Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Periode post partum adalah waktu mengenai penyembuhan perubahan besar

yang berjangka pada periode dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima

kebahagiaan dan kehidupan tanggung jawab dalam keluarga. (Cuningham 2005:388).

Perawatan post partum yang terintegrasi dengan baik mempunyai peranan

penting yang digunakan dalam membangun transisi ini dan mengenalkan keluarganya

pada kehidupan baru mereka bersama-sama.

Selama masa post partum sejumlah perubahan fisiologis dan psikologis terjadi yaitu :

- Organ-organ kembali ke kondisi tidak hamil

- Perubahan fisiologi lain yang terjadi selama kehamilan dikembalikan

- Laktasi terbentuk

- Dasar hubungan bayi dan orang tuanya disiapkan

- Ibu pulih dari ketegangan pada waktu kehamilan dan persalinan

Walaupun tubuh harus mengalami perubahan seperti pemeliharaan setelah

melahirkan anak, asuhan kebidanan sangat memperhatikan hal ini. Karena masih

banyak ibu-ibu maupun yang belum mengerti apa yang seharusnya diperbuat, baik

terhadap diri sendiri maupun terhadap bayinya.


2

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menyelesaikan masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan kasus post

partum normal

2. Tujuan Khusus

Melakukan justifikasi masalah keperawatan pada klien dengan kasus post partum

normal

a. Mendiskusikan penyelesaian masalah keperawatan yang muncul dengan

pembimbing akademik dan pembimbing ruangan di ruang nifas RSD dr.

Soebandi Jember

b. Meningkatkan validitas data pasien

c. Mampu menemukan alasan ilmiah terhadap masalah klien

d. Mampu memodifikasi rencana keperawatan sesuai masalah yang muncul

e. Mampu melanjutkan intervensi keperawatan sesuai masalah keperawatan


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 8
minggu (Manuaba, 2007).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu.

1. Nifas Dibagi dalam 3 Periode


a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu boleh berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 68 minggu.
c. Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna
bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan. (Saifudin, 2007).

2. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Post Partum


a. Perubahan Fisiologis
Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat dan
berat uterus 1000 gram, waktu uri lahir
tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. 1 jam
setelah lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi lembut dan
kontraski masih ada. Setelah 12 jam tinggi fundus uteri 1 cm di atas umbilikus
setelah 2 hari tinggi fundus uteri turun 1 cm. Satu minggu setelah persalinan tinggi
fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus 500 gram, dua minggu
setelah persalinan tinggi fundus uteri tidak teraba di atas simfisis dengan berat
uterus 350 gram. 6 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri bertambah kecil
4

dengan berat uterus 50 gram, dan 8 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri
kembali normal dengan berat 30 gram. (Manuaba, 2007)
Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Locea Rubra (Cruenta)
Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari
pasca persalinan.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 7 pasca
pesalinan.
Lochea Serosa
Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi. Pada
hari ke 7 14 pasca persalinan.
Lochea Alba
Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah
lochea rubra berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi. Lochea
Purulenta jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk,
Locheostiasis Lochea tidak lancar keluarnya. Pengeluran rata-rata lochea 240
270 ml (Mochtar, 2002).

Servik dan Vagina


Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui oleh 2 jari,
sisinya tidak rata karena robekan saat melahirkan. Bagaimanapun juga servik
tidak dapat kembali secara sempurna ke masa sebelum hamil. Osteum externum
akan menjadi lebih besar karena adanya. Dalam beberapa hari bentuk servik
mengalami distersi, struktur internal kembali dalam 2 minggu. Struktur eksternal
melebar dan tampak bercelah. Sedangkan vagina akan menjadi lebih lunak
dengan sedikit rugae dan akan kembali mengecil tetapi akan kembali ke ukuran
semula seperti sebelum hamil dalam 6 8 minggu meskipun bentuknya tidak akan
sama persis hanya mendekati bentuk awalnya saja.
5

Perineum
Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang besar, yang
kemudian setelah persalinan menjadi edema. Perawat perlu mengkaji tingkat
kenyamanan sehubungan dengan adanya luka episiotomi, laserasi dan hemoroid.
Perawat perlu melaporkan adanya edema, khimosis, kemerahan dan pengeluaran
(darah, pus, serosa). Dan apabila ada luka episiotomy kaji tanda-tanda infeksi dan
luka episiotomy ini akan sembuh dalam 2 minggu. (Mansjoer , 2009).
Proses Laktasi
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh placenta
menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post partum
terdapat perubahan pada mammae ibu post partum. Semenjak masa kehamilan
kolostrum telah disekresi. Pada 3 hari pertama post partum mammae terasa penuh
atau membesar oleh karena kelahiran plasenta diikuti dengan meningkatnya kadar
prolaktin menstimulasi produksi susu. (Hanifa , 2008).

Tanda-tanda Vital
Jumlah denyut nadi normal antara 50 70 x/menit. Takikardi
mengidentifikasi perdarahan penyakit jantung infeksi dan kecemasan. Tekanan
darah terus selalu konsisten dengan keadaan sebelum melahirkan. Penurunan
tekanan darah secara drastis dicurigai adanya peradarahan. Kenaikan tekanan
darah sistole 30 mmHg dan distol 15 mmHg atau keduanya dicuriagi kehamilan
dengan hipertensi atau eklamsi. Kenaikan suhu tubuh hingga 38o C pada 24 jam
pertama atau lebih diduga terjadi infeksi atau karena dehidrasi. Perawat perlu
mengkaji tanda-tanda vital, karena sebagai petunjuk adanya peradarahan, infeksi
atau komplikasi post partum lainnya (Sarwono,2006).
Sistem Pernafasan
Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum melahirkan dalam 6
8 minggu post partum. Respiratory rate 16 24 kali per menit. Keseimbangan
asam basa akan kembali normal dalam 3 minggu post partum. Dan metabolisme
basal akan meningkat selama 14 hari post partum. Pada umumnya tidak ada tanda-
tanda infeksi pernafasan atau distress pernafasan pada beberapa wanita
mempunyai faktor predisposisi penyakit emboli paru. Secara tiba-tiba terjadi
6

dyspneu. Emboli paru dapat terjadi dengan gejala sesak nafas disertai hemoptoe
dan nyeri pleura (Manuaba,2007).
Sistem Muskuloskeletal
Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema atau
perubahan vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya udema dan
varises. Jika ada udema observasi apakah ada pitting udema, kanaikan suhu,
pelebaran pembuluh vena, kemerahan yang diduga sebagai tanda dari
tromboplebitis. Ambulasi harus sesegera mungkin dilakukan untuk meningkatkan
sirkulasi dan mencegah kemungkinan komplikasi (Manuaba,2007).

Sistem Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan
hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji adanya
peningkatan tekanan darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik dan sakit kepala.
Sistem Perkemihan
Untuk mengkaji sistem perkemihan pada masa post partum secara akurat
harus meliputi riwayat : kebiasaan berkemih, infeksi saluran kemih, distensi
kandung kemih, retensi urine. Kemampuan untuk berkemih, frekuensi, jumlah,
warna, konsistensi, rasa lampias. Kemampuan untuk merasakan penuhnya
kandung kemih dan pengetahuan tentang personal hygiene. Pada umumnya dalam
4 8 jam setelah melahirkan ibu post partum, mempunyai dorongan untuk
mengosongkan kandung kemih. Dalam waktu 48 jam kemudian ibu post partum
akan sering berkemih tiap 3 4 jam sekali untuk menghidari distensi kandung
kemih.
Sistem Pencernaan
Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising usu 5 35
/menit. Kurangnya pergerakan usus pada hari pertama post partum adalah hal
yang biasa terjadi. Sebagai akibat terjadinya udema saat kelahiran, kurang asupan
makan (puasa) sesaat sebelum melahirkan selanjutnya pada beberapa hari pertama
post partum. Khususnya saat berada di rumah sakit. Beberapa ibu tidak
mendapatkan kembali kebiasaan makannya. Jika terjadi konstipasi, abdomen akan
mengalami distensi, maka feses akan terpalpasi.
7

b. Perubahan Psikologis
Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 2 hari selama masa ini ibu
cenderung pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung sendiri. Hal
ini disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri setelah melahirkan.
Taking Hold Phase
Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan sendiri, telah
suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai ketertarikan yang kuat
pada bayinya pada hari 4 7 hari post partum.
Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini
perlu menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.

3. Penatalaksanaan Post Partum


Early Ambulation
Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan early ambulation,
dimana ibu 8 jam pertama istirahat tidur terlentang, setelah 8 jam diperbolehkan
miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis dan boleh bangun dari
tempat tidur setelah 24 jam sampai 48 jam post partum.
Perawatan Payudara
Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka segera obati, dan
pada ibu yang belum mampu mengeluarkan ASI dilakukan perawatan payudara
post partum.
Pemberian Nutrisi
Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang porsinya lebih
banyak daripada waktu hamil, disamping untuk mempercepat pulihnya kesehatan
setelah kelahiran juga untuk meningkatkan produksi ASI.
Aktivitas Seksual
Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat pengeluaran lochea
akhir minggu ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya wanita pada posisi atas untuk
menghindari adanya penetrasi yang terlalu dalam.
8

4. FOKUS PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler
perifer atau statis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus)
b. Integritas Ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor-faktor stress multiple
seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat,
peningkatan ketegangan, dan stimulasi simpatis.
c. Makanan/cairan
Kaji kondisi malnutrisi, membrane mukosa yang kering. Lakukan pembatasan
pra operasi insuisiensi pancreas atau DM karena merupakan predisposisi untuk terjadi
hipoglikemia/ketoasidosis.
d. Pernafasan
Kaji adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.
e. Keamanan
Kaji adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan,
defisiensi imun, munculnya kanker atau adanya terapi kanker, riwayat keluarga
tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi, riwayat penyakit hepatic, riwayat
transfusi darah, dan tanda munculnya proses infeksi.

5. PRIORITAS KEPERAWATAN
Prioritas asuhan keperawatan ditujukan untuk: mengurangi ansietas dan trauma
emosional, menyediakan keamanan fisik, mencegah komplikasi, meredakan rasa sakit,
memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan menyediakan informasi mengenai proses
penyakit
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas b.d. pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
b. Resti infeksi b.d. destruksi pertahanan tubuh terhadap bakteri
c. Nyeri akut b.d. insisi, flatus, dan mobilitas.
d. Resti perubahan nutrisi b.d. peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka,
penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah)
9

7. INTERVENSI KEPERAWATAN
DP Tujuan Intervensi Rasional
Ansietas b.d Ansietas berkurang Lakukan pendekatan rasa nyaman
pengalaman setelah dilakukan diri pada pasien akan
pembedahan perawatan dengan KH: supaya pasien merasa menumbuhkan
dan hasil Tidak menunjukkan nyaman. rasa tenang, tidak
tidak dapat traumatik pada saat Yakinkan bahwa cemas serta
diperkirakan membicarakan pembedahan kepercayaan
pembedahan merupakan jalan terhadap
Tidak tampak gelisah terbaik yang harus perawat.
Tidak merasa takut ditempuh untuk
untuk dilakukan menyelamatkan bayi
pembedahan yang dan ibu.
sama.
Pasien merasa tenang
Resti infeksi infeksi tidak terjadi Cuci tangan sebelum Mencegah
b.d. destruksi setelah dilakukan dan sesudah kontak timbulnya infeksi
pertahanan tindakan keperawatan dengan pasien. silang
tubuh dengan KH: Monitor tanda-tanda (nosokomial)
terhadap Tanda-tanda vital vital.
bakteri normal Monitor tanda-tanda
Jumlah sel darah infeksi pada luka.
putih normal Anjurkan klien untuk
Luka operasi kering menjaga kebersihan
Tidak ada pus pada luka.
luka Lakukan ganti balut
pada hari ke tiga post
operasi.
Lakukan angkat jahit
sebagian pada hari ke
lima post operasi.
Berikan antibiotika
sesuai advis dokter.
10

Nyeri akut Nyeri dapat berkurang Kaji tingkat nyeri Mengevaluasi


b.d. insisi, setelah perawatan 24 jam Jelaskan sebab-sebab nyeri, untuk
flatus, dan pertama dengan KH: nyeri menentukan
mobilitas Ekspresi wajah Ajarkan managemen efektivitas
tenang nyeri dengan terapi dan
Pasien tidak relaksasi (tarik nafas pilihan
mengeluk nyeri atau dalam) dan intervensi
mengatakan bahwa pengalihan perhatian. Meningkatkan
nyeri sudah berkurang Berikan posisi yang pemahaman
Pasien mengatakan nyaman. tentang nyeri
skala nyeri berkurang Berikan obat
analgetik sesuai advis
dokter.

Resti Nutrisi dapat terpenuhi, Evaluasi kemampuan Mengkaji


perubahan dengan kriteria hasil : makan pemasukan
nutrisi b.d. Menunjukkan Timbang berat badan makanan yang
peningkatan pemahaman sesuai indikasi adekuat
kebutuhan kebutuhan diet Catat masukan oral
untuk individu. bila / saat boleh
penyembuhan Klien terlihat tidak makan lagi.
luka, lemah. Berikan makanan
penurunan Menunjukkan sesuai diit klien.
masukan peningkatan berat
(sekunder badan.
akibat nyeri,
mual,
muntah)
11

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer. (2009). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 4 Edisi 3. Media Aesculapius.
Jakarta.

Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Bulecheck, M. Gloria. Et all. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th edition.
United State: Elsevier Mosby.

Cunningham, Gary. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

NANDA. 2012. Nursing Diagnosa : Definitions & Classification. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Roestam, M. (2002). Obstetri Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin A.B dkk. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi 3,
Catatan I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo
Winkjosastro, Hanifa, (2008), Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai