Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Tidak ada daya
dan upaya selain dari-Nya. Semoga kita selalu dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam
mengarungi kehidupan ini.
Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta
keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman di manapun
mereka berada.
Alhamdulillah dengan izin dan kehendak dari-Nya lah, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini berjudul Peningkatan Pelayanan pada BBL, Bayi, dan Balita dan
item keduanya, Peningkatan Deteksi Dini Komplikasi Kebidanan dan BBL oleh tenaga
kesehatan dan masyarakat.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing kami Ibu
Nurmawati.,SST.,SPd.,MM.Kes yang telah membimbing kami dalam memberikan gambaran
tentang materi yang harus diselesaikan dan juga semua pihak yang turut membantu
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan hasil makalah
ini. Akhirnya, pemakalah berharap hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para
pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1
DAFTAR ISI ........................................................................................ 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan ........................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelayanan Kesehatan Neonatus ................................................ .............................. 5
B. Pelayanan Kesehatan Bayi ....................................................................................... 6
C. Pelayanan Kesehatan Anak Balita............................................................................ 25
D. Komplikasi Kebidanan dan neonatus oleh Tenaga Kesehatan Maupun 27
Masyarakat ...............................................................................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 34
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesehatan
suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah
dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya
adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat
pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS
merupakan internensi yang most Effective untuk mengatasi masalah kematian
balita yang disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare,
cmpak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan
tersebut.
Dewasa ini 45 % kematian bayi terjadi pada usia kuarang dari 1 bulan.
Penyebab utama kematian neonatus adalah tetanus neonatorum, gangguan yang
timbul pada bayi berat lahir rendah (BBLR ) dan asfiksia. Upaya yang dilakukan
untuk mencegah kematian neonatus diutamakan pada pemeliharaan kehamilan
sebaik mungkin, pertolongan persalianan 3 bersih (bersih tangan penolong, alat
pemotong tali pusat dan alas tempat tidur ibu) dan peralatan bayi baru lahir yang
adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis.
Selain hal terebut di atas, dilakukan pula upaya deteksi dini neonatus resiko
tinggi agar segera dapat diberikan pelayanan yang diberikan.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,
Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan
paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai
dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997
dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peningkatan pelayanan pada neonatus, bayi, dan balita ?
2. Apa yang dimaksud Deteksi dini komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan dan masyarakat ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui peningkatan pelayanan pada neonatus, bayi dan balita
2. Agar mengetahui deteksi dini komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga
kesehatan dan masyarakat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
4. Bayi dengan ikterus neonatorum (ikterus > 10 hari setelah lahir).
5. Bayi lahir dengan sepsis
6. Bayi lahir dengan berat > 4000 gram
7. Bayi preterm dan post-term
8. Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
9. Bayi lahir dari proses persalian dengan tindakan.
(Syafrudin,2009:225)
6
1. Penilaian, Klasifikasi Dan Pengobatan Bayi Muda Sakit Umur 1 Minggu Sampai 2
Bulan
Memeriksa Kemungkinan Infeksi Bakteri
GEJALA KLASIFIKASI
1. Kejang atau
2. Napas cepat (60 kali per
menit atau lebih) atau KEMUNGKINAN
3. Tarikan dinding dada ke INFEKSI
dalam yang sangat kuat BAKTERI YANG
atau SERIUS
4. Pernapasan cuping
hidung atau
5. Suara merintih atau
6. Ubun- ubun cembung
7
atau
7. Nanah keluar dari
telinga atau
8. Pusar kemerahan meluas
ke kulit atau
9. Panas (lebih dari 37,
5C atau teraba panas)
atau dingin (kurang
36C atau teraba
dingin)atau
10. Pustul kulit banyak/
parah atau
11. Letargis atau tak sadar
atau
12. Gerakan bayi lemah atau
kurang dari normal.
13. Pusar kemerahan atau INFEKSI
bernanah atau BAKTERI
14. Pustul di kulit. LOKAL
8
1. Sangat lambat (lebih dari 2 detik)?
2. Lambat?
Klasifikasikan diare
Untuk dehidrasi
9
diklasifikasikan
sebagai dehidrasi
ringan/sedang atau
berat.
10
Lakukan Penilaian Tentang Cara Meneteki
a. Apakah bayi diberi ASI beberapa jam sebelumnya?
Jika bayi tidak diberi ASI beberapa jam sebelumnya, mintalah ibu untuk meneteki
bayinya. Amati pemberian ASI dengan seksama (jika bayi baru diberi ASI
beberapa jam sebelumnya, ibu di minta menunggu, dan memberi tahu jika bayi
sudah mau menetek lagi).
b. Apakah bayi bisa melekat dengan baik?
Untuk menilai apakah melekat dengan baik, perhatikan:
1. Dagu bayi menempel payudara ibu dengam baik
2. Mulut terbuka lebar
3. Bibir bawah membuka keluar
4. Areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bawah mulut.
(semua tanda di atas harus ada untuk dapat disebut: melekat dengan baik )
c. Apakah bayi mengisap dengan efektif (mengisap dalam dan lambat diselingi
istirahat)?
d. Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi bayi menetek.
11
b. Mengisap
kurang efektif
atau
c. Pemberian ASI
kurang dari 8
kali dalam 24
jam atau
d. Mendapat
makanan dan
minuman lain
selain ASI atau
e. Berat badan
terhadap umur
rendah atau
f. Terdapat luka
atau bercak
putih di mulut
(trush)
Berat badan Tidak ada masalah
menurut umur pemberian minum
tidak rendah
dan tidak ada
tanda-tanda
pemberian
minum yang
kurang adekuat
12
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein
C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum banyak
diketahui perannya dalam pembekuan darah.
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu :
a. Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau, sediaan yang ada saat
ini adalah chemophor dan vitamin K mixed micelles (KMM).
b. Vitamin K2 (menaquinone), disintesis oleh flora usus normal seperti bacteriodes
fragilis dan beberapa strain E coli.
c. Vitamin K3 (Menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan vitamin K
sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena dilaporkan dapat
menyebabkan anemia hemolitik
Secara fisiologis koagulasi yang tergantung vitamin K dalam tali pusat sekitar
50 % dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 48-72 jam
setelah melahirkan. Kemudian kadar faktor ini akan bertambah secara perlahan
selama beberapa minggu tetap berada dibawah kadar orang dewasa. Peningkatan ini
disebabkan oleh absorpsi vitamin K dari makanan. Sedangkan bayi baru lahir relatif
kekurangan vitamin K karena berbagai alasan, antara lain karena simpanan vitamin K
yang rendah pada waktu lahir, sedikitnya transfer vitamin K melalui plasenta,
rendahnya kadar vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran cerna.
Sediaan vitamin K yang ada di indonesia adalah vitamin K3 (menadione) dan
vitamin K1 (phytomenadione). Yang direkomendasikan oleh berbagai negara di dunia
adalah vitamin K1. Australia sudah menggunakan vitamin K1 sebagai regimen
profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir (sejak tahun 1961). Hasil kajian HTA
tentang pemberian profilaksis dengan vitamin K adalah Vitamin K1. Selain sediaan
injeksi, terdapat pula sediaan tablet oral 2 mg, tetapi absopsi vitamin K1 oral tidak
sebaik vitamin K1 intra muskuler, terutama pada bayi yang menderita diare.
Disamping efikasi, keamanan bioalavailabilitas dan dosis optimal, sediaan oral untuk
mencegah PDVK masih memerlukan penelitian. Pemberian vitamin K, oral
memerlukan dosis pemberian selama beberapa minggu (3x dosis oral, masing-masing
2 mg yang diberikan pada waktu lahir, umur 3-5 hari dan umur 4-6 minggu), sebagai
konsekuensinya maka tingkat kepatuhan orang tua pasien merupakan suatu masalah
tersendiri.
13
a. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK)
PDVK dapat terjadi spontan atau perdarahan karena proses lain seperti
pengambilan darah vena atau pada operasi, disebabkan karena berkurangnya faktor
pembekuan darah (koagulan) yang tergantung pada vitamin K yaitu faktor II,VII,IX
dan X . Sedangkan faktor koagulasi lainnya, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit
dalam batas normal.
b. Tujuan
1. Tujuan umum:
Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PDVK
2. Tujuan khusus :
a. Tercapainya target pemberianprovilaksis injeksi vitamin K1, pada bayi
baru lahir sedini mungkin yaitu 1-2 jam setelah lahir.
b. Tercapainya target pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir
yangkomprehensif ditingkat pelayanan dasar.
c. Terlindunginya bayi baru lahir terhadap PDVK
d. Meningkatnya jangkauan dan kualitas pelayanankesehatan bagi bayi baru
lahir.
c. Pelaksana
Tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan atau petugas
pelayanan kesehatan ibu dan anak disemua unit pelayanan kesehatan.Pelaksanaan
pemberian injeksivitamin K1 profilaksis
d. Cara pemberian
1. Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis
2. Jenis vitamin K1 yang digunakan adalah vitamin K1, (phytomenadione)
injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg vitamin k1, per 1 ml.
3. Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
a) Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml kemudian
disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral
sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
b) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0
(unijeck), dengan selang waktu 1-2 jam.
4. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara
yang sama.
14
5. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan
pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.
6. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.
(Kemenkes,2010:3-7)
3. Pemberian Pelayanan Tindak Lanjut Pada Bayi Sakit Umur< 2 Bulan
1. Infeksi bakteri lokal
Sesudah 2 hari:
Perhatikan pusar bayi, apakah merah atau keluar nanah? Apakah kemerahan
meluas ke kulit sekitarnya?
Perhatikan pustul pada kulit, apakah pustulnya banyak atau parah?
Tindakan:
a. Jika nanah atau kemerahan menetap atau bertambah parah, rujuk.
b. Jika nanah atau kemerahan membaik, beritahu ibu untuk menyelesaikan
pemberian antibiotik selama 5 hari dan meneruskan pengobatan infeksi lokal
di rumah.
2. Masalah pemberian minum/ ASI
Sesudah 2 hari:
Lakukan penilaian ulang tentang cara pemberian minum.
Tanyakan tentang masalah pemberian minum yang ditemukan pada saat
kunjungan pertama.
a. Nasihati ibu tentang semua masalah pemberian minum. Nasihati ibu untuk
melakukan perubahan cara pemberian minum yang mendasar, ibu diminta
datang lagi bersama bayinya.
b. Jika berat badan bayi rendah menurut umurnya, ibu diminta kembali 14 hari
sesudah kunjungan pertama, untuk mengetahui penambahan berat badan bayi.
Pengecualian:
Jika tidak yakin akan ada perubahan dalam cara pemberian minum, atau berat
badan bayi terus menurun, rujuk.
15
Timbanglah bayi dan tentukan apakah berat badan bayi menurut umur masih
rendah.
Lakukan penilaian ulang tentang cara pemberian minum.
a. Jika berat badan bayi menurut umur tidak lagi rendah, puji ibu dan bangkitkan
semangatnya untuk melanjutkan.
b. Jika berat badan bayi menurut umur masih tetap rendah, tetapi sudah mau
minum dengan baik, puji ibu. Ibu diminta untuk menimbang bayinya kembali
dalam satu bulan atau saat kembali untuk imunisasi.
c. Jika berat badan bayi menurut umur masih rendah dan tetap mempunyai
masalah pemberian minum, nasihati ibu tentang masalah pemberian minum
tersebut.
Ibu diminta untuk kembali dalam 14 hari (atau saat dia kembali untu
imunisasi, jika hal ini berada dalam kurun waktu 2 minggu).
Lanjutkan untuk memeriksa bayi setiap beberapa minggu sampai bayi mau
minum dengan baik dan berat badannya bertambah secara teratur atau tidak
lagi mempunyai berat badan rendah.
Pengecualian:
Jika tidak yakin akan ada perubahan dalam cara pemberian minum, atau berat
badan bayi terus menurun. Rujuk.
2. Luka atau bercak putih di mulut (trush)
Sesudah 2 hari:
Lihat adanya luka atau bercak putih di mulut (trush)
Lakukan penilaian ulang tentang cara pemberian minum.
a. Jika trush bertambah parah, atau bayi mempunyai masalah dalam menetek,
rujuk.
b. Jika trush menetap atau membaik, dan jika bayi mau menetek dengan baik,
lanjutkan pemberian gentian violet 0,25% sampai seluruhnya 5 hari.
16
1. Periksa semua bayi muda untu kemngkinan kejang, gangguan napas, hipotermia,
kemungkinan infeksi bakteri, ikterus dan gangguan saluran cerna. Selanjutnya
dibuat klasfikasi berdasarkan tanda atau gejala yang dilakukan.
