Anda di halaman 1dari 8

GeoMedia Network

Kuno
Modern
Mondial
Sains & Teknologi
Kota
Olahraga
Budaya
Retro
Kuliner
Agama
Film
Buku
Kolom
Persona
Historiografis
Asal Usul
Ragam
Tokoh & Idola
Rehat
Kronika
Channel

Historia
Sains & Teknologi Pilih Bahasa: Indonesia
Bahasa

Select Language
Kuno
Pengabdi VocRoto, JenakaDwarapala Berwajah
Modern
Seruan JihadOperasi BirdcageMengenang Keretapi
Mondial
Operasi IntelijenDuka AustraliaKeajaiban Ekonomi 2 Geliat Naga
Sains & Teknologi
Beri-beri 2 Nutrisi YangPandemi Influenza 1 Sebuah Pamflet,Serba Serbi
Kota
Litograf BataviaMengapa BandungPertokoan Mati
Olahraga
Perang SepakbolaPerkesa 78,Ketika Tionghoa
Budaya
Jejak KuratorRiwayat KontesMemadu Perempuan
Retro
Skinny Jeans,Si PutihSiapa Peluk
Kuliner
Liur YangAwal MulaSejarah Tempe
Agama
Jihad AlaNaskah AjaranDoa Silaban
Film
Habis AntarTujuh PemeranKurcaci Di
Buku
Gejolak RevolusiHikayat ParaBanten Dalam
Kolom
KorupsiMenengok Kisah17 Agustus
Persona
Bing Slamet,Jan Hilgers "the FlyingHenk Sneevliet Seseorang Dari
Historiografis
Perempuan DalamGerak LajuKasus Kekerasan
Asal Usul
Hati-hati DenganMembidik Sejarah
Ragam
Kolam RenangMengikuti JejakWanita Indonesia
Tokoh & Idola
Gus Dur 1940-2009 Dipilih Darius Sinathrya Gus DurSukarno 1901-1970 Dipilih Budiman
Sudjatmiko Belajar BerontakBob Marley 1945-1981 Dipilih Ras Muhamad Menebar Damai
Rehat
Bung TomoPenyesalan SjafruddinBung Hatta
Kronika
20 Februari 1927 Jong Indonesia10 Maret 1998 Soeharto Jadi17 Februari 1674 Gempa Dan
Channel
Invasi Sekutu Setelah Indonesia Merdeka Nieuws UitNippon EigashaPenjajahan Dan
Kemerdekaan Indonesia Royal Netherlands

Sejarah Sapi di Indonesia


Kisah Indonesia dari eksportir menjadi importir daging sapi. Keseriusan menanganinya hanya
terjadi di masa lalu.
Seekor sapi menyembul keluar dari kandangnya di sebuah peternakan sapi di Bandung Utara.
Foto: Micha Rainer Pali/Historia
Fajar Riadi
Selasa 24 Maret 2015 WIB
pengunjung
52.6k
AA

PADA 1917 pemerintah Hindia Belanda mengimpor sapi Ongole secara besar-besaran dari India.
Untuk menghasilkan sapi unggul, pada 1936 pemerintah Hindia Belanda mengharuskan semua
sapi jantan Jawa dikebiri, sedangkan sapi betinanya harus dikawinsilangkan dengan sapi Ongole
yang telah diimpor. Dari kebijakan ini setidaknya telah banyak diperoleh sapi-sapi unggul hasil
persilangan di berbagai daerah.

Upaya mengembangbiakkan sapi juga dilakukan sejak awal dekade 1950-an. Kisahnya dimulai
ketika Presiden Sukarno menggarap tahapan pembangunan bernama Rencana Kesejahteraan
Istimewa pada 1950. Saat itu ahli ternak asal Denmark Prof. B. Seit tengah memperkenalkan
metode inseminasi buatan kepada para dokter hewan di Indonesia. Fakultas Hewan dan Lembaga
Penelitian Peternakan (FKH LPP) Bogor, tempat Seit bekerja, lantas diserahi tugas pemerintah
untuk mendirikan stasiun Inseminasi Buatan di beberapa wilayah sentra peternakan sapi susu.

Para dokter hewan yang dilatih Seit lantas berpencar di berbagai daerah di Jawa dan Bali untuk
mendirikan stasiun inseminasi buatan. Ada yang berangkat ke Ungaran dan Kedu di Jawa
Tengah, Pakong dan Grati di Jawa Timur, Cikole di Jawa Barat, dan Baturati di Bali. Pun FKH
LPP Bogor sendiri difungsikan sebagai stasiun untuk melayani daerah Bogor dan sekitarnya.
Para dokter hewan itu bertugas melakukan inseminasi.

Di stasiun-stasiun itu para dokter hewan telah melatih beberapa orang manteri hewan dan
penyuluh untuk pekerjaan tangan di dalam pembuahan buatan, tutur Seit dalam pidato
pengukuhan guru besarnya berjudul Pembuahan Buatan dan Kemungkinannya di Indonesia di
Universitas Indonesia pada 1957.

Sayangnya program ini tak intensif dilakukan. Pelayanan inseminasi buatan sifatnya hilang
timbul. Akibatnya masyarakat tak cukup menaruh kepercayaan. Program Rencana Kesejahteraan
Istimewa juga hanya bertahan dua tahun. Namun demikian balai-balai inseminasi buatan yang
didirikan telah berjasa membantu mengembangbiakkan sapi, meskipun baru sebatas sapi
penghasil susu.

Pemerintah Orde Baru menganggap program inseminasi buatan sebagai langkah strategis untuk
mendongkrak perkembangbiakan sapi peternakan rakyat. Keberhasilan ekspor telah memicu
pemerintah untuk menyediakan lebih banyak sapi yang siap dipasok ke luar negeri. Maka
pemerintah mencoba untuk menggalakkan inseminasi buatan di berbagai daerah.
Evaluasi pelaksanaan inseminasi buatan dilakukan pada 1970. Pemerintah menyimpulkan, semen
(sperma) cair perlu diganti dengan semen beku yang lebih awet dipakai dan dibawa ke berbagai
lokasi inseminasi. Bak gayung bersambut, pemerintah Selandia Baru, pada 1973, berbaik hati
memberikan sumbangan semen beku secara cuma-cuma kepada pemerintah Indonesia.

Tak bisa dipungkiri, inseminasi buatan telah berhasil mendongkrak perkembangbiakan sapi
dalam negeri sejak dekade 1960. Menurut catatan Badan Pusat Statistik, ekspor sapi potong pada
tahun 1968 sebanyak 34.541 ekor. Jumlah ini naik menjadi 72.490 ekor pada tahun 1970.

Untuk menyebarluaskan sapi-sapi jenis unggul dan sapi-sapi hasil persilangan, pemerintah
menerbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Di dalamnya termaktub upaya pemerintah
untuk menyebarkan ternak secara merata di seluruh wilayah Indonesia. Istilahnya pewilayahan
ternak.

Usaha mengimpor sapi unggulan kembali dilakukan ketika Presiden Soeharto dengan
mendatangkan sapi-sapi unggul dari luar negeri, terutama dari Australia. Di Tapos, sapi-sapi itu
hendak dikawinkan dengan sapi-sapi lokal Indonesia sehingga didapat bibit berjenis sapi unggul.

Maka saya datangkan sapi-sapi unggul dari luar negeri untuk dikembangkan dan disilangkan
dengan sapi-sapi yang ada di Indonesia seperti: Persilangan antara sapi Brahman Australia
dengan jenis Anggus, hasil silangannya diberi nama Brangus. Sapi Santra Gertrudis
disilangkan dengan sapi Madura, menghasilkan jenis sapi Matralis. Begitu juga dengan
kambing Suffolk Australia disilangkan dengan Gibas menghasilkan Safbas dan kambing Dorset
Merino Australia disilangkan dengan Gibas menjadi Dorbas, tuturnya dalam biografinya,
Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya.

Tahun 1978 adalah tahun terakhir Indonesia mampu mengekspor sapi potong. Jumlahnya hanya
400 ekor saja. Sejak saat itu peternakan rakyat lebih banyak memasok kebutuhan daging dalam
negeri saja. Bahkan keran impor daging dari Australia mulai dibuka.

Tapos tampaknya menginspirasi pengusaha ternak untuk melakukan impor bibit. Tercatat mulai
tahun 1990, Indonesia mulai melakukan impor sapi bakalan. Menurut ahli peternakan dari
Universitas Padjajaran, Sri Rahayu, impor sapi bakalan mulai dilakukan sejak tahun 1990
sejumlah 8.061 ekor. Dua belas tahun kemudian angka ini melonjak drastis hingga 429.615.

Karena terseret krisis ekonomi, pemerintah pernah mengurangi impor sapi bakalan pada periode
1997 2001. Hasilnya, sapi-sapi lokal terkuras oleh permintaan sehingga dalam waktu yang
pendek, populasi sapi menurun drastis. Seperti tak punya pilihan lain, pada 2002 Indonesia
kembali meningkatkan impor sapi bakalan guna memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi.

Indonesia sangat bergantung dengan impor daging asal Australia. Australia merupakan sumber
dari 90,06 persen impor sapi hidup dan 46,70 persen impor daging sapi dan jeroan. Selandia
Baru merupakan sumber impor 32,52 persen daging sapi dan jeroan. Negara-negara lain yang
termasuk eksportir daging sapi ke Indonesia, dengan jumlah yang lebih kecil, adalah Amerika
Serikat dan Kanada.

Berita terkait

Salah Anjing Apa?


Anjing binatang piaraan yang patuh, setia

Sukarno dan Anjingnya


Sukarno pernah memelihara anjing. Kisahnya dia

Sapi yang Tercemar


Sapi yang disucikan tercemar ketika masuk

Kon(sapi)rasi
Teori konspirasi boleh jadi teori yang

Rin Tin Tin, Anjing Kandidat Oscar


Nyaris mati karena perang, Rin Tin Tin menjadi bintang film yang melegenda.

Gajah Aceh yang Agung


Di masa lampau, gajah Aceh menjadi simbol keagungan. Rakyat menghormatinya dalam
beberapa upacara.
Komentar anda
Majalah
Segera Terbit

Nomor 37 Tahun IV
Riwayat Syariat di Nusantara
Seiring berkembangnya komunitas muslim di Nusantara sebagai dampak arus perdagangan pada
abad ke-13, jejak-jejak penerapan hukum Islam mulai bisa terlacak...

Info
berlangganan
Majalah
Historia
Untuk informasi lebih lanjut,
anda dapat menghubungi
ke +62 81313 1111 90
atau isi Form Berlangganan

Terpopuler
Historia Sains & Teknologi
1
Indonesia Bikin Bom Atom, Amerika Kelabakan
2
Kisah Bom Atom Buatan Indonesia
3
Adakah Putri Duyung?
4
Telepon Merah Presiden Soeharto
5
Tambora Meletus Karena Seorang Arab Dibunuh
6
Mengupas Mitos Pohon Upas
7
Sejarah Sapi di Indonesia
8
Kiamat Kian Dekat
9
Jejak Magellan dari Kapal Selam
10
Kisah Zona Waktu di Indonesia

ke atas

Pilih Bahasa: Indonesia


Geomedia Group
PT. Mediahistoria Indonesia
Hubungi Kami
Berkarir di Historia
Berlangganan
Majalah Cetak
Kronika
Ketentuan & Pedoman
2016 Majalah Historia
Online Member of Geomedia Group.
All Rights Reserved.

Anda mungkin juga menyukai