PENDAHULUAN
1
sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi
fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri
mereka sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif
dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima
gagasan dari orang lain, kreatif dalam mencari solusi dari suatu permasalahan yang
dihadapi dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Zamroni, 2000).
Tidak sedikit guru matematika yang merasa kesulitan dalam membelajarkan
siswa bagaimana menyelesaikan problem matematika. Kesulitan itu terjadi karena
adanya pandangan yang mengatakan bahwa jawaban akhir dari permasalahan
merupakan tujuan utama dalam pembelajaran, sehingga prosedur siswa dalam
menyelesaikan permasalahan kurang bahkan tidak diperhatikan oleh guru karena
terlalu berorientasi pada jawaban akhir. Padahal perlu kita sadari bahwa proses
penyelesaian suatu problem yang dikemukakan siswa merupakan tujuan utama
dalam pembelajaran problem solving matematika.
Dilain hal, salah satu pembelajaran matematika yang akhir-akhir ini sedang
marak dibicarakan orang adalah pembelajaran menggunakan pendekatan Open-
Ended. Disini kami sebagai pemakalah akan membahas Pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan Open-Ended.
2
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Memahami kemampuan komunikasi matematika siswa dan indikatornya.
2. Memahami pengertian pendekatan Open Ended.
3. Memahami Tujuan yang pendekatan Open Ended.
4. Memahami sintaks pembelajaran dengan pendekatan Open Ended.
5. Memahami mengkonstruksi masalah Open Ended.
6. Memahami menyusun rencana pendekatan Open-Ended.
7. Memahami keunggulan dan kelemahan pendekatan Open Ended.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1) Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara
aljabar,
2) Merefleksikan dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan
matematis dalam berbagai situasi,
3) Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-gagasan matematis
termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika,
4) Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematis,
5) Mengkaji gagasan matematis melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan
6) Memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam
pengembangan gagasan matematika.
Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa teknik bertanya yang
dapat digunakan membantu siswa mengembangkan kemampuan komunikasi
matematika. Berikut contohcontoh pertanyaan yang dapat diajukan kepada siswa.
1. Membantu siswa bekerja sama agar memiliki sense matematika,
yaitu dengan bertanya sebagai berikut.
o Apakah yang orang lain pikirkan tentang yang kamu katakan?
o Apakah kamu setuju? Tidak setuju?
o Apakah setiap orang mempunyai jawaban yang sama tetapi mempunyai
cara berbeda untuk menjelaskannya?
2. Membantu siswa untuk menyadari benar tidaknya suatu ide matematika.
o Mengapa kamu berpikir seperti itu?
o Mengapa hal itu benar?
o Bagaimana kamu menyimpulkan hal itu?
o Dapatkah kamu membuat sebuah model untuk menunjukkan hal itu?
3. Membantu siswa mengembangkan penalaran.
o Apakah hal itu selalu berlaku untuk kondisi lain?
o Apakah hal itu benar untuk semua kasus?
o Bagaimana kamu membuktikan hal itu?
5
2.1.1 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika
Kemampuan komunikasi matematika, meliputi:
a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea
matematika.
b. Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi Matematika tertulis.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka indikator yang digunakan untuk
melihat kemampuan komunikasi matematika siswa pada penulisan ini adalah:
6
pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak
pendekatan atau metode yang digunakan.
Sifat keterbukaan dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada
satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu
jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Pernyataan ini sejalan dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Shimada (1997:1) yaitu:
open-ended approach, an incomplete problem is presented first. The
lesson then proceeds by using many correct answers to the given problem to
provide experience in finding something new in the process. This can be done
through combining students own knowledge, skills, or ways of thinking that have
previously been learned.
Pendekatan open ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai
dari mengenalkan atau menghadapkan siswa pada masalah terbuka. Pembelajaran
dilanjutkan dengan menggunakan banyak jawaban yang benar dari masalah yang
diberikan untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam menemukan sesuatu
yang baru di dalam proses pembelajaran. Melalui kegiatan ini diharapkan pula
siswa dapat menjawab permasalahan dengan banyak cara, sehingga mengundang
potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang
baru.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang mengenalkan atau
menghadapkan siswa pada masalah terbuka dan memiliki metode atau penyelesaian
yang benar lebih dari satu.
Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended diawali dengan memberikan
masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan
membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga
dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual
dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Sedangkan
dasar keterbukaan masalah diklasifikasikan dalam tiga tipe, yakni:
1) Prosesnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak cara
penyelesaian yang benar.
7
Contoh:
Suatu persegipanjang luasnya 48 cm. Berapa cm kemungkinan panjang dan
lebar persegipanjang tersebut?
48 =
48 =
48 =
Bila = 12 maka = 4
Bila = 24 maka = 2
8
2 + = 10 (1)
2 = 5 (2)
2 + = 10
= 10 2 (3)
2 = 5
2 (10 2 ) = 5
20 + 4 = 5
5 20 + 20 = 5 + 20
5 = 15
5 15
= (kedua ruas dibagi 5)
5 5
=3
= 10 2
= 10 2 (3)
= 10 6
= 4
b. Cara Eleminasi
2 + = 10 1 2 + = 10
2 = 5 2 2 4 = 10
9
5 20
= (kedua ruas dibagi 5)
5 5
=4
2 + = 10 2 4 + 2 = 20
2 = 5 1 2 = 5
5 = 15
5 15
= (kedua ruas dibagi 5)
5 5
=3
Panjang sisi = 30 m
= 4
10
= 4 30 = 120
Banyak pohon mangga yang diperlukan =
120
=
6
= 20
b. = 1
= 20 20000
= 400.000
11
Dalam pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended, siswa diharapkan
bukan hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian
suatu jawaban. Menurut Suherman dkk (2003:124) mengemukakan bahwa dalam
kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek
berikut:
a. Kegiatan siswa harus terbuka
Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran
harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu
secara bebas sesuai kehendak mereka.
b. Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir
Kegiatan matematik adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses
pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke
dalam dunia matematika atau sebaliknya.
c. Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan
Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat
pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu.
Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masing-masing.
Guru bisa membelajarkan siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika
tingkat tinggi yang sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematika
yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuannya rendah.
Pendekatan uniteral semacam ini dapat dikatakan terbuka terhadap
kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap ide-ide matematika.
Pada dasarnya, pendekatan Open-Ended bertujuan untuk mengangkat
kegiatan kreatif siswa dan berpikir matematika secara simultan. Oleh karena itu hal
yang perlu diperhatikan adalah kebebasan siswa untuk berpikir dalam membuat
progress pemecahan sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minatnya sehingga pada
akhirnya akan membentuk intelegensi matematika siswa.
12
2.4 Sintaks Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended Problem
13
yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar disebut problem tak
lengkap atau disebiut juga open ended problem atau soal terbuka.
Selanjutnya, Sudiarta (Japar, tanpa tahun) mengatakan bahwa secara
konseptual open ended problem dapat dirumuskan sebagai masalah atau soal-soal
matematika yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga memiliki beberapa atau
bahkan banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi
tersebut.
Shimada Dan Becker (Jarnawi, tanpa tahun) mengemukakan bahwa secara
umum terdapat tiga tipe masalah yang dapat diberikan dalam pendekatan open
ended, yakni menemukan pengaitan, pengklasifikasian, dan pengukuran.
a) Menemukan pengaitan atau hubungan
Siswa diberi fakta-fakta sedemikian rupa hingga siswa dapat menemukan
beberapa aturan atau pengaitan yang matematis.
Contoh:
Team Main Menang Kalah Seri Nilai Rasio
A 25 16 7 2 50 0.696
B 21 11 8 2 35 0.579
C 22 9 9 4 31 0.500
D 22 8 13 1 25 0.381
E 22 6 13 3 21 0.316
Tabel di atas menunjukkan catatan lima team sepak bola. Coba kamu cari
pengaitan atau aturan yang menghubungkan antara nilai-nilai pada kolom-
kolom tersebut. tuliskan strategi penyelesaiannya!
b) Mengklasifikasi
Siswa ditanya untuk mengklasifikasi yang didasarkan atas karaktersitik yang
berbeda dari beberapa objek tertentu untuk memformulasi beberapa konsep
matematika. Contoh:
14
Tentukanlah beberapa ciri atau karakteristik dari gambar-gambar di atas, kemudian
kelompokkan gambar-gambar tersebut berdasarkan karakteristiknya.
c) Pengukuran
Siswa diminta untuk menentukan ukuran-ukuran numerik dari suatu kejadian
tertentu. Siswa diharapkan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
matematika yang telah dipelajarinya.
