Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PRAKTIKUM KATA PENGANTAR

TOKSIKOLOGI KLINIK Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas terselesaikannya laporan ini yang berjudul
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
dimana dalam laporan ini berisi uji zat toksik serta prosedur
uji.

Penulis banyak mcenguapkan terima kasih kepada


seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini.
Harapan kami semoga apa yang kami bahas di laporan ini
DISUSUN OLEH :
dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk generasi
PRABAWATI GALUH T (1162080) selanjutnya.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
butuhkan untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis
NASIONAL
mengucapkan terima kasih.

SURAKARTA Surakarta, 29 Mei 2017

2017 Prabawati Galuh T

0 1
DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA ...................................................... 80

KATA PENGANTAR ...................................................... 1 LAMPIRAN .................................................................... 83

DAFTAR ISI ...................................................................... 2 JURNAL FITOKIMIA .................................................. 114

LAPORAN UJI SALISILAT ............................................ 4

LAPORAN UJI COFFEIN ............................................. 13

LAPORAN UJI PAPAVERIN ........................................ 22

LAPORAN UJI BARBITURAT...................................... 24

LAPORAN UJI DIAZEPAM .......................................... 30

LAPORAN UJI ASAM BENZOAT ............................... 38

LAPORAN UJI NIPAGIN ............................................. 48

LAPORAN UJI SAKARIN ............................................. 52

LAPORAN UJI RAKSA59

LAPORAN UJI FITOKIMIA66

2 3
ASAM SALISILAT Hasil : Warna Kuning (+) Salisilat
3. Uji Zwikker B
Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes zwikker B,
Sampel : Asam salisilat terbentuk endapan hijau jika terdapat salisilat.
Hasil : Endapan Hijau (+) Salisilat
No Sampel :
4. Uji Marquis
Percobaan : Uji Fraksi A (Salisilat) pada urine Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tets formaldehid
dan 3 tetes H2SO4 p.a berlebih, terbentuk warna
Prinsip : Penyaringan Fraksi A
merah keunguan (merah karmin) jika terdapat
A. Hasil Percobaan (10) salisilat.
1. Uji Jorisson Hasil : Merah Karmin (+) Salisilat
Cara uji : Ekstrak ditambah FeCl3 5% / 2N, jika
warna ungu menunjukkan adanya salisilat. B. Pembahasan
Hasil : Warna Ungu (+) Salisilat Asam salisilat memiliki rumus molekul
2. Uji Vitalli-Morrin C6H4COOHOH berbentuk Kristal berwarna merah
Cara uji : Ekstrak ditambah 1 tetes HNO3 conc muda terang hingga kecoklatan yang memiliki berat
kemudian dipanaskan, setelah dingin tambahkan 2 molekul sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh
tetes aseton dan 2 tetes KOH 2N dan 2 tetes etanol, sebesar 1,443 g/mL. mudah larut dalam air dingin
terbentuk warna kuning jika terdapat salisilat. tetapi dapat mel;arutkan dalam air panas. Asam salisilat

4 5
mudah menjadi karbondioksida dan phenol bila C7H6O3.Titik sublimasi 76o C; Titik lebur 159o C;
dipanaskan secara cepat pada suhu sekitar 200o C . Kelarutan dalam air 0,2 g/100 mL pada 20oC.
Sifat fisika dan kimia : Kerapatan relatif (air=1) : 1,4.
a. Nama Bahan e. Frasa resiko, frasa keamanan dan tingkat bahaya
Asam salisilat Peringkat NFPA ( skala 0-4)
b. Golongan Kesehatan 0 : Tingkat keparahan sangat
Anagelsik dan Antipiretik lain rendah
c. Nama lain/sinonim/nama dagang Kebakaran 1 : Dapat terbakar
Orthohydroxybenzoic acid; 2 -hydroxybenzoic Reaktivitas 0 : Tidak reaktif
acid; Acido Orthoxibenzoico; Acidium f. Penggunaan
Salicylicum; Salizylsaure; Acetylsalisylic Acid Imp Sebagai pengawet makanan, pembuatan metal
C; Acetylsalicylic Acid Impurity C; Fema salisilat, asetil salisilat, atau salisilat yang lain.
3985;Retarder Tsa. g. Identifikasi Bahaya
d. Deskripsi Rute paparan
Paparan jangka pendek
Bentuk padat, serbuk kristal tidak berwarna atau
Terhirup : Iritasi
berwarna putih tetapi jika dibuat dari metal salisilat
Kontak dengan kulit : Iritasi
alami, berwarna kuning atau merah muda, tidak
Kontak dengan mata : Iritasi
berbau atau sedikit berbau mint, berasa manis.
Berat molekul 138,1; Rumus molekul

6 7
Tak tercampurkan/ tercampurkan : inkompatibel
pusing, kesulitan bernapas, sakit kepala, dengan oksidator. Dengan oksidator akan bereaksi
mengantuk, disorientasi, gangguan Pengoksidasi (kuat) : kemungkinan bahaya
pendengaran, gangguan penglihatan, kongesti meledak dan terbakar
paru, kerusakan ginjal, kejang, koma. Bahaya dekomposisi : Produk dekompodidi
Paparan jangka panjang termal Oksida Karbon
Terhirup : Tidak ada informasi tentang efek Polimerisasi : Tidak terpolimerisasi
samping yang signifikan i. Penyimpanan
Kontak dengan kulit : Luka bakar, dering di Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan
telinga, mual, muntah, diare, pusing. perundang-undangan dan standart yang berlaku
Kontak dengan mata : Iritasi Simpan terpisan dari bahan-bahan inkompatibel
Tertelan : Dering di telinga, mual, muntah, Simpan di wadah yang sejuk, kering dan
diare, pusing, kesulitan bernapas, sakit kepala, terlindung dari cahaya
mengantuk, disorientasi, gangguan j. Efek klinis
pendengaran, gangguan penglihatan, kongesti Keracunan akut
paru, kerusakan ginjal, kejang, koma. Terhirup : Iritasi diserati batuk, bersin dan sesak
h. Stabilitas dan Reaktivitas nafas. Paparan berat dapat menyebabkan
Reaktivitas : stabil pada keracunan sistemik : gejala meliputi sakit kepala,
tekanan dan suhu normal pusing, nadi cepat dan tinnitus.

8 9
Kontak dengan kulit : Telah dilaporkan terjadinya Kontak dengan kulit : Penggunaan asam
keracunan parah akibat penggunaan salep asam salisilat dan atau metal salisilat pada kulit dan
salisilat untuk mengatasi masalah dermatologi dan penyakit rematik dapat menyebabkan keracunan
untuk perawatan kulit luka bakar. melalui penyerapan perkutan. Telah dilaporkan
Kontak dengan mata : Iritasi kejadian keracunan salisilat yang mengancam jiwa
Tertelan : Gejala awal keracunan salisilat akibat penyerapan perkutan asam salisilat ( salep
antara lain mual dan muntah, nyeri epigastrium dan 10%) pada anak laki laki usia 7 tahun dengan
kadang-kadang hematemesis. Pada intoksikasi vulgaris ichthyosis . Penggunaan gel yang
ringan hingga sedang dapat menimbulkan gejala mengandung asam salisilat pada gigi dapat
hiperventilasi, berkeringat, demam, iritabilitas, menyebabkan keracunan.
tinnitus dan hilangnya pendengaran. Pada
Kontak dengan mata : Tidak tersedia informasi
keracunan berat kemungkinan terjadi hipoventilasi,
mengenai efek samping yang signifikan
pingsan, halusinasi, kejang, papiloedema dan koma
terutama pada anak-anak. Dapat pula terjadi Tertelan :Keracunan salisilat kronis terjadi akibat
metabolic asidosis, non-kardiogenik paru edema, penggunaan yang berlebihan selama jangka waktu
hepatotoksisitas dan disritmia jantung. 12 jam atau lebih. Jalur metabolisme asam salisilat
menjadi jenuh dan dengan demikian konsentrasi
Keracunan kronik
plasma mengalami peningkatan sehingga
Terhirup : Iritasi menghasilkan racun. Anak kecil beresiko

10 11
mengalami overdosis terutama saat demam, COFFEIN
berkeringan dan takikardia. Intoksikasi salisilat
diberikan ke penyakit yang mendasari dan
Sampel : Coffein
digunakan sebagai indikasi untuk meningkatkan
dosis. Anak-anak dapat mengalami keracunan No Sampel :

salisilat melalui ASI. Tanda-tanda keracunan Percobaan : Uji Fraksi C (Coffein) pada urine
salisilat kronis meliputi metabolic asidosis, Prinsip : Penyarian fraksi C
hipoglikemia, lesu dan koma.

C. KESIMPULAN A. Hasil Percobaan


Pada sample no. dengan sampel salisilat positif (+) 1. Uji Murexide
pada pemeriksaan uji Jorrison, uji Vitalli-Morrin, uji Cara uji : Ekstrak ditambah 10 tetes H2O2 dan
Zwikker B, dan uji Marquis. HClconcentrate (pada cawan penguap) lalu dipanaskan
sampai kering dan berwarna kuning merah, lalu
ditambahkan NH4OHconcentrate , terjadi warna merah
violet jika terdapat coffein.
Hasil : (+) warna merah violet, mengandung
coffein
2. Uji Kalium Ferosianat

12 13
Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes K4Fe(CN)6, Cara uji : Ekstrak ditambah FeCl3 5% 2N, jika
jika larutan berwarna kuning menunjukkan adanya terjadi endapan orange menunjukkan adanya coffein.
coffein. Hasil : (+) endapan orange, mengandung
Hasil : (+) larutan berwarna kuning, coffein
mengandung coffein 7. Uji Zwikker B
3. Uji Parry Cara uji : Ekstrak ditambah 10 tetes Co(NO3)2
Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen Parry, dan sepucuk sendok Na2B4O7 atau 2 tetes NH4OHconc,
jika larutan berwarna biru menunjukkan adanya jika terjadi endapan biru violet menunjukkan adanya
coffein. coffein.
Hasil : (+) larutan berwarna biru, mengandung Hasil : (+) endapan biru violet, mengandung
coffein coffein
4. Uji Mayer 8. Uji Marquis
Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes formaldehid
Mayer, jika larutan berwarna putih kekuningan dan 2 tetes H2SO4, jika terjadi cincin coklat
menunjukkan adanya coffein. menunjukkan adanya coffein.
Hasil : (+) larutan berwarna putih kekuningan, Hasil : (+) cincin coklat, mengandung coffein
mengandung coffein
5. Uji Argentum B. Pembahasan
Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes NaOH 2N
dan 2 tetes AgNO3 2N, jika terjadi endapan hitam Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga
menunjukkan adanya coffein. methylxanthine bersama sama senyawa tefilin dan
Hasil : (+) endapan hitam, mengandung teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf
coffein pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih
6. Uji Jorrison yang pahit (Phytomedical Technologies, 2006) dengan

14 15
rumus kimianya C6H10O2, dan struktur kimianya b. Efek Jangka Pendek Kafein
1,3,7- trimetilxantin (Farmakologi UI, 1995). Mencapai jaringan dalam waktu 5 (lima) menit
Beberapa sifat fisik kafein: dan tahap puncak mencapai darah dalam waktu 50
Berat molekul : 194.19 g/mol menit, frekuensi pernafasan ; urin, asam lemak
Densitas : 1.23 g/cm3, solid dalam darah ; asam lambung bertambah disertai
Titik leleh : 227228 C (anhydrous) peningkatan tekanan darah. Kafein juga dapat
: 234235 C (monohydrate) merangsang otak (7,5-150 mg) dapat meningkatkan
Titik didih : 178 C subl aktifitas neural dalam otak serta mengurangi
Kelarutan dalam air : 2.17 g/100 ml (25 C) keletihan), dan dapat memperlambat waktu tidur
18.0 g/100 ml (80 C) (Drug Facts Comparisons, 2001)
67.0 g/100 ml (100 C) c. Efek Jangka Panjang Kafein
Keasaman : -0,131,22 pKa Pemakaian lebih dari 650 mg dapat
Momen dipole : 3.64 D menyebabkan insomnia kronik, gelisah, dan
a. Sumber Kafein ulkwus. Efek lain dapat meningkatkan denyut
Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai jantung dan berisiko terhada pwenumpukan
secara alami di didalam makanan contohnya biji kolesterol, menyebabkan kecacatan pada anak yang
kopi, teh, biji kelapa, buah kola (cola nitide) dilahirkan (Hoeger, Turner, and Hafen, 2002).
guarana dan mate. Teh adalah sumber kafein yang d. Metabolisme Kafein
lain, dan mengandung setengah dari kafein yang Diserap sepenuhnya oleh tubuh melalui usus
dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh hitam kecil dalam waktu 45 menit setelah penyerapan dan
mengandung lebih banyak kafein dibandingkan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Pada orang
jenis teh yang lain. Teh mengandung sedikit jumlah dewasa yang sehat jangka waktu penyerapannya
teobromine dan sedikit lebih tinggi theophyline dari adalah 3-4 jam, sedangkan pada wanita yang
kopi. memakai kontrasepsi oral waktu penyerapan adalah

16 17
5-10 jam. Pada bayi dan anak memiliki jangka Mobilisasi kalsium intasellular dan inhibisi
waktu penyerapan lebih panjang (30 jam). Kafein phosphodiesterase khusus hanya berlaku pada
diuraikan dalam hati oleh sistem enzym sitokhrom konsentrasi kafein yang sangat tinggi dan tidak
P 450oksidasi kepada 3 dimethilxanthin metabolik, fisiologis. Oleh sebab itu, mekanisme kerja yang
yaitu : paling relevan adalah antagonis mereseptor
a.Paraxanthine (84%),mempunyai efek adenosine. Adenosine berfungsi untuk
meningkatkan lipolysis, mendorong pengeluaran mengurangkan kadar ledakan neuron selain
gliserol dan asam lemak bebas didalam plasma menghabat transimisi sinaptik dan pelepasan
darah meurotransmiter.
b.Theobromine(12%) melebarkan pembuluh darah f. Efek Fisiologis Kafein
dan meningkatkan volume urin. Theobromine 1) Efek pada system saraf pusat
merupakan alkaloida utama didalam kokoa (coklat) Dalam dosis rendah dan moderat,
c.Theophyline(4%), melonggarkan otot saluran methylxanthine terutama kafein menyebabkan
pernafasan, digunakan pada pengobatan asma. peningkatan kortikal dengan mewujudkan
Masing masing dari hasil metabolisme ini akan kewaspadaan dan penundaan kelelahan.
dimetabolisme lebih lanjut dan akan dikeluarkan Namun, kafein tidak langsung meningkatkan
melalui urin (Drug Facts Comparisons, 2001). metabolisme dalam tubuh, bahkan konsumsi
e. Mekanisme Kerja Kafein jangka panjang akan menekan metabolisme
Efek fisiologis kafein yang beraneka ragam energy, yang akan menyebabkan kelelahan
mungkin disebabkan oleh tiga mekanisme kerjanya, adrenal. Selanjutnya, menurut Human
(1) mobilisasi kalsium intrasellular, (2) peningkatan Biochemistry and Disease, dengan menangkal
akumulasi nukleotida siklik karena hambatan adenosine, kafein juga dapat mengurangi aliran
phosphodiesterase dan (3) antagonisme reseptor darah ke otak, yang menyebabkan timbul
adenosine (Nehlig, 2010). keluhan sakit kepala, pusing dan mengurangi

18 19
koordinasi motorik halus. Namun, peningkatan curah jantung(Katzung, 2004).
kafein dapat mengurangi sakit kepala migraine Kafein juga menyebabkan dilatasi pembuluh
yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah termasuk pembuluh darah koroner dan
darah di otak (Bond, 2011) pulmonal(Syarif, 2009).
2) Efek pada system kardiovaskuler
3) Efek pada ginjal
Methylxanthine memiliki efek
kronotropik dan inotropik positif secara Semua xantin meningkatkan produksi urine.
langsung pada jantung. Pada konsentrasi 4) Efek pada otot polos
rendah, efek ini timbul akibat daripada Efek terpenting xantin ialah relaksasi otot
peningkatan pelepasan katekolamin yang bronkus, terutama bila otot bronkus dalam
disebabkan oleh penghambatan reseptor keadaan konstriksi secara eksperimental akibat
adenosine presinaptik. Pada konsentrasi yang histamine atau secara klinis pada pasien asma
lebih tinggi (> 10 mol / L), influx kalsium bronchial.
ditingkatkan secara langsung melalui 5) Efek pada otot rangka
peningkatan cAMP yang diakibatkan oleh Dalam kadar terapi, kafein ternyata dapat
penghambatan phosphodiesterase. Pada memperbaiki kontraktilitas dan mengurangi
konsentrasi tinggi (> 100 mol / L), penyerapan kelelahan otot diafragma pada orang normal
kalsium oleh sarkoplasma retikulum terganggu. maupun pada pasien yang menderita penyakit
Pada individu yang luar biasa sensitif, konsumsi paru obstruktif kronis.
beberapa cangkir kopi dapat menyebabkan C. Kesimpulan
aritmia, tetapi pada kebanyakan orang bahkan
Pada sampel yang diperiksa mengandung
pemberian parenteral dengan dosis
Coffein dengan hasil positif pada tes Kalium Ferosianat,
methylxanthine yang lebih tinggi hanya
Parry, Mayer, Argentum, Jorisson, Zwikker B,
menyebabkan timbulnya sinus takikardia dan
Murexide dan Marquis.

20 21
PAPAVERIN Cara Uji:Ekstrak ditambah DAB HCl dan 2 tetes
H2SO4 pekat, terbentuk endapan oranye jika
terdapat papaverin
Sampel : Papaverin Hasil: Endapan oranye (+) papaverin
No Sampel :
4. Ekstrak +K4Fe(CN)6
Percobaan :Uji Fraksi D (Papaverin)
Cara Uji: Ekstrak ditambah K4Fe(CN)6 dan 2 etes
Prinsip : Pemisahan papaverin dari sampel urine FeCl3 terbentuk warna biru tua jika terdapat
dengan metode stass otto (Fraksi D) papaverin
Hasil: Warna biru tua (+) papaverin
A. Hasil Percobaan
1. Uji Marquis 5. Uji Jorisson
Cara Uji: Ekstrak ditambah 2 tetes formaldehid Cara Uji: Ekstrak ditambah FeCl3 5%/2N,
dan 3 tetes H2SO4 pekat, terbentuk cincin ungu jika terbenuk endapan kuning jika terdapat papaverin
terdapat papaverin Hasil: Endapan kuning (+) papaverin
Hasil: Cincin ungu, (+) papaverin
6. Uji Zwikker B
2. Uji Mayer Cara Uji: Ekstrak ditambah 2 tetes zwikker B,
Cara Uji: Ekstrak ditambah 2 tetes reagen mayer, erbentuk larutan biru jika terdapat papaverin
terbentuk larutan kuning jika terdapat papaverin Hasil: Larutan biru (+) papaverin
Hasil: Larutan Kuning (+) papaverin
3. Ekstrak + DAB HCl 7. Uji Parry

22 23
Cara Uji: Ekstrak ditambah 2 tetes reagen parry, tidak lebih dari 107% dari jumlah yang tertera pada etiket
terbentuk larutan merah muda jika terdapat (Depkes RI, 1995:647).Toleransi dalam waktu 30 menit, harus
papaverin larut tidak kurang dari 80% C20H21NO4.HCl, dari jumlah
Hasil: Larutan merah muda (+) papaverin yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995:648)

8. Ekstrak + NaOH + AgNO3 Alkaloid papaverine mempunyai nilai pharmaceutical yang


tinggi karena dapat mengobati berbagai macam
Cara Uji: Ekstrak ditambah 2 tetes NaOH dan 2 penyakit.Papaverine merupakan karena dapat mengobati
tetes AgNO3, terbentuk endapan hitam jika berbagai macam penyakit.Papaverine merupakan senyawa
terdapat papaverin bahan alam yang mempunyai aktifitas fisiologi yang cukup
Hasil: Endapan hitam (+) papaverin luas. Papaverine bersifat sebagai antimikrobial, anti leukemik
dan anti neoplastik (Sudarma, I.M, & Bremner John, 2007)

A. Kesimpulan
B. Pembahasan Pada sampel No. Mengandung papaverin dengan hasil
positif pada semua percobaan.
Tablet Papaverin Hcl

Papaverin berupa hablur putih atau serbuk hablur putih; tidak


berbau; rasa agak pahit. Melebur pada suhu lebih kurang 220o
Cdisertai peruraian, dan mempunyai kelarutan sebagai berikut
: larut dalam air dan dalam kloroform.sukar larut dalam etanol;
praktis tidak larut dalam eter (DepKes RI, 1995:647).

Tablet Papaverin Hidroklorida mengandung Papaverin


Hidroklorida, C20H21NO4.HCl; tidak kurang dari 93% dan

22 23
BARBITURAT
3. Uji Zwikker B
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen
Zwikker B, jika positif mengandung Barbiturat
Sampel : Barbiturat akan membentuk warna hijau.
Hasil : (+) Berbiturat (terbentuk warna hijau)
No Sampel :
4. Uji Jorrison
Percobaan : Uji Fraksi B (Barbiturat)
Cara Uji : Ekstrak ditambah reagen FeCl3 5 %,
Prinsip : Penyarian Fraksi B jika positif mengandung Barbiturat akan
membentuk endapan coklat kemerahan.
Hasil : (+) Barbiturat (terjadi endapan coklat
kemerahan)
A. Prosedur Uji
1. Uji Milon
5. Uji K4Fe(CN)2
Cara Uji : Ekstra ditambah 2 tetes reagen
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen
Milon, jika positif mengandung Barbiturat akan
FeCl3 dan 2 tetes reagen K4Fe(CN)2, jika positif
membentuk endapan putih.
mengandung Barbiturat akan membentuk
Hasil : (+) Barbiturat (terjadi endapan putih)\
endapan coklat kemerahan.
Hasil : (+) Barbiturat (terjadi endapan coklat
2. Uji Parry
kemerahan)
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen
Parry, jika positif mengandung Barbiturat akan
B. Pembahasan
membentuk warna biru.
Selama beberapa waktu barbiturat telah digunakan
Hasil : (+) Bariturat (terbentuk warna biru)
secara ekstensif sebagai hipnotik-sedatif. Namun

24 25
sekarang selain untuk beberapa penggunaan yang pendek (2 minggu atau kurang) karena memiliki
spesifik, golongan obat ini telah digantikan efek samping.
olehbenzodiazepin yang lebih aman. Berdasarkan masa
kerjanya, turunan barbiturate dibagi menjadai 4 yaitu : Mekanisme kerja barbiturate pada SSP adalah sebagai
1) Turunan barbiturate dengan masa kerja yang berikut :
panjang (6 jam atau lebih) Barbiturat bekerja pada seluruh SSP , walaupun pada
Contohnya : barbiturate, metarbital, setiap tempat tidak sama kuatnya. Dosis nonanestesi
fenobarbital. terutama menekan responspasca sinaps.
2) Turunan barbiturate dengan masa kerja sedang Penmghambatan hanya terjadi pada sinaps GABA-
(3-6 jam). nergik. Walaupun demikian efek yang terjadi mungkin
Contoh : alobarbital, amobarbital, aprobarbital, tidak semuanya melaui GABA sebagai mediator.
dan butabarbital berguna untuk Barbiturate memperlihatkan beberapa efek yang
mempertahankan tidur dalam jangka waktu berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi sinaptik,
yang panjang. kapasitas barbiturate membantu kerja GABA sebagian
3) Turunan barbiturate dengan masa kerja yang menyerupai benzodiazepine, namun pada dosis yang
pendek (0.5-3 jam ) lebih tinggi bersifat sebagai agonis GABA-nergik ,
Contoh : sekobarbital dan pentobarbital yang sehingga pada dosis berbiturat dapat menimbulkan
digunakan untuk menimbulkan tidur untuk depresi SSP yang berat.
organg yang sulit jatuh tidur.
4) Turunan barbiturate dengan masa kerja sangat Rumus molekul : C12H12N2O3
pendek (<0.5 jam)
Nama kimia : asam 5-etil-5 fenilbarbiturat
Contoh : tiopenta yang digunakan untuk
anestesi umum. Barbiturat harus dibatasi Bobot molekul : 232,24
penggunaannya hanya untuk jangka waktu

26 27
Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih sedativum dan 100 mg atau lebih bekerja sebagai obat
tidak berbau, rasa pahit tidur. Overdosis barbital dapat menimbulkan depresi
sentral dengan penghambatan pernafasan berbahaya,
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, koma dan kematian.
agak sukar larut dalam kloroform, larut dalam etanol
C. Kesimpulan
Sifat Farmakologi Pada sampe No. uji barbiturate positive pada uji
Fenobarbital merupakan obat golongan barbiturate Parry,uji Milon, Uji Jorrison, Uji K4(Fe(CN)6, dan uji
yang berkhasiat sebagai hipnotik sedative yang zwikker B.
berefek utama depresi susunan syaraf pusat. Hipnotika
adalah zat-zat yang dalam dosisi diperuntukkan
meningkatkan keinginan tidur dan mempermudah atau
menyebabkan tidur. Lazimnya, obat ini diberikan pada
malam hari. Bilamana zat-zat ini diberikan pada siang
hari dalam dosis yang rendahuntuk tujuan
menenangkan, maka dinamakan sedative (obat-obat
pereda). Hipnotika atau sedative termasuk dalam
kelompok psikotropika yang mencakup obat-obat
yang menekan atau menghambat fungsi-fungsi
susunan syaraf pusat.

Dewasa ini hanya beberapa barbiturate yang masih


digunakan untuk indikasi-indikasi tetrtentu sperti
fenobabarbital yang memiliki sifat antikonvulsif.
Dosis fenobarbital 15-30 mg bekerja sebagai

28 29
DIAZEPAM Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen
parry, jika positif mengandung Diazepam akan
membentuk warna merah bata.
Hasil : (+) Diazepam (terjadi warna merah bata)
Sampel : Diazepam d) Uji Zwikker B
Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen
No Sampel :
zwikker b, jika positif mengandung Diazepam
Percobaan : Uji Fraksi D (Diazepam) pada urine akan membentuk endapan hijau dengan larutan
berwarna biru
Prinsip : Penyarian fraksi D Hasil : (+) Diazepam (terbentuk endapan hijau
dengan larutan berwarna biru)
e) Uji K4Fe(CN)6
A. Prosedur uji Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen
a) Uji Marquis K4Fe(CN)6, jika positif mengandung Diazepam
Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen akan membentuk warna kuning.
formaldehida dan H2SO4 pekat, jika positif Hasil : (+) Diazepam (terbentuk warna kuning)
mengandung diazepam akan membentuk warna f) Uji Jorrison
kuning. Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen FeCl3
Hasil : (+) Diazepam (terjadi warna kuning) 5 %, jika positif mengandung Diazepam akan
b) Uji Dragendorf terbentuk endapan orange.
Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen Hasil : (+) Diazepam (terjadi endapan orange)
dragendorf, jika positif mengandung Diazepam g) Uji Kalium Ferisianat
akan membentuk warna merah. Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes FeCl3 2N
Hasil : (+) Diazepam (terjadi warna merah) dan 2 tetes reagen K4Fe(CN)6,, jika positif
c) Uji Parry

30 31
mengandung Diazepam akan membentuk warna phenyl-3H-1,4 benzodiazepin-2 (1H) one;
biru hijau. Apaurin Apozepam; Atensine; Atilen
Hasil : (+) Diazepam (terbentuk warna biru Bialzepam; Calmpose; Ceregular; Diazemuls
hijau) Eridan; Faustan; LA 111; Methyldiazepinone;
h) Uji Mayer Paxate; Vival; StesolinValium; Diazepam
Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen methanol solution; 7-Chloro-1-methyl-5-
mayer, jika positif mengandung Diazepam akan phenyl-1H-1,4 benzodiazepin-2(3H)-one;
membentuk warna putih kekuningan. Diazepam; Diacepin; Alboral; Aliseum;
Hasil : (+)Diazepam (terbentuk warna putih Alupram Amiprol.
kekuningan) 3) Penggunaan
i) Uji Argentum Digunakan dalam pengobatan untuk terapi
Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen anxiolytic, relaksasi otot rangka (skelet),
NaOH dan 2 tetes reagen AgNO3 2N, jika postif antikonvulsan, antagonis kardiotoksisitas akibat
mengandung Diazepam akan membentuk keracunan klorokuin, dan meredakan gejala
endapan hitam. ketagihan alkohol.
Hasil : (+) Diazepam (terjadi endapan hitam) 4) Bahaya Kesehatan
B. Pembahasan 1. Organ Sasaran
1) Golongan Sistem saraf pusat , menyebabkan
Diazides (diazos), halogenated, aromatic; depresi pernapasan dan penurunan
benzodiazepin kesadaran .
2) Sinonim/Nama Dagang 2. Rute Paparan
2H-1,4-Benzodiazepin-2-one, 7-chloro-1,3- a) Paparan Jangka Pendek
dihydro-1-methyl-5-phenyl-;7 Chloro-1,3- Terhirup : Tidak tersedia informasi
dihydro-1-methyl-5-phenyl-2H-1,4 Kontak dengan Kulit : Dosis letal pada hewan
benzodiazepin-2-one;7 Chloro-1-methyl-5- yang dilaporkan adalah 800 mg/kg.

32 33
Gejala keracunan tidak dilaporkan. pernapasan atau sirkulasi serta kematian,
Kontak dengan Mata : Tidak tersedia informasi. namun jarang.
Tertelan : Dilaporkan menimbulkan gejala b) Paparan Jangka Panjang
berupa bullae (melepuh), Terhirup : Paparan jangka panjang atau
nekrosis kelenjar keringat ekrin dan tinnitus. berulang dapat menyebabkan timbulnya reaksi
Efek lain yang mungkin timbul adalah sakit alergi.
kepala, mual, muntah, epigastric distress, Kontak dengan Kulit : Paparan jangka panjang
diare, inkontinensia, kantuk, lelah, pusing, atau berulang dapat menyebabkan timbulnya
lemah, relaksasi otot, ataksia, disartria, reaksi alergi.
perubahan salivasi, bicara cadel, rasa pahit, Kontak dengan Mata : Tidak tersedia informasi.
pupil dilatasi, diplopia (penglihatan ganda), Tertelan : Penggunaan secara berulang dapat
nystagmus dan penglihatan buram, iritabilitas, menyebabkan agranulositosis, trombositopenia,
gangguan mental dan fungsi psikomotorik, pansitopenia, anemia aplastik dan asidosis
gangguan ingatan jangka pendek dan laktat. Selain itu, sebagai tambahan terhadap
anterograde amnesia (tidak dapat mengingat efek paparan akut, menelan benzodiazepi secara
apapun yang baru terjadi), serta nyeri sendi berulang dapat menyebabkan reaksi
dan nyeri pada dada. Pada dosis yang lebih paradoksikal, seperti ansietas dan stimulasi,
besar, terutama pada kasus intoksikasi berat, ruam kulit, urtikaria, edema, agranulositosis,
mula-mula dapat menimbulkan rasa gembira reaksi hepatik dan jaundice, ketidakteraturan
yang kemudian diikuti dengan sedasi, lalu menstruasi, anovulasi, dan gangguan fungsi
berkembang menjadi stupor (pingsan), dan seksual. Penggunaan benzodiazepin jangka
kemungkinan koma. Kemungkinan dapat panjang dapat menimbulkan ketergantungan
pula menimbulkan hipotensi dan takikardi atau psikologis atau fisik. Penghentian tiba-tiba
bradikardi. Dapat menyebabkan depresi dapat menyebabkan gejala putus obat.