2. Tanyakan kepada ibu apakah bayi diare. Jika diare periksa gejala atau tanda yang
terkait. Klasifikasikan bayi muda untuk dehidrasinya. Klasifikasikan juga ungtuk
diare persisten atau mungkin disentri.
3. Periksa bayi untu kemungkinan berat badan rendah atau masalah pemberian ASI.
Selanjutnya klasifikasikan bayi muda berdasarkan tanda/gejala yang ditemukan.
4. Tanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di imunisasi. Tentukan status
imunisasi bayi muda.
5. Tanyakan kepada ibu masalah lain seperti kongenital, trauma lahir, perdarahan tali
pusat, dan sebagainya.
6. Tanyakan kepada ibu keluhan / masalah ibu yang terkait dengan bayinya.
Jika bayi muda membutuhkan rujukan segera, teruskan pemeriksaan saudara secara
cepat. Lewati penilaian pemberian ASI karena akan makan waktu.
a. Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Kejang
Pemeriksaan ini dilakukan pada semua bayi muda ketika saudara melakukan
kunjungan rumah atau bayi muda datang keklinik saudara. Kejang merupakan
gejala kelainan susunan saraf pusat (SSP) dan merupakan keadaan darurat. Kejang
pada bayi muda umur <2 hari berhubungan dengan asfiksia, trauma lahir dan
kelainan bawaan. Kejang pada umur >2 berkaitan dengan tetanus neonatorum,
infeksi dan kelainan metabolic seperti kurangnya kadar gula darah. Pada bayi
kurang bulan, kejang lebih sering disebabkan oleh perdarahan intracranial.
Di Indonesia, kejang pada bayi muda disebabkan oleh tetanus neonatorum,
sepsis, meningitis, enselalitis, perdarahan otak dan cacat bawaan. Tanda/ gejala
klinis kejang pada bayi muda sangat bervariasibahkan kadang sulit dibedakan
dengan gerakan normal. Meskipun demikian, jika saudara menjumpai
gejala/gerakan yang tidak biasa, terjadi secara berulang-ulang dan periodik,
saudara harus memikirkan kemungkinan bayi kejang.
17
Memeriksa kejang
Tanya : Lihat dengar, raba
1. Apakah ada riwayat kejang ? Adakah tanda/gejala berikut:
a. Tremor dengan atau tanpa kesadaran
menurun ?
b. Menangis melengking tiba-tiba?
c. Gerakan yang tidak terkendali pada mulut,
mata, atau anggota gerak ?
d. Mulut mecucu?
e. Kaku seluruh badab dengan atau tanpa
rangsangan ?
Ajukan pertanyaan ini pada ibu. Riwayat kejang pada episode sakit ini, kadang
sulit diketahui. Jika ibu mengatakan bayinya kejang atau ada gerakan yang
tidak biasa, pikirkan kemungkinan bayi kejang. Gunakan istilah local yang
mdah dimengerti ibu seperti setep
Tremor atau gemetar adalah gerakan halus yang konstan. Tremor disertai
kesadaran menurun, kemingkinan bayi kejang. Tremor atau kesadaran
menurun biasanya disebabkan oleh kadar gula darah turun. Kesadaran
menurun dapat di nilai pada saat membuka pakaian bayi. Jika bayi sadar, ia
akan bangun ketika saudara membuka pakaiannya. Jika bayi tidak sadar ia
tidak dapat dibangunkan atau tidak bereaksi ketika disentuh.
18
Gerakan tidak terkendali berupa gerakan berulang-ulang pada mulut seperti
menguap, mengunyah atau mengisap, pada mata seperti kelopak mata
berkedip-kedip, adanya gerakan cepat bola mata, mata mendelik (melihat
keatas terus), atau bola mata berputar-putar dan pada anggota gerak misalnya
kaki seperti mengayuh sepeda, tangan seperti petinju atau gerakan tangan dan
atau kaki berulang-ulang satu sisi. Pada bayi normal kadang ditemukan
gerakan tidak terkendali, namun gerakan tersebut berhenti ketika disentuh atau
di elus-elus, sedangkan pada kejang, gerakan tersebut tetap ada.
Mulut yang mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup khas
pada tetanus neonatorum.
LIHAT DAN RASA : Apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan?
Disebut kejang tonik jika seluruh tubuh bayi terlihat kaku disertai fase lemas
yang bergantian. Kejang tonik terlihat jika ada rangsangan sentuhan, cahaya
atau suara. Kejang seperti ini biasanya pada bayi dengan tetanus.
Klasifkasi kejang
Klasifikasi kejang jika bayi mempunyai tanda/gejala berikut ini. Pada bayi dengan
klasifikasi kejang harus segera dlakukan tindakan atau pengobatan dan dirujuk.
A. Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Gangguan Napas
Pola napas pada bayi muda tidak teratur, frekuensi napas normal bayi cukup bulan
adalah 30-59 kali/menit. Frekuensi napas >60 kali per menit atau <30 kali/ menit dan
menetap, menunjukkan ada gangguan napas, biasanya disertai tanda atau gejala bayi biru
(sianosis), tarikan dinding dada yang kuat dan dalam, pernapasan cuping hidung serta
terdengar suara merintih. Saat menghitung napas, bayi harus dalam keadaan tenang. Bila bayi
menangis, minta ibu untuk menenangkan bayinya.
19
Memeriksa gangguan napas
LIHAT DAN DENGAR
a. Adakah henti napa (apnea) >20 detik?
b. Hitung napas dalam 1 menit
Jika napas > 60 kali/menit ulangi lagi
Apakah bayi napas cepat (>60 kali/ menit)
Atau napas lambat (<30 kali per menit)
c. Lihat apakah bayi tampak biru ?
d. Lihat apakah ada tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat/?
e. Lihat adakah pernapasan cuping hidung?
f. Dengar apakah bayi merintih ?
Jika bayi terlihat tidak bernapas, saudara segera menghitung 1 sampai 20, jika
bayi tidak bernapas ketika hitungan mencapai 20 berarti bayi mengalami
apnea.
Hitung napas dalam 1 menit seperti pada anak umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Jika hitungan pertama >60 kali per menit, ulangi menghitung. Hal ini penting
karena pernapasan pada bayi muda sering kali tidak teratur, kadang-kadang
berhenti bernapas beberapa detik diikuti dengan periode pernapasan yang
lebih cepat. Hitung napas >60 kali/menit, artinya bayi muda bernapas cepat.
Hitung napas <30 kali/menit, bayi muda bernapas lambat.
20
Sedikit tarikan dinding dada adalah normal pada bayi muda karena dinding
dada masih lunak. Bila ada tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat ,
mudah terlihat atau menetap,berarti ada gangguan napas.
Pernapasan cuping hidung adalah pelebaran cuping hidung pada waktu bayi
menarik napas. Ada pernapasan cuping hidung menandakan bayi mengalami
kesulitan bernapas.
Merintih adalah suara napas pendek-pendek dan halus yang terdengar saat
bayi menghembuskan napas. Terdengar suara merintih menandakan bayi
kesulitan bernapas.
Gangguan napas pada bayi muda merupakan keadaan yang berbahaya. Jika terjadinya
pada awal kehidupan,dapat menyebabkan gangguan dan kerusakan otak yang selanjutnya
memberikan kecacatan yang menetap.
Jika pada pemeriksaan ditemukan gejala/tanda diatas, maka klasifikasi bayi muda
adalah diklasifikasikan menderita gangguan napas. Lihat bagan berikut ini.
TANDA/GEJALA KLASIFIKASI
Ditemukan satu tanda atau lebih di bawah ini:
a. Henti napas (apnea)>20 detik, atau
b. Napas cepat >60 kali per menit, atau
c. Napas lambat <30 kali per menit, atau Gangguan Napas
d. Bayi tampak biru, atau
e. Tarikan dinding dada kedalam sangat
kuat, atau
f. Pernapasan cuping hidung, atau
g. Bayi merintih
21
disebut hipotermia. Suhu bayi pada hari-hari pertama kehidupannya mudah turun terutama
pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), lahir kurang bulan dan bayi yang mengalami
asfiksia. Bayi dengan hipotermia mudah sekali meninggal.
Mengukur suhu bayi muda menggunakan thermometer pada aksiler (ketiak) selama 5
menit.tidak dianjurkan mengukur secara rectal karena dapat mengakibatkan perlukaan pada
anus. Sebelum mengukur suhu, pastikan air raksa pada thermometer menunjukkan angka
yang terendah. Jika tidak ada thermometer, saudara dapat meraba bagian tangan, kaki atau
badan bayi untuk mengetahui apakah demam atau dingin.
1. Memeriksa hipotermia
Lihat dan Raba :
a. Ukur suhu aksiler dengan thermometer atau raba badan bayi,
b. Apakah tangan, kaki atau badan bayi teraba dingin?
c. Apakah bayi mengantuk /letargis?
d. Adakah bagian badan bayi berwarna merah dan mengeras(sklerema)?
e. Apakah gerakan bayi kurang dari normal?
22
Bayi sehat terlihat aktif, gerakan kaki dan tangan simetris pada saat terjaga,
posisi ekstremitas dalam keadaan fleksi. Memperhatikan gerakan bayi dapat
dilakukan bersamaan ketika saudara melakukan pemeriksaan.
1. Klasifikasi Hipotermia
Dalam mengklasifikasikan hipotermia, lihat tanda dan gejala yang terdapat pada
bagan dibawah ini. Pilihlah klasifikasi yang sesuai dengan tanda/gejala yang saudara
temukan.
TANDA/GEJALA KLASIFIKASI
a. Suhu badan < 36 C, atau
b. Seluruh badan teraba dingin disertai
salah satu tanda berikut : HIPOTERMI BERAT
1. Nengantuk/letargis, atau
2. Ada bagian badan bayi
berwarna merah dan mengeras
(sklerema).
6. Cara menggunakan formulir pencatatan bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan
berikut ini adalah sebagian dari formulir pencatatan bayi muda. Baris atas
berisi identitas, suhu badan, keluhan dan jeni kunjungan/kontak dengan bayi muda.
Bagian selanjutnya merupakan catatan penilaian dan klasifikasi bayi muda. Pengisian
formulir pencatatan bayi muda sedikit berbeda dengan formulir pencatatan balita sakit
umur 2 bulan sampai 5 tahun. Apabila hasil penilaian saudara tidak ditemukan
klasifikasi penyakit, maka saudara harus member tanda garis (-) pada kolom
Klasifikasi, kecuali pada penilaian untuk diare. Jika bayi tidak diare, tidak perlu
member tanda (-) karena saudara sudah member tanda (v) pada pernyataan TIDAK.
Pelajari contoh formulir di berikut ini yang telah diisi untuk menunjukkan
sebagian dari hasil penilaian dan klasifikasi untuk bayi muda.
23
FORMULIR PENCATATAN BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN
Tanggal : 12 januari 2003
Nama bayi : Sasi Nama orang tua : Rian Alamat :Dukak tretes
Umr : 3 hari Berat badan :3000 gram. Suhu badan : 36,2 C
TANYAKAN :Bayi ibu sakit apa? Sesak kunjungan pertama?V kunjungan ulang ?
MEMERIKSA KEJANG -
1. Ada riwayat kejang
2. Terdapat tanda/gejala kejang
a. tremor dengan atau tanpa kesadran
menurun
b. menangis melengking
c. gerakan yang tidak terkendali pada mulut,
mata, atau anggota gerak
d. mulut mecucu
e. kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa
rangsangan.
MEMERIKSA GANGGUAN NAPAS
1. napas berhenti lebih dari 20 detik.
2. Hitung npas dalam 1 menit 64 kali/menit
a. Ulangi jika > 60 kali/menit, hitung napas
kedua 67 kali/menit. Napas cepat Gangguan
b. Napas lambat (<30 kali per menit). Napas
3. Bayi tampak biru
4. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat
kuat
5. Pernapasan cuping hidung
6. Bayi merintih
MEMERIKSA HIPOTERMIA
24
1. Suhu badan <36 C antara 36 C-36,4 C
2. Seluruh badan teraba dingin disertai
a. Mengantuk/letargis atau Hipotermi
b. Ada bagian tubuh bayi berwarna merah dan sedang
mengeras (skleremal).
c. Kaki/ tangan teraba dingin disertai gerakan
bayi kurang normal.
25
Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah
mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam
buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak
balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik
dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak blita di bawah garis merah
harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal
2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana
pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali setahun warna merah.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.
