Anda di halaman 1dari 35

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Asuhan Kebidanan


2.1.1 Pengertian
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan

yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan kewenangan dan lingkup

prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Manajemen asuhan

kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan

dalam memberikan asuhan kebidanan secara sistematis, mulai dari

pengumpulan data, menganalisis data, menegakkan diagnosa kebidanan,

menyusun rencana asuhan, melaksanakan rencana asuhan, mengevaluasi

keefektifan pelaksanaan rencana asuhan, dan mendokumentasikan asuhan.6)

2.1.2 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan

pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan

keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.9)

Antenatal Care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk

memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil

normal atau bermasalah.7)

Antenatal Care adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

obstetric untuk optimalisai luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian

kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.8)


6

2.1.3Tujuan Asuhan Kehamilan

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,

mental, dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya

ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,

termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,

mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan bayi dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapakan ibu

agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi esklusif, mempersiapkan

peran ibu dan kelurga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

kembang secara normal.7)8)

2.1.4 Kunjungan Kehamilan

Setiap ibu hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam

jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat

kali kunjungan selama periode antenatal satu kali kunjungan selama trimester

pertama (sebelum 14 minggu), Satu kali kunjungan selama trimester kedua

(antara minggu 14-28), Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara

minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36).7)8)

2.1.5 Standar Pelayanan Antenatal

Secara operasional, Depkes RI (2009) memberikan ketentuan standar

pelayanan antenatal (10 T) dengan standar pelayanan yang meliputi

1. Timbang berat badan sekaligus ukur tinggi badan


2. Ukur tekanan darah
3. Berikan penilaian pada status gizi
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin sekaligus denyut jantung janin (DJJ)
7

6. pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)


7. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama masa kehamilan
8. Tes laboratorium (rutin serta khusus)
9. Tata laksana kasus
10. Konseling atau temu wicara adalah termasuk dari perencanaan persalinan

serta pencegahan komplikasi serta KB pasca persalinan10)

2.1.6 Taksiran Tanggal Kelahiran

Setelah diagnosis kehamilan positif ditegakkan, lama kehamilan dan

tanggal taksiran persalinan (TTP) harus ditentukan. Karena tidak lazim

mengetahui permulaan kehamilan yang tepat, perhitungan ini dimulai dari

hari pertama haid terakhir (HPHT). Kehamilan pada wanita berlangsung

selama kira kira 10 bulan komariah (9 bulan kalender). Lama kehamilan

rata rata adalah 266 hari. Lama kehamilan median adalah 269 hari. Namun

hanya kira kira 6% pasien yang akan melahirkan spontan pada TTP mereka.

Sebagian besar (60%) akan melahirkan dalam waktu 2 minggu dari TTP.

Karena itu, sebagian kejadian yang paling fisiologis, saat aterm seharusnya

dianggap sebagai masa atau periode pematangan, bukan satu hari tertentu.11)

Variabilitas yang besar perhitungan lama kehamilan dapat dikenali karena

tidak semua perempuan mempunyai siklus 28 hari. Karena itu dokter juga

harus mempertimbangkan lama siklus ibu. Pasien dengan siklus teratur 40

hari jelas tidak akan mengalami ovulasi pada hari ke- 14 tetapi lebih

mendekati atau pada hari ke- 26. Karena itu TTPnya tidak dapat diperkirakan

dengan tepat hanya dengan menggunakan rumus Nagele. Lebih lagi, beberapa

wanita cenderung mengalami lama kehamilan yang lebih panjang atau lebih

pendek sebagai predisposisi familial. Lama kehamilan pada primipara

cenderung sedikit lebih panjang dibanding multipara. Karena itu TTP tidak
8

dapat dihitung secara pasti meskipun perkiraan klinis berikut ini sudah

terbukti bermanfaat.11)

2.1.7 Menentukan umur kehamilan


2.1.7.1 Taksiran Tanggal Kelahiran
Setalah diagnosis kehamialan positif ditegakkan, lama kehamilan dan

tanggal taksiran persalinan (TTP) harus ditentukan. Karena tidak lazim

mengetahui permulaan kehamilan yang tepat, perhitungan ini dimulai dari

hari pertama haid terakhir (HPHT). Kehamilan pada wanita berlangsung

selama kira-kira 10 bulan komariah (9 bulan kalender). Lama kehamilan rata-

rata adalah 266 hari. Untuk menghitung tanggal kelahiran bisa menggunakan

rumus Nagele yaitu tanggal HPHT ditambahkan 7 hari, dikurangi 3 bulan dan

ditambahkan 1 tahun.11)
TTP = (HPHT + 7 hari) 3 bulan + 1 tahun
2.1.7.2 Pengukuran Tinggi Fundus
Hubungan antara tinggi fundus uteri dan tuanya kehamilan ditentukan

dengan rumus Mc Donald yaitu11)

Tinggi fundus uteri dalam Cm = Tuanya kehamilan dalam bulan.


3,5

Umur kehamilan menurut tinggi fundus uteri (dalam cm)

Berat janin (dalam gram) sama dengan pengukuran fundus (dalam sentimeter)

dikurangi n, yaitu 13 jika verteks belum melewati pintu atas panggul, 12 jika

verteks pada atau di atas spina iskhiadika atau 11 jika verteks di bawah spina

iskhiadika, dikali 1557)

TBBJ = (tinggi fundus (cm) N ) x 155

2.1.8 Anemia Dalam Kehamilan


9

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar

Hemoglobin di bawah 11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hemoglobin

kurang dari 10,5g% pada trimester 2.11)

2.1.8.1 Penyebab anemia

a. Terjadi hemodilusi atau peningkatan volume plasma plasma yang tidak

sebanding dengan peningkatan volume sel darah dan hemoglobin

sehingga terjadi penurunan kadar hemoglobin dan puncaknya terjadi

pada kehamilan 32-34 minggu.12)

b. Karena kurang mengonsumsi makanan yang mengandung unsur gizi

yang merupakan komponen pembentuk Hb atau sel darah merah.

Makanan yang mengandung zat besi bisa didapat dari unsur hewani

seperti ikan, daging, hati, ayam dan nabati seperti sayuran yang

berwarna hijau tua.12)

c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan mestruasi yang

banyak, perdarahan akibat luka, perdarahan karena penyakit tertentu.


12)

2.1.8.2 Tanda-tanda Anemia

a. Cepat lelah hal ini terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan otot

kurang sehingga metabolism otot terganggu.

b. Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana otak

kekurangan oksigen karena daya angkut hemoglobin kurang

c. Kesulitan bernafas, terkadang sesak nafas merupakan gejala dimana

tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi

pernafasan lebih cepat


10

d. Palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan

peningkatan denyut nadi

e. Pucat pada muka, telapak tangan, membrane mukosa mulut, dan

konjungtiva. 12)

2.1.8.3 Pengaruh Anemia pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Janin

a. Terhadap kehamilan yaitu, Partus prematur (terjadi karena kurangnya

pasokan oksigen ke plasenta sehingga mengganggu fungsi plasenta dan

menurunkan hormon progesteron sehingga naik hormon oksitosin yang

merangsang dinding rahim untuk berkontraksi lalu terjadi persalinan

preterm)
b. terhadap persalinan yaitu, gangguan his (kekuatan mengejan), kala I

lama dan terjadi partus terlantar, kala II berlangsung lama sehingga

dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan oprasi kebidanan,

kala uri dapat diikuti terensio plasenta, dan perdarahan post partum post

partum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan

postpartum sekunder dan atonia uteri.


c. Terhadap janin yaitu, Persalinan prematur meningkat, kematian intra

uteri, mengurangi kemampuan metabolisme tubuh, berat badan lahir

rendah, mudah terkena infeksi, cacat bawaan dan Intelejensi rendah.11)


2.1.8.4 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan dengan Anemia

Setelah melewati langkah pengumpulan data subyektif dan obyektif

sampai dengan penentuan masalah, maka rencana asuhan yang dapat

dilakukan pada kehamilan dengan anemia adalah megupayakan untuk

meningkatkan konsumsi makanan bergizi dengan cara melakukan

konseling tentang pengaturan makan gizi seimbang dan diet makanan yang
11

dapat menghambat penyerapan zat besi serta menambah pemasukan zat

besi.12)

Pemenuhan gizi seimbang pada masa kehamilan terutama ibu hamil

dengan anemia bertujuan untuk memaksimalkan tumbuh kembang bayi

agar tetap sehat dan memelihara kesehatan ibu hamil.12)

2.1.8.5 Asupan makanan yang perlu dikonsumsi penderita anemia

a. Kalori, jumlah kalori yang dibutuhkan bagi ibu hamil untuk setiap harinya

adalah 2500 kalori.12)(kacang, susu, daging)

b. Protein, jumlah yang diperlukan sebanyak 85 gram per hari. Sumber

protein tersebut bisa diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan)

atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur).12)

c. Kalsium, kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1500mg/hari. Kalsium

bermanfaat untuk pertumbuhan janin terutama untuk pengembangan gigi,

otot dan rangka, sedangkan untuk ibu berfungsi untuk melancarkan fungsi

otot dan system syaraf, kekurangan kalsium dapat menimbulkan spasme

(kejang) otot dan gangguan fungsi syaraf. Sumber kalsium yang mudah

diperoleh adalah susu, keju, yogurt dan kalsium karbonat.12)

d. Asam folat, jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400

mcg per hari. Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelahan

sel dalam sintesis DNA/RNA.12)

e. Zat besi, metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan

oksigen jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen

melalui hemoglobin didalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga

konsentrasi Hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu
12

hamil dengan jumlah 60mg/ hari selama 30 hari dapat menaikan Hb

sebesar 1 g%.12)Tetapi jika ibu mengalami anemia maka ibu tersebut

membutuhkan dosis suplemen yang lebih tinggi dari 60 mg/hari.12)

2.1.8.6 Cara untuk meningkatkan penyerapan zat besi

a. Minum zat besi tambah darah diantara waktu makan atau 30 menit

sebelum makan

b. Hindari mengonsumsi kalsium, kopi dan teh bersama dengan zat besi

(susu, antasida, makanan tambahan prenatal)

c. Minum vitamin C seperti jus jeruk dan tambahan vitamin C lainnya

d. Masak makanan jangan terlalau lama

e. Makan daging, unggas dan ikan, zat besi yang terkandung dalam bahan

makanan ini lebih mudah diserap dan digunakan dibanding zat besi dalam

makanan lain

f. Makan berbagai jenis makanan/memvariasikan makanan.12

2.1.9 Ketidaknyamanan Fisiologis pada Kehamilan Trimester III


2.1.9.1 Sakit Punggung
Umumnya dirasakan ketika kehamilan lanjut, disebabkan progesteron

dan relaktin (yang melunakan jaringan ikat) dan postur tubuh yang berubah

serta meningkatnya beban berat yang dibawa rahim, yang harus dilakukan

adalah dengan menyingkirkan kemungkinan penyebab yang serius,

pemanasan pada bagian yang sakit dan istirahat, memberikan nasihat untuk

memperhatikan postur tubuh (jangan terlalu sering membungkukan dan

berdiri serta berjalan dengan bahu dan punggung yang tegak, menggunakan

sepatu tumit rendah, hindari mengangkat benda yang berat, memberitahukan

cara-cara untuk mengistirahatkan otot punggnung). Untuk istirahat atau tidur


13

cara mengatasi nyeri punggung yaitu dengan kasur menyokong dan posisikan

badan dengan menggunakan bantal sebagai pengganjal untuk meluruskan

punggung dan mengeringkan tarikan dan regangan.13)


a. Cara Mengatasi
Sakit punggung atas dan bawah dapat dikurangi/dicegah dengan

menggunakan mekanisme tubuh yang baik untuk mengangkat benda,

gunakan BH yang pas dan menopang, berlatih dengan mengangkat panggul,

hindari menggunakan sepatu berhak tinggi, gunakan kasur keras untuk tidur,

gunakan bantal untuk meluruskan punggung.13)


