Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. PENDAHULUAN
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah suatu neoplasma ganas
yang berasal dari sel primitif (poorly differentiated cells) di daerah metafise tulang
panjang pada anak-anak. Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya berasal dari
seri osteoblastik sel mesensim primitif. Osteosarkoma merupakan neoplasma primer
dari tulang yang tersering setelah multipel myeloma. Osteosarkoma biasanya terdapat
pada metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growth
plate) yang sangat aktif yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal
humerus dan pelvis. Pada orang tua umur di atas lima puluh tahun, osteosarkoma bisa
terjadi akibat degenerasi ganas dari pagets disease dengan prognosis sangat jelek.
Osteosarkoma adalah tumor tulang dengan angka kematian 80% setelah lima tahun
didiagnosis. Osteosarkoma klasik didefinisikan dengan sarkoma sel spindel dengan
derajat malignansi tinggi dan sangat khas memproduksi matriks osteoid. Osteosarkoma
didapatkan kira-kira tiga orang per 10.000 di Amerika. Penyebab osteosarkoma masih
belum jelas diketahui. Adanya hubungan kekeluargaan menjadi suatu predisposisi,
begitu pula adanya retinoblastoma herediter dan sindrom Li-Fraumeni. Dikatakan
beberapa virus dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion
dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma, begitu pula alkyleting agent
yang digunakan pada kemoterapi.
Akhir-akhir ini dikatakan ada dua tumor suppressor gene yang berperan secara
signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma, yaitu protein p53 (kromosom 17)
dan Rb (kromosom 13). 1,2
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai
tumbuh bisa di dalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada
jaringan lunak sekitar tulang. Epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier
pertumbuhan tumor ke dalam sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase secara
hematogen, paling sering ke paru atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-
20% telah mengalami metastase pada saat diagnosis ditegakkan. Metastase secara
limpogen hampir tidak terjadi.1
1
II. INSINDES & EPIDEMIOLOGI
Osteosarkoma merupakan tumor ganas tulang
yang paling sering ditemukan (48,8%) di luar mieloma
multipel. Tumor ini merupakan tumor yang sangat
ganas, menyebar secara cepat pada periosteum dan
jaringan ikat di luarnya. Osteogenik sarkoma terutama
ditemukan pada umur 10-20 tahun dan lebih sering pada
pria daripada wanita.3
Setiap tahunnya terdapat sembilan ratus kasus
osteosarkoma di Amerika Serikat. Penderitanya
merupakan kelompok usia anak-anak dan remaja hingga
usia dua puluh tahun. Kebanyakan osteosarkoma
menyerang anak-anak dan dewasa muda dengan batasan
umur sepuluh hingga tiga puluh tahun. Remaja Gambar 1. Osteosarkoma pada lutut kiri
III. ETIOLOGI
Penyebab pasti osteosarkoma belum diketahui. Namun, beberapa hal berikut
menjadi faktor resiko yang menyebabkan terjadinya osteosarkoma :
2
pada gen Rb tidak biasa ditemukan pada osteosarkoma sporadik. Mutasi pada gen
p53 sering nampak. Namun gen retinoblastoma telah melokalisir pada lengan
kromosom 13 (13q14). Gen Rb diakui sebagai prototipe tumor suppressor gene
dan menyangkut jumlah patogenesis neoplasma pada manusia. Tumor suppressor
gene berfungsi mengendalikan pertumbuhan sel tumor, jadi hilangnya fungsi atau
inaktivasi dari tumor suppressor gene menyebebkan terjadinya pertumbuhan
tumor.
4. Displasia Tulang
Hal ini juga menyangkut paget disease, displasia fibrosa, enkondromatosis, dan
eksotose multipel herediter dan retinoblastoma yang merupakan faktor resiko.
Sindrom Li-Fraumeni (mutasi germline p53) dan sindrom Rothmund-Thomson
(berkumpulnya autosomal yang terpendam pada defek tulang kongenital, displasia
pada kulit dan rambut, hipogonadisme, dan katarak) juga menjelaskan
kemungkinan berkembangnya osteosarkoma.4
IV. LOKASI
Tumor ini paling sering ditemui di distal femur atau proximal tibia (48%), pelvis
dan proximal femur (14%), bahu dan proximal humerus (10%) dan dapat pula
ditemukan di radius distal dan humerus proximal.3,5
3
Gambar 3. Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis
1,7
tulang panjang.
4
V. PATOFISIOLOGI
Osteosarkoma dapat terjadi pada tulang mana saja. Namun lebih sering pada
tulang ekstremitas yang posisinya dekat dengan metaphyseal growth plate. Bagian yang
paling sering adalah femur (42% dengan kejadian 75% tumor pada distal femur), tibia
(19% dengan kejadian 80% pada proksimal tibia), dan humerus (10% dengan kejadian
90% tumor pada proksimal humerus). Lokasi lainnya adalah tengkorak dan rahang
(8%) serta pelvis (8%).4
Osteogonik sarkoma secara histologis mempunyai gambaran dari jaringan tulang
atau osteoid serta gambaran pleomorf jaringannya. Tulang dan osteoid akan
menghasilkan tulang rawan, jaringan lunak, atau jaringan miksoid. Dan juga mungkin
ada daerah jaringan tumor dengan sel-sel spindle yang ganas dengan pembentukan
osteoid. Pembentukan jaringan tulang harus dibedakan dari pembentukan reaksi tulang.
Pemeriksaan histokimia dapat menunjukkan adanya aktivitas alkali fosfatase.1,3
Pada telangiektasis osteosarkoma pada lesinya didapatkan kantong darah yang
dikelilingi oleh sedikit elemen seluler yang mana elemen selulernya sangat ganas.1
9
Gambar 5. Osteosarkoma pada proksimal tibia.
5
V. DIAGNOSIS
a. Manifestasi Klinis
Osteosarkoma bermanifestasi sebagai
massa yang terus membesar, sering nyeri,
dan mungkin menimbulkan perhatian karena
fraktur pada tulang yang terkena. Meskipun
kombinasi gambaran klinis dan radiografik
mungkin memberi dukungan kuat mengenai
diagnosis, diperlukan konfirmasi histologis
b. Pemeriksaan Laboratorium
1. Biopsi
Biopsi merupakan diagnosis pasti untuk menegakkan osteosarkoma. Biopsi
yang dikerjakan tidak benar sering kali menyebabkan kesalahan diagnosis
(misdiagnosis) yang lebih lanjut akan berakibat fatal terhadap penentuan tindakan.
Akhir-akhir ini banyak dianjurkan denga biopsi jarum perkutan (percutaneus needle
biopsy) dengan berbagai keuntungan : seperti invasi yang sangat minimal, tidak
6
memerlukan waktu penyembuhan luka operasi, resiko infeksi rendah dan bahkan
tidak ada dan terjadinya patah tulang post biopsi dapat dicegah. Pada gambaran
histopatologi akan ditemukan stroma atau dengan high grade sarcomatous dengan sel
osteoblast yang ganas, yang akan membentuk jaringan osteoid dan tulang. Pada
bagian sentral akan terjadi mineralisasi yang banyak, sedangkan bagian perifer
mineralisasinya sedikit. Sel-sel tumor biasanya anaplastik, dengan nukleus yang
pleomorfik dan banyak mitosis. Kadang-kadang pada beberapa tempat dari tumor
akan terjadi diferensiasi kondroblastik atau fibroblastik di antara jaringan tumor
yang membentuk osteoid.1
7
2. Pemeriksaan Darah
Pada pemeriksaan darah ditemukan peningkatan alkaline phospatase dan laktat
dehidrogenase (LDH). Pemeriksaan ini juga penting dalam mengontrol pasien yang
sedang menjalani kemoterapi.10
c. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologik yang dapat ditemukan tergantung dari kelainan yang
terjadi :
Pada tipe osteolitik proses destruksi lebih menonjol.
Pada tipe osteoblastik pembentukan tulang lebih menonjol.
Pada tipe campuran terdapat proses osteolitik dan osteoblastik yang
seimbang.3
1. Foto Polos
Penampakan kasar dari sarkoma osteogenik bervariasi. Neoplasma tersebut
dapat berupa osteolitik, dengan tulang yang telah mengalami kerusakan dan
jaringan lunak diinvasi oleh tumor, atau osteoblastik sebagai akibat
pembentukan tulang sklerotik yang baru. Pada foto polos ditunjukkan lesi yang
agresif pada daerah metafise tulang panjang.
Rusaknya gambaran trabekula tulang dengan
batas yang tidak tegas tanpa reaksi endoosteal.
Tampak juga campuran area radiopak dan
radiolusen oleh karena adanya proses destruksi
tulang (bone destruction) dan proses
pembentukan tulang (bone formation).
Pembentukan tulang baru periosteum yang
menunjukkan adanya suatu bangunan yang
berbentuk segitiga, pengangkatan kortek tulang,
dengan pembentukan codmans triangle dan
gambaran sunburst dan disertai dengan
gambaran massa jaringan lunak, merupakan
gambaran yang sering dijumpai.
Foto polos thoraks juga perlu dibuat untuk
Gambar 9. Foto lateral femur yang
melihat adanya metastase ke paru-paru.1,11 menunjukkan gambaran Codmans
12
Triangel.
8
Gambar 11 . Multipel nodul pada kedua lapangan paru yang
6
merupakan tanda metastese ke paru-paru .
9
Gambar 14. Foto femur di samping menunjukkan
area sklerotik yang ireguler pada daerah
diametafiseal femur kiri. Tampak destruksi tulang
dengan elevasi periosteum secara bilateral
(Codmans Triangle) dan kumpulan massa jaringan
15
lunak di tengah.
10
2. CT scan dan MRI
CT (Computed Tomographic) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging
dikerjakan untuk mengetahui adanya ekstensi dari tumor ke jarinagn di
sekitarnya, termasuk juga pada jaringan neurovaskuler atau invasinya pada
jaringan otot. 1
CT pada thoraks sangat baik untuk mencari adanya metastase pada
paru-paru. Sesuai dengan perilaku biologis dari osteosarkoma, yang mana
sarkoma tumbuh secara radial dan membentuk seperti massa bola. Apabila
tulang menembus kortek tulang menuju jaringan otot sekitarnya dan seolah-
olah membentuk suatu kapsul (pseudo capsule) yang disebut reactive zone.
Kadang-kadang jaringan dapat invasi ke daerah zona reaktif dan tumbuh
berbentuk nodul yang berada di luar zona reaktif pada satu tulang yang
disebut skip lession. Bentuk ini semua sangat bagus dideteksi dengan MRI.1
11
3. Bone Scan (Bone Scintigraphy)
Pemeriksaan ini bertujuan menentukan
tempat terjadinya metastase, adanya tumor yang
poliostotik, dan eksistensi tumor. Apakah
intraoseus dan ekstraoseus. Juga untuk mengetahui
adanya skip lesion, sekali pun masih lebih baik
dengan MRI. Radio aktif yang digunakan adalah
thallium T1 201. Thallium scantigraphy digunakan
juga untuk memonitor respons tumor terhadap
pengobatam kemoterapi dan mendeteksi rekurensi
lokal dari tumor tersebut.1
4. Angiografi
Angiografi merupakan pemeriksaan yang lebih invasif. Dengan
angiografi dapat ditentuka jenis suatu osteosarkoma, misalnya pada High
Grade Osteosarcoma akan ditemukan adanya neovaskularisasi yang sangat
ekstensif. Selain itu angiografi dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan
pengobatan preoperatif kemoterapi yang mana apabila terjadi mengurang atau
