Anda di halaman 1dari 2

NORA ANGRAINI

1510851015

Adat Istiadat

A. Pengertian Adat
Adat istiadat adalah aturan adat yang dirumuskan berdasarkan kata mufakat oleh ninik mamak
dakam suatu nagari. Aturan ini menampung segala kemauan dan aspirasi anak nagari menurut alua jo
patuik, patuik jo mungkin. Peraturan tersebut berbeda antara satu nagari dengan nagari lainnya, sebab
kemauan dan keinginan masyarakat suatu nagari nerbeda dengan nagari lainnya di Minangkabau.
Adat istiadat merupakan realisasi dari ajaran Dt Parpatih Nan sabatang yaitu nan tabasuik dari
bumi, naiak dari janjang nan dibawah. Jasdi adat Minangkabau dapat menampung keinginan dan
kehendak dari masyarakat. Aspirasi yang disalurkan sesuai dengan adaik jo limbago, manuruik barih jo
balabeh, manuruik cupak jo gantang dan manuruik alua jo patuik.
B. Proses Terbentuknya Adat Istiadat
Proses terbentuknya adat istiadat ada 2, yaitu :
1. Berdasarkan usul nagari dan anak kamanakan
2. Berdasarkan fenomena atau gejala-gejala yang tumbuh dan berkembang didalam masyarakat.
Sesuai dengan ungkapan adat :
Tumbuah bak padi digaro (tumbuh padi dipelihara)
Tumbuah bak bijo disiang (tumbuh seperti biji disiang)
Elok dipakai buruak dibuang (mana yangbaik dipakai yang buruk dibuang)
Elok dipakai jo mufakat ( yang baik dipakai dengan kesepakatan)
Buruak dibuang jo dirundingan (yang jelek dibuang setelah dirundingkan)
C. Perubahan Adat Istiadat
Adat Minangkabau bersumber dari ala yang memiliki dua sifat yaitu sifat yang tetap dan berubah.
Sifat alam yang tetap merupakan sumber adat yang babahua mati, sedangkan sifat alam yang berubah
dijadikan sebagai sumber adat nan babahua sintak.
Adat istiadat lahir dari masyarakat yang kemauannya selalu berubah, oleh sebab itu adat istiadat
juga dapat berubah.
Beberapa penyebab terjadinya perubahan adat istiadat
1. Keinginan atau tuntutan masyarakat itu sendiri
2. Pengaruh dari luar
Pengaruh luar tidak semuanya diterima, melainkan melalui proses penyaringan yang ketat,
masyarakat Minangkabau menghindari hal-hal yang akan merusak tatanan kehidupan masyarakat yang
sudah ada, seperti diungkapkan dalam kato pusako :
Jalan dialiah urang lalu ( jalan dialih orang lalu
Cupak dipapek urang panggaleh (ukuran dipapek pedagang)

D. Penerapan Adat Istiadat


Kebiasaan kita yang telah baik diwariskan oleh nenek moyang terdahulu dapat berubah karena
adanya pengaruh yang datang dari luar. Aspirasi masyarakat dapat diterima jika tidak bertentangan
dengan adat yang berlaku, seperti bidang kesenian, olahraga, pakaian, tertib sopan santun, permainan
anak nagari, makana khas, acara keramaian dan acara syukuran atau perhelatan.
Salah satu contoh adat istiadat adalah masalah perhelatan dan perjamua. Baik itu perhelatan
perkawinan, batagak gala, akikah, dll. Pengaturan acara perhelatan dan pemanggilan dilakukan sesuai
dengan adat istiadat masing-masing daerah, nagari. Secara umum berdasarkan besar kecilnya perhelatan
menurut adat Minangkabau dapat dibedakan atas :
1. Gontoh pucuak (petik pucuak) , maksudnya perhelatan yang dilakukan secara sederhana.
Makanan yang dihidangkan hanya seperti ikan dan ayam. Hal ini dikiaskan dalam ungkapan :
Salingkuang salingka parik (selingkungan parit)
Sa dusun duo dusun (sedusun dua dusun)
Dihimbau sado nan patuik ( dipanggil semua yang patut)
Dipanggia sado nan tapek (dipanggil semua yang tepat)
Saseba jalo ikan (selebar jalan ikan )
Jo lantak sepanjang galah
2. Kabuang Batang (kabung batang) yaitu perjamuan yang lebih besar. Pada perjamuan ini
biasanya dipotong sapi, dan diundang semua kerabat dan kenalan, baik yang dekat maupun
yang jauh, seperti diungkapkan dalam kato adat :
Sakato duo kato (satu kata dua kata)
Dihimbau ilia jo mudiak (dipanggil hilir dan mudik)
Dipangia suok jo kida (dipanggil kanan dan kiri)
Manamo alek saleba alam ( bernama pesta selebar alam )
Nan sabateh tanggua (yang sebatas tanggul)
Jikok dakek diimbau jo carano ( yang dekat diundang dengan carano)
Kok jauah surek dilayangkan ( yang jauh diundang dengan surat undangan )
3. Lambang urek, yaitu perjamuan yang diadakan besar-besaran, seperti dikiaskan dalam kato
adat :
Ajak sakato sanagari ( diikut sertakan seluruh nagari )
Sabuah rumah tak buliah tingga ( satu rumah tidak boleh tinggal )
Panggilan sisiak palapehan ( panggilan sisik palapehan )
Dipanggia sampai tabao ( diundang sampai terbawa)
Tapancang marawa dihalaman ( terpancang marawa dihalaman )
Langkok jo gong jo talempongnyo ( lengkap dengan gong dan talempong )
Dilapeh jo latuih badia (dilapeh dengan letusan senapan )
Bapakaian adaik salangkoknyo ( berpakaian adat selengkapnya )

Anda mungkin juga menyukai