Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem informasi manajemen adalah hal yang saat ini banyak dikembangkan
dalam rangka usaha untuk meningkatkan dukungan layanan di puskesmas. Adanya
sistem informasi di puskesmas mengakibatkan proses pengelolaan informasi yang
berlangsung di puskesmas membutuhkan sumber daya pelaksana maupun waktu
menjadi lebih efisien. Proses pengelolaan informasi yang cepat dan mudah menjadi
salah satu unsur peningkatan kualitas layanan puskesmas. Kemudahan dan efisiensi
ini berujung pada naiknya tingkat kepuasan pengguna baik internal seperti kepala
puskesmas, penanggungjawab ruangan yang termasuk dalam jajaran manajemen
puskesmas, maupun eksternal seperti pasien, Dinas Kesehatan, BPJS, dan lain
sebagainya.
Menurut Rustiyanto (2011) informasi - informasi yang dihasilkan oleh sistem
informasi di puskesmas dapat digunakan untuk : (a) menilai mutu pelayanan dengan
jalan menguji kesesuaian fakta lapangan dengan standar tertentu, mengevaluasi
kepuasan pelanggan dan proses pelayanan yang berkesinambungan, (b) mengevaluasi
akuntabilitas seperti cost effectiveness, cost benefit, cost utility, (c) mengevaluasi
kelangsungan pengembangan organisasi, pemasaran, kepemimpinan harga, (d)
mengevaluasi kinerja rumah sakit meliputi produktivitas, proses pelayanan, mutu
pelayanan, likuiditas, solvabilitas dan kepuasan pengguna informasi baik internal
maupun eksternal.
Puskesmas sebagai suatu lembaga sosial yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, memiliki sifat sebagai suatu lembaga yang tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan atau non profit organization. Walaupun demikian
kita tidak dapat menutup mata bahwa dibutuhkan sistem informasi di dalam intern
rumah sakit.
Puskesmas sebagai salah satu organisasi pelayanan di bidang kesehatan telah
memiliki otonomi, sehingga pihak puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan
yang sebaik-baiknya dengan manajemen yang seefektif mungkin. Hal ini disebabkan
oleh setiap pengambilan keputusan yang tidak tepat akan berakibat pada inefisiensi
dan penurunan kinerja puskesmas.
Sistem informasi puskesmas dibetuk oleh beberapa sistem meliputi,
sistempenyimpanan data pasien, sistem informasi keuangan dan sistem informasi
puskesmas yang terintegrasi. Puskesmas yang memiliki sistem informasi yang
terintegrasi akan memudahkan dalam melakukan aktifitas secara efektif terutama pada
kegiatan pendaftaran pasien yang merupakan proses dasar yang penting dalam
aktifitas yang terjadi di puskesmas.
Analisis diartikan sebagai penilaian kritis secara obyektif atas dasar fakta (bukan
perkiraan) yang disesuaikan dengan standart atau patokan. Analisis atau evaluasi
pelayanan kesehatan sendiri merupakan sebuah proses untuk menentukan nilai atau
jumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu kegiatan serta merupakan persyaratan
dasar untuk mengendalikan dan mempertahankan mutu pelayanan. Ada hal penting
yang berlaku dalam setiap tahap ini, yaitu adanya penentuan kriteria penilaian dan
kriteria tersebut dapat diukur serta pengambilan keputusan atau kriteria dapat diambil
dengan mudah tanpa membingungkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar sistem informasi kesehatan KIA?
2. Bagaimana konsep dasar sistem informasi kesehatan KB?
3. Bagaimana konsep dasar sistem informasi kesehatan Imunisasi?
4. Bagaimana analisa penerapan sistem informasi kesehatan meliputi KIA, KB,
imunisasi, obat-obatan, dan rawat inap di Rumah Sakit?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah pembuatan makalah tentang ANALISIS SISTEM INFORMASI
KESEHATAN PUSKESMAS GRIBIG ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami penerapan sistem informasi kesehatan dalam rumah sakit tersebut dan
dapat menganalisa bagaimana sistem informasi kesehatan tersebut berjalan.
2. Tujuan Khusus
Setelah pembuatan makalah tentang ANALISIS SISTEM INFORMASI
KESEHATAN PUSKESMAS GRIBIG ini, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengerti dan memahami konsep dasar sistem informasi kesehatan KIA.
b. Mengerti dan memahami konsep dasar sistem informasi kesehatan KB.
c. Mengerti dan memahami konsep dasar sistem informasi kesehatan Imunisasi.
d. Menganalisa penerapan sistem informasi kesehatan meliputi KIA, KB, imunisasi,
obat-obatan, dan rawat inap di Rumah Sakit.
D. Manfaat
Setelah pembuatan makalah ini, manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang konsep dasar sistem informasi kesehatan meliputi
KIA, KB, dan imunisasi
b. Melakukan analisa terhadap penerapan sistem informasi kesehatan di puskesmas.
c. Memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan.
2. Institusi
a. Sebagai sarana dalam meningkatkan nilai akreditasi prodi maupun jurusan.
b. Sebagai sarana untuk mengevaluasi pemahaman mahasiswa dalam mata kuliah
yang bersangkutan serta dapat dijadikan acuan evaluasi sarana pembelajaran
untuk pembelajaran pendidikan berikutnya.
3. Masyarakat
a. Menambah pengetahuan masyarakat tentang konsep dasar sistem informasi
kesehatan meliputi KIA, KB, dan imunisasi,
b. Masyarakat mengetahui bagaimana sistem informasi kesehatan di puskesmas
berjalan.
BAB II
KONSEP TEORI

A. PROGRAM KIA
1. Program Kesehatan Ibu Dan Anak
a. Pengertian Program KIA
Upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak melalui program-program
pembangunan kesehatan perlu memperhatikan aspek-aspek sosial-budaya
masyarakat. Menempatkan petugas kesehatan dan membangun fasilitas kesehatan
semata tidaklah cukup untuk mengatasi masalah-masalah KIA di suatu daerah.
Seperti diketahui ternyata perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat baik yang
menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali dipengaruhi oleh faktor
sosial budaya. Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat
adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan
individuindividu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan
kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku masyaiakat yang pada awalnya
bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang
sesuai dengan ketentuan medis/kesehatan. Apalagi kalau persepsi tentang
kesehatan ataupun penyebab sakit sudah berbeda sekali dengan konsep medis,
tentunya upaya mengatasinya juga berbeda disesuaikan dengan keyakinan
ataupun kepercayaankepercayaan yang sudah dianut secara turun-temurun
sehingga lebih banyak menimbulkan dampak-dampak yang merugikan bagi
kesehatan. Dan untuk merubah perilaku ini sangat membutuhkan waktu dan cara
yang strategis. Dengan alasan ini pula dalam hal penempatan petugas kesehatan
dimana selain memberi pelayanan kesehatan pada masyarakat juga berfungsi
sebagai agen perubah (change agent) maka pengetahuan dan kemampuan
berkomunikasi dari petugas kesehatan sangat diperlukan disamping kemampuan
dan ketrampilan memberi pelayanan kesehatan. Mengingat bahwa dari indikator-
indikator yang ada menunjukkan derajat kesehatan ibu dan anak masih perlu
diingkatkan, maka dalam upaya perbaikannya perlu pendekatan-pendekatan yang
dilakukan secara holistik dan integratif yang tidak hanya terbatas pada bidang
kesehatan secara medis saja tetapi juga ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.
Dalam hal melakukan upaya-upaya perbaikan perlu disadari bahwa hubungan ibu
dan anak sangat erat dimana kondisi kesehatan ibu akan dapat secara langsung
mempengaruhi kondisi kesehatan anaknya, baik mulai dari kandungan maupun
setelah persalinan. Oleh karena itu, penting sekali menempatkan konteks
reproduksi dalam program KIA sehingga diharapkan kondisi kesehatan seseorang
benar-benar dapat terpelihara sesuai dengan konsep medis yang tepat sejak ia
berada dalam kandungan, masa kanak-kanak, masa remaja hingga dewasa.
Program KIA adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah
b. Tujuan Program KIA
Tujuanya adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat
kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang yang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya
c. Tujuan Khusus Program KIA
1) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, paguyuban 10
keluarga, posyandu dan sebagainya.
2) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, posyandu dan
karang balita serta dis ekolah taman kanak-kanak atau TK.
3) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, ibu nifas.
4) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, ibu nifas, bayi dan anak balita
5) Meningkatnya kemampuan masyarakat dan peran serta masyarakat, keluarga
dan seluruh anggota untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
2. Sistem Informasi Kesehatan Ibu Dan Anak
Berkembangnya system informasi, maka penyajian informasi yang cepat dan
efisien sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan teknologi yang
semakin pesat saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual menjadi system
yang terkomputerisasi di puskesmas dan pelayanan kesehatan lainya.
Sistem Informasi merupakan kumpulan dari data, informasi yang saling
berhubungan untuk mencapai suatu tujuan bagi organisasi. Menurut (Tata Sutabri,
2012, h. 46). Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi
operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu
organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-
laporan yang diperlukan.
Diharapkan System informasi yang dikembangkan mampu mengatasi
permasalahan yang berhubungan dengan kualitas system informasi meliputi :
ketersediaan data dan informasi, kesesuaian informasi, ketepatan waktu pelaporan,
dan keakuratan informasi. Aplikasi program system informasi pelayanan KIA yang
telah dikembangkan dengan memaksimalkan penggunaan Local Area Network (LAN).

B. Keluarga Berencana
1. Konsep Keluarga Berencana
1) Definisi KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program
atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
2) Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk
menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka
diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda,
dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu
dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002).
3) Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
2. Sistem Informasi Kesehatan KB
a. Tujuan Umum Sistem Informasi Keluarga Berencana
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
b. Tujuan Khusus Sistem Informasi Keluarga Berencana
a. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
b. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
c. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran
Data dan Informasi keluarga dapat bersumber dari instansi Pemerintah dan
pemerintah daerah terkait. Data dan Informasi keluarga yang bersumber dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang diperoleh dari register kunjungan dan pelayanan Klinik
Keluarga Berencana rekam medik elektronik dan nonelektronik yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Data dan Informasi keluarga
yang bersumber dari masyarakat yang diperoleh melalui kegiatan pendataan keluarga
sensus dan survei, penelitian, pelaporan, dan/atau cara lain dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan Data dan Informasi keluarga dilaksanakan melalui kegiatan:
a. Pendataan Keluarga
b. Laporan rutin penyelenggaraan pelayanan Kontrasepsi
c. Laporan rutin Pengendalian Lapangan Program Keluarga Berencana
d. Pelayanan kesehatan rutin atau berkala oleh tenaga kesehatan yang berwenang;
e. Penyelenggaraan rekam medik, baik rekam medik elektronik dan rekam medik
nonelektronik;
f. Surveilans keluarga;
g. Sensus dan survei dengan menggunakan metode dan instrumentasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah;
h. Penelitian dan pengembangan keluarga;
i. Pemanfaatan teknologi dan sumber lain yang sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dapat dipertanggungjawabkan
d. Data Keluarga Berencana
a. Data Pasangan Usia Subur (PUS);
b. Peserta Keluarga Berencana menurut metode kontrasepsi, peserta Keluarga
Berencana menurut tempat memperoleh Pelayanan Kontrasepsi;
c. Peserta Keluarga Berencana Implant yang akan dicabut; dan
d. PUS bukan peserta Keluarga Berencana dengan alasan hamil, Ingin Anak Segera
(IAS), Ingin Anak ditunda (IAT) dan Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL)
e. Perkembangan SIK pada Layanan KB
Posyandu, sebagai wadah kegiatan Keterpaduan KB-Kesehatan di tingkat desa,
ternyata berkembang cepat, dari 25.000 pada awal gerakannya menjadi 213.717 pada
tahun 1989. Perkembangan yang demikian pesat memerlukan sistem informasi yang
memadai, agar manajemen program berjalan baik. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa sistem informasi KB-Kes yang berjalan ternyata belum secara
optimal mendukung manajemen program KB-Kes.
Sistem pencatatan dan pelaporan cenderung terlalu banyak dan tidak
dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sistem
informasi KB-Kes, dengan jalan mempelajari siklus pengambilan keputusan di
berbagai jenjang administrasi, mempelajari karakteristik informasi yang dibutuhkan,
kesenjangannya dengan informasi yang tersedia, dan akhirnya disampaikan
rekomendasi perbaikan sistem informasi KB-Kes. Siklus pengambilan keputusan di
berbagai jenjang administrasi sebenarnya telah berfungsi, namun pada fungsi
perencanaannya masih menggunakan pendekatan "top down", bukan "bottom up".
Ketersediaan informasi cukup banyak, bahkan banyak yang tumpang tindih,
dengan frekuensi yang terlalu sering, sehingga terkesan adanya pemborosan
informasi. Dari 141 item informasi yang berasal dari Puskesmas, ternyata 51 (36,17
%) item sama sekali tidak pernah digunakan baik oleh tingkat Puskesmas,
Kotamadya, Propinsi dan Pusat. Sebaliknya, hanya 36 (25,53 %) item saja, yang
secara konsisten digunakan oleh semua jenjang administrasi.
Karakteristik informasi yang dibutuhkan untuk fungsi perencanaan-penilaian
maupun pengawasanpengendalian, ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal
ini menunjukkan kurang dipahaminya sistem informasi untuk manajemen bagi para
pengelola program KB-Kes. Disamping itu, pencatatan di Posyandu ternyata sangat
banyak dan tumpang tindih, dibuat untuk memenuhi kebutuhan petugas, tetapi kurang
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan kader sebagai pelaksananya. Beberapa
alternatif saran untuk memperbaiki sistem informasi KB-Kes secara spesifik telah
disampaikan pada rekomendasi.
Efisiensi dan efektivitas sistem informasi keluarga berencana (KB)-
kesehatan yang telah disosialisasikan sejak tahun 2007 dibandingkan dengan sistem
yang lama belum diketahui. Suatu penelitian survei dilakukan di empat provinsi, yaitu
DKI Jakarta, Lampung, Kalimatan Tengah, dan Bali. Di tiap provinsi dipilih dua
kabupaten/kota dan pada tiap kabupaten/kota dipilih dua puskesmas (kecamatan) yang
sudah menerapkan sistem informasi KB-kesehatan tersebut. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan Juni-September 2008. Penelitian ini menemukan bahwa
efektivitas dan efisiensi sistem informasi KB yang baru cukup baik, 77,8% responden
menyatakan lebih efektif atau sangat lebih efektif dan 66,7% responden
menyatakan lebih efisien atau sangat lebih efisien dibandingkan dengan sistem yang
lama. Skor efektivitas dan efisiensi berbeda antar provinsi (nilai p <0,01), skor
terendah di provinsi Bali (rata-rata 68,9 untuk efektivitas dan 61,3 untuk efisiensi),
dan skor tertinggi di Kalimantan Tengah (rata-rata 82,7 untuk efektivitas dan 82,2
untuk efisiensi). Tidak ada perbedaan skor efektivitas dan efisiensi sistem informasi
KB menurut lingkup kerja dan jabatan responden (nilai p> 0,05). Disarankan kepada
Kementerian Kesehatan untuk dapat melakukan perbaikan pada komponen sistem
informasi keluarga berencana, terutama dalam pembuatan grafik pemantauan wilayah
setempat KB dan mengimplementasikannya di pelayanan KB di puskemas beserta
jaringannya.

3. Imunisasi
1) Konsep Imunisasi
Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan pada anak terhadap penyakit
tertentu. Vaksin adalah kuman atau racun yang dimasukan kedalam tubuh bayi atau anak
yang disebut antrigen. Dalam tubuh, antigen akan bereaksi dengan antibodi sehingga
terjadi kekebalan. Jenis vaksin yang di gunakan di Indonesia ada 2 macam :

a) Vaksin dari kuman hidup yang di lemahkan:

1) Virus campak dalam vaksin campak

2) Virus Polio dalam jenis sabin pada vaksin Folio.


3) Kuman TBCdalam vaksin TBC.

b) Vaksin dari kuman yang dimatikan:

1) Bakteri pertusis dalam DPT.

2) Virus polio dalam jenis salk dalam vaksin polio

3) Racun kuman, seperti TT, Difteri Toksoid dalam DPT

4) Vaksin yang di buat dari protein, seperti hepatitis

Manfaat imunisasi :

a) Untuk anak: Memcegah penderitaan yang di sebabkan oleh penyakit yang


kemungkinan cacat atau kematian.

b) Untuk Keluarga: Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit,
mendorong pembentukan keluarga kecil apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak-kanak dengan aman.

c) Untuk Negara: Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara, memperbaiki citra bangsa indonesia di
antara segenap bangsa di dunia (Deslidel,dkk, 2012).