5. Pelayanan anak balita sesuai standart dengan menggunakan pendekatan MTBS.
(Karwati,2011:133-134)
TANYAKAN: LIHAT:
1. Apakah anak bisa minum atau 1. Apakah anak tampak letargis/tidak sadar
menetek?
2. Apakah anak selalu memuntahkan
semuanya?
Seorang anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penanganan segera, selesaikan
penilaian ini dan lakukan penanganan segera, sehingga rujukan tidak akan terlambat.
26
Gunakan Semua Kotak Yang Sesuai Dengan Keluhan/Masalah Anak Untuk
Mengklasifikasikan Penyakit.
Jika ya,
Tanyakan: lihat, dengar: ANAK HARUS TENANG
Berapa lama?
1. Hitung napas dalam 1 menit
2. Perhatikan, adakah tarikan dinding dada ke dalam
3. Lihat dan dengar adanya stridor
27
Factor risiko pada ibu hamil adalah:
a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Anak lebih dari 4
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
d. Kurang energy kronik (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,
atau penambahan berat badan < 9 kg selama kehamilan.
e. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
f. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan
tulang belakang.
g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
h. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: tuberkolosis, kelainan
jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endrokrin (diabetes mellitus, sistemik lupus-
eritematosis,dll), tumor dan keganasan.
i. Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu,
mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat congenital.
j. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesaria, ekstrasi
vakum/forceps.
k. Riwayat nifas dengan komplikasi : pendarahan pasca persalinan, infeksi masa
nifas, psikosis post partum (post partum blues).
l. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
congenital.
m. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dempit, monster.
n. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
o. Kelainan letak dan posisi janin : lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan
lebih dari 32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9-12 kg selama
kehamilan.
(Hermawan,2011:12-13)
28
18 PENAPISAN
Nama :
Tanggal :
Jam :
NO Kriteria Ya Tidak
1. Riwayat bedah sesar
2. Perdarahan pervaginam
3. Persalinan kurang bulan
4. Ketuban pecah denganbmekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (>24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (<37
minggu)
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda /gejala infeksi
10. Pre eklampsia / hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primi para dalam fase aktif, kepala masih 5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi ganda (majemuk)
16. Kehamilan ganda atau gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
29
c. Post partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan
pembekuan darah, sub involusi uteri.
3) Hipertensi dalam kehamilan (HDK) : tekanan darah tinggi (sistolik > 140 mmHg,
diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial.
4) Ancaman persalinan premature.
5) Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominal, sepsis.
6) Distosia : persalinan macet, persalinan tak maju.
7) Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan
yang adekuat difasilitas pelayanan kesehatan. Factor waktu dan transportasi
merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh
karenanya deteksi factor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan
kesakitan ibu.
Factor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil.
Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi pada neonates. (Hermawan,2011:13-14)
1. Pelayanan obstetric :
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
30
b. Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan (pre-eklampsi dan
eklampsi)
c. Pencegahan dan penanganan infeksi
d. Penanganan partus lama/mancet
e. Penanganan abortus.
f. Stabilisasi komplikasi obstetric untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
2. Pelayanan neonates :
a. Pencegahan dan penanganan asfiksia
b. Pencegahan dan penanganan hipotermi
c. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR)
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonates, kejang neonates dan ikterus
ringan-sedang.
e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum
Stabilisasi komplikasi neonates untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
( Karwati, 2011 : 130-131).
31
( Karwati, 2011 : 129-130).
32
hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi
baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa
puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak
mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU
Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetridan neonatal emergensi
komprehensif (PONEK) yang sipa selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus
mampu melaksanakan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio
sesaria, perawatan neonatus serta transfusi darah .
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka
kasus-kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal
sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.
( Karwati, 2011 : 131-132).
33
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan yang sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya
3 kali, selama periode 0-28 hari setelah lahir baik di fasilitas kesehatan maupun
melalui kunjungan rumah.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29
hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan
mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan
jajarannya seperti Dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan
masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Deteksi dini kehamilan dengan factor risiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai risiko dan komplikasi kebidanan.
Pelayaanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan
kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas
PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitive sesuai standar oleh
tenaga kesehatan kompetensi pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2003, Manajemen Terpadu Bayi Muda Umur 1 Hari samapi 2 Bulan,
Jakarta : Departemen Kesehatan
35