Ddekompensasi Kordis
Ddekompensasi Kordis
Asuhan Keperawatan
Kumpulan Asuhan Keperawatan
2012
BAB 1
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 1/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
kiri. Otot-otot yang hipertropi mempunyai daya konstraksi yang jelek dan lama kelamaan akan menyebabkan kegagalan. Kelainan pada katub aortic yang friends :)
stenosis membuat jantung harus memompa lebih kuat untuk mengirim darah ke seluruh tubuh. Keadaan ini akan membuat otot jantung menjadi hipertropi dan love all about K
daya kontraksinya akan jadi buruk. Demikian juga jika ada kebocoran pada katub aortic. Wave,.
want be a profe
Gagal Jantung kanan terjadi bila curah ventrikel kanan kurang dari masukan vena sistemik. Sebagai akibatnya, vena sistemik terbendung dan curah ke paru-
Nurse ^^
paru menurun. Penyebab utama adalah gagal jantung kiri, yang menyebabkan peningkatan tekanan pulmonary sehingga ventrikel kanan bertambah bebannya.
#pray can chan
Selain itu penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) dan embolus pulmoner dapat menimbulkan gagal jantung kanan. Gagal jantung kanan yang
things
disebabkan oleh hipertensi pulmoner ini di sebut Cor Pulmonale (Tambayong, 2000).
Lihat profil len
1.3. TUJUAN
Tujuan penulisan laporan ini adalah :
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien gagal jantung dengan menggunakan
pendekatan proses perawatan.
1.2.2. Tujuan khusus
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa data, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan, mengimplementasikan tindakan
sesuai rencana dan mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung serta memberikan pendidikan kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 PENGERTIAN
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
(Dr. Ahmad ramali.1994)
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penuruqnan fungsi
pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995).
2.2 ETIOLOGI
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal,
beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat
septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat
menurun pada infark miokard atau kardiomiyopati.
Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler),
gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang
paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di
dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil (Price. Sylvia A, 1995).
2.3 PATOFISIOLOGI
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik,mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif.Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup,dan meningkatkan volume residu
ventrikel.
Sebagai respon terhadap gagal jantung,ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat:
1) meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik
2) Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron,dan
3) Hipertrofi ventrikel.Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Kelainan pad kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas.Dengan berlanjutnya gagal
jantung maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.
Meurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatik kompensatorik.Meningkatnya aktivitas adrenergic
simpatik merangang pengeluaran katekolamin dari saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal.Denyut jantuing dan kekuatan kontraksi
akan meningkat untuk menambah curah jantung.Juga terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi
volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal,agar perfusi ke jantung dan
otak dapat dipertahankan
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa di antaranya:
1) penurunan aliran darah ginjal an akhirnya laju filtrasi glomerulus,
2) pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus,
3)interaksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I,
4) konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,
5) Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal, dan
6) retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 2/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi
meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium;tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal
jantung,sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial.Respon miokardium terhadap beban volume,seperti pada regurgitasi aorta,ditandai
dengan dilatasi dan bertambahnya tebal dinding.
2.4 KLASIFIKASI
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan,gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri,gagal jantung
kanan,dan gagal jantung kongestif.
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu deffort,fatigue,ortopnea,dispnea nocturnal paroksismal,batuk,pembesaran jantung,irama
derap,ventricular heaving,bunyi derap S3 dan S4,pernapasan cheyne stokes,takikardi,pulsusu alternans,ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.
Pada gagal jantung kanan timbul edema,liver engorgement,anoreksia,dan kembung.Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi jantung
kanan,heaving ventrikel kanan,irama derap atrium kanan,murmur,tanda tanda penyakit paru kronik,tekanan vena jugularis meningkat,bunyi P2
mengeras,asites,hidrothoraks,peningkatan tekanan vena,hepatomegali,dan pitting edema.
Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat
klasifikasi fungsional dalam 4 kelas :
2. EKG
Irama sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika
lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi.
Didapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada saat distol. Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya
hipertensi pulmonal. Dengan mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri
maka dapat dihitung luas katup mitral.
2.7 PENATALAKSANAAN
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu
utama dari fungsi miokardium,baik secara sendiri-sendiri maupun secara gabungan dari :
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 3/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
1) beban awal,
2) kontraktilitas,dan
3) beban akhir.
Prinsip penatalaksanaan gagal jantung :
1.Menigkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat/pembatasan aktivitas.
2.Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
Mengatasi keadaan yang reversible,termasuk tirotoksikosis,miksedema,dan aritmia.
Digitalisasi ;
1.Dosis digitalis :
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2 x 0.5 mg selama 2-4 hari
Digoksin iv 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
Cedilanid iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jam.
2.Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari.Untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan
3.Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
4.Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat :
Digoksin 1-1,5 mg iv perlahan lahan
Cedilanid 04-0,8 mg iv perlahan lahan.
3.Menurunkan beban jantung
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam,diuretic dan vasodilator
a)Diet rendah garam
Pada gagal jantung dengan NYHA kelas IV,penggunaan diuretic,digoksin dan penghambat angiotensin converting enzyme
(ACE),diperlukan mengingat usia harapan hidup yang pendek.Untuk gagal jantung kelas II dan III diberikan ;
1) Diuretik dalam dosis rendah atau menengah (furosemid 40-80 mg)
2) Digoksin pada pasien dengan fibrilasi atrium maupun kelainan sinus
3) Penghambat ACE (captopril mulai dari dosis 2 X 6,25 mg atau setara penghambat ACE yang lain,dosis ditingkatkan secara bertahap dengan
memperhatikan tekanan darah pasien); isorbid dinitrat (ISDN) pada pasien dengan kemampuan aktivitas yang terganggu atau adanya iskemia
yang menetap,dosis dimulai 3 X 10-15 mg.Semua obat harus dititrasi secara bertahap.
b)Diuretik
Yang digunakan furosemid 40-80 mg.Dosis penunjang rata-rata 20 mg.Efek samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai
garam kalium atau diganti dengan spironolakton.Diuretik lain yang dapat digunakan antara lain
hidroklorotiazid,klortalidon,triamteren,amilorid,dan asam etakrinat.
Dampak diuretic yang mengurangi beban awal tidak mengurangi curah jantung atau kelangsungan ,tapi merupakan pengobatan garis pertama
karena mengurangi gejala dan pengobatan dan perawatan di rumah sakit.Penggunaan penghambat ACE bersama diuretic hemat kalium harus
berhati hati karena memungkinkan timbulnya hiperkalemia.
c)Vasodilator
1)Nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 g/kg BB/menit iv.
2)Nitroprusid 0,5-1 g/kgBB/menit iv
3)Prazosin per oral 2-5 mg
4)Penghambat ACE: kaptopril 2 X 6,25 mg.
2.8 KASUS
Kasus ini diambil di ambil di RSUD Prof.Dr.W.Z.Johanes Kupang ruangan II Wanita Kamar G 4, Masuk Rumah Sakit tanggal 25 maret 2005 dengan
diagnosa Decompensasi Cordis, Informasi didapat pada tanggal 31 maret 2005.
2.8.1. PENGKAJIAN
A. Identitas klien :
Nama : Ny. Y
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Oebobo
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku : Timor
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tgl MRS : 25 Maret 2005
Tgl Pengkajian : 31 Maret 2005
Sumber informasi : Klien, keluarga, catatan medis
B. Keluhan utama
Napas sesak, nyeri ulu hati, kaki bengkak dan kalau bekerja cepat capek.
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 4/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 25 maret 2005 dan dirawat di Unit Gawat Darurat, Keluhan masuk adalah karena napas sesak, nyeri uluhati,
kaki bengkak sudah satu minggu di rumah, bekerja sedikit sudah capeh. Setelah dirawat di UGD akhirnya pasien di pindahkan ke Ruang II Wanita tanggal 28
maret 2005. Saat pengkajian tanggal 31 maret 2005 klien mengatakan sudah tidak sesak lagi, kaki tidak bengkak lagi namun masih rasa capeh, sering keringat
dingin dan jantung kadang berdebar-debar.
F. Pola Nutrisi
Klien mengatakan di rumah makan tiga kali sehari,menu yang dimakan antara lain nasi, sayur, ikan dan kadang daging, begitu pula sekarang.
Makanan yang disiapkan oleh Rumah Sakit selalu dihabiskan. Tidak ada masalah dengan pola makan. Klien mengatakan sebelum sakit senang minum
kopi namun setelah sakit tidak minum lagi.
G. Pola Eliminasi
Klien mengatakan saat masuk rumah sakit kencing terasa sakit namun sekarang tidak ada lagi. Eliminasi alvi tidak ada keluhan. Saat dikaji
klien sedang terpasang kateter tetap.
H. Personal Hygiene
Klien mengatakan tidak mandi hanya dilap diatas tempat tidur. Personal higiene baik.
I.Aktifitas sehari-hari
Sehari hari klien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sejak mulai sakit klien tidak terlalu banyak kerja karena kerja sedikit sudah rasa capeh.
Saat ini kebutuhan klien dibantu diatas tempat tidur.
J. Psikososial
Interaksi sosial : Kebiasaan sehari-hari hubungan dengan keluarga dan tetangga baik. Kebiasaan saat ini hubungan dengan perawat,dokter dan
pasien lain baik. Pola toleransi terhadap stres : Klien mengatakan jika ada masalah selalu memecahkannya bersama suami, untuk keadaan sakit klien
mengatakan menerima keadaannya karena riwayat keluarga banyak yang menderita penyakit jantung. Demikian juga suami dan anak-anak sehingga
klien merasa tidak menjadi suatu beban untuk dipikirkan. Spritual : Klien adalah penganut ajaran Kristen protestan yang percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan biasa hari minggu ke gereja. Saat ini pasien hanya dapat berdoa di tempat tidur.
K. Pengkajian Fisik
Keadaan kompos mentis, Glacow Scale (GCS) Refleks membuka mata : 4, bicara : 5 dan motorik : 6.
Tanda-tanda vital (TTV) Suhu : 36,5 oc, nadi : 96x/m, tekanan darah : 100/70 MmHg, Respiratori Rate (RR) : 18x/m.
pulmonal dan cardiovaskuler nyeri, dispnoe, ronchi/rales dan kelainan bentuk dada tidak ditemukan, peningkatan tekanan vena jugolaris tidak
ditemukan. Ditemukan suara galop positif. Saat perkusi jantung, bunyi pekak melebar ke daerah aksila anterior.
Pada daerah Abdomen :Asites, hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan,tidak ditemukan.
Kemampuan pergerakan sendi ( Bebas). Tidak ada kelumpuhan.Klien tidