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke
dalam dunia matematika atau sebaliknya.
c. Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan
Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat
pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu.
Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masing-masing.
Guru bisa membelajarkan siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika
tingkat tinggi yang sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematika
yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuannya rendah.
Pendekatan uniteral semacam ini dapat dikatakan terbuka terhadap
kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap ide-ide matematika.
Pada dasarnya, pendekatan Open-Ended bertujuan untuk mengangkat
kegiatan kreatif siswa dan berpikir matematika secara simultan. Oleh karena itu hal
yang perlu diperhatikan adalah kebebasan siswa untuk berpikir dalam membuat
progress pemecahan sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minatnya sehingga pada
akhirnya akan membentuk intelegensi matematika siswa.

12
2.4 Sintaks Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended Problem

Adapun Sintaks dari Pengajaran Berdasarkan Masalah adalah sebagai berikut:

No. Fase Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran


Memberikan problem terbuka kepada siswa, sehingga siswa

1 Menyajikan masalah mendapatkan kesempatan untuk melakukan segala


sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.
Guru mengarahkan siswa untuk menumbuhkan
P
orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis,
2 Pengorganisasian
komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan
pembelajaran
sosialisasi.
Guru harus menyiapkan atau menuliskan daftar
antisipasi respons siswa terhadap
Perhatikan dan catat masalah. Sehingga siswa dapat mengekpresikan ide
3
respon siswa atau pikirannya sebagai upaya mengarahkan dan
membantu siswa memecahkan masalah sesuai
dengan cara kemampuannya.
Guru memberikan bimbingan dan arahan
kepada siswa untuk berimprovisasi mengembangkan
Bimbingan dan
4 metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam
pengarahan
memperoleh jawaban sehingga jawaban siswa
beragam
Membuat Siswa diminta untuk menjelaskan proses mencapai
5
kesimpulan. jawaban tersebut
(Sumber : Suyatno,Model-Model Pembelajaran beserta Sintaksnya)
2.4.1Pengembangan Alat Evaluasi Berdasarkan Pendekatan Open Ended
a. Masalah Open Ended

Menurut Takahashi (Mahmudi, 2008) soal terbuka atau open ended


problem adalah soal yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian.
Sedangkan Suherman dkk (Japar, tanpa tahun) mengemukakan bahwa problem

13
yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar disebut problem tak
lengkap atau disebiut juga open ended problem atau soal terbuka.
Selanjutnya, Sudiarta (Japar, tanpa tahun) mengatakan bahwa secara
konseptual open ended problem dapat dirumuskan sebagai masalah atau soal-soal
matematika yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga memiliki beberapa atau
bahkan banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi
tersebut.
Shimada Dan Becker (Jarnawi, tanpa tahun) mengemukakan bahwa secara
umum terdapat tiga tipe masalah yang dapat diberikan dalam pendekatan open
ended, yakni menemukan pengaitan, pengklasifikasian, dan pengukuran.
a) Menemukan pengaitan atau hubungan
Siswa diberi fakta-fakta sedemikian rupa hingga siswa dapat menemukan
beberapa aturan atau pengaitan yang matematis.
Contoh:
Team Main Menang Kalah Seri Nilai Rasio
A 25 16 7 2 50 0.696
B 21 11 8 2 35 0.579
C 22 9 9 4 31 0.500
D 22 8 13 1 25 0.381
E 22 6 13 3 21 0.316

Tabel di atas menunjukkan catatan lima team sepak bola. Coba kamu cari
pengaitan atau aturan yang menghubungkan antara nilai-nilai pada kolom-
kolom tersebut. tuliskan strategi penyelesaiannya!
b) Mengklasifikasi
Siswa ditanya untuk mengklasifikasi yang didasarkan atas karaktersitik yang
berbeda dari beberapa objek tertentu untuk memformulasi beberapa konsep
matematika. Contoh:

14
Tentukanlah beberapa ciri atau karakteristik dari gambar-gambar di atas, kemudian
kelompokkan gambar-gambar tersebut berdasarkan karakteristiknya.

c) Pengukuran
Siswa diminta untuk menentukan ukuran-ukuran numerik dari suatu kejadian
tertentu. Siswa diharapkan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
matematika yang telah dipelajarinya.
Contoh:

A B C

Misalkan tiga orang siswa melemparkan 5 buah kelereng, yang hasilnya


nampak pada gambar di atass. Dalam permainan ini, pemenangnya adalah
siswa pencaran hasil lemparannya terkecil. Derajat pencaran menurun dalam
urutan gambar A, B, dan C. Pikirkan berapa cara yang dapat kamu lakukan
untuk menentukan derajat pencaran.
Mahmudi (2008) menguraikan beberapa strategi atau metode dalam
mengembangkan soal terbuka, yaitu:
a. Memberikan contoh yang memenuhi kondisi atau syarat tertentu.
Tugas ini memungkinkan siswa untuk mengenali karakteristik konsep-
konsep matematika terkait yang mendasari. Siswa harus memahami suatu

15
konsep dan mengaplikasikannya untuk membuat suatu contoh yang memenuhi
kondisi tertentu.
Contoh:
Tentukan 3 bilangan yang mempunyai FPB 5 dan KPK 180. Jelaskan
bagaimana kamu menentukan bilangan-bilangan itu.
b. Menentukan siapa yang benar
Jenis tugas ini menyajikan dua atau lebih pendapat atau pandangan
mengenai beberapa konsep atau prinsip matematika. Siswa diminta untuk
memutuskan dan menjelaskan mana yang benar.
Contoh:
Dedy menyatakan bahwa ia telah membagi persegipanjang berikut menjadi 4
daerah yang sama luasnya. Tery tidak setuju dengan pendapat Dedy. Siapakah
yang benar? Mengapa?

c. Menyelesaikan soal dengan berbagai cara


Metode ini jarang digunakan karena relatif sulit diterapkan karena tidak mudah
untuk menentukan apakah terdapat alternatif metode penyelesaian suatu
masalah. Selain itu, mungkin siswa akan berpikir untuk apa mencari alternative
metode untuk menyelesaikan suatu masalah. sementara mereka telah
menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hal ini, sikap siswa adalah mengapa
harus menemukan cara lain sedangkan sudah ditemukan jawaban atau cara
yang memenuhi? Namun demikian, cara demikian perlu dikembangkan dalam
proses pembelajaran agar siswa menyadari bahwa terdapat beragam cara untuk
menyelesaikan suatu masalah. hal demikian akan mendorong siswa berpikir
kreatif untuk mengkreasi cara mereka sendiri dalam upaya menyelesaikan
masalah. Contoh:
Berikan contoh dua transformasi berbeda yang memetakan persegi ABCD
berikut menjadi dirinya sendiri.

16
A B

C D

2.5 Mengonstruksi Masalah Open-ended


Menurut Suherman, dkk. (2003) mengkonstruksi dan mengembangkan
masalah Open-ended yang tepat dan baik untuk siswa dengan tingkat kemampuan
yang beragam tidaklah mudah. Akan tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan
di Jepang dalam jangka waktu yang cukup panjang, ditemukan beberapa hal yang
dapat dijadikan acuan dalam mengkonstruksi masalah, antara lain sebagai berikut:
1. Menyajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana konsep-
konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.
2. Menyajikan soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga
siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan
itu.
3. Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa
dapat membuat suatu konjektur.
4. Menyajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan
matematika.
5. Memberikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa
bisa mengelaborasi siifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat dari
contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum.
6. Memberikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasai
dari pekerjaannya.
2.6 Menyusun Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Open-ended
Menurut Sawada (1997: 31) setelah guru mengkonstruksi masalah open
ended, guru perlu mempertimbangkan tiga hal berikut, sebelum masalah itu
ditampilkan di kelas sebagai awal dari pembelajaran, yaitu:
a) Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematis.

17
Masalah Open-ended harus medorong siswa untuk berpikir dari berbagai
sudut pandang. Disamping itu juga harus kaya dengan konsep-konsep
matematika yang sesuai untuk siswa berkemampuan tinggi maupun rendah
dengan menggunakan berbagai strategi sesuai dengan kemampuannya.
b) Apakah level matematis dari masalah cocok untuk siswa.
Pada saat siswa menyelesaikan masalah Open-ended, mereka harus
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punya. Jika
guru memprediksi bahwa masalah itu di luar jangkauan kemampuan siswa,
maka masalah itu harus diubah/diganti dengan masalah yang berasal dalam
wilayah pemikiran siswa.
c) Apakah masalah itu dapat mengembangkan konsep matematis lebih lanjut.
Masalah harus memiliki keterkaitan atau hubungan dengan konsep-konsep
matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk berpikir
tingkat tinggi.

Masalah yang dibuat harus dapat mendorong siswa berpikir dalam berbagai
pandangan yang berbeda, sehingga masalah tersebut harus kaya akan konsep-
konsep matematis yang dapat dipecahkan dengan berbagai strategi yang sesuai
untuk siswa berkemampuan tinggi, maupun rendah. Tingkat kesulitan masalah juga
harus cocok dengan kemampuan siswa, karena ketika mereka akan menyelesaikan
masalah open ended mereka harus menggunakan pengetahuan atau keterampilan
yang telah mereka ketahui sebelumnya.
Apabila guru telah menyusun suatu masalah Open Ended dengan baik,
langkah selanjutnya adalah mengembangkan rencana pembelajaran. Pada tahap ini
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

a) Tuliskan respon siswa yang diharapkan


Pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-ended, siswa diharapkan
merespons masalah dengan berbagai cara sudut pandang. Oleh karena itu,
guru harus menyiapkan atau menuliskan daftar antisipasi respons siswa
terhadap masalah. Kemampuan siswa terbatas dalam mengekpresikan ide
atau pikirannya, mungkin siswa tidak akan mampu menjelaskan aktivitasnya

18
dalam memecahkan masalah itu. Tetapi mungkin juga siswa mampu
menjelaskan ide-ide matematika dengan cara yang berbeda. Dengan
demikian, antisipasi guru membuat atau menuliskan kemungkinan repsons
yang dikemukakan siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan
membantu siswa memecahkan masalah sesuai dengan cara kemampuannya.
b) Tujuan yang harus dicapai dari masalah yang diberikan harus jelas
Guru memahami dengan baik peranan masalah itu dalam keseluruhan
rencana pembelajaran. Masalah dapat diperlakukan sebagai topik yang
tertentu, seperti dalam pengenalan konsep baru kepada siswa, atau sebagai
rangkuman dari kegiatan belajara siswa. Berdasarkan pengalaman, masalah
Open-ended efektif untuk pengenalan konsep baru atau rangkuman kegiatan
belajar.
c) Lengkapi dengan prinsip problem posing sehingga siswa dapat memahami
maksud dari masalah tersebut dengan mudah atau dapat memahami apa yang
diharapkan dari mereka.
Masalah harus diekspresikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat
memahaminya dengan mudah dan menemukan pendekatan pemecahannya.
Siswa dapat mengalami kesulitan, bila eksplanasi masalah terlalu singkat.
Hal itu dapat timbul karena guru bermaksud memberikan terobosan yang
cukup kepada siswa untuk memilih cara dan pendekatan pemecahan masalah.
Atau dapat pula diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki pengalaman belajar karea terbiasa megikuti petunjuk-petunjuk dari
buku teks.
d) Sajikan masalah semenarik mungkin
Konteks permasalahan yang diberikan atau disajikan harus dapat dikenal baik
oleh siswa, dan harus membangkitkan keingintahuan serta semangat
intelektual siswa. Oleh karena masalah Open-ended memerlukan waktu
untuk berpikir dan mempertimbangkan strategi pemecahannya, maka
masalah itu harus mampu menarik perhatian siswa.
e) Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi masalah
Terkadang waktu yang dialokasikan tidak cukup dalam menyajikan masalah,
memecahkannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian,, dan

19
merangkum dari apa yang telah dipelajari siswa. Karena itu, guru harus
memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengekplorasi masalah.
Berdiskusi secara aktif antar sesama siswa dan antara siswa dengan guru
merupakan interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran dengan
pendekatan Open-ended.

Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalahan kepada


siswa yang solusinya atau jawabannya tidak hanya ditentukan hanya dengan satu
jalan atau cara. Guru harus memanfaatkan keberagaman cara atau prosedur untuk
menyelesaikan masalah itu untuk memberi pengalaman siswa dalam menemukan
sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan cara berpikir
matematika yang telah diperoleh sebelumnya.

2.6.1 Jenis-Jenis Soal Open-Ended.


Untuk berjalannya metode open-ended secara baik dibutuhkan bentuk
dan materi soal yang dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran
dengan metode ini. Sawada mengklasifikasikan soal yang dapat diberikan
melalui pendekatan open-ended, kedalam tiga kelompok yaitu:
a) Soal untuk mencari hubungan.
Sesuai dengan istilahnya, soal jenis ini diberikan agar siswa dapat mencari
sendiri aturan atau hubungan matematis dari suatu teori tertentu.
b) Soal mengklasifikasi.
Dalam jenis ini. Siswa dituntut untuk dapat memiliki dan mengembangkan
kemampuan mengklasifikasi berdasarkan sifat-sifat dari suatu obyek tertentu
c) Soal mengukur.
Dalam soal jenis ini, siswa diminta untuk dapat menempatkan parameter-
parameter numerik terhadap fenomena tertentu. Soal jenis ini biasanya
mencakup latihan kemampuan berpikir matematis yang memiliki aspek-aspek
yang majemuk terkadang melibatkan beberapa pokok bahasan.

20
2.6.2 Metode Menyusun Soal Open-Ended.
Menurut Sullivan (Poppy, 2003:4) ada dua metode dalam penyusunan soal
open-ended, yaitu:
a) Metode bekerja secara terbalik (working backwards).
Metode ini mempunyai tiga langkah utama, yaitu: 1) Mengidentifikasi
topik. 2) Memikirkan soal dan menuliskan jawaban terlebih dahulu. 3)
Membuat masalah open-ended berdasarkan jawaban tersebut.
b) Metode penggunaan pertanyaan standar (adapting a standart questions).
Metode ini mempunyai tiga langkah utama dalam penyusunan, yaitu: 1)
Mengidentifikasi topik, 2) Memikirkan soal standar. 3) Membuat soal
open-ended yang baik berdasarkan pertanyaan standar yang telah
ditentukan.
2.6.3 Kriteria Penilaian untuk Soal Open-ended
Soal open-ended memungkinkan ragam jawaban siswa, sehingga guru
kesulitan menilai hasil pekerjaan siswa. Menurut Sawada (Poppy, 2003:4) untuk
mengatasi hal tersebut, prestasi atau hasil pekerjaan siswa dapat dinilai dengan
menggunakan beberapa kriteria berikut ini:
1. Kemahiran, diartikan sebagai kemampuan dalam menggunakan beberapa
metode penyelesaian.
2. Fleksibilitas, adalah peluang siswa menjawab benar untuk beberapa soal
serupa.
3. Keaslian, kategori ini dimaksudkan untuk mengukur keaslian gagasan siswa
dalam memberikan jawaban yang benar.
Sedangkan Heddens dan Speer (Poppy, 2003:4) menyarankan untuk
menilai hasil kerja pendekatan open-ended problem salah satu caranya adalah
dengan menentukan skoring dan jawaban siswa melalui rubrik. Rubrik ini
merupakan skala penilaian baku yang digunakan untuk menilai jawaban siswa
dalam soal-soal open-ended. Banyak jenis rubrik berbeda yang digunakan oleh
individu dan sekolah.
Salah satu contoh rubrik yang digunakan untuk menentukan skoring
jawaban siswa dalam soal-soal open-ended adalah sebagai berikut:

21
1. Memberi skor 4 jika jawaban siswa itu lengkap. Ciri-ciri jawaban siswa ini
adalah:
a) Jawaban yang dikemukakan lengkap dan benar.
b) Menggambarkan problem solving, reasoning serta kemampuan
berkomunikasi.
c) Jika respon dinyatakan terbuka, semua jawaban benar.
d) Hasil digambarkan secara lengkap.
e) Kesalahan kecil, misalnya pembulatan mungkin ada.
2. Memberikan skor 3 jika jawaban siswa itu menggambarkan kompetensi
dasar. Ciri-ciri dari jawaban siswa ini adalah:
a) Jawaban yang dikemukakan benar.
b) Menggambarkan problem solving, reasoning serta kemampuan
berkomunikasi.
c) Jika respon dinyatakan terbuka, maka hampir semua jawaban benar.
d) Hasilnya dijelaskan.
e) Beberapa kesalahan kecil yang matematik mungkin ada.
3. Memberikan skor 2 jika jawaban siswa sebagian. Ciri-ciri dari jawaban
siswa ini adalah:
a) Beberapa jawaban mungkin sudah dihilangkan.
b) Menggambarkan problem solving, reasoning serta kemampuan
berkomunikasi.
c) Terlihat kurangnya tingkat pemikiran yang tinggi.
d) Kesimpulan dinyatakan namun tidak akurat.
e) Beberapa batasan mengenai pemahaman konsep matematika
digambarkan.
f) Kesalahan kecil yang matematik mungkin muncul.
4. Memberikan skor 1 jika jawaban siswa hanya sekadar upaya mendapatkan
jawaban. Ciri-ciri dari jawaban siswa ini adalah:
a) Jawaban dikemukakan namun tidak pernah mengembangkan ide-ide
matematik.
b) Masih kurang ide dalam problem solving, reasoning serta kemampuan
berkomunikasi.

22
c) Beberapa perhitungan dinyatakan salah.
d) Hanya sedikit terdapat penggambaran pemahaman matematik.
e) Siswa sudah berupaya menjawab soal
5. Memberikan skor 0 siswa tidak menjawab. Ciri-ciri dari jawaban siswa ini
adalah:
a) Jawaban betul-betul tidak tepat
b) Tidak ada penggambaran tentang problem solving, reasoning atau
kemampuan komunikasi.
c) Tidak menyatakan pemahaman matematik sama sekali.
d) Tidak mengemukakan jawaban.
Penggunakan skala ini jawaban siswa berada pada rentang skor 0 sampai
dengan 4, tergantung pada kekuatan jawabannya. Perbedaan antar skor tidak
mudah didefinisikan seperti halnya dalam soal betul-salah. Di samping itu,
dengan skor 3 dalam rubrik ini tidak berarti 75 % jawaban siswa benar, namun
merupakan nilai pengukuran mengenai apa yang diketahui siswa serta apa yang
siswa bisa lakukan dalam situasi yang diberikan.
Rubrik lain yang digunakan adalah dengan menggunakan skala 02, 06
atau bahkan skala 010. lebih sederhana lagi dengan menggolongkan jawaban
siswa menjadi tinggi, sedang, dan rendah.

2.7 Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Open-ended


Keunggulan dari pendekatan ini antara lain:
a) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan idenya.
b) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilan matematik secara komprehensif.
c) Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan
dengan cara mereka sendiri.
d) Siswa secara instringsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
e) Siswa memiliki pengalaman lebih banyak untuk menemukan sesuatu dalam
menjawab permasalahan.

23
Disamping keunggulan yang dapat diperoleh dari pendekatan open-ended,
terdapat beberapa kelemahan diantaranya:
a) Membuat dan menyiapkan permasalahan matematik yang bermakna bagi
siswa bukanlah pekerjaan yang mudah.
b) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangt sulit
sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon
permasalahan yang diberikan.
c) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan
jawaban mereka.
d) Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka
tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penerapan pendekatan Open-ended dalam pembelajaran matematika dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kegiatan kreatif dan
berpikir matematika secara simultan. Dalam menyelesaikan suatu permasalahan
siswa tidak terpaku hanya pada satu jawaban yang mungkin. Oleh karena itu, hal
yang harus diperhatikan adalah memberikan kesempatan dan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada siswa untuk berpikir dalam mencari alternatif pemecahan
dari suatu masalah yang dihadapi sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minat yang
dimilikinya sehingga pada akhirnya akan membentuk intelegensi matematika
mereka. Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended, guru
harus menyajikan masalah kepada siswa yang cara penyelesaiannya tidak hanya
satu, akan tetapi harus beragam cara penyelesaian yang dapat dilakukan oleh siswa.
Guru harus dapat memanfaatkan keragaman cara untuk menyelesaikan masalah itu,
untuk memberi pengalaman kepada siswa dalam menemukan seseuatu yang baru
berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan berpikir matematik yang
sudah dimiliki siswa.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=252574&val=6807&title=PEN
DEKATAN%20OPEN%20ENDED%20PADA%20PEMBELAJARAN%20MATE
MATIKA
https://www.academia.edu/4705289/PENDEKATAN_OPEN-ENDED_PROBLEM
Khairina. 2012. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Open Ended untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Penalaran Matematis Siswa
Sekolah Menengah Atas. Tidak diterbitkan: Medan: PPs UNIMED.
Khalistin, Rizky Ayu dan Erry Hidayanto. 2011. Penerapan Pendekatan
Pembelajaran Open-Ended untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas
VII-A SMP Negeri 1 Batu pada Materi Segi Empat. Jurnal Pendidikan
Matematika Volume 3 Nomor 3 Januari 2012. (jurnal-
pmat.webs.com/JUR06_KHALISTIN73_82_JAN2012.pdf diakses tanggal 30
Desember 2013).
Kosasih. 2012. Meningkat Kan Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Kemandirian
Belajar Siswa SMP Melalui Pmbelajaran Dengan Pendekatan Open-Ended.
(http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=2298
Oktavianingstya, E. 2011. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan
komunikasi Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Open-Ended Melalui
Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika.Tesis. Bandung:Sps UPI
(http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=2298
Rosita. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif
Matematis.(http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=2337
Sagala, Syaiful (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta : Alfabeta.
Sari, Yunita, dkk. 2012. Penerapan Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa
Ditinjau dari Respon Siswa terhadap Pembelajaran Tahun Ajaran 2011/2012.
Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Vol.1 No.1 Maret

26

Anda mungkin juga menyukai