34 35
5) Pertolongan pertama pada korban tertinggal. Jika iritasi tidak mereda, segera bawa
keracunan ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
1. Terhirup 4. Tertelan
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Jangan lakukan induksi muntah atau
Gunakan kantung masker berkatup atau memberikan apapun melalui mulut pada
peralatan yang sejenis untuk memberikan korban yang tidak sadarkan diri. Jika terjadi
pernapasan buatan jika dibutuhkan. Segera muntah, posisikan kepala lebih rendah
bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan daripada panggul untuk mencegah risiko
terdekat. aspirasi ke dalam paru-paru. Jika korban
2. Kontak dengan Kulit tidak sadarkan diri, posisikan kepala
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan menoleh ke arah samping. Segera bawa ke
sepatu yang terkontaminasi. Cuci kulit, kuku, rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
dan rambut menggunakan sabun atau deterjen C. Kesimpulan
ringan dan air yang banyak sampai dipastikan Dalam sampel no. Mengandung Diazepam dengan uji
tidak ada bahan kimia yang tertinggal, positif pada uji Marquis, Dragendorf, Parry, Zwikker
sekurangnya selama 15-20 menit. Segera bawa B, K4Fe(CN)6, Kalium Ferisianat, Mayer, dan
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat Argentum.
jika diperlukan.
3. Kontak dengan Mata
Lepaskan lensa kontak, jika ada. Segera cuci
mata dengan air yang banyak, Sekurangnya
selama 15-20 menit dengan sesekali membuka
kelopak mata bagian atas dan bawah sampai
dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang

36 37
ASAM BENZOAT 3. Ekstrak + H2SO4 2N
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes H2SO4 2N, terbentuk
kristal putih
Sampel : Mogu-mogu Hasil : Tidak ada perubahan(-) Asam Benzoat
Percobaan : Asam Benzoat
4. Uji Jorrison
Tujuan : Melakukan pengujian asam benzoat sebagai Cara Uji : Ekstrak ditambah FeCl3 5%, terbentuk warna
bahan pengawet makanan dan minuman. jingga tua
Hasil : Warna kuning (-) Asam Benzoat
Prinsip : Pemisahan asam benzoat dalam sampel
dengan cara ekstraksi.
5. Ekstrak + FeCL3 + H2SO4 (p)
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes FeCL3 dan 2 tetes
H2SO4 (p), terbentuk endapan coklat oranye
A. Hasil Percobaan Hasil : Endapan coklat oranye (+) Asam Benzoat
1. Uji Esterifikasi 6. Uji Marquis
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes H2SO4 (p.a) dan 2 Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes Formaldehide dan 2
tetes C2H5OH dipanaskan mengahasilkan bau harum. tetes H2SO4 (p), terbentuk warna coklat tua
Hasil : Bau harum (+) Asam Benzoat Hasil : Warna coklat tua (+) Asam Benzoat

B. Kesimpulan
2. Ekstrak + AgNO3 Pada sampel Mogu-mogu mengandung asam benzoate
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes AgNO3, terbentuk dengan hasil positif pada Uji Esterifikasi, Ekstrak +
endapan putih AgNO3, Ekstrak + FeCl3 + NH4OH, Uji Marquis dan hasil
Hasil : Endapan putih (+) Asam Benzoat negatif pada Uji Jorisson, Ekstrak + H2SO4 2N.
C. Pembahasan

38 39
Asam benzoate (C6H5COOH) adalah padatan Kristal berwarna 8. Faktor kompresibilitas kritis : 0,248
putih dan merupakan asam karboksilat aromatic yang paling 9. Viskositas (1300C) : 1,26 mPa.s (cPa)
sederhana. Asam benzoate merupakan zat pengawet yang 10. Panas penguapan pada 140oC : 534 J/g
sering dipergunakan dalam saos dan sambal. Jumlah 11. Panas pembakaran : 3227 KJ/mol
maksimum asam benzoate yang boleh dipergunakan adalah 12. Panas pencampuran : 147 J/g
1000 ppm atau 1 gram per kg bahan (permenkes No 13. pH pada larutan jenuh, 25oC : 2,8
722/Menkes/per/IX/1988). Pembatasan penggunaan asam
benzoate ini bertujuan agar tidak terjadi keracunan pada tubuh
manusia. Konsumsi yang berlebihan dari asam benzoate dalam Sifat kimia asam benzoate
suatu bahan makanan tidak dianjurkan karena jumlah zat 1.Reduksi cincin asam benzoat membentuk asam karboksilat
pengawet yang masuk ke dalam tubuh akan bertambah siklis, dan kaprolaktam sebagai intermediate, yang digunakan
semakin banyak dan seringnya mengkonsumsi. pada pembuatan nilon.
Dengan pemilihan katalis dan kondisi operasi, reduksi asam
Sifat fisik asam benzoate
benzoat pada gugus karboksil dapat membentuk benzil
1. Massa Molar : 122,12 gr/mol alkohol.
2. Temperatur leleh normal : 122,40 C 2.Hidrogenasi asam benzoat menjadi kaprolaktam dengan
3. Temperatur didih pada 1 atm : 2490 C katalis nikel dan direaksikan dengan NOHSO4.
3. Asam benzoat mempunyai cincin dengan letak meta,
4. Densitas sehingga dapat untuk reaksi substitusi lebih lanjut. Reaksi
-. Padat : 1,316 gr/cm3 cincin yang terjadi adalah sulfonasi, nitrasi
-. Cair : 1,029 gr/cm3 dan klorinasi, tetapi agak sulit pada deaktifasi cincin karena
5. Tekanan kritis : 4,47 MPa adanya gugus karboksil. Deaktifasi dapat dilakukan dengan
6. Temperatur kritis : 751o K katalis atau dengan menaikkan
7. Volume kritis : 339,1cm3/mol suhu.

40 41
4. Oksidasi asam benzoat menjadi fenol dengan katalis
tembaga.
5. Garam potasium dari asam benzoat direaksikan dengan CO2
pada kenaikan suhu dan tekanan dapat membentuk asam
terepthalat.

Kegunaan asam benzoate

Asam benzoat banyak digunakan sebagai bahan pengawet


makanan, yaitu bahan makanan dan minuman berasa
asamseperti sirup, dalam farmasi sebagai antiseptik, obat-
obatan dermatologi, sebagai zat aditif untuk mengebor lumpur
dan agen retardant pada karet alam dan sintetis.

46 47
NIPAGIN Cara Uji : Ekstrak ditambah FeCl3 5%, terbentuk hijau
kekuningan
Hasil :Tidak ada perubahan (-) Nipagin
Sampel : Toner Clean and Clear E. Pembahasan
Percobaan : Nipagin Nipagin adalah metil ester dari p-hidroksibenzoat dengan
Tujuan : Melakukan pengujian nipagin sebagai bahan rumus empiris CH3(C6H4(OH)COO) dan berat molekul
pengawet makanan dan minuman. sebesar 152,12. Nipagin berbentuk hablur kecil, tidak
Prinsip : Pemisahan nipagin dalam sampel dengan cara berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau
ekstraksi. berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
D. Hasil Percobaan Kelarutan sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam
7. Uji Millon karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam
Cara Uji :Ekstrak ditambah 2 tetes reagen millon, eter (Ditjen POM, 1995).
terbentuk endapan putih
Hasil : Endapan putih (+)Nipagin Senyawa ester-p-hidroksi benzoat diabsorpsi oleh saluran
8. Uji I pencernaan dan ikatan ester dihidrolisa di hati dan ginjal,
Cara Uji :Ekstrak ditambah2 tetes Deniges lalu yang menghasilkan asam-p-hidroksi benzoat yang
dipanaskandan ditambah 2 tetes NaNO2, diekskresikan bersama urin. Umumnya metabolit dari
terbentukwarna merah muda paraben ini diekskresikan dalam 6-24 jam yang diberikan
Hasil : Warna merah muda(+) Nipagin dengan dosis intravenus dan dosis oral (Cahyadi, 2008).
9. Uji II
Cara Uji :Ekstrak ditambah2 tetes HNO3, terbentuk Nipagin yang disebut juga sebagai metil paraben termasuk
larutan kuning dalam bahan pengawet makanan khususnya anti jamur
Hasil : Larutan kuning(+) Nipagin yang juga digunakan secara luas sebagai pengawet untuk
10. Uji Jorrison obat-obatan dan kosmetika. Penggunaan nipagin diatur
dalam Codex Alimentarius Commission (CAC) dengan

48 49
jumlah asupan dalam tubuh per hari (Darbre et al., 2004). Ester paraben memiliki aktivitas
(acceptabledailyintake/ADI) adalah 10 miligram per estrogenik terutama efeknya menimbulkan gangguan pada
kilogram berat badan (Anonimb, 2011). Namun tidak sistem endokrin dan berpotensi meningkatkan resiko
semua negara mengizinkan penggunaan nipagin sebagai kanker payudara (Leminietal., 2003).
pengawet dalam makanan, misalnya: Belgia, Prancis,
Belanda dan Turki (Ponte dan Tsen, 1985). Beberapa F. Kesimpulan
negara mengizinkan penggunaan nipagin dalam batas Pada sampel Toner Clean and Clear mengandung
maksimum yang bervariasi, seperti Kanada, Amerika nipagindengan hasil positif pada Uji Milon, Uji I, Uji II,
Serikat mengizinkan batas maksimum penggunaan nipagin dan hasil negatif pada Uji Jorrison
sebesar 1000 mg/kg, Singapura, Brunei Darussalam dan
Taiwan mengizinkan batas maksimum sebesar 250 mg/kg
dan Hongkong sebesar 550 mg/kg (Anonimb, 2011).
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),
penggunaan nipagin di Indonesia diatur dalam Permenkes
RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan
makanan yang mengizinkan penggunaan nipagin dalam
kecap dengan batas maksimum 250 mg/kg (SNI, 1999).
Penggunaan nipagin dalam jumlah yang berlebihan dalam
jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan
seperti reaksi alergi pada mulut dan kulit(Yuliarti, 2007).
Dermatitis dan iritasi kulit terjadi ketika pemakaian pada
kulit individu yang sensitif terhadap nipagin (Soni etal.,
2002). Sebuah studi menemukan adanya nipagin pada
jaringan kanker payudara yang menunjukkan bahwa ester
paraben tidak selalu dipecah dan dikeluarkan oleh tubuh

50 51
SAKARIN e) Larutkan residu dalam air panas,
asamkan dengan HCl encer (cek
keasaman dengan kertas lakmus (merah =
Sampel : Listerin dan Sakarin asli asam, biru = basa)
No Sampel :- f) + Tambahkan FeCl3 0,5% tetes
Percobaan : Uji Sakarin. demi tetes, jika terjadi perubahan
Prinsip : Pemisahan Sakarin dalam sampel dilakukan Hasil : Warna menjadi ungu (+) Sakarin
dengan cara ekstraksi 2. Uji Brom Thymol Blue
A. Hasil Percobaan Cara Uji : a) Larutkan residu dalam aquadest,
1. Uji FeCl3 tambahkan 2 tetes aseton
Cara Uji : a) Larutkan residu dalam air panas b) + 2 tetes BTB
b) + 3 tetes H2SO42N panaskan sampai c) + Tambahakan NaOH 2N tetes demi
mendidih tetes
c) + KMnO4 2N sampai terbentuk warna Hasil : Warna Biru (+) Sakarin
merah muda konstan
d) + Sepucuk NaOH teknis, masukan 3. Uji Fenol-Asam Sulfat
dalam cawan penguap. Uapkan sampai Cara Uji : a) + 3 tetes fenol - H2SO4
kering b) Panaskan dengan pembakar spirtus
sampai mendidih

52 53
c) Larutkan residu dalam air panas d) Pindahkan ke tabung reaksi (jika
d) Tambahkan NaOH 2N basa menggunakan tabung reaksi tidak perlu
(Lakmus merah biru) dipindah lagi), + 2 ml aquadest +
4. Uji Resorcinol-Asam Sulfat NH4OH Concetrate (berlebih) + 2 ml
Cara Uji : + 3 tetes resorcinol H2SO4 (1 : 1) dan aquadest
panaskan sampai terbentuk warna Hasil : Hijau berpendar (lebih jelas di bawah
larutan merah sinar UV) (+) Sakarin
b) Larutkan dalam aquadest dan + B. Pembahasan
NaOH 2N basa Sakarin (C7H5NO3S) merupakan pemanis buatan
c) + tetes demi tetes larutan I2 yang mempunyai rasa manis 200-700 kali sukrosa
Hasil : Warna Fluorescenece hijau (+) Sakarin (yang biasa disebut gula)
5. Uji Kualitatif sakarin Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg
Cara Uji : a) 2 pipet ekstrak + sepucuk sendok dan Remsen pada tahun 1897.25 Ketika pertama kali
resorcinol (cawan penguap / tabung ditemukan sakarin digunakan sebagai antiseptik dan
reaksi) pengawet, tetapi sejak tahun 1900 sakarin digunakan
b) + 2 tetes H2SO4 concetrate sebagai pemanis. Nama lain dari sakarin adalah 2,3-
c) Aduk, panaskan hingga warna hijau dihidro-3-oksobenzisulfonasol, benzosulfimida, atau 0-
(coklat tua) pada dinding cawan sulfobenzimida, dan memiliki nama dagang antara lain:
penguap

54 55
glucida, garantose, saccarinol, saccarinose, sakarol, siklamat, dengan maksud untuk menutupi rasa tidak
saxin, sykose, dan hermesetas. enak (pahit-getir) dari sakarin dan bertujuan untuk
Karakteristik sakarin: lebih memperkuat rasa manis.
Sakarin berupa serbuk hablur, tidak berwarna atau Keuntungan yang sangat utama yang dimanfaatkan
berwarna putih, tidak oleh masyarakat terutama industri-industri makanan
berbau atau tidak memiliki aroma yang tajam. besar dari penggunaan sakarin yaitu didapatkan
Sakarin memiliki berat molekul 183. kemanisan yang sangat tinggi hanya dengan
Sakarin larut dalam air mendidih , larutan etanol, penggunaan sakarin dalam jumlah yang sedikit.
larutan encer, ammonia, dan dalam larutan alkali.27 Sehingga ini akan sangat menguntungkan bagi industri
Memiliki titik didih 226 C - 230 C.28 tersebut dalam bidang perekonomian yaitu mampu
Pada konsentrasi tinggi, sakarin akan menimbulkan menekan biaya produksi.
rasa pahit-getir. Pengkonsumsian sakarin dalam dosis yang lebih
Sakarin secara luas digunakan sebagai pengganti gula mampu memutuskan plasenta pada bayi. Selain itu
karena mempunyai sifat stabil, nilai kalori rendah dan secara khusus pengkonsumsian sakarin akan
harganya relatif murah. Selain itu, sakarin juga banyak menimbulkan dampak dermatologis bagi anak-anak
digunakan untuk mengganti sukrosa untuk bagi yang alergi terhadap sulfamat kemudian akan memacu
penderita diabetes melitus atau untuk bahan pangan tumbuhnya tumor yang bersifat karsinogen. Sakarin
yang berkalori rendah. Penggunaan sakarin biasanya dalam bentuk garam yaitu Natrium sakarin di dalam
dicampur dengan bahan pemanis yang lain seperti

56 57
tubuh tidak mengalami metabolisme sehingga sakarin RAKSA
ini di ekskresikan meaui urine tanpa perubahan kimia.
Bagaimanapun sakarin mampu keluar dari tubuh dalam
bentuk utuh tetap saja akan ada zat-zat tesebut yang Sampel : Theraskin
masih tertinggal di dalam tubuh. Tertinggalnya sakarin No Sampel :-
dalam tubuh ini karena tidak bisa di metabolisme oleh Percobaan : Uji Raksa
tubuh maka semakin lama akan mengalami Prinsip : Mengidentifikasi keberadaan raksa dalam
penumpukan dalam tubuh dan mampu menjadi sesuatu sampel kosmetika.
yang berbahaya bagi tubuh. A. Hasil Percobaan
1. Uji Raksa 1
C. Kesimpulan Cara Uji : 1 ml Sampel + 5 tetes KI 0,5 N
Dalam sampel Listerin yang diperiksa (+) Hasil : Endapan Hijau, dipanaskan Endapan
mengandung sakarin pada percobaan Uji BTB, Merah Merkuri (Hg+) (+) Merkuri
Resorcinol-AsamSulfat, dan uji Kualitatif sakarin. 2. Uji Raksa 2
Dalam sampel sakarinasi hasil (+) pada percobaan Cara Uji : Sampel + logam Cu yang bersih
Uji FeCl3, BTB, Resorcinol-Asam Sulfat, dan Uji masukan dalam tabung reaksi,
Kualitatif sakarin panaskan larutan biru.

58 59
Hasil : Logam Cu dilapisi Endapan abu-abu vakum, barometer, Electric rectifier dan electric
mengkilap yang akan lebih jelas jika switches, lampu asap merkuri sebagai sumber
digosok dengan lap (+) Merkuri sinar ultraviolet, dan untuk sterilisasi air. Hg
B. Pembahasan mudah membentuk alloy amalgama dengan
Pengertian Merkuri logam lainnya, seperti emas (Au), perak (Ag),
Raksa (air raksa) atau merkuri atau platinum (Pt), dan tin (Sn). Garam merkuri
hydrargyrum (bahasa Latin:Hydrargyrum, air yang penting antara lain HgCl2 yang bersifat
perak/perak cairan) adalah unsur kimia pada sangat toksik. Hg2Cl2 digunakan dalam bidang
tabel sistem periodik dengan simbol Hg dan kesehatan, Hg(ONC)2 digunakan sebagai bahan
nomor atom 80 serta berat atom 200,59. Unsur detonator yang eksplosif, sedangkan HgS
logam transisi dengan golongan IIB ini digunakan sebagai pigmen cat berwarna merah
berwarna keperakan dan berbentuk cair dalam terang dan bahan antiseptik.
suhu kamar, serta mudah menguap. Merkuri 2. Penggunaan Merkuri Dalam Kosmetik
atau Hg akan memadat pada tekanan 7.640 Atm Dalam bahan-bahan kosmetik terdapat banyak
(Unggul Sudarmo, 2004). Hg banyak digunakan komposisi yang tercantum didalamnya, namun
dalam termometer karena memiliki koefisien banyak pada jenis dikosmetik yang
yang konstan, yaitu tidak terjadi perubahan menggunakan bahan logam berbahaya termasuk
volume pada suhu tinggi maupun rendah. Hg merkuri. Merkuri hanya bisa digunakan pada
juga digunakan sebagai peralatan pompa kosmetik dalam kategori sediaan tata rias mata

60 61
dan pembersih tata rias mata dengan kandungan Toksisitas logam berat bisa dikelompokkan
Phenylmercuric dalam bentuk garam (termasuk menjadi 3, yaitu bersifat toksik tinggi terdiri
borates) pada kadar maksimum 0,007% dari unsur-unsur Cr, Ni dan Co; dan bersifat
(dihitung sebagai Hg). Jika dicampur dengan toksik rendah, yang terdiri atas unsur Mn dan
senyawa merkuri lain yang diizinkan dalam Fe. Logam berat bersifat toksik karena tidak
peraturan ini, maka konsentrasi maksimum Hg bisa menghancurkan (non-degradable) dan
tetap 0,007% yang telah tercantum dalam organisme hidup yang ada di lingkungan
PERATURAN KEPALA BADAN sehingga logam-logam tersebut terakumulasi ke
PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN lingkungan, terutama mengendap di dasar
REPUBLIK INDONESIA NOMOR perairan dan membentuk senyawa kompleks
HK.03.1.23.08.11.07517 TAHUN 2011 bersama bahan organik dan anorganik
TENTANG PERSYARATAN TEKNIS Sifat-sifat Merkuri
BAHAN KOSMETIKA. Air raksa (Hg) mempunyai sifat-sifat sebagai
3. Efek Toksik berikut:
Berdasarkan sifat kimia dan fisik merkuri (Hg), a. Mengkilap seperti logam, yang mudah
tingkat daya racun logam berat terhadap hewan membagi diri atas bola-bola kecil.
air secara berurutan adalah merkuri (Hg), b. Menguap pada pemanasan tinggi.
cadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), c. 1 g merkuri harus memberi larutan jernih dan
krom (Cr), Nikel (Ni), dan Kobalt (Co). tak berwarna dengan 5 cm3asam nitrat.

62 63
d. Jika diuapkan meninggalkan sisa dan pada 6. Dapat mengakibatkan kanker kulit.
pemanasan sangat tinggi, tidak boleh Walau tidak seburuk efek merkuri yang tertelan
meninggalkan sisa yang dapat ditimbang (dari makanan ikan yang tercemar), tetap
Efek Negatif Penggunaan Kosmetik menimbulkan efek buruk pada tubuh. Kendati
Mengandung Merkuri cuma dioleskan ke permukaan kulit, merkuri
Pemakaian kosmetik yang mengandung mudah diserap masuk ke dalam darah,
Merkuri dapat mengakibatkan : lalu,memasuki system saraf tubuh. Manifestasi
1. Dapat memperlambat pertumbuhan janin gejala keracunan merkuri akibat pemakaian
2. Mengakibatkan keguguran (Kematian janin krim kulit muncul sebagai gangguan system
dan Mandul) saraf, seperti tremor (gemetar), insomnia (tidak
3. Flek hitam pada kulit akan memucat (seakan bisa tidur), pikun, gangguan penglihatan, ataxia
pudar) dan bila pemakaian dihentikan, flek itu (gerakan tangan tak normal), gangguan emosi,
dapat / akan timbul lagi & bertambah parah depresi dan lain-lain.
(melebar).
4. Efek Rebound yaitu memberikan respon
berlawanan (kulit akan menjadi gelap/kusam
saat pemakaian kosmetik dihentikan).
5. Bagi Wajah yang tadinya bersih lambat laun
akan timbul flek yang sangat parah (lebar).

64 65
FITOKIMIA
A. Cara Kerja
1. Sampel
Sampel : Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb) a. Timbang serbuk Bangle 500 milli gram / 0,5
No Sampel :- gram
Percobaan : Uji Fitokimia b. Larutkan serbuk Bangle dalam 50 ml Metanol
Prinsip : Pengujian senyawa potensial antioksidan c. Centrifuge
dengan pemeriksaan kualitatif. 2. Cara Uji Senyawa Fitokimia
Teori Dasar : Uji Fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada a. Alkaloid
tidaknya komponen-komponen bioaktif yang Cara Uji : Sejumlah sampel ekstrak dilarutkan
terdapat pada ekstrak kasar bahan organic dalam beberapa tetes H2SO4 2N,
(buah,akar, dll) yang memiliki aktivitas kemudian diuji dengan 3 perekasi
antioksidan tertinggi. Uji fitokimia yang alkaloid.
dilakukan pada lamun Syringodium isoetifolium b. Saponin
hanya uji metabolit sekunder yang meliputi uji Cara Uji :Sampel 1 gram +
alkaloid, uji steroid/triterpenoid, flavonoid, aquadestpanaskankocok
saponin, fenol hidrokuinon dan uji tannin. kuat-kuat 10 detik
(Harborne, 1987).
c. Flavonoid

66 67
Cara Uji : 1ml sampel panaskan + aseton B. Hasil
pekat + serbuk halus Asam borat
pekat + serbuk halus Asam NAMA
INTERPRESTASI HASIL
oksalat pekatpanaskan (jangan UJI

berlebihan) + 10 ml eter pekat


Pereaksi Dagendrof :
Amati pada sinar UV.
(+) Merah-Jingga (+) Merah-
d. Tanin
(-) tidak terjadi Jingga
Cara Uji : 1ml sampel + FeCl3 10 %
Merah-Jingga
e. Steroid
Cara Uji : Sampel + 3 tetes anhidrida MMayer :
asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat A Alkaloid(+(+) Putih (+) Putih
1 kekuningan
f. Minyak Atsiri (-)kekuningan
Cara Uji : 1 ml sampel diuapkan pada (-) tidak terjadi
cawan petriresidu (kering) WWagner :
g. Glikosida (+(+) Coklat (+) Coklat
Cara Uji : 0,1 ml sampel diuapkan + 5 (-)(-)tidak terjadi Coklat
ml CH3COOH anhidrat pekat +
10 tetes H2SO4 pekat

68 69
SaSaponin (+) Terjadi busa khas dari residu
( +) Terjadi
setinggi 1 cm
2 busa setinggi
(-) tidak terjadi busa (+) Warna biru atau
1 cm (-) Tidak
setinggi 1 cm Glikosid hijau
7 terjadi Warna
(+) Terjadi fluoresensi a (-) Tidak terjadi Warna
(+) Terjadi biru atau hijau
Flavonoid hijau biru atau hijau
3 fluoresensi
(-) tidak terjadi
hijau
fluoresensi hijau
C. Kesimpulan
( (+) Warna biru tua (- (-) Tidak terjadi
Dalam Sampel Rimpang Bangle yang diperiksa (+)
(-) Tidak terjadi Warna Warna biru
Tanin mengandung senyawa fitokimia pada uji Alkaloid
4 biru tua tua atau hijau
Saponin, Flavonoid, Steroid dan Mintak Atsiri
kebiruan
D. Pembahasan
Pemeriksaan golongan senyawa kimia yang terdapat
(+) Cincin Coklat (+) Cincin
dalam suatu simplisia tumbuhan. Uji tersebut dapat
5 Steroid (-) Tidak terjadi Cincin Coklat
digunakan untuk membuktikan ada tidaknya senyawa
coklat
kimia tertentu dalam tumbuhan untuk dapat dikaitkan
(+) Terjadi bau khas (+) Terjadi
Mintak dengan aktivitas bioliginya sehingga dapat membantu
6 dari residu bau khas dari
Atsiri langkah-langkah fitofarmakologi (Farnsworth, 1966).
(-) Tidak terjadi bau residu

70 71
Skrining fitokimia atau penapisan kimia adalah tahapan ciri spektrum UV
awal untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang namun secara umum penentuan golongan
terkandung dalam tumbuhan, krna pada tahap ini kita senyawa kimia dilakukan denga cara uji warna
bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang dengan menggunakan pereaksi yang spesifik
dikandung tumbuhan yang sedang kita uji/teliti. karena dirasakan lebih sederhana.
Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus
Senyawa kimia berdasarkan asal biosintesis, sifat
memiliki persyaratan :
kelarutan, gugus fungsi digolongkan menjadi :
metodenya sederhana dan cepat
Senyawa fenol, bersifat hidrofil, biosintesisnya
peralatan yang digunakan sesedikit mungkin
berasal dari asam shikimat
selektif dalam mengidentifikasi senyawa-
terpenoid, berasal dari lipid, biosintesisnya
senyawa tertentu
berasal dari isopentenil pirofosfat
dapat memberikan informasi tambahan mengenai
asam organik, lipid dan sejenisnya, biosintesisnya
keberadaan senyawa tertentu dalam kelompok
berasal dari asetat
senyawa yang diteliti.
senyawa nitrogen, bersifat basa dan bereaksi
Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara: positif terhadap ninhidrin atau dragendorf
uji warna gula dan turunannya
penentuan kelarutan makromolekul, umumnya memiliki bobot
bilangan Rf molekul yang tinggi

72 73
Sedangkan berdasarkan biogenesisnya senyawa bahan senyawa tersebut, seperti: monoterpen, dua isopren
alam dikelompokkan menjadi : (C10), tiga isopren (C15), empat (C20), C25, C30,
Asetogenin : flavonoid, lipid, lignan, dan kuinon C35, C40 :
karbohidra : monosakarida, oligosakarida, dan monoterpen (C10) dan seskuiterpen (C15) :
polisakarida mudah menguap, komponen minyak atsiri
isoprenoid : tepenoid, steroid, karotenoid diterpen (C20) : lebih sukar menguap
senyawa mengandung nitrogen : alkaloid, asam triterpen (C30) : sterol dan saponin (senyawa
amino, protein, dan nukleat yang tidak menguap)
Dari semua kelompok senyawa, skrining fitokimia pigmen karetonoid : tetraterpenoid (C40)
umumnya hanya dilakukan terhadap kelompok 3. Senyawa nitrogen
senyawa fenol, terpenoid, dan senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen yang ada pada tumbuhan seperti
1. Senyawa fenol : asam amino, amina, alkaloid, glikosida, sianogen,
Senyawa fenol ditandai dengan struktur cincin porfirin, purin, piridin, sitokinin dan klorofil (pigmen
aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih porifirin), tetapai kelah terbesar dari senyawa nitrogen
hidroksil. cendrung mudah larut dalam air, contoh adalah alkaloid. Masalah pada skrining fitokimia
senyawa : polifenol, flavonoid, tanin dan quinon biasanya adalah kesalahan menafsirkan hasil analisis
2. Senyawa terpenoid pengujian/skrining, seperti :
terpenoid tersusun dari molekul unit isoprena reaksi positif palsu adalah hasil pengujian
(C5), digolongkan berdasarkan jumlah isoprena dari menyatakan ada (positif), tapi sebenarnya tidak

74 75
ada (negatif), hal ini bisa disebabkan kesalahan hidroksi berkedudukan orto jika bereaksi dengan asam
alat, atau pengaruh senyawa yang memiliki borat akan berfluoresensi kuning intensif di bawah
kesamaan sifat maupun struktur atom yang sinar ultra violet dengan panjang gelombang 366 nm
identik (Sjahid, 2008). Flavonoid mempunyai tipe yang
reaksi negatif palsu adalah hasil pengujian beragam dan terdapat dalam bentuk bebas (aglikon)
menyatakan tidak ada (negatif), tapi sebenarnya maupun terikat sebagai glikosida (Harborne, 1987).
ada (positif), hal ini bisa disebabkan kurang Flavonoid umumnya memiliki ikatan dengan gugus
sensitifnya alat, atau karena kadar didalam bahan gula yang menyebabkan flavonoid lebih mudah larut
uji terlalu sedikit, atau bahan ujinya (ekstrak dalam air atau pelarut polar (Markham, 1988).
simplisia) tidak memenuhi syarat, oleh karena itu Golongan tanin merupakan senyawa fenolik
senyawa yang tadinya ada hilang/rusak karna yang cenderung larut dalam air dan pelarut
reaksi enzimatik maupun hidrolisis. polar. Pengujian tanin dilakukan dengan
Saponin umumnya berada dalam bentuk glikosida penambahan FeCl3. Uji fitokimia dengan
sehingga cenderung bersifat polar. Timbulnya busa menggunakan FeCl3 digunakan untuk
pada uji saponin menunjukkan adanya saponin yang menentukan apakah larutan uji ekstrak etil
mempunyai kemampuan menjadi glukosa dan senyawa asetat rimpang bangle mengandung gugus
lainnya (Rusdi, 1990). fenol. Adanya gugus fenol ditunjukkan dengan
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan warna hijau kehitaman atau biru kehitaman
penambahan asam borat. Flavonoid memiliki gugus setelah ditambahkan dengan FeCl3. Pada uji ini,

76 77
diperoleh hasil yaitu larutan berwarna hijau uji ini hasil positif ditunjukkan dengan
kehitaman. Terbentuknya warna hijau terbentuknya warna hijau setelah ditambahkan
kehitaman setelah ditambahkan dengan FeCl3 5 tetes asam sulfat P.
dikarenakan senyawa fenol yang terkandung
akan membentuk senyawa kompleks dengan
ion Fe3+ (Harborne, 1987).
Minyak atsiri merupakan suatu produk hasil
dari campuran persenyawaan organik yang
mudah menguap di suhu ruang, mudah larut
dalam pelarut organic, dan memiliki aroma
khas tergantung dari jenis tanamannya.
Komponen kimia minyak atsiri beranekaragam
sesuai dari jenis tanaman, iklim, tanah, umur
panen, cara pengolahan, dan penyimpanan
(Pramono, 1985).
Glikosida bersifat polar tersusun dari bagian
glikon dan aglikon yang meliputi senyawa-
senyawa alkoholik, fenolik, isotiosianat,
flavonoid serta steroid (Harborne, 2006). Pada

78 79
DAFTAR PUSTAKA diakses pada Jumat, 24 maret 2017 jam 14.00
7. digital_126084-FAR.034-08-Analisis
fenobarbital-Literatur
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2
diakses pada Senin, 27 Maret 2017, jam 10.45
9010/4/Chapter%20II.pdf 8. Diazepam.pdf
diakses pada 5 Maret 2017 jam 19.32 Diunduh pada 3 April 2017 pukul 11.00
9. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/12345
2. http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/Asam%20Salisi
6789/28841/Chapter%20II.pdf;jsessionid=6D210
lat.pdf
E8966443ABEAF5CDBCC6CF097AC?sequence
diakses pada 5 Maret 2017 jam 20.01
=4
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4
(diakses pada 17 April 2017 pukul 16.07)
0525/4/Chapter%20II.pdf
10. https://www.google.co.id/search?hl=id&ie=ISO-
diakses pada 10 Maret 2017 pukul 21.50 8859-1&q=dasar+teori+nipagin+pdf
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2 Diakses pada 27 April 2017 pukul 06.41
7374/4/Chapter%20II.pdf 11. Lestari,Dewi.2011.Analisis adanya Kandungan
diakses pada 10 Maret 2017 pukul 22.27 Pemanis Buatan (Sakarin dan Siklamat) pada
5. BAB II_ERVIN SETIA
LINDA_FARMASI15.pdf
Diakses pada 19 Maret 2017 pukul 20.12 WIB
6. http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/
123456789/258/05bab1_apriani_10060309016_s
kr_2014.pdf?sequence=5&isAllowed=y

80 81
12. Jamu Gendong di Pasar Grubug Grobogan.IAIN 19. Sjahid, L.R.2008.Isolasi dan Identifikasi
Walisongo:Semarang Flavonoid dari Daun Dewandaru(Eugenia
13. Daniaty,Listra.2015.Identifikasi Merkuri pada Uniflora L).Skripsi.Fakultas Farmasi : UMS
Lotion yany Beredar di Pasar Blauran Kota
Palangkaraya.KTI Universitas Muhammadiyah :
Palangkaraya
LAMPIRAN UJI ASAM SALISILAT
14. Farnworth, N.R.1996.Biological and
Uji Jorisson Uji Vitalli Morrin
Phytochemical Screnning of Plants.J.Pharm.55(3)
15. Harborne, J.B.1987.Metode Fitokimia Penuntun
Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.Bandung :
Press
16. Markham, K.R.1998.Cara Mengidentifikasi
Flavonoid.Bandung : ITB
17. Pramono, S.1995.Pasca Panen Tanaman Obat
Ditinjau Dari Kandungan Kimianya.Purwokerto :
Depdikbud Universitas Jenderal Soedirman
18. Rusdi.1990.Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Uji Zwikker B Uji Marquis
Obat.Padang : Pusat Penelitian Universitas
Andalas

82 83
Uji Parry Uji Mayer

LAMPIRAN UJI COFFEIN Uji Argentum Uji Jorrison

Uji Murexide Uji Kalium Ferosianat

84 85
Uji Zwicker Uji Marquis

Uji Mayer

LAMPIRAN UJI PAPAVERIN

Uji Marquis

Uji Jorrison

86 87
Uji DAB HCl Uji Zwikker B

Uji Kalium Ferosianat

88 89
Uji Argentum
LAMPIRAN UJI BARBITURAT

Uji Milon Uji Parry

Uji Parry

Uji zwikker B Uji Jorrison

90 91
LAMPIRAN UJI DIAZEPAM

UJi K4(Fe(CN)6)

Gambar 1 Reagen Gambar 2 Reagen H2SO4


Formaldehide

Gambar 3 Uji (+)

92 93
Marquis
Gambar 4 Reagen Gambar 5 Uji (+)
Dragendrof Dragendrof Gambar 8 Reagen Gambar 9 Uji (+)
Zwikker B Zwikker B

Gambar 6 Reagen Parry Gambar 7 Uji (+) Parry Gambar 10 Reagen Gambar 11 Uji (+)
K4Fe(CN)6 K4Fe(CN)6
94 95
Gambar 12 Reagen Gambar 13 Uji (+)
FeCl3 K4Fe(CN)6 + FeCl3 Gambar 16 Uji (+) Gambar 17 Uji (+)
NaOH + AgNO3 Jorisson

Gambr 14 Reagen Gambar 15 Reagen


Gambar 18 Reagen
96 NaOH AgNO3 97 Mayer Gambar 19 Uji (+) Mayer
LAMPIRAN UJI ASAM BENZOAT

Uji Esterifikasi (Bau Harum)


Hasil Uji Ekstrak + H2SO4 2N (-)

Uji Jorison (-)


FeCl3 5 %
Hasil Uji Ekstrak + AgNO3 (+)
AgNO3

98 99
LAMPIRAN UJI NIPAGIN

Hasil Uji Ekstrak + FeCL3 + H2SO4 (p) Uji Millon (+)


Reagen Millon

NaNO2
Uji Marquis (+)
Formaldehide
(+)
Uji I (+)
Reagen Deniges

100 101
LAMPIRAN UJI SAKARIN
SAKARINASI
1. Uji FeCl3

HNO3 Hasil Uji II (+)


2. Uji BTB


FeCl35 % Uji Jorison (-)
3. Uji Fenol

102 103

4. Uji Resorcinol LISTERINE

1. Uji FeCl3


5. Uji Kualitatif

104 105
2. Uji BTB

4. Uji Resorcinol


3. Uji Fenol
5. Uji Kualitatif

106 107
LAMPIRAN UJI RAKSA

Gambar 1 Reagen Gambar 2 Gambar 3 Uji +


KI 0,5 N Uji (+) (+) Raksa 2
Raksa 1

LAMPIRAN UJI FITOKIMIA


1. Saponin

3. Tanin
2. Flavonoid

108 109
5. Alkaloid

4. Steroid / Triterpenoid

110 111
7. Glikosida



6. Minyak Atsiri

112 113
UJI FITOKIMIA EKSTRAK ETIL ASETAT RIMPANG ABSTRAK
BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.)
Telah dilakukan penelitian tentang uji fitokimia ekstrak
etil asetat rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.) yang
berasal dari daerah Gianyar Bali. Uji fitokimia penting
Artini, P. E. U. D1., Astuti, K. W. 1, Warditiani, N. K. 1
dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang
terkandung dalam suatu tanaman yang sedang diteliti. Faktor

1
yang berperan penting dalam uji fitokimia adalah pemilihan
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
pelarut dan metode ekstraksi (Kristanti dkk., 2008). Uji
Alam Universitas Udayana
fitokimia dilakukan dengan melihat pengujian reaksi warna
yang terjadi menggunakan suatu pereaksi warna.

Korespondensi: Putu Eka Utami Dewi Artini Golongan senyawa kimia yang diuji pada ekstrak etil
asetat rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.) meliputi
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
saponin, flavonoid, tanin, steroid dan triterpenoid, alkaloid,
Alam Universitas Udayana
minyak atsiri, serta glikosida. Identifikasi menunjukkan bahwa
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia ekstrak etil asetat rimpang bangle dari daerah Gianyar Bali
80364 Telp/Fax: 0361-703837 mengandung senyawa golongan saponin, flavonoid, tanin,
minyak atsiri, dan glikosida.
Email : amikzone88@yahoo.co.id

114 115
Kata Kunci : fitokimia, etil asetat, rimpang bangle, Zingiber pengobatan tradisional. Ekstrak rimpang bangle diketahui
purpureum Roxb. memiliki kemampuan dalam menghambat aktivitas enzim
lipase pankreas sehingga dapat menghambat penyerapan lipid.
1. PENDAHULUAN
Kemampuan yang dimiliki suatu tanaman didukung
Uji fitokimia merupakan suatu pemeriksaan golongan
dari metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya. Faktor
senyawa kimia yang terdapat dalam suatu simplisia tumbuhan.
iklim yang di dalamnya termasuk suhu udara, sinar matahari,
Uji tersebut dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya
kelembaban udara dan angin serta keadaan tanah sangat
senyawa kimia tertentu dalam tumbuhan untuk dapat dikaitkan
berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman hingga
dengan aktivitas bioliginya sehingga dapat membantu langkah-
variasi metabolit sekunder yang terkandung.
langkah fitofarmakologi (Farnsworth, 1966).
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan golongan
Etil asetat merupakan senyawa aromatik yang bersifat
senyawa kimia yang terkandung dari ekstrak etil asetat
semipolar dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3 sehingga dapat
rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Tujuan
menarik analit-analit yang bersifat polar dan nonpolar (Snyder,
penelitian ini adalah mengetahui kandungan kimia golongan
1997). Hal ini berarti pelarut etil asetat mampu menarik
senyawa kimia yang terkandung dari ekstrak etil asetat
komponen senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak
rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.) dari daerah
etil asetat rimpang bangle.
Gianyar Bali dengan pengujian reaksi warna.
Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) merupakan salah
satu tanaman di Indonesia yang dapat dimanfaatkan dalam

116 117
2. BAHAN DAN METODE Determinasi tanaman dilakukan dengan cara
membandingkan herbarium basah dengan data pustaka acuan
2.1 Bahan Penelitian
antara lain Backer dan Brink (1963), Geesink et al. (1981) dan
Bahan-bahan dalam penelitian ini adalah sampel Steenis dkk. (2005). Determinasi tanaman dilakukan di
rimpang bangle dari Gianyar Bali, etil asetat teknis (Brataco), Laboratorium UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
HCl 2N, aseton P, asam borat P, asam oksalat P, eter P, besi Eka Karya Bali-LIPI.
(III) klorida 10%, petroleum eter, asam sulfat pekat, ammonia
2.3.2 Pengumpulan dan Preparasi Sampel
25%, kloroform, pereaksi Dragondroff, pereaksi Mayer, asam
asetat anhidrat P, dan asam asetat anhidrat P. Sampel yang digunakan berupa rimpang bangle yang
diperoleh dari daerah Gianyar Bali pada bulan Desember tahun
2.2 Alat Penelitian
2012. Sampel rimpang yang telah terkumpul dicuci dan
Alat-alat gelas, neraca analitik (AND), vacum rotary dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Rimpang bangle
evaporator, penangas air, mortir, stamper, sudip, pipet ukur, yang telah kering kemudian digiling hingga didapatkan serbuk.
pipet tetes, ball filler, oven (Binder), toples kaca, batang Selanjutnya serbuk dibungkus dan disimpan pada tempat
pengaduk, cawan porselen, blender (Philips). kering.

2.3 Prosedur Penelitian 2.3.3 Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Rimpang Bangle
(Zingiber purpureum Roxb.)
2.3.1 Determinasi Tanaman

118 119
Serbuk simplisia rimpang bangle sebanyak 1,6 kg Ekstrak etil asetat rimpang bangle (Zingiber purpureum
ditimbang, kemudian dimaserasi dengan pelarut etil asetat Roxb.) sebanyak 500 mg dilarutkan dengan 50 mL metanol,
sebanyak 12 L. Maserasi dilakukan selama 5 hari pada suhu lalu dikocok hingga homogen.
ruangan dan terlindung dari cahaya matahari langsung sambil
B. Pemeriksaan saponin
sesekali dilakukan pengadukan. Setelah 5 hari, filtrat disaring
dan ampasnya diperas. Kemudian ampas diremaserasi dengan Ekstrak etil asetat rimpang bangle (Zingiber purpureum
4 L pelarut etil asetat selama 2 hari pada suhu ruangan dan Roxb.) sebanyak 1 g ditambahkan dengan air hangat di dalam
terlindung dari cahaya matahari langsung sambil sesekali tabung reaksi, dikocok kuat-kuat secara vertikal selama 10
dilakukan pengadukan, lalu disaring. Pelarut pada filtrat detik. Pembentukan busa setinggi 1-10 cm yang stabil selama
dihilangkan dengan cara diuapkan menggunakan vacum rotary tidak kurang dari 10 menit menunjukkan adanya saponin. Pada
evaporator pada suhu 40oC. Kemudian diuapkan kembali penambahan 1 tetes HCl 2N, busa tidak hilang (Depkes RI,
dengan menggunakan oven pada suhu 40oC untuk diperoleh 1995).
ekstrak kental.
C. Pemeriksaan flavonoid
2.3.4 Uji Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Rimpang Bangle
Pemeriksaan flavonoid dengan reaksi kimia dilakukan
(Zingiber purpureum Roxb.)
dengan cara sebanyak 1 mL larutan uji diuapkan hingga
A. Pembuatan larutan uji fitokimia kering, sisanya dibasahkan dengan aseton P. Selanjutnya
ditambahkan sedikit demi sedikit serbuk halus asam borat P
dan serbuk halus asam oksalat P, dipanaskan hati-hati di atas

120 121
penangas air, dan dihindari pemanasan berlebihan. Sisa yang atau violet. Sedangkan hasil positif mengandung senyawa
diperoleh dicampur dengan 10 mL eter P. Diamati dengan golongan steroid ditunjukkan dengan timbulnya cincin biru
sinar UV 366 nm. Hasil positif mengandung flavonoid kehijauan (Ciulei, 1984).
ditunjukkan dengan larutan yang berfluoresensi kuning intensif
F. Pemeriksaan alkaloid
(Depkes RI, 1989).
Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambahkan dengan 5 mL
D. Pemeriksaan tanin
amonia 25% dan digerus dalam mortar, lalu ditambahkan 20
Larutan uji sebanyak 1 mL direaksikan dengan larutan mL kloroform dan digerus kuat. Campuran disaring sehingga
besi (III) klorida 10%, jika terjadi warna biru tua atau hitam diperoleh lapisan air dan lapisan pelarut organik. Lapisan air
kehijauan menunjukkan adanya tanin (Robinson, 1991). ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendroff atau pereaksi
Mayer. Jika terbentuk warna orange dengan pereaksi
E. Pemeriksaan steroid dan triterpenoid
Dragendroff atau terbentuk endapan putih dengan penambahan
Serbuk rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.) pereaksi Mayer berarti ekstrak mengandung alkaloid
sebanyak 5 gram diekstraksi dengan n-heksan 10 mL, (Farnsworth, 1966).
disaring. Ekstrak yang diperoleh diambil sedikit dan
G. Pemeriksaan minyak atsiri
dikeringkan di atas papan spot tes, ditambahkan dengan 3 tetes
anhidrida asetat (Ac2O) dan 1 tetes asam sulfat pekat (H2SO4 Larutan uji dipipet sebanyak 1 mL lalu diuapkan di atas
pekat). Hasil positif mengandung senyawa golongan cawan porselin hingga diperoleh residu. Hasil positif minyak
triterpenoid ditunjukkan dengan timbulnya cincin kecoklatan

122 123
atsiri ditandai dengan bau khas yang dihasilkan oleh residu mengandung senyawa saponin, flavonoid, tanin, minyak atsiri,
tersebut (Ciulei, 1984). dan glikosida.

H. Pemeriksaan glikosida Saponin umumnya berada dalam bentuk glikosida


sehingga cenderung bersifat polar. Timbulnya busa pada uji
Pemeriksaan glikosida dilakukan dengan reaksi
saponin menunjukkan adanya saponin yang mempunyai
Liebermann Burchard. Diuapkan 0,1 mL larutan uji di atas
kemampuan menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Rusdi,
penangas air, dilarutkan sisanya dengan 5 mL asam asetat
1990).
anhidrat P. Ditambahkan 10 tetes asam sulfat P, terjadi warna
biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida (Depkes RI, Identifikasi flavonoid dilakukan dengan penambahan
1989). asam borat. Flavonoid memiliki gugus hidroksi berkedudukan
orto jika bereaksi dengan asam borat akan berfluoresensi
3. PEMBAHASAN
kuning intensif di bawah sinar ultra violet dengan panjang
Pembuatan ekstrak rimpang bangle (Zingiber gelombang 366 nm (Sjahid, 2008). Flavonoid mempunyai tipe
purpureum Roxb.) dilakukan dengan metode maserasi yang beragam dan terdapat dalam bentuk bebas (aglikon)
menggunakan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut maupun terikat sebagai glikosida (Harborne, 1987). Flavonoid
semipolar dengan indeks polaritas 4,4 (Snyder, 1997), umumnya memiliki ikatan dengan gugus gula yang
sehingga berbagai senyawa baik polar maupun nonpolar dapat menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air atau
tertarik ke dalam pelarut. Identifikasi menunjukkan bahwa pelarut polar (Markham, 1988).
ekstrak etil asetat rimpang bangle dari daerah Gianyar Bali

124 125
Golongan tanin merupakan senyawa fenolik yang Glikosida bersifat polar tersusun dari bagian glikon dan
cenderung larut dalam air dan pelarut polar. Pengujian tanin aglikon yang meliputi senyawa-senyawa alkoholik, fenolik,
dilakukan dengan penambahan FeCl3. Uji fitokimia dengan isotiosianat, flavonoid serta steroid (Harborne, 2006). Pada uji
menggunakan FeCl3 digunakan untuk menentukan apakah ini hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau
larutan uji ekstrak etil asetat rimpang bangle mengandung setelah ditambahkan 5 tetes asam sulfat P.
gugus fenol. Adanya gugus fenol ditunjukkan dengan warna
Hasil uji fitokimia triterpenoid menunjukkan perbedaan
hijau kehitaman atau biru kehitaman setelah ditambahkan
terhadap hasil uji fitokimia yang dilakukan oleh Iswantini
dengan FeCl3. Pada uji ini, diperoleh hasil yaitu larutan
(2011). Hal ini dapat disebabkan oleh karena kemampuan
berwarna hijau kehitaman. Terbentuknya warna hijau
deteksi uji fitokimia ini tidak mampu mendeteksi triterpenoid
kehitaman setelah ditambahkan dengan FeCl3 dikarenakan
yang berjumlah sedikit di dalam sampel. Perbedaan kondisi
senyawa fenol yang terkandung akan membentuk senyawa
lingkungan tempat tumbuh juga dapat menyebabkan perbedaan
kompleks dengan ion Fe3+ (Harborne, 1987).
jenis dan jumlah dari metabolit sekunder yang terkandung
Minyak atsiri merupakan suatu produk hasil dari dalam tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah tertentu dengan
campuran persenyawaan organik yang mudah menguap di daerah lainnya. Selain itu hal yang menyebabkan perbedaan
suhu ruang, mudah larut dalam pelarut organic, dan memiliki kandungan metabolit sekunder adalah waktu pengumpulan.
aroma khas tergantung dari jenis tanamannya. Komponen Pemanenan rimpang seharusnya dilakukan saat tanaman yang
kimia minyak atsiri beranekaragam sesuai dari jenis tanaman, berada di atas permukaan tanah menunjukkan tanda kematian
iklim, tanah, umur panen, cara pengolahan, dan penyimpanan secara fisiologis. Waktu pengumpulan sampel rimpang bangle
(Pramono, 1985). pada penelitian ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

126 127
cara pemanenan yang baik dan benar (Katno, 2008). Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta:
4. KESIMPULAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 323-324,
334, 336, 337.
Identifikasi menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat
rimpang bangle dari daerah Gianyar Bali mengandung Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical
senyawa saponin, flavonoid, tanin, minyak atsiri, dan Screening of Plants. J. Pharm. Sci P. 55.
glikosida.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara
UCAPAN TERIMA KASIH Modern Menganalisis Tumbuhan, Edisi Kedua. Bandung :
Penerbit ITB. Hal. 239.
Anggita Heru Pradipta selaku laboran di Laboratorium
Fitokimia, seluruh dosen dan staff pegawai di Jurusan Farmasi Iswantini, D., R. F. Silitonga, E. Martatilofa, and L. K.
Fakultas MIPA Universitas Udayana, dan semua pihak atas Darusman. 2011. Zingiber cassumunar, Guazuma ulmifolia,
bantuan masukan serta saran dalam proses penelitian ini. and Murray paniculata Extracts as Antiobesity: In Vitro
Inhibitory Effect on Pancreatic Lipase Activity. Hayati J. of
DAFTAR PUSTAKA
Biosc., Vol. 18 (1). Pp. 6-10.
Ciulei, J. 1984. Methodology for Analysis of Vegetables and
Katno. 2008. Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat. Jakarta:
Drugs. Bucharest: Faculty of Pharmacy. Pp. 11-26.
B2P2TO-OT Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Depkes RI. Hal. 21-37.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 549-553.

128 129
Kristianti, A. N, N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi. Snyder, C. R., J.J. Kirkland., J.L. Glajach. 1997. Practical
2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Jurusan Kimia HPLC Method Development. Second Edition. New York: John
Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas Airlangga. Wiley dan Sons, Lnc. Pp 722-723.
Hal. 47-48.
APENDIK A.
Markham, K. R.. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid.
Bandung: Penerbit ITB. Hal. 21, 27, 39, 41-45.

Pramono, S. 1985. Pasca Panen Tanaman Obat Ditinjau Dari


Kandungan Kimianya. Seminar Lokakarya Pembudidayaan
Tanaman Obat-Prosiding 2. Purwokerto: Depdikbud
Universitas Jenderal Soedirman. Hal. 67.

Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat


Tinggi. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 152-196.

Sjahid, L.R. 2008. Isolasi dan Indentifikasi Flavonoid Dari


Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) (Skripsi). Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

130 131
Gambar A. 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Rimpang APENDIK.B
Bangle (Zingiber purpureum Roxb.)

Keterangan: a. Hasil uji fitokimia saponin

b. Hasil uji fitokimia flavonoid

c. Hasil uji fitokim tanin dan polifenol

d. Hasil uji fitokimia steroid dan triterpenoid

e. Hasil uji fitokimia alkaloid

f. Hasil uji fitokimia minyak atsiri

g. Hasil uji fitokimia glikosida

Tabel B. 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etil Asetat


Rimpang Bangle

132 133
Keterangan: (+) : Mengandung

(-) : Tidak mengandung

134 135

Anda mungkin juga menyukai