Tamka
Tamka
yang antara lain meliputi pembuatan lubang-lubang bukaan ke arah dan di dalam
endapan yang sudah pasti ada, proses yang termasuk disini adalah semua tahapan
yang diperlukan suatu tambang menuju ke penjadwalan produksi yang lengkap
seperti persiapan peralatan penambangan, pembuatan jalan hauling, infrastruktur,
konstruksi, stockpile, pelabuhan, dll.
Karena spesifikasi yang cukup unik ini maka kami coba jelaskan tentang Kriteria
Bangunan pada konstruksi tambang sebagai berikut :
Seperti halnya jalan angkut di kota, jalan angkut di tambang pun harus
dilengkapi penyaliran (drainage) yang ukurannya memadai. Sistem penyaliran harus
mampu menampung air hujan pada kondisi curah hujan yang tinggi dan harus mampu
pula mengatasi luncuran partikelpartikel kerikil atau tanah pelapis permukaan jalan
yang terseret arus air hujan menuju penyaliran.
Apabila jalan tambang melalui sungai atau parit, maka harus dibuat jembatan yang
konstruksinya mengikuti persyaratan yang biasa diterapkan pada konstruksi jembatan
umum di jalan kota. Parit yang dilalui jalan tambang mungkin dapat diatasi dengan
pemasangan gorong-gorong (culvert), kemudian dilapisi oleh campuran tanah dan
batu sampai pada ketinggian jalan yang dikehendaki.
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran
operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang
mungkin terdapat disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah
rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja. Apabila
perlu dibuat terowongan (tunnel) atau jembatan, maka cara pembuatan dan
konstruksinya harus mengikuti aturan-aturan teknik sipil yang berlaku. Lajur jalan di
dalam terowongan atau jembatan umumnya cukup satu dan alat angkut atau
kendaraan yang akan melewatinya masuk secara bergantian. Pada kedua
pintu terowongan ditugaskan penjaga (Satpam) yang mengatur kendaraan masuk
secara bergiliran, terutama bila terowongan cukup panjang.
Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada
umumnya, yaitu:
(1) lebar jalan angkut,
(2) jari-jari tikungan dan super- elevasi,
(3) kemiringan jalan, dan
(4) cross slope.
Alat angkut atau truk-truk tambang umumnya berdimensi lebih lebar, panjang
dan lebih berat dibanding kendaraan angkut yang bergerak di jalan raya. Oleh sebab
itu, geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar alat
angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada kecepatan normal dan aman.
Jalan angkut yang lebar diharapkan akan membuat lalulintas pengangkutan lancar
dan aman. Namun, karena keterbatasan dan kesulitan yang muncul di lapangan, maka
lebar jalan minimum harus diperhitungan dengan cermat. Perhitungan lebar jalan
angkut yang lurus dan belok (tikungan) berbeda, karena pada posisi membelok
kendaraan akan membutuhkan ruang gerak yang lebih lebar akibat jejak ban depan
dan belakang yang ditinggalkan di atas jalan melebar. Disamping itu, perhitungan
lebar jalan pun harus mempertimbangkan jumlah lajur, yaitu lajur tunggal untuk jalan
satu arah atau lajur ganda untuk jalan dua arah.
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah dasar (sub-
grade) yang berfungsi untuk menopang beban lalulintas. Jenis konstruksi perkerasan
jalan pada umumnya ada tiga jenis, yaitu:
Pada jalan tambang jarang sekali digunakan material aspal atau beton semen
karena pemanfaatan jalannya tidak terlalu lama atau selalu berpindah-pindah dalam
tempo yang relatif singkat mengikuti area penambangan. Namun, di lokasi
perkantoran, fasilitas kesehatan atau perumahan karyawan tetap digunakan material
perkerasan dari aspal atau beton semen. memperlihatkan karakteristik keempat jenis
material perkerasan.
Material berbutir
Material berbutir terdiri atas kerikil dari sungai atau agregat batuan hasil mesin
pemecah batu (crusher). Distribusi ukuran butir material tersebut harus mengikuti
standar baku, baik ASTM, AASHTO, NAASRA atau SNI, agardapat menghasilkan
kestabilan secara mekanis dan dapat dipadatkan. Dalam proses perkerasannya dapat
pula ditambahkan aditif untuk menambah kestabilan tanpa menambah kekakuan.
Material terikat
Material terikat adalah material perkerasan yang dihasilkan dengan menambahkan
semen, kapur, atau zat cair lainnya dalam jumlah tertentu untuk menghasilkan bahan
yang terikat. Ikatan antar butir akan menghasilkan kuat tarik yang besar, sehingga
diharapkan lapisan perkerasan dapat menahan beban kendaraan dengan baik dan
berumur pakai lama.
Aspal
Aspal adalah kombinasi bitumen dengan agregat yang dicampur, dihamparkan dan
dipadatkan dalam kondisi campuran yang masih panas, sehingga terbentuk lapisan
perkerasan. Kekuatan aspal diperoleh dari gesekan antara partikel-agregat, viskositas
bitumen pada saat pelaksanaan perkerasan, kohesi dalam massa bitumen, dan adhesi
antara bitumen dengan agregat. Adapun kegagalan perkerasan aspal yang umum
terjadi adalah akibat stabilitas yang kurang sehingga terjadi deformasi permanen, atau
akibat kelelahan sehingga terjadi retakan-retakan.
Beton semen
Beton semen adalah agregat yang dicampur dengan semen PC secara basah. Lapisan
beton semen dapat digunakan sebagai lapisan fondasi bawah pada perkerasan lentur
dan kaku dan sebagai lapisan fondasi atas pada perkerasan kaku.
Sebagai lapisan fondasi bawah, beton semen dapat dituangkan begitu saja di atas
lapisan subgrade yang jelek (poor sub-grade) tanpa digilas., Beton semen harus
memiliki kuat tekan minimum 5 MPa setelah 28 hari jika menggunakan campuran
abubatu (flyash) dan jika tanpa abu batu kuat tekan minimumnya 7 MPa.
Pada perkerasan kaku memang selalu menggunakan beton semen sebagai lapisan
atau landasan fondasi atas. Prinsip parameter perencanaan fondasi beton didasarkan
atas kuat lentur rencana 90 hari. Setelah 90 hari diestimasi bahwa kuat lentur fondasi
cukup stabil pada ketebalan perkerasan yang telah diperhitungkan.
ASPEK KESELAMATAN JALAN ANGKUT
Jarak pandang yang aman (safe sight distance) diperlukan oleh pengemudi (operator)
untuk melihat ke depan secara bebas pada suatu tikungan. Jika pengemudi melihat
suatu penghalang yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan antisipasi untuk
menghindari bahaya tersebut dengan aman. Jarak pandang minimum sama dengan
sama dengan jarak berhenti. Jarak pandang terdiri dari (1) Jarak Pandang Henti (Jh)
dan (2) Jarak Pandang Mendahului (Jd).
Jarak Pandang Henti adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi
untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di
depan. Ketinggian mata pengemudi berkisar antara 4,00 4,90 m, sedangkan tinggi
penghalang yang dapat menimbulkan kecelakaan berkisar antara 0,15 0,20 m diukur
dari permukaan jalan. Jarak Pandang Henti berkaitan erat dengan kecepatan laju
kendaraan, gesekan ban dengan jalan, waktu tanggap dan gravitasi.