Jenis-jenis Imunisasi

a) Imunisasi BCG
Bacillus Calmette-Guerin (BCG) adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC, orang
bilang flek paru. Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup. Jenis
kuman TBC ini di lemahkan. Vaksin di larutkan dengan NaCL 0,9% (pelarut). Vaksin
yang sudah dilarutkan harus di gunakan dalam waktu 3 jam.
b) Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100
negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya.Jika menyerang anak,
penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan.Bila sejak lahir telah terinfeksi
virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus
hingga dewasa.Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati.
c) Polio
Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang menyerang
saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki.Walaupun dapat sembuh,
penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan
tetap kecil. Vaksin mengandung virus polio yang sudah di matikan (vaksin salk).
Vaksin mengandung virus polio yang masih hidup dan di lemahkan (virus sabin).
d) DPT
DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta
bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml
Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi vaksin
per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus.
e) Campak
Imunisasi campak mendapat kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif. Vaksin
Campak mengandung virus campak yang telah di lemahkan.

Efek Samping Imunisasi


Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang
membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat :

a) BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat
suntikan. Setelah 23 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan
kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm. Luka akan sembuh sendiri
dengan meninggalkan luka parut yang kecil.
b) DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan
imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian
besar merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini
tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh
sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi
tersebut tidak memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.
c) POLIO : Reaksi yang mungkin timbul tidak ada. Walaupun ada hanya diare ringan.
d) CAMPAK : Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 410 hari
sesudah penyuntikan.
e) HEPATITIS B : Biasanya nyeri pada tempat penyuntikan, mungkin timbul rasa
panas dan ada pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang 2 hari setelah
penyuntikan. Reaksi lain yang mungkin terjadi adalah demam ringan. Selama
pemakaian 10 tahun ini tidak ada laporan efek samping yang berarti
(Deslidel,dkk,2012).

2) Sistem Informasi Kesehatan Imunisasi


a. Pengertian Sistem Informasi Imunisasi
Sistem informasi imunisasi adalah database yang terkomputerisasi, berdasarkan
populasi, dan sangat rahasia, yang mencatat semua dosis vaksin yang diberikan oleh
penyedia layanan kepada seseorang sesuai dengan wilayah tempat tinggalnya. Di
pelayanan klinik, sistem informasi imunisasi dapat menyediakan riwayat imunisasi
sehingga dapat memberikan imunisasi yang tepat. Di tingkat masyarakat, sistem
informasi imunisasi menyediakan data imunisasi yang dapat digunakan sebagai
pengawasan dan operasional program dan dapat membantu kerja kesehatan
masyarakat dalam meningkatkan cakupan imunisasi dan menurunkan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi.
b. Keuntungan Sistem Informasi Imunisasi
a. Bagi orang tua : meyakinkan orang tua bahwa anak mendapatkan imunisasi yang
tepat, terdapat pengingat jika akan mendekati jadwal imunisasi, terdapat
peringatan jika jadwal imunisasi terlewat, tetap dapat melakukan imunisasi sesuai
jadwal jika keluarga pindah ke pelayanan kesehatan lain, mencegah imunisasi
yang tidak diperlukan atau adanya duplikasi, terdapat salinan riwayat imunisasi
yang akurat dan resmi bagi perseorangan, penitipan anak, atau sekolah
b. Bagi masyarakat : mengontrol penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
mengidentifikasi seseorang yang tidak diimunisasi, mencegah kejadian luar biasa
c. Bagi pelayanan kesehatan : mencatat imunisasi dari semua penyedia pelayanan
kedalam satu catatan saja, menyediakan riwayat imunisasi yang akurat,
menyediakan jadwal imunisasi yang tepat beserta pengingat dan peringatan,
memfasilitasi pengenalan vaksinasi baru atau perubahan jadwal imunisasi.
c. Stakeholder Sistem Informasi Imunisasi
a. Dokter
b. Perencana kesehatan
c. Konsumen
d. Agensi kesehatan masyarakat (lokal, nasional)
e. Organisasi professional
f. Sekolah dan penitipan anak
g. Elemen Pengaturan Sistem Informasi Imunisasi
d. Pengatur Sistem Informasi Imunisasi
a. Pedoman imunisasi (di Indonesia misalnya Pedoman Imunisasi IDAI)
b. Peraturan pemerintah untuk menyediakan data kepada sistem informasi imunisasi
c. Keinginan penyedia layanan untuk menyumbangkan data, jika tidak bertentangan
dengan hukum atau peraturan
d. Populasi target
e. Kebijakan yang berdasarkan hukum
e. Penyedia Layanan
Sistem informasi imunisasi dioperasionalkan oleh organisasi non profit atau
agensi kesehatan masyarakat, yang dilindungi oleh pemerintah atau bisa juga berasal
dari organisasi non profit yang independen. Sistem informasi imunisasi merupakan
pusat data repository yang dikelola oleh organisasi program sistem informasi
imunisasi, namun bisa diakses oleh semua tempat pelayanan kesehatan pada wilayah
tertentu.
f. Komponen Sistem Informasi Imunisasi
Komponen sistem informasi imunisasi terdiri dari sistem registrasi puskesmas,
server registrasi berdasarkan web, dan sistem pengingat, peringatan dan jadwal
mendatang. Pengingat merupakan informasi vaksinasi yang seharusnya diberikan saat
ini, biasanya ditujukan kepada pelayanan kesehatan.
Pengingat merupakan informasi vaksinasi yang pada waktu lampau seharusnya
sudah diberikan tetapi sampai sekarang belum diberikan, ditujukan kepada pelayanan
kesehatan, orang tua/pengasuh, atau keduanya. Jadwal mendatang merupakan
informasi vaksinasi yang akan diberikan pada waktu mendatang, ditujukan baik itu
untuk orang tua/pengasuh maupun pelayanan kesehatan.
4. SIMPUS
1) Pengertian
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu tatanan
manusia dan/atau peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses
manajemen Puskesmas mencapai sasaran kegiatannya.

2) TUJUAN SIMPUS

a. Tujuan umum SIMPUS

Pembangunan Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas adalah meningkatkan


status kesehatan khususnya bagi masyarakat kurang mampu, dengan cara
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan dan penggunaan
fasilitas pelayanan.

b. Tujuan Khusus :

1) Membantu pemerintah dalam penyelenggaraan proses desentralisasi


2) Membantu pemerintah dalam pengelolaan dana tambahan bagi kesehatan
3) Membantu pemerintah dalam advocacy sector Kesehatan
4) Membantu provinsi dan kabupaten/kota untuk menyempurnakan sistem
informasi kesehatan yang ada untuk mendukung desentralisasi. Sistem yang
baru akan terdiri dari informasi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan
kesehatan, masyarakat dan data survailans epidemologi.
c. Ruang Lingkup Simpus

1) Deskripsi

SIMPUS adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan


informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS
mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan
kesehatan masyarakat .

2) Latar Belakang penggunaan SIMPUS

1. Belum adanya ke-validan data mengenai orang sakit, penyakit, bumil,dll dalam
wilayah suatu puskesmas

2. Memperbaiki pengumpulan data di Puskesmas, guna laporan ke Dinas


Kesehatan Kabupaten

3. Memasuki Era Otonomi Daerah mutlak diperlukan Informasi yang tepat, akurat
dan up to date berkenaan dengan data orang sakit, ketersediaan obat, jumlah ibu
hamil, masalah imunisasi dll.

3) Maksud dan Tujuan SIMPUS

1. Mengumpulkan data dari tiap Puskesmas baik data orang sakit, bayi lahir, ibu
hamil, ketersediaan obat, penyuluhan kesehatan masyarakat, dll

2. Menghasilkan Informasi up to date tentang kondisi kesehatan di suatu


Puskesmas dari jumlah orang sakit sampai ketersediaan obat sehingga dapat
digunakan sebagai data awal dalam pengambilan kebijaksanaan bagi pimpinan

3. Membantu kelancaran administrasi dan Manajemen Puskesmas dalam


penyusunan laporan mengenai kondisi kesehatan di Puskesmas masing - masing

4. Memudahkan pekerjaan administrasi Puskesmas dalam membuat laporan


harian maupun bulanan.

4) Keunggulan Komparatif SIMPUS

1. Program didesain under Windows sehingga lebih mudah dalam operasional dan
menarik dalam laporan - laporan yang dihasilkan
2. Dengan data-data yang up to date akan dapat dibuat analisa-analisa yang
mendukung kebijakan Pemda

3. Pelayanan terintegrasi dari bagian Pendaftaran hingga bagian Obat, sehingga


meminimalisasi pemakaian kertas.

4. Pengelolaan database yang dapat diakses bersama ( terbentuk Bank Data


Kesehatan Daerah )

5. Dapat menampilkan sekaligus mencetak per-kategori yang dikehendaki


ataupun rekap keseluruhan berkenaan dengan masalah kesehatan

6. SIMPUS dapat bekerja secara multi user maupun stand alone

7. SIMPUS dapat dipakai dalam jaringan Terpusat maupun Terdistribusi

d. Pentahapan SIMPUS

Penerapan suatu Teknologi baru selalu memerlukan proses yang bertahap, faktor
yang paling umum menjadi penyebab adalah kualitas Sumber Daya Manusia dan
minimnya saranan pendukung. Oleh karena itu, sebagai tahap Awal PUSKOM
menawarkan paket untuk pelayanan Pendaftaran, Rawat Jalan dan Obat. Adapun
fasilitas yang include didalamnya antara lain :

A. Tabel :

-Tabel Pasien

-Tabel Penyakit

-Tabel Obat

-Tabel Kecamatan, Desa

B. Input :

-Register Harian Pasien

-Penerimaan Obat

-Pengeluaran Obat
-Stok Obat Bulanan

C. Laporan

-Query Register Harian

-Query Penyakit

-Query Obat

-Rekap (bulanan, harian, mingguan) pasien per jenis dan golongan umur

-Rekap Penyakit

-Rekap Obat

-Data Kesakitan (LB1)

-LPLPO

Pentahapan di atas berdasarkan pengalaman PUSKOM di beberapa Dinas


Kesehatan yang menjadi Klien kami. Pelayanan pada bagian-bagian lain baru
dapat ditambahkan apabila tahap ini sudah berhasil. Untuk mendukung
pelaksanan SIMPUS secara utuh, setiap puskesmas dituntut minimal
menyediakan 3 (tiga) unit Komputer dengan spesifikasi :

- Porcessor min P

- II 233

- HD 10 Gb

- Memori 128 MB Ram

- Vga 2 MB

5. Pengertian Analisis SWOT


SWOT adalah sebuah singkatan dari Strenghths (S), Weakness (W),
Opportunities (O), dan Threats (T). Analisa SWOT sendiri memiliki tujuan untuk
memisahkan masalah pokok dan memudahkan pendekatan strategis dalam suatu
bisnis atau organisasi.
Banyak para ahli mendefinisikan arti analisis SWOT. Stephen Pelayanan Mary
dan Robbins Coulter (1999, 229) mendefinisikan analisis SWOT adalah suatu analisis
organisasi dengan menggunakan kekuatan, kelemahan, kesempatan serta ancaman
dari lingkungan. Menurut Rangkuti, Freddy (2000 : 18), analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
Definisi analisa SWOT secara umum adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu
spekulasi bisnis.

Penjelasan dari masing-masing SWOT , sebagai berikut:


1. Strenghts (kekuatan)
Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau
program pada saat ini. Strenght ini bersifat internal dari organisasi atau sebuah
program.
2. Weaknesses (Kelemahan)
Adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau
sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi.
Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah kekuatan, namun ada
beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan solusi yang tepat
dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada.
3. Opportunity (kesempatan)
Adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan kesempatan
bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya. Opportunity tidak hanya
berupa kebijakan atau peluang dalam hal mendapatkan modal berupa uang, akan
tetapi bisa juga berupa respon masyarakat atau isu yang sedang diangkat.
4. Threat (ancaman)
Adalah faktor negative dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi
berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program. Ancaman ini
adalah hal yang terkadang selalu terlewat dikarenakan banyak yang ingin mencoba
untuk kontroversi atau out of stream (melawan arus) namun pada kenyataannya
organisasi tersebut lebih banyak layu sebelum berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

Al Fatta, Hanif. 2007. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan
Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta : Andi Offset.
Amsyah, Zulkifli. 2004. Manajemen Sistem Informasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anonim., 1999. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1334/MENKES/SK/XII/1999
Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Fuad, Anis. 2006. Informatika Kesehatan Masyarakat System Informasi Manajemen
Kesehatan. Yogyakarta : UGM.
Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Sutabri, Tata. 2012. Analisis System Informasi. Yogyakarta : Nuha Medika.Pkko.fik.ui.ac.id
Respository.amikom.ac.id

Anda mungkin juga menyukai