hilangnya vaskularisasi tumor menandakan respon terapi kemoterapi
preoperatif berhasil.1
12
sering pada laki-laki daripada wanita. Pada anak dapat ditemukan fraktur
patologis.3,16
b. Gejala Klinis :
Gejala utama berupa nyeri dan pembengkakan pada daerah tumor dan
terdapat gejala umum lainnya kaheksia, nyeri tekan pada tumor dan
peninggian laju endap darah.Tumor biasanya sangat ganas, berkembang
secara cepat dan penderita meninggal dalam tiga sampai delapan belas
bulan pertama (95% meninggal pada tahun pertama).3
c. Lokasi :
Tumor ini terutama terdapat pada daerah diafisis dan metafisis tulang
panjang seperti femur, tibia, humerus, dan fibula. Atau pada tulang pipih
seperti pada pelvis dan skapula.3
d. Pemeriksan Radiologis :
Terlihat destruksi tulang terutama pada daerah lesi terutama pada diafisis
disertai dengan pembentukan tulang baru sepanjang diafisis tulang panjang
berbentuk fusiform di luar lesi yang merupakan suatu tanda khas yang
disebut onion skin appearance. Tumor dapat meluas sampai ke jaringan
lunak dengan garis-garis ossifkasi yang berjalan radier disertai dengan
reaksi periosteal. Tulang yang memberikan gambaran yang disebut sun ray
appearance serta terdapat terdapat Codmans triangle sehingga tumor dapat
disalahinterpretasikan sebagai osteogenik sarkoma. Pemeriksaan radiologis
lain yang dapat dilakukan adalah scanning radio isotop dimana daerah lesi
akan memperlihatkan peninggian aktivitas.3
13
Gambar20. Foto Ewing sarcoma pada os navikular.
16
Gambar ini menunjukkan reaksi periosteal.
2. Osteomyelitis
a. Definisi :
Osteomielitis adalah infeksi jaringan tulang dan dapat timbul akut atau
kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik
maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan
cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali
tulang seringkali timbul sebagai komplikasi dari
infeksi dari tempat-tempat lain seperti infeksi
faring (faringitis), telinga otitis media), dan kulit
(impetigo). Bakterinya (Staphylococcus Aureus,
Streptococcus, Haemiphillus Influenzae),
berpindah melalui aliran darah menuju metafisis
tulang di dekat lempeng
Gambar 21. Osteomielitis pada penderita
17
pertumbuhan tempat darah diabetes.
14
terlihat setelah sepuluh hari (dua minggu) berupa rare faksi tulang
yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru
di bawah periosteum yang terangkat.
Pemeriksaan radio isotop dengan 99m technetium akan
memperlihatkan penangkapan isotop pada daerah lesi. Dengan
menggunakan teknik label leukosit dilakukan scanning dengan 87m
gallium yang mempunyai afinitas terhadap leukosit. Dimana 111m
indium menjadi positif.
Pemeriksaan Ultrasonografi dapat memperlihatkan adanya efusi pada
sendi.3
3. Osteoblastoma
a. Definisi :
Osteoblastoma merupakan tumor primer yang jarang ditemukan pada
tulang dan dikategorikan sebagai tumor tulang jinak.18
b. Gambaran klinis :
Gejala nyeri yang ditemukan lebih ringan dibanding osteoid osteoma dan
lebih jarang terjadi. Kelainan ini merupakan 2,5% dari seluruh tumor jinak
tulang.
c. Pemeriksaan Radiologis :
Terlihat adanya osteolotik dengan batas-batas yang jelas serta adanya
bintik-bintik kalsifikasi. Diameter lesi bervariasi bisa sampai beberapa cm.
15
Gambar 23. Osteoblastoma. Tampak lesi
18
radiolusens/ radiopak.
16
VII. PENATALAKSANAAN
Belakangan ini osteosarkoma mempunyai prognosis yang lebih baik, disebabkan
prosedur penegakan diagnosis dan staging dari tumor yang lebih baik, begitu juga
dengan adanya pengobatan yang lebih canggih. Dalam pengobatannya sarkoma dapat
dibagi atas dua bagian yaitu dengan kemoterapi dan operasi.
a. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada osteosarkoma, terbukti
dalam tiga puluh tahun belakangan ini dengan kemoterapi dapat mempermudah
melakukan prosedur operasi penyelamatan ekstremitas (limb salvage procedure) dan
meningkatkan survival rate dari penderita. Kemoterapi juga mengurangi metastase ke
paru-paru dan sekalipun ada, mempermudah ,melakukan eksisi metastase tersebut.
Regimen standar yang dipergunakan dalam pengobatan osteosarkoma adalah
kemoterapi preopeartif (preoperative chemotheraphy)yang disebut juga dengan
induction chemotherapy dan kemoterapi post operatif (postoperative chemotherapy)
yang disebut juga adjuvant chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya,
sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara dini
terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah
melakukan operasi reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus masih dapat
mempertahankan ekstremitasnya. Pemberian kemoterapi postoperatif paling baik
dilakukan secepat mungkin sebelum tiga minggu.
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk oseteosarkoma
adalah : Doxorubicin (Adriamycin) , Cisplatin (Platinol), Ifosfamide (Ifex), Mesna
(Mesnex), dan methotrexate dosis tinggi (Rheumatrex). Protokol standar yang
digunakan adalah Doxorubicin dan Cisplatin dengan atau tanpa Methitrexate dosis
tinggi, baik sebagai terapi induksi (neo adjuvant) atau terapi adjuvant. Kadang-
kadang dapat ditambah Ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi agent ini,
dengan dosis yang intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate
sampai 60-80%.1
b. Operasi
Saat ini prosedur limb salvage merupakan tujuan yang diharapkan dalam operasi
osteosarkoma. Maka dari itu melakukan reseksi tumor dan melakukan
17
rekonstruksinya kembali dan mendapatkan fungsi yang memuaskan dari ekstremitas
merupakan salah satu keberhasilan dalam melakukan operasi. Dengan memberikan
kemoterapi preoperatif (induction neo adjuvant chemotheraphy) melakukan operasi
mempertahankan ekstremitas (limb sparing resection) dan sekaligus melakukan
rekonstruksi akan lebih aman dan mudah, sehingga amputasi tidak perlu dilakukan
pada 90-95% pada penderita osteosarkoma. Dalam penelitian terbukti tidak terdapat
perbedaan survival rate antara operasi amputasi dengan limb sparing resection.1
Amputasi terpaksa dikerjakan apabila prosedur limb salvage tidak dapat atau
tidak memungkinkan lagi dikerjakan. Setelah melakukan reseksi tumor, terjadi
kehilangan cukup banyak dari tulang dan jaringan lunaknya, sehingga memerlukan
kecakapan untuk merekonstruksi kembali dari ekstremitas tersebut. Biasanya untuk
rekonstruksi digunakan endo-prostesis dari methal. Protesis ini memberikan stabilitas
fiksasi yang baik sehingga penderita dapat menginjak (weight bearing) dan mobilisasi
secara cepat, memberikan stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari ekstremitas yang
baik dan memuaskan. Begitu juga endoprostesis methal meminimalisasi komplikasi
post operasinya dibanding dengan menggunakan bone graft.1
VIII. PROGNOSIS
Faktor penting yang mempengaruhi prognosis osteosarkoma adalah tingkat penyakitnya.
Kurang lebih 15% pasien osteosarkoma ditemukan dengan metastasis pada paru-paru pada
saat didiagnosis. Selanjutnya pasien ini memiliki prognosis yang buruk dengan masa survival
sebesar 20%. Pasien tanpa metastase paru-paru (contoh : metastase ke tulang) memiliki
18
prognosis yang lebih buruk. Pasien dengan skip metastases juga memiliki prognosis yang
sama buruknya dengan pasien dengan metastase yang jauh. Pasien yang memiliki hasil
histopatologi baik dari kemoterapi neoadjuvant (>95% sel tumor mati atau nekrosis) memiliki
prognosis yang lebih baik.12
19
DAFTAR PUSTAKA
21
22