Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Menurut Pratoharsoyo (2012),
dari seluruh klien skizoprenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang
juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif dan delirium. Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersefsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulasi eksteren persepi palsu. pasien
halusinasi juga akan terganggu kebutuhan dasarnya terutama kebutuhan dasar fisiologi
(Praptoharsoyo, 2012).

Salah satu kebutuhan fisiologis pasien yg terganggu adalah kebutuhan personal


hygienenya, hal ini di sebabkan karena terganggunya kognitif pasien sehingga pasien tidak peduli
dengan dunia luar bahkan dengan kebutuhan dirinya sendiri khususnya kebutuhan personal
hygienenya. Kesehatan jiwa seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak lagi mampu berfungsi
secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari, dirumah, sekolah, dikampus, ditempat kerja dan
lingkungan sosialnya. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami
ketidakmampuan berfungsi secara optimal dalam kehidupannya sehari-hari (Hawari, 2001).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Halusinasi?
2. Apa saja jenis jenis Halusinasi?
3. Bagaimanakah Etiologi Halusinasi?
4. Bagaimana Tanda dan gejala Halusinasi?
5. Bagaimana Batasan Halusinasi?
6. Bagaimana Psikopatologi Halusinasi?
7. Bagaimana Tahapan Halusinasi ?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di RSJD Abepura

Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang pengertian Halusinasi
b. Menjelaskan tentang jenis jenis Halusinasi
c. Menjelaskan tentang Etiologi Halusinasi
d. Menjelaskan tentang tanda dan gejala Halusinasi
e. Menjelaskan tentang Batasan Halusinasi
f. Menjelaskan tentang Psikopatologi Halusinasi
g. Menjelaskan Bagaimana Tahapan Halusinasi

D. Manfaat
Agar lebih memahami tentang Konsep Nyeri.

BAB II

TINJAUAN TEORI HALUSINASI

1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2008).

Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar.
Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya
merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang tersepsi (Yosep, 2010).

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang
disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan atau distorsi terhadap stimulus
tersebut (NANDA-1, 2012).

2. Jenis- jenis Halusinasi

Menurut Yosep (2007) halusinasi terdiri dari delapan jenis. Penjelasan


secara detail mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi adalah sebagai
berikut :

a. Halusinasi pendengaran (Auditif, Akustik)

Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara


bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai
sebuah kata penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan
berdebat dengan cara-cara tersebut.

b. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)


Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambarab yang mengerikan.
c. Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita.
Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita
sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik
lebih jarang di halusinasi gustatorik.
e. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, diiup atau seperti ada ulat yang bergerk
dibawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dab skizofrenia.
f. Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba.
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia
dengan waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.
g. Halusinasi Kinisetik
Penderita merasa badannya bergerak-bergerak dalam suatu ruang
atau anggota badannya gak aktif.
h. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa
pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia dan
sindrom lobus parietalis. Misalnya sering merasa terpecah dua.
2) Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya
yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala
sesuatu yang dialaminya seperti dalam impian.

3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2012) faktor predisposisi klien dengan halusinasi
adalah :
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih
rentan stress.

2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak
bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.

3) Faktor Biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang makan di dalam
tubuh akan di hasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak.

4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyatamenuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orang tua schizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, perasan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik
diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins
dan Heacok (1993) mencoba memecahkan masalah halusinasi
berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk
yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosi-spiritual. Sehingga
halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi, yaitu :

Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-oabatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama.
Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan sendiri.

Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

Dimensi spiritual
Klien halusinasi mulai dengan kehaampaan hidup, rutinitas
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkandiannya terganggu, karena ia
sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun
merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan
dan orang lain yang membuat takdirnya memburuk.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Hamid (2000). Perilaku klien yang terkait dengan halusinasi
adalah sebagai berikut :
a. Bicara sendiri
b. Senyum sendiri
c. Ketawa sendiri
d. Menggerakkan bibir tanpa suara
e. Pergerakan mata yang cepat
f. Respon verbal yang lambat
g. Menarik diri dari orang lain
h. Berusaha untuk menghindari orang lain
i. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
j. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
k. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
l. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
m.Sulit berhubungan dengan orang lain.
n. Ekspresi wajah tegang.
o. Mudah tersinggung, jengkel, dan marah
p. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
q. Tampak tremor dan berkeringat.
r. Perilaku panik.
s. Agitasi dan kataton.
t. Curiga dan bermusuhan.
u. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
v. Ketakutan.
w. Tidak dapat mengurus diri.
x. Bisa terdapat disorientasi waktu, tempat, dan orang.

5. Batasan Karakteristik
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Batasan karakteristik klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
menurut NANDA-1 (2012) yaitu :
a. Perubahan dalam pola perilaku,
b. Perubahan dalam kemampuan menyelesaikan masalah,
c. Perubahan dalam ketajaman sensori,
d. Perubahan dalam respon yang biasa terhadap stimulus,
e. Disorientasi,
f. Halusinasi,
g. Hambatan komunikasi,
h. Iritabilitas,
i. Konsentrasi buruk
j. Gelisah
k. Distorsi sensori.

6. Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang belum diketahui. Banyak teori yang
diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik dan lain-lain.
Beberapa orang mengatakan bahwa situasi keamanan di otak normal dibombardir
oleh aliran stimulus yang berasal dari tubuh atau dari luar tubuh. Jika masukan
akan terganggu atau tidak ada sama sekalisaat bertemu dalam keadaan normal
atau patologis, materi berada dalam prasadar dapat unconsicious dan
kemudiankarena kepribadian rusak dan kerusakanpada realitas tingkat ketakutan
keinginan sebelumnya diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksternal.

7. Tahapan Halusinasi
Menurut Yosep (2010) tahapan halusinasi ada 5 fase, yaitu

Tahapan Halusinasi karakteristik


Stage I : sleep disorder Klien merasa banyak masalah, inggin
fase awal seseorang sebelum menghindar dari lingkungan, takut diketahui
muncul halusinasi orang lain bahwa dirinya banyak masalah.
Masalah makin terasa sulit karena berbagai
stressor terakumulasi, misalnya kekasih
hamil, terlibat narkoba, drop out, dst.masalah
terasa menekan karena terakumulasi
sedangkan support sistem kurang dari
persepsi terhadap masalah sangat buruk.sulit
tidur berlangsung terus-menerus sehingga
terbiasa menghayal. Klien menganggap
lamunan-lamunan awal tersebut sebagai
pemecahan masalah

Stage II : comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti


halusinasi secara adanya perasaan cemas , kesepian, perasaan
berdosa, ketakutan dan mencoba
memusatkan pemikiran pada timbulnya
kecemasan. Ia berangapan bahwa
pengalaman pikiran dan sensorinya dapat dia
kontrol bila kecemasannya diatur, dalam
tahapan ini ada kecenderungan klien merasa
nyaman dengan halusinasinya.

Pengalaman sensori klien menjadi sering


Stage III : condemning datang dan mengalami bius. Klien mulai
secara umum halusinasi sering merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan
mendatangi klien mulai berupaya menjaga jarak antara
dirinyadengan objek yang dipersepsikan klien
mulai menarik diri dan ornag lain, dengan
intensitas waktu yang lama.
Satge IV : controlling serve level of Klien mencoba melawan suara-suara atau
anxiety sensori abnormal yang datang. Klien dapat
Fungsi sensori menjadi tidak relevan merasakan kesepian bila halusinasinya
dengan kenyataan berakhir. Dari sinilah dimulai dengan fase
psikotik.

Stage V : conquering panic level of Pengakaman sensorinya terganggu. Klien


anxety mulai merasa terancam dengan datangnya
Klien mengalami gangguan dalam suara-suara terutama bila klien tidak dapat
menilai lingkungannya menuruti ancama atau perintah yang ia
dengar dari halusinasiny. Halusinasi dapat
berlangsung selama minimal 4 jam atau
seharian bila klien tidak mendapatkan
komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan
psikotik berat.
BAB III
PEMBAHASAN

Tn.G berusia 30 tahun dengan diagnosa medis Skizorfrenia di rawat di


Ruang Akut RSJD Abepura, sedangkan Tn.A berusia 18 tahun di rawat di Ruang
Kronik RSJD Abepura dengan diagnosa medis Skizorfrenia, dengan masalah
keperawatan yang sama dan dilakukan tindakan keperawatan yang sama mulai
dari :

A. Pengkajian
a. Pasien I
Nama : Tn. G
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki Laki
Pekerjaan : Scurity
Pendidikan : SMK
Alamat : Komp. RSUD Dok 2
Dx medis : Skizorfrenia
Dx keperawatan : Halusinasi Pendengaran
b. Pasien II
Nama : Tn. A
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan :-
Alamat : Polimak
Dx medis : Skizorfrenia
Dx keperawatan : Halusinasi Pendengaran

B. Hasil pengkajian

Pengka Respon Tn.G Respon Tn.A


jian
Keluha Pasien mengatakan : pasien mengatakan :
n - Sering mendapat bisikan dari mendapat banyak bisikan dan
Ruhan yang mengatakan bahwa bisikan itu mengatakan apakah
pasien adalah Jin penjaga tugu ada ikan bakar?
Monas Pasien mengatakan bisikan itu
- Mendapat bisikan untukmelakukan muncul 2x saat pagi dan 1x saat
kekerasan malam hari.
- Bisikan itu dating 3-4 kali dalam Pasien mengatakan perasaannya
sehari biasa saja saat mendengar
- Pasien mengaku pernah mendengar bisikan-bisikan itu.
suara laki laki yang menyuruhnya Pasien mengaku tidak mau
melakukan kekerasan menanggapi bisikan tersebut
- Pasien serinh mengikuti perintah dengan berkata ko pergi saya
suara tersebut tidak mau dengar ko, ko barang
- Pasien mengatakan bahwa dirinya halus
kuat
- Paisen mengatakan suka bernyanyi
- Pasien mengatakan dirinya mudah
emosi
Fisik Pasien tampak : Pasien tampak :
- Ku : Baik - Ku : baik
- Kes : composmentis - Kes : composmentis
- Nada Bicara Pasien dengan intonasi Pembicaraan pasien dengan
keras intonasi cepat
- Pasien tampak gelisah Pasien tampak tenang
- Pasien sering marah marahpasien Paasien tampak selalu gembira
memiliki pembicaraan yang Pasien memiliki afek sesuai
preverasi (pengulangan Selama wawancara pasien
pembicaraan) tampak koorperatif
- Pasien merupakan perokok aktif TTV :
- Penampilan pasien tampak rapi
sesuai umur (kaos putih dan celana TD : 120/80 mmHg
pendek) pasien beragama advend N : 82x/m
dan pernah mengikuti ibada hari S: 36,50c
sabtu R : 20 x/m
- Pasien perokok aktif
- Pasien memiliki reaksi berlebihan
,suka marah
- TTV :
Td : 120/80 mmHg
Nd : 86 x/menit
R : 20 x/menit
Sb : 36,5c

C. Analisa Data

Data Penyebab Masalah


Respon Tn. G Resiko Halusinasi
DS : pasien mengatakan : prilaku Pendengaran
- Sering mendapat bisikan dari Ruhan yang kekerasan
mengatakan bahwa pasien adalah Jin penjaga tugu (diri sendiri,
Monas oramg lain,
- Mendapat bisikan untukmelakukan kekerasan lingkungan)
- Bisikan itu dating 3-4 kali dalam sehari efect
- Pasien mengaku pernah mendengar suara laki laki
yang menyuruhnya
DO : pasien tampak :
- Ku : Baik Gangguan
- Kes : composmentis persepsi
- Nada Bicara Pasien dengan intonasi keras sensori
- Pasien tampak gelisah halusinasi
- Pasien sering marah TTV :
Td : 120/80 mmHg
Nd : 86 x/menit
R : 20 x/menit Isolasi sosial
Sb : 36,5c

Respon Tn.A
DS: ibu paien mengatakan
mendapat banyak bisikan dan bisikan itu mengatakan
apakah ada ikan bakar?
Pasien mengatakan bisikan itu muncul 2x saat pagi dan
1x saat malam hari.
Pasien mengatakan perasaannya biasa saja saat
mendengar bisikan-bisikan itu.
Pasien mengaku tidak mau menanggapi bisikan
tersebut dengan berkata ko pergi saya tidak mau
dengar ko, ko barang halusDO: pasien tampak:
Ku : baik
Kes: composmentis
Pembicaraan pasien dengan intonasi cepat
Pasien tampak tenang Halusinasi
Paasien tampak selalu gembira pendemgaran
Pasien memiliki afek sesuai
Selama wawancara pasien tampak koorperatif
TTV : Resiko
TD : 120/80 mmHg prilaku
N : 82x/m kekerasan
S: 36,50c (diri sendiri,
R : 20 x/m oramg lain,
lingkungan)
efect

Gangguan
persepsi
sensori
halusinasi

Isolasi sosial

D. Diagnosa keperawatan
Melalui proses analisa data dari pengkajian Tn.G dan Tn.A maka didapatkan
diagnose keperawatan Halusinasi Pendengaran.

E. Implementasi keperawatan

Implementasi Tn.G Implementasi Tn.A


Selasa 1-8-2017 Senin 7-8-2017
Melakukan Tindakan SP1P dan BHSP : Melakukan Tindakan SP1P dan BHSP :
Fase Orientasi (member salam, Fase Orientasi (member salam,
menanyakan nama pasien, menanyakan nama pasien,
memperkenalkan diri, kontrak memperkenalkan diri, kontrak
waktu) waktu)
FAse kerja (menanyakan apakah FAse kerja (menanyakan apakah
mendengar suara suara bisikan, mendengar suara suara bisikan,
apa yang dikatakan bisikan itu, apa yang dikatakan bisikan itu,
kpan terakhir dengar, berapa kali kpan terakhir dengar, berapa kali
sehari, apa yang dirasakan saat sehari, apa yang dirasakan saat
suara muncul,mengajarkan cara suara muncul,mengajarkan
pertama : dengan menghardik ) carapertama : dengan
Fase Terminasi (tanyakan menghardik )
perasaan klien setelah diajarkan Fase Terminasi (tanyakan
cara pertama, menyuruh perasaanklien setelah diajarkan
mempraktekan cara pertama, cara pertama, menyuruh
kontrak waktu) mempraktekan cara pertama,
kontrak waktu)
Rabu 2-8-2017
Melakukan Tindakan SP1P dan BHSP : Selasa 8-8-2017
Fase Orientasi (member salam, Fase Orientasi (member salam,
menanyakan nama pasien, menanyakan nama pasien,
memperkenalkan diri, kontrak memperkenalkan diri, kontrak
waktu) waktu)
FAse kerja (menanyakan apakah FAse kerja (menanyakan apakah
mendengar suara suara bisikan, masih mendengar suara suara
apa yang dikatakan bisikan itu, bisikan, apa yang dikatakan
kpan terakhir dengar, berapa kali bisikan itu, kapan terakhir
sehari, apa yang dirasakan saat dengar, berapa kali sehari, apa
suara muncul,mengajarkan yang dirasakan saat suara
carapertama : dengan muncul, mengevaluasi kembali
menghardik ) cara Pertama, mengajarkan cara
Fase Terminasi (tanyakan Kedua : dengan bercakap cakap
perasaan klien setelah diajarkan dengan orang lain )
cara pertama, menyuruh Fase Terminasi (tanyakan
mempraktekan cara pertama, perasaan klien setelah diajarkan
kontrak waktu) cara Kedua, menyuruh
mempraktekan cara kedua,
Kamis 3-8-2027 kontrak waktu)
Pasien didak dikaji karena sedang marah
marah dan tidak kondusif Rabu 9-8-2017
Fase Orientasi (member salam,
Jumat 4-8-2017 menanyakan nama pasien,
Melakukan Tindakan SP1P dan BHSP : memperkenalkan diri, kontrak
Fase Orientasi (member salam, waktu)
menanyakan nama pasien, FAse kerja (menanyakan apakah
memperkenalkan diri, kontrak masih mendengar suara suara
waktu) bisikan, apa yang dikatakan
FAse kerja (menanyakan apakah bisikan itu, kapan terakhir
mendengar suara suara bisikan, dengar, berapa kali sehari, apa
apa yang dikatakan bisikan itu, yang dirasakan saat suara
kpan terakhir dengar, berapa kali muncul, mengevaluasi kembali
sehari, apa yang dirasakan saat cara pertama dan kedua,
suara muncul,mengajarkan mengajarkan cara Kedua :
carapertama : dengan dengan bercakap cakap dengan
menghardik ) orang lain )
Fase Terminasi (tanyakan Fase Terminasi (tanyakan
perasaan klien setelah diajarkan perasaan klien setelah diajarkan
cara pertama, menyuruh cara kedua, menyuruh
mempraktekan cara pertama, mempraktekan cara kedua,
kontrak waktu) kontrak waktu)

Kamis 10-8-2017
Fase Orientasi (member salam,
menanyakan nama pasien,
memperkenalkan diri, kontrak
waktu)
FAse kerja (menanyakan apakah
masih mendengar suara suara
bisikan, apa yang dikatakan
bisikan itu, kapan terakhir
dengar, berapa kali sehari, apa
yang dirasakan saat suara
muncul, mengevaluasi kembali
cara Pertama,kedua dan
mengajarkan cara ketiga :
melakukan kegiatan sehari hari )
Fase Terminasi (tanyakan
perasaan klien setelah diajarkan
cara ketiga, menyuruh
mempraktekan cara ketiga,
kontrak waktu)

Jumat 11-8-2017
Fase Orientasi (member salam,
menanyakan nama pasien,
memperkenalkan diri, kontrak
waktu)
FAse kerja (menanyakan apakah
masih mendengar suara suara
bisikan, apa yang dikatakan
bisikan itu, kapan terakhir
dengar, berapa kali sehari, apa
yang dirasakan saat suara
muncul, mengevaluasi kembali
cara Pertama, kedua, ketiga, dan
mengajarkan cara keempat :
dengan melakukan kegiatan klien
dengan terjadwal )
Fase Terminasi (tanyakan
perasaan klien setelah diajarkan
cara keempat, menyuruh
mempraktekan cara keempat,
kontrak waktu)

F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam ternyata Halusinasi
pendengaran pada Tn.G tidak dapat teratasi sedangkan Halusinasi pada Tn.A Dapat
teratasi. Hal ini disebabkan karena :
Tn.G :
Tidak koorperatif terhadap perawat
Tidak mau mengikuti anjuran perawat
Tidak mengkonsumsi obat secara teratur (selalu di buang di bawah
tempat tidurnya).
Tidak memiliki semangat untuk sembuh
Tn.A :
Koorperatif kepada perawat
mau mengikuti anjuran perawat
mengkonsumsi obat secara teratur
memiliki semangat untuk sembuh
BAB IV

HASIL

A. Karakteristik respon
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 5 x24 jam pada Tn.G berusia
30 tahun dengan diagnosa medis Skizorfrenia di rawat di Ruang Akut RSJD Abepura Tidak
teratasi, sedangkan Tn.A berusia 18 tahun di rawat di Ruang Kronik RSJD Abepura dengan
diagnosa medis Skizorfrenia masalah keperawatan dapat teratasi. Hal ini terjadi karena :
Tn.G :
Tidak koorperatif terhadap perawat
Tidak mau mengikuti anjuran perawat
Tidak mengkonsumsi obat secara teratur (selalu di buang di bawah
tempat tidurnya).
Tidak memiliki semangat untuk sembuh
Tn.A :
Koorperatif kepada perawat
mau mengikuti anjuran perawat
mengkonsumsi obat secara teratur
memiliki semangat untuk sembuh
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa 2 respon memiliki karakteristik


yag berbeda yaitu, Tn. G dengan diagnose Skizorfrenia Tidak dapat teratasi karena pasien Tidak
koorperatif terhadap perawat, Tidak mau mengikuti anjuran perawat, Tidak mengkonsumsi obat
secara teratur (selalu di buang di bawah tempat tidurnya) dan Tidak memiliki semangat untuk
sembuh.

Sedangkan pada Tn. A dengan diagnose medis yang sama yaitu Skizorfrenia teratasi hal
ini disebabkan karena pasien Tn.A : Koorperatif kepada perawat, Tn.A mau mengikuti anjuran
perawat, Rutin dalam mengkonsumsi obat secara teratur serta Tn.A memiliki semangat untuk
sembuh.

B. Saran
Saran penulis yaitu, ketika kita sedang di rawat di rumah sakit dengan diagnose medis
apapun terutama skizorfrenia maka kita wajib mengikuti semua peraturan yang berlaku di
rumah sakit termasuk mengonsumsi obat secara teratur dan sesua anjuran, serta memiliki
semangtat untuk sembuh
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah., dan Iskandar.2014.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung : PT


Refika Aditama.

http://wordlife06.blogspot.co.id/2012/12/makalah-asuhan-keperawatan-jiwa.html
(diakses pada 24 Agustus 2017, pukul 20.30 WIT)

Anda mungkin juga menyukai