2.1.9.2 Sering BAK
Ibu mengeluh Sering kencing pada malam hari, dalam kehamilan

trimester III sering kencing merupakan hal yang fisiologis, pada pemeriksaan

fisik tidak ada kelainan dan hasil laboraturium dalam keadaan normal.13)
Disebabkan karena progesteron dan tekanan pada kandung kemih karena

pembesaran rahim atau kepala bayi yang turun ke rongga panggul. Yang harus

dilakukan adalah dengan menyingkirkan kemungkinan infeksi. Berikan

nasihat untuk mengurangi minum setelah makan malam atau minimal 2 jam

sebelum tidur, menghindari minum yang mengandung kafein, jangan

mengurangi kebutuhan air minum (minimal 8 gelas per hari) perbanyak di

siang hari, dan lakukan senam kagel.13)


a. Cara Mengatasi

Memberikan penjelasan mengenai sebab terjadinya, kosongkan saat

terasa dorongan untuk kencing, perbanyak minum pada siang hari, kurangi

minum dimalam hari, batasi minum bahan diuretika alamiah-kopi, teh, cola

dengan caffeine, karena merangsang keinginan untuk berkemih, jangan

menkonsumsi obat tampa konsultasi dengan dokter.13)

2.1.10 Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan


14

Enam tanda-tanda bahaya selama periode antenatal adalah sebagai

berikut:13)

2.1.10.1 Perdarahan pervaginam


Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi

dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum sebelum kelahiran. Perdarahan

pada akhir kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak

dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan

seperti ini bisa berarti plasenta previa atau abrupsi plasenta.


2.1.10.2 Sakit Kepala yang Hebat dan Menetap
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang

menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang

menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang-kadang dengan sakit

kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin mengalami penglihatan yang kabur

atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari

pre-eklamsia.
2.1.10.3 Perubahan Visual Secara Tiba-Tiba(pandangan kabur, rabun senja)
Karena pengaruh hormonal dalam kehamilan, ketajaman visual ibu dapat

berubah. Perubahan yang kecil adalah normal. Masalah visual yang

mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual

mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang dan berbintik-bintik.

Perubahan visual mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat.

Perubahan visual mendadak mungkin merupakan suatu tanda pre-eklamsia.


2.1.10.4 Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah

tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang

mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang

setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik,


15

penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong

empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, ISK, dan lain-lain.


2.1.10.5 Bengkak pada muka atau tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada

kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah

beristirahat atau meletakkannya lebih tinggi. Bengkak dapat menunjukkan

adanya masalah serius jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak

hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini

bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau preeklamsia.


2.1.10.6 Bayi kurang bergerak seperti biasa
Ibu muulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6,

beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur,

gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam

periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau

beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.


2.1.11 Gizi pada Ibu Hamil
2.1.11.1 Kalori

Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah

2.500 kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat

memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara

rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya.

Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini

merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsia. Jumlah

pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10 12 kg selama hamil.


8)9)
(kacang, susu, daging)

2.1.11.2 Protein
16

Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari.

Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-

kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein

dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia, dan edema. 8)9)

2.1.11.3 Kalsium

Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium

dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan

rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan

kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi

atau osteomalasia pada ibu. 8)9)

2.1.11.4 Zat Besi

Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan

oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen

melalui hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil

dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah trimester kedua. Bila tidak

ditemukan anemia pemberian zat besi per minggu cukup adekuat. Zat besi

yang diperlukan dapat berupa ferrous gluconate, ferrous fumarate, atau

ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan

anemia defisiensi zat besi8)9)

2.1.11.5 Asam Folat

Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi

pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah

400 mikrogram per hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia

megaloblastik pada ibu hamil8)9)


17

2.2 Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


2.2.1 Pengertian

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada

usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya

penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi

uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.14)

2.2.2 Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai

selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih

dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.9)
2.2.3 Asuhan pada Kala I

Kala I dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10

cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka

sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm.
9)
Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. Lamanya kala 1 pada

primigravida berlangsung 12 jam, berdasarkan kurva friedman

diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam.14)

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur danmeningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka

lengkap (10 cm). kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan

fase aktif.14)
18

Asuhan yang dapat diberikan oleh seorang bidan adalah memberikan

asuhan sayang ibu diantaranya menjelaskan asuhan perawatan yang akan

dilakukan dan meminta persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan, memberi

dukungan mental kepada ibu, melakukan observasi tanda-tanda vital, denyut

jantung janin, kontraksi uterus, pembukaan, penurunan kepala dan kemajuan

persalinan dilembar partograf, menjelaskan pada ibu tentang kemajuan

persalinan, menghadirkan orang-orang terdekat untuk mendampingi dalam

persalinan, memberikan kebutuhan nutrisi bagi ibu, membantu untuk untuk

memilih posisi sesuai keinginan ibu, jika ibu ingin ditempat tidur ibu

dianjurkan tidur miring kekiri, mengajarkan ibu teknik relaksasi yang baik,

menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB, mempersiapkan

perlengkapan ibu dan bayi serta obat-obatan yang diperlukan.14)

2.2.4 Asuhan Pada Kala II

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.14) Kala II dimulai dari pembukaan

lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam

pada primi dan 1 jam pada multi. 9) Persalinan kala II ditegakkan dengan

melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap

atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5 - 6 cm.9) 10)

Asuhan pada kala II adalah memberikan dukungan terus-menerus kepada

ibu, menjaga kebersihan diri, mengipasi dan massase, memberikan dukungan

mental, mengatur poisisi ibu, menjaga kandung kemih tetap kosong,

memberikan cukup minum, memimpin mengedan, pernafas selama

persalinan, pemantauan denyut jantung janin, melahirkan bayi, bayi


19

dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh, serta

merangsang bayi.14)

2.2.4.1 Tanda dan Gejala Kala Dua Persalinan

Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu

merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya,

perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka, meningkatnya

pengeluaran lendir bercampur darah.14)

2.2.5 Asuhan pada Kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit.9) Persalinan kala tiga dimulai setelah

lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.16)

2.2.5.1 Manajemen Aktif Kala Tiga


Asuhan manajemen aktif kala III adalah jepit dan gunting tali pusat

sedini mungkin, pastikan janin tunggal, suntikan oksitosin 10 iu sebelumnya

beritahu ibu bahwa ia akan di suntik, jika sudah ada 3 tanda pelepasan

plasenta dilakukan peregangan tali pusat terkendali atau PTT hanya selama

uterus berkontraksi, saat ada kontraksi uterus tangan tepat di diatas simfisis

pubis melakukan gerakan dorso kranial dengan sedikit tekanan, cegah agar

tidak terjadi inversio uteri, tangan yang satu memegang tali pusat dekat

pembukaan vagina dan melakukan tarikan tali pusat yang terus menerus,

dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus selama kontraksi. Pada

saat plasenta sudah lepas, plasenta dilahirkan dengan teknik Brand Andrew.

Bila plasenta sudah tampak lahir divulva, lahirkan dengan kedua tangan dan

perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput


20

plasenta. Melakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir selama

15 detik agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran

darah dan mencegah perdarahan postpartum.14)


Setelah plasenta lahir lakukan pemeriksaan pada plasenta untuk

memastikan kelengkapan plasenta, sehingga dapat diketahui apakah ada

plasenta yang tertinggal atau tidak. Ukuran plasenta yang normal adalah,

berbentuk bundar atau oval, kotiledon 15-20 buah, ukuran diameter 15-20

cm, tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram, dan panjang tali pusat 50-55 cm.17)
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi

uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah

perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika

dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.14)


2.2.6 Asuhan pada Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

postpartum. 9)Asuhan pada kala IV adalah melakukan pemantauan kala IV

dimana pemantauan dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30

menit pada 1 jam kedua, mengajarkan ibu dan keluarga masase fundus uteri,

memperkirakan jumlah kehilangan darah, melakukan penjahitan luka

laserasi jika ada, membersihkan dan merapihkan ibu, memenuhi kebutuhan

nutrisi dan hidrasi ibu, menganjurkan ibu untuk tidak menahan buang air

kecil dan buang air besar dan memberikan tablet Vit. A 2x200.000 iu dalam

selang waktu 24 jam.14)


2.2.7 Laserasi Jalan Lahir

Luka perineum merupakan perlukaan yang terjadi akibat persalinan,

pemeriksaan luka robekan perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab

perdarahan dari sumber robekan. 14)

Klasifikasi laserasi berdasarkan luasnya robekan


21

2.2.7.1 Robekan tingkat I yaitu mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum. Penangannya tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan

aposisi luka baik.


2.2.7.2 Robekan tingkat II yaitu mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum. Penanganannya jahit menggunakan teknik

menjahit jelujur dan subkutikuler.


2.2.7.3 Robekan tingkat III yaitu mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum dan otot sfingter ani. Penolong APN tidak

dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau

empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan.


2.2.7.4 Robekan tingkat IV yaitu mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum, otot sfinter ani dan dinding depan rektu.14)
2.2.8 Penyebab Robekan Laserasi

Sebab-sebab ruptura perinei ialah kepala anak terlalu cepat lahir, anak

besar, persalinan buatan, arcus pubis sempit, vagina sempit, perineum kaku,

dan posisi occipito-posterior.20)

2.2.9 Penanganan Robekan Laserasi

Robekan pada derajat I tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan

aposisi luka baik, robekan derajat II jahit menggunakan teknik menjahit

jelujur dan subkutikuler, robekan derajat III dan IV penolong APN tidak

dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau

empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan.14)

2.2.10 Partograf
22

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. 14) Tujuan utama

dari penggunaan partograf adalah untuk

2.2.10.1 Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui periksa dalam.


2.2.10.2 Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengga

demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya

partus lama.
2.2.10.3 Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi

bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang

diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinikdan

asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu ddicatat secara

rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin da bayi baru lahir.14)
2.2.11 Bayi Baru Lahir
2.2.11.1 Rencana Kunjungan Pada Bayi Baru Lahir
Rencana asuhan pada bayi baru lahir adalah pada umur 0-6 jam, 6 hari

dan 6 minggu.14)
a. Asuhan BBL 0 Jam
a) Melakukan penilaian bayi baru lahir, yaitu menilai apakah bayi cukup bulan,

air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, bayi menangis kuat atau

bernafas dan tonus otot baik atau tidak.

b) Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat, Mekanisme pengaturan

suhu tubuh bayi belum sempurna, oleh karena itu jika tidak segera dilakukan

maka akan terjadi hipotermi. Cara mencegah kehilangan panas yaitu,

keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks, keringkan dari muka,

kepala dan bagian tubuh lainnnya. Verniks akan menghangatkan tubuh dan

ganti handuk yang basah dengan kain yang kering


23

c) Letakkan bayi di dada ibu, letakkan tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu

bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi

berada diantara payudara dengan posisi sedikit lebih rendah dibandingkan

puting payudara ibu.

d) Selimuti bayi dan pakaikan topi di kepalanya untuk mencegah hipotermi

karena bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dibanding

bagian tubuh yang lain

e) Melakukan perawatan bayi baru lahir, diantaranya memotong dan merawat

tali pusat. Tali pusat dipotong setelah 2 menit bayi lahir, tali pusat dijepit

dengan klem DTT pada sekitar 3cm dari dinding perutkemudian jepit

kembali 2cm dari tempat penjepitan pertama, potong tali pusat dengan

melindungi tubuh bayi, ikat tali pusat.

f) Melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini), adalah bayi diberi kesempatan mulai

atau inisiasi menyusu sendiri segera setelah lahir atau dini dengan membiarkan

kontak kulit bayi dengan ibu setidaknya satu jam atau lebih sampai menyusu

pertama selesai.Keutungan IMD adalah menstabilkan pernapasan, mengendalikan

temperatur tubuh, mendorong bayi menyusu secara efektif dan cepat, membantu

menaikan berat badan, meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi, menjaga

kolonisasi kuman dan bilirubin akan cepat normal

g) Pencegahan infeksi, memberikan obat tetes mata/salep mata, salep mata

untuk mencegah infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit ke kulit

dan bayi selesai menyusu. Salep antibiotik harus tepat diberikan pada waktu

1 jam setelah kelahiran. Pencegahan tersebut menggunakan tetrasiklin

1%.Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang

paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata. Ujung salep
24

tidak boleh menyentuh mata bayi dan beri tahu keluarga untuk tidak

mengahapus salep mata tersebut.

h) Memberikan vitamin K, semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K

injeksi 1 mg IM setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu

untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat

dialami oleh sebagian BBL.

i) Pemberian imunisasi bayi baru lahir, imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk

mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-

bayi. Imunisasi Hepatitis pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin

K1, pada saat bayi berumur 2 jam. Pemberian imunisasi HB0 0,5 ml IM di

paha kanan anterolateral. 14)

b. Asuhan BBL 6 Jam


a) Lanjutkan pengamatan terhadap pernafasan, warna, tingkat aktivitas dan

periksa suhu tubuh dan perawatan untuk setiap penyakit yang muncul.
b) Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap begitu ibu sudah terurus

dengan baik, dan bayi telah menyusui


c) Memandikan bayi baru lahir
d) Mengajarkan perawatan tali pusat kepada ibu, yaitu jangan membungkus

puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apapun ke puntung

tali pusat. Jika puntung tali pusat tampak kotor maka bersihkan dengan

air DTT dan segera keringkan kembali menggunakan kain bersih, jika

pangkal tali pusat memerah, terlihat berdarah dan mengeluarkan nanah

atau bahkan berbau maka segera larikan ke tenaga kesehatan. Tali pusat

harus selalu kering dan bersih. Sisa tali pusat haru dipertahankan dalam

keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longggar. Pemakaian

popok sebaiknya dilipat dibawah tali pusat. Jika tali pusat terkena
25

kotoran/feses, maka tali pusat harus dicuci bersih menggunakan sabun

dan langsung keringkan. Biasanya tali pusat akan puput saat umur bayi

kurang dari 1 minggu.


e) Dukung pemberian ASI eksklusif dan minta ibu untuk menyusui bayinya

tanpa ada batasan waktu.


f) Memberi informasi tanda bahaya bayi baru lahir, yaitu tidak dapat

menyusu, kejang, mengatuk atau tidak sadar, nafas cepat (>60 permenit),

merintih, retraksi dinding bawah dada, sianosis sentral dan

melaksanakan rawat gabung dengan ibu.14)


c. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir Umur 6 hari
a) Konseling keluarga tentang perawatan bayi di rumah
b) Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahwa bayi cukup ASI
c) Biasanya akan terjadi penurunan berat badan kurang dari 10% berat badan

pada minggu pertama, berat badan bayi naik paling tidak 160gram pada

minggu-minggu berikutnya atau minimal 300 gram pada bulan pertama


d) Bayi buang air kecil minmal 6 kali sehari, kotoran bayiberubah dari warna

gelap ke warna coklat terang atau warna kuning setelah hari ke tiga
e) Menjaga kehangatan bayi di rumah, jelaskan pada ibu bahwa bayi

memerlukan satu lapisan kain lagi daripada anak-anak yang lebih besar atau

orang dewasa, menjaga ruangan atau bagian ruangan tetap hangat teruatama

pada cuaca dingin, Kenakan pakaian atau selimuti bayi sepanjang hari dan

jangan letakkan bayi pada permukaan yang dingin atau basah.


f) Pada malam hari, biarkan bayi tidur dengan ibu atau mudah dijangkau pada

saat akan menyusui


g) Jangan dibedong terlalu ketat
h) Jangan tinggalkan bayi terpapar matahari secara langsung
i) Memberikan Penyuluhan Tentang Imunisasi(macam, waktu pemberian dan

frekuensi imunisasi)
(a) BCG, berguna untuk mencegah penyakit TBC yang ditularkan oleh

percikan udara yang mengandung kuman TBC. Imunisasi ini cukup

diberikan 1 kali saja pada bayi baru lahir sampai usia 2 bulan
26

(b) DPT-HB, berguna untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus

dan Hepatitis. Imunisasi ini diberikan pada usia 0-11. DPT mempunyai

efek samping demam ringan dan rasa nyeri didaerah penyuntikan dan

akan sembuh dalam waktu 2-3 hari, diberikan dari bulan pertama sampai

bulan ke empat.
(c) Polio, diberikan pada usia 0-18 bulan dengan frekuensi 3 kali pemberian

dengan selang waktu 4 minggu sebanyak 2 tetes, sampai bulan keempat.

Berguna untuk mencegah penyakit polio. Efek samping yang terjadi

sangat minimal yaitu kejang-kejang


(d) Campak, diberikan pada usia 0-11 bulan dengan frekuensi 1 kali

pemberian pada umur 9 bulan. Berguna mencegah penyakit campak yang

sangat menular yang disebabkan oleh virus campak. Penularan melalui

udara atau kontak langsung dengan penderita. Gejalanya yaitu demam,

batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada kulit selama 3 sampai 5 hari

setelah anak menderita demam. Dosis imunisasi campak adalah 0,5 cc

diberikan dengan cara suntikan


(e) Hepatitis, diberikan pada usia 0-11 bulan dengan frekuensi 3 kali

pemberian dengan selang waktu 4 minggu sampai bulan keempat. Jadwal

imunisasi hepatitis B0 diberikan pada umur 0-7 hari.14)18)


d. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir 6 Minggu
a) Memberikan konseling tentang tumbuh kembang pada bayinya
b) Menganjurkan ibu untuk ke posyandu
c) Menganjurkan ibu untuk melanjutkan imunisasi dasar lengkap sesuai

jadwal.14)18)

2.2.11.2 Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir


Bila ditemukan tanda bahaya berikut, rujuk bayi ke fasilitas kesehatan,

yaitu tidak dapat menyusui, kejang, mengantuk atau tidak sadar, nafas cepat

(>60 per menit), merintih, retraksi dinding dada bawah, sianosis sentral.14)15)18)
27

2.2.11.3 Tanda-tanda bayi cukup mendapat ASI


a. Bayi terlihat puas
b. Akan terjadi penurunan berat badan kurang dari 10% berat badan lahir

pada minggu pertama


c. Berat badan bayi naik paling tidak 160 gram pada minggu-minggu

berikutnya minimal 300 gram pada bulan pertama


d. Bayi buang air kecil minimal 6 kali sehari
e. Kotoran bayi berubah dari warna gelap ke warna coklat terang atau kuning

setelah hari ke-314)15)18)


2.2.12 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
2.2.12.1 Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahuran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu15)

2.2.12.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas


Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik,

melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan

pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga

berencana, menyususi, pemberian imunisasi, kepada bayinya dan perawatan

bayi yang sehat, memberikan pelayanan keluarga berencana.16)

Didalam masa nifas terdapat beberapa alat alat kandungan yang

berinvolusi salah satunya yaitu uterus. Uterus secara berangsur-angsur

menjadi kecil diukur memlalui pemeriksaan TFU, dimulai saat bayi baru lahir

TFU setinggi pusat, uri lahir TFU 2 jari di bawah pusat, 1 minggu TFU

pertengahan pusat simfisis, 2 minggu TFU tidak teraba di atas simfisis, 6

minggu TFU bertambah kecil, 8 minggu sebesar normal.16)


28

2.2.12.3 Tahap yang terjadi pada masa nifas


a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering

terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh

karena itu, bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.


b. Periode early postpartum (24 jam - 1 minggu).
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak

ada perdarahan, lokia tidak berbau, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu - 5 minggu).Pada periode ini bidan tetap

melakukan perwatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.16)


2.2.12.4 Kebutuhan gizi ibu selama nifas
a. Ibu harus mengkonsumsi 500 kalori setiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapat protein, mineral dan

vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap kali menyusui.
c. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40

hari pasca persalinan, minum kapsul vitamin A kepada bayinya melalui ASI-

nya.15)
2.2.12.5 Ambulasi dini

Ambulasi sedini mungkin sanagat dianjurkan bagi ibu paska bersalin,

karena hal ini akan meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah resiko terjadi

tromboplebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kendung kemih

sehingga dapat mencegah konstipasi dan retensi urine serta ibu akan merasa

sehat. Pelaksanaan ambulasi dilakukan secara bertahap dan disesuaikan

dengan kondisi ibu. Setelah persalinan ibu bisa mengawali ambulasi dengan

letihan menarik nafas dalam dan latihan tungkai secara sederhana. Kemudian

bisa dilanjutkan dengan duduk dan menggoyangkan tungkai ditepi tempat

tidur. Jika ibu merasa tidak pusing, ibu bisa melanjutkan berjalan.7)

2.2.12.6 Cara Perawatan Perineum


29

Perawatan luka perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk

menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang

dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ

genetik seperti pada waktu sebelum hamil. Yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya infeksi pada organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh

masuknya mokroorganisme melalui vulva yang terbuka atau akibat dari

perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) serta

kontaminasi dari rektum. Perawatan perineum juga untuk meningkatkan

penyembuhan.7)

Dengan sabun atau cairan desinfektan bersihkanlah daerah sekitar

introitus vagina . pakailah kain yang bersih, basahi dengan cairan yang

tersedia dan arahnya dari atas kebawah, karena daerah anus yang paling

kotor.16)

2.2.12.7 Tanda Bahaya Masa Nifas

Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa ada

sesuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari hal-hal berikut ini, maka

ibu tersebut akan perlu menemui seorang bidan dengan segera yaitu

perdarahan hebat atau peningkatan pendarahan secara tiba-tiba, pengeluaran

cairan vaginal dengan bau busuk yang keras, rasa nyeri perut bagian bawah

atau punggung, sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik atau

masalah penglihatan, pembengkakan pada wajah dan tangan, demam,

muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni atau merasa tidak enak badan,

payudara yang memerah, panas dan atau sakit. Kehilangan selera makan

untuk waktu yang berkepanjangan, rasa sakit, warna merah, kelembutan dan
30

atau pembengkakan pada kaki, merasa sangat sedih atau tidak mampu

mengurus diri sediri atau bayi serta merasa sangat letih atau bernafas

terengah-engah.7)

2.2.12.8 TFU Pada Masa Nifas

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi sebagai

berikut:20) Bayi lahir TFU setinggi pusat, berat uterus 1000 gram, Plasenta

lahir TFU 2 jari dibawah pusat, berat uterus 750 gram. 1 minggu

postpartumTFU pertengahan pusat-simfisis, berat uterus 500 gram. 2 minggu

postpartum TFU tidak teraba di atas simfisis, berat uterus 350 gram. 6

minggu postpartum TFU bertambah kecil, berat uterus 50 gram. 8 minggu

postpartum TFU normal, berat uterus 30 gram.16)

2.2.12.9 Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

selama masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak

terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita.lochea biasanya

berlangsung kurang lebih selama 2 minggu setelah bersalin, namun penelitian

terbaru mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat

berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea juga

mengalami perubahan karena proses involusi.16)

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs

plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama

dengan sisa cairan. Pencampuran antara darah dan desidua inilah yang

dinamakan lokia. Lokia adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan
31

mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih

cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.20)

Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu

menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia

mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi

menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa, dan alba. Perbedaan masing-

masinglokia dapat diliat sebagai berikut16)

a. Lochea rubra (Cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca persalinan, berwarna

merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari

decidua, verniks caseosa, lanugo dan mekoneum.


b. Lochea sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan, berwarna

merah kuning dan berisi darah lendir.


c. Lochea serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna

kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah dan lebih

banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
d. Lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna putih

kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut

jaringan yang mati.


e. Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya.
Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanta postpartum dalam posisi

berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di

vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan

mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia

sekitar sekitar 240 hingga 270 ml.16)


2.2.12.10 Asuhan pada Masa Nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali yaitu kunjungan 6-

8 jam setelah persalinan, kunjungan 6 hari setelah persalinan, kunjungan 2


32

minggu setelah persalinan, dan kunjungan 6 minggu setelah persalinan.

Kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,

dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang

terjadi.9)

a. Nifas 6-8 jam

Untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi

dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut,

memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal,

melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat

dengan cara mencegah hipotermia.16)

b. Nifas 6 hari
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai

adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan

ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu

menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit,

memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.16)


c. Nifas 2 minggu
Sama seperti 6 hari setelah persalinan.16)
d. Nifas 6 minggu
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi

alami, memberikan konseling untuk KB secara dini.16)


2.2.12.11 Masalah Pada Ibu Nifas
a. Puting Susu Lecet

Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita

kelecetan pada puting. Penyebab lecet tersebut yaitu, kesalahan dalam teknik
33

menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup oleh mulut bayi. Bila

bayi hanya menyusu pada puting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit,

karena gusi bayi tidak menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada ibunya

akan menjadi nyeri/kelecetan pada puting susu. Monoliasis pada mulut bayi

yang menular pada puting susu ibu. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol,

krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu. Bayi dengan tali

lidah yang pendek (frenulum lingue), sehingga menyebabkan bayi sulit

mengisap sampai ke kalang payudara dan isapan hanya pada puting susu saja.

Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan

kurang berhati-hati.16)

Dari masalah puting susu lecet tersebut adapun penanganannya sebagai

berikut bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal yang

lecetnya lebih sedikit. Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, maka

posisi menyusu harus sering diubah. Untuk puting yang sakit dianjurkan

mengurangi frekuensi dan lamanya menyusu. Di samping itu, kita harus

yakin bahwa teknik menyusui yang digunakan bayi benar, yaitu harus

menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang

bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan

sendok, gelas, dan pipet. Setiap kali selesai menyusu bekas ASI tidak perlu

dibersihkan, tetapi diangin-anginkan sebentar agar melembutkan puting

sekaligus sebagai anti-infeksi. Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat

iritasi lainnya untuk membersihkan payudara. Pada puting susu bisa

dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak terlebih

dahulu. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara
34

tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu

terlalu rakus. Perhatikanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang

dapat menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan gejala

moniliasis dapat diberikan nistatin.16)


b. Cara Menyusui yang Benar

Cara menyusui dengan posisi yang benar adalah bayi menghadap perut

ibu, teling bayi berada satu garis dengan lengan, menyentuh bibir bayi dangan

tangan/puting agar mulut bayi terbuka, mengarahkan mulut bayi ke puting,

memasukkan payudara ke mulut bayi.16)

c. Perawatan Payudara
a) Atur ulang posisi menyusui jika bayi mengalami kesulitan untuk mendapat

cukup ASI. Jika posisi bayi terhadap payudara tidak sesuai maka

kecukupan nutrisi bayi tidak terjamin dan puting susu ibu mengalami

trauma. Ingat bahwa ibu harus duduk atau berbaring dalam posisi yang

nyaman dan bayi berada di dekatnya. Ibu tidak boleh mencondongkan

tubuh ke arah bayi saat menyusui, tapi ibu harus dapat membawa bayi ke

arahnya. Harus disediakan atau digunakan beberapa bantal untuk

membantu ibu menopang bayinya atau letakkan bayi di atasnya agar tinggi

posisi bayi sesuai.


b) Minta ibu untuk memastikan bahwa puting susunya tetap bersih dan

kering. Anjurkan ibu untuk mengeringkan payudaranya setelah

menyusukan bayi. Keringkan puting tanpa menggunakan kain atau handuk

karena akan mengiritasi kulit. Untuk mencegah retak dan lecet, ajarkan ibu

untuk mengeluarkan ASInya kemudian dioleskan ke puting susunya.

Keringkan dulu (diangin-anginkan) puting susu ibu sebelum mengenakan

pakaian.
35

c) Yakinkan bahwa puting susu lecet dan retak, bukan merupakan hal yang

berbahaya dan tidak menghalangi ibu untuk terus menyusukan bayinya.

Jika puting susu ibu lecet dan retak, amati cara ibu menyusukan bayinya

karena cara yang salah dapat menimbulkan hal tersebut. Minta ibu

melakukan perawatan payudara seperti yang diuraikan pada butir 2 di atas.


d) Bersama ibu dan keluarganya, jelaskan cara mengkaji gejala dan tanda

tersumbatnya saluran ASI atau mastitis. Bila hal tersebut terjadi maka

anjurkan ibu unutk mencari perolongan segera tetapi tetap meneruskan

pemberian ASI. Jelaskan mungkin ia mengalami masalah dengan

payudaranya apabila tampak gejala atau tanda berikut ini, bintik atau garis

merah atau panas pada salah satu atau kedua payudaranya, gumpalan atau

pembengkakan yang terasa nyeri, dan demam (suhu lebih dari 38C).16)
2.2.13 Asuhan Kebidanan Pada Pelayanan Keluarga Berencana

Keluarga berencana mandiri artinya masyarakat memilih metode KB

dengan biaya sendiri melalui KB lingkaran biru dan KB lingkaran emas dan

mengarahkan pada pelayanan metode kontrasepsi efektif (MKE) yang

meliputi AKDR, suntikan KB, susuk KB dan kontap.17)

2.2.13.1 Kontrasepsi Suntik Ibu Menyusui

Kontrasepsi yaitu program yang dilakukan oleh pemerintah untuk

mengatur kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, memperkecil angka

kematian agar terwujud penduduk Indonesia yang berkualitas. Tersedia 2

jenis kontrasepsi suntik yang hanya mengandung progestin yaitu:17)


36

a. Depo medroksiprogastin asetat (DMPA) mengandung 150 Mg DMPA

yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intra maskuler

kearah bokong.

b. Depo noretisteron enantat (Depo noristerat) yang mengandung 200 mg

noretisteron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara suntik

intramuskuler.17)

2.2.13.2 Keuntungan

a. Sangat efektif.

b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.

c. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

d. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

e. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

f. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

premenopouse.

g. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

h. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

i. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

j. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell). 17)

2.2.13.3 Cara Kerja

a. mencegah ovulasi

b. mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma

c. menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi


37

d. menghambat transportasi gamet oleh tuba. 17)

2.2.13.4 Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntik

a. Usia reproduksi.

a. Nulipara dan yang telah memiliki anak.

b. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas

tinggi.

c. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

e. Setelah abortus atau keguguran.

f. Telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.

g. Perokok.

h. Tekanan darah < 180/100 mmHg dengan masalah gangguan pembekuan

darah atau anemia bulan sabit.

i. Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan berbiturat) atau alat

tuberkolosis (rifampisin).

j. Tidak dapat memiliki kontrasepsi yang mengandung estrogen.

k. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

l. Anemia defisiensi besi.

m. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil

kontrasepsi kombinasi.20)

2.2.14 .Dokumentasi Kebidanan

Dokumentasi adalah suatu system pencatatan dan pelaporan status

kesehatan klien dan semua kegitan asuhan keperawatan atau kebidanan yang

dilakukan oleh perawat atau bidan.21)


38

Asuhan yang diberikan bidan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas

dan logis sehingga perlu metode pendokumentasian.Pendokumentasian yang

benar adalah pendokumentasian yang dapat mengkomunikasikan kepada

orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan

pada seorang klien yang didalamnya tersirat proses berpikir yang sistematis

seorang bidan dalam menghadapi klien sesuai langkah-langkah dalam proses

manajemen kebidanan

Dokumentasi adalah sekumpulan catatan , penyimpanan data desiminasi

dari catatan informasi dalam system terintegrasi untuk penggunaan yang

efisien dan mudah diterima. Dalam metode SOAP , S merupakan data

subjektif dimana berhubungan dengan masalah yang di angkat dari sudut

pandang pasien, O adalah objektif merupakan hasil dari observasi yang jujur,

A adalah analisis atau assessment merupakan kesimpulan dari data subjektif

dan objektif sedangkan P adalah planning dimana membuat rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisis. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan

proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.

8.1 Subyektif (S)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesa, berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi

mengenai kehawatiran dan keluhannya) (langkah I).


39

8..2 Obyektif (O)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus

untuk mendukung assesment (langkah I).

8.3 Assesment (A)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subyektif dan obyektif suatu identifikasi, diagnosa/masalah, antisipasi

diagnosa lain/masalah potensial, tindakan segera/kolaborasi (langkah, II,III

dan IV).

8.4 Planning (P)

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assesment, meliputi asuhan mandiri, kolaborasi, tes

diagnostik/laboratorium, konseling, dan tindak lanjut (langkah V, VI dan

VII).21)

Anda mungkin juga menyukai