Contoh:
A B C
15
konsep dan mengaplikasikannya untuk membuat suatu contoh yang memenuhi
kondisi tertentu.
Contoh:
Tentukan 3 bilangan yang mempunyai FPB 5 dan KPK 180. Jelaskan
bagaimana kamu menentukan bilangan-bilangan itu.
b. Menentukan siapa yang benar
Jenis tugas ini menyajikan dua atau lebih pendapat atau pandangan
mengenai beberapa konsep atau prinsip matematika. Siswa diminta untuk
memutuskan dan menjelaskan mana yang benar.
Contoh:
Dedy menyatakan bahwa ia telah membagi persegipanjang berikut menjadi 4
daerah yang sama luasnya. Tery tidak setuju dengan pendapat Dedy. Siapakah
yang benar? Mengapa?
16
A B
C D
17
Masalah Open-ended harus medorong siswa untuk berpikir dari berbagai
sudut pandang. Disamping itu juga harus kaya dengan konsep-konsep
matematika yang sesuai untuk siswa berkemampuan tinggi maupun rendah
dengan menggunakan berbagai strategi sesuai dengan kemampuannya.
b) Apakah level matematis dari masalah cocok untuk siswa.
Pada saat siswa menyelesaikan masalah Open-ended, mereka harus
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punya. Jika
guru memprediksi bahwa masalah itu di luar jangkauan kemampuan siswa,
maka masalah itu harus diubah/diganti dengan masalah yang berasal dalam
wilayah pemikiran siswa.
c) Apakah masalah itu dapat mengembangkan konsep matematis lebih lanjut.
Masalah harus memiliki keterkaitan atau hubungan dengan konsep-konsep
matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk berpikir
tingkat tinggi.
Masalah yang dibuat harus dapat mendorong siswa berpikir dalam berbagai
pandangan yang berbeda, sehingga masalah tersebut harus kaya akan konsep-
konsep matematis yang dapat dipecahkan dengan berbagai strategi yang sesuai
untuk siswa berkemampuan tinggi, maupun rendah. Tingkat kesulitan masalah juga
harus cocok dengan kemampuan siswa, karena ketika mereka akan menyelesaikan
masalah open ended mereka harus menggunakan pengetahuan atau keterampilan
yang telah mereka ketahui sebelumnya.
Apabila guru telah menyusun suatu masalah Open Ended dengan baik,
langkah selanjutnya adalah mengembangkan rencana pembelajaran. Pada tahap ini
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
18
dalam memecahkan masalah itu. Tetapi mungkin juga siswa mampu
menjelaskan ide-ide matematika dengan cara yang berbeda. Dengan
demikian, antisipasi guru membuat atau menuliskan kemungkinan repsons
yang dikemukakan siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan
membantu siswa memecahkan masalah sesuai dengan cara kemampuannya.
b) Tujuan yang harus dicapai dari masalah yang diberikan harus jelas
Guru memahami dengan baik peranan masalah itu dalam keseluruhan
rencana pembelajaran. Masalah dapat diperlakukan sebagai topik yang
tertentu, seperti dalam pengenalan konsep baru kepada siswa, atau sebagai
rangkuman dari kegiatan belajara siswa. Berdasarkan pengalaman, masalah
Open-ended efektif untuk pengenalan konsep baru atau rangkuman kegiatan
belajar.
c) Lengkapi dengan prinsip problem posing sehingga siswa dapat memahami
maksud dari masalah tersebut dengan mudah atau dapat memahami apa yang
diharapkan dari mereka.
Masalah harus diekspresikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat
memahaminya dengan mudah dan menemukan pendekatan pemecahannya.
Siswa dapat mengalami kesulitan, bila eksplanasi masalah terlalu singkat.
Hal itu dapat timbul karena guru bermaksud memberikan terobosan yang
cukup kepada siswa untuk memilih cara dan pendekatan pemecahan masalah.
Atau dapat pula diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki pengalaman belajar karea terbiasa megikuti petunjuk-petunjuk dari
buku teks.
d) Sajikan masalah semenarik mungkin
Konteks permasalahan yang diberikan atau disajikan harus dapat dikenal baik
oleh siswa, dan harus membangkitkan keingintahuan serta semangat
intelektual siswa. Oleh karena masalah Open-ended memerlukan waktu
untuk berpikir dan mempertimbangkan strategi pemecahannya, maka
masalah itu harus mampu menarik perhatian siswa.
e) Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi masalah
Terkadang waktu yang dialokasikan tidak cukup dalam menyajikan masalah,
memecahkannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian,, dan
19
merangkum dari apa yang telah dipelajari siswa. Karena itu, guru harus
memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengekplorasi masalah.
Berdiskusi secara aktif antar sesama siswa dan antara siswa dengan guru
merupakan interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran dengan
pendekatan Open-ended.
20
2.6.2 Metode Menyusun Soal Open-Ended.
Menurut Sullivan (Poppy, 2003:4) ada dua metode dalam penyusunan soal
open-ended, yaitu:
a) Metode bekerja secara terbalik (working backwards).
Metode ini mempunyai tiga langkah utama, yaitu: 1) Mengidentifikasi
topik. 2) Memikirkan soal dan menuliskan jawaban terlebih dahulu. 3)
Membuat masalah open-ended berdasarkan jawaban tersebut.
b) Metode penggunaan pertanyaan standar (adapting a standart questions).
Metode ini mempunyai tiga langkah utama dalam penyusunan, yaitu: 1)
Mengidentifikasi topik, 2) Memikirkan soal standar. 3) Membuat soal
open-ended yang baik berdasarkan pertanyaan standar yang telah
ditentukan.
2.6.3 Kriteria Penilaian untuk Soal Open-ended
Soal open-ended memungkinkan ragam jawaban siswa, sehingga guru
kesulitan menilai hasil pekerjaan siswa. Menurut Sawada (Poppy, 2003:4) untuk
mengatasi hal tersebut, prestasi atau hasil pekerjaan siswa dapat dinilai dengan
menggunakan beberapa kriteria berikut ini:
1. Kemahiran, diartikan sebagai kemampuan dalam menggunakan beberapa
metode penyelesaian.
2. Fleksibilitas, adalah peluang siswa menjawab benar untuk beberapa soal
serupa.
3. Keaslian, kategori ini dimaksudkan untuk mengukur keaslian gagasan siswa
dalam memberikan jawaban yang benar.
Sedangkan Heddens dan Speer (Poppy, 2003:4) menyarankan untuk
menilai hasil kerja pendekatan open-ended problem salah satu caranya adalah
dengan menentukan skoring dan jawaban siswa melalui rubrik. Rubrik ini
merupakan skala penilaian baku yang digunakan untuk menilai jawaban siswa
dalam soal-soal open-ended. Banyak jenis rubrik berbeda yang digunakan oleh
individu dan sekolah.
Salah satu contoh rubrik yang digunakan untuk menentukan skoring
jawaban siswa dalam soal-soal open-ended adalah sebagai berikut:
21
1. Memberi skor 4 jika jawaban siswa itu lengkap. Ciri-ciri jawaban siswa ini
adalah:
a) Jawaban yang dikemukakan lengkap dan benar.
b) Menggambarkan problem solving, reasoning serta kemampuan
berkomunikasi.
c) Jika respon dinyatakan terbuka, semua jawaban benar.
d) Hasil digambarkan secara lengkap.
e) Kesalahan kecil, misalnya pembulatan mungkin ada.
2. Memberikan skor 3 jika jawaban siswa itu menggambarkan kompetensi
dasar. Ciri-ciri dari jawaban siswa ini adalah:
a) Jawaban yang dikemukakan benar.
b) Menggambarkan problem solving, reasoning serta kemampuan
berkomunikasi.
c) Jika respon dinyatakan terbuka, maka hampir semua jawaban benar.
d) Hasilnya dijelaskan.
e) Beberapa kesalahan kecil yang matematik mungkin ada.
3. Memberikan skor 2 jika jawaban siswa sebagian. Ciri-ciri dari jawaban
siswa ini adalah:
a) Beberapa jawaban mungkin sudah dihilangkan.
b) Menggambarkan problem solving, reasoning serta kemampuan
berkomunikasi.
c) Terlihat kurangnya tingkat pemikiran yang tinggi.
d) Kesimpulan dinyatakan namun tidak akurat.
e) Beberapa batasan mengenai pemahaman konsep matematika
digambarkan.
f) Kesalahan kecil yang matematik mungkin muncul.
4. Memberikan skor 1 jika jawaban siswa hanya sekadar upaya mendapatkan
jawaban. Ciri-ciri dari jawaban siswa ini adalah:
a) Jawaban dikemukakan namun tidak pernah mengembangkan ide-ide
matematik.
b) Masih kurang ide dalam problem solving, reasoning serta kemampuan
berkomunikasi.
22
c) Beberapa perhitungan dinyatakan salah.
d) Hanya sedikit terdapat penggambaran pemahaman matematik.
e) Siswa sudah berupaya menjawab soal
5. Memberikan skor 0 siswa tidak menjawab. Ciri-ciri dari jawaban siswa ini
adalah:
a) Jawaban betul-betul tidak tepat
b) Tidak ada penggambaran tentang problem solving, reasoning atau
kemampuan komunikasi.
c) Tidak menyatakan pemahaman matematik sama sekali.
d) Tidak mengemukakan jawaban.
Penggunakan skala ini jawaban siswa berada pada rentang skor 0 sampai
dengan 4, tergantung pada kekuatan jawabannya. Perbedaan antar skor tidak
mudah didefinisikan seperti halnya dalam soal betul-salah. Di samping itu,
dengan skor 3 dalam rubrik ini tidak berarti 75 % jawaban siswa benar, namun
merupakan nilai pengukuran mengenai apa yang diketahui siswa serta apa yang
siswa bisa lakukan dalam situasi yang diberikan.
Rubrik lain yang digunakan adalah dengan menggunakan skala 02, 06
atau bahkan skala 010. lebih sederhana lagi dengan menggolongkan jawaban
siswa menjadi tinggi, sedang, dan rendah.
23
Disamping keunggulan yang dapat diperoleh dari pendekatan open-ended,
terdapat beberapa kelemahan diantaranya:
a) Membuat dan menyiapkan permasalahan matematik yang bermakna bagi
siswa bukanlah pekerjaan yang mudah.
b) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangt sulit
sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon
permasalahan yang diberikan.
c) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan
jawaban mereka.
d) Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka
tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penerapan pendekatan Open-ended dalam pembelajaran matematika dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kegiatan kreatif dan
berpikir matematika secara simultan. Dalam menyelesaikan suatu permasalahan
siswa tidak terpaku hanya pada satu jawaban yang mungkin. Oleh karena itu, hal
yang harus diperhatikan adalah memberikan kesempatan dan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada siswa untuk berpikir dalam mencari alternatif pemecahan
dari suatu masalah yang dihadapi sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minat yang
dimilikinya sehingga pada akhirnya akan membentuk intelegensi matematika
mereka. Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended, guru
harus menyajikan masalah kepada siswa yang cara penyelesaiannya tidak hanya
satu, akan tetapi harus beragam cara penyelesaian yang dapat dilakukan oleh siswa.
Guru harus dapat memanfaatkan keragaman cara untuk menyelesaikan masalah itu,
untuk memberi pengalaman kepada siswa dalam menemukan seseuatu yang baru
berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan berpikir matematik yang
sudah dimiliki siswa.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=252574&val=6807&title=PEN
DEKATAN%20OPEN%20ENDED%20PADA%20PEMBELAJARAN%20MATE
MATIKA
https://www.academia.edu/4705289/PENDEKATAN_OPEN-ENDED_PROBLEM
Khairina. 2012. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Open Ended untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Penalaran Matematis Siswa
Sekolah Menengah Atas. Tidak diterbitkan: Medan: PPs UNIMED.
Khalistin, Rizky Ayu dan Erry Hidayanto. 2011. Penerapan Pendekatan
Pembelajaran Open-Ended untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas
VII-A SMP Negeri 1 Batu pada Materi Segi Empat. Jurnal Pendidikan
Matematika Volume 3 Nomor 3 Januari 2012. (jurnal-
pmat.webs.com/JUR06_KHALISTIN73_82_JAN2012.pdf diakses tanggal 30
Desember 2013).
Kosasih. 2012. Meningkat Kan Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Kemandirian
Belajar Siswa SMP Melalui Pmbelajaran Dengan Pendekatan Open-Ended.
(http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=2298
Oktavianingstya, E. 2011. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan
komunikasi Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Open-Ended Melalui
Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika.Tesis. Bandung:Sps UPI
(http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=2298
Rosita. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif
Matematis.(http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=2337
Sagala, Syaiful (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta : Alfabeta.
Sari, Yunita, dkk. 2012. Penerapan Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa
Ditinjau dari Respon Siswa terhadap Pembelajaran Tahun Ajaran 2011/2012.
Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Vol.1 No.1 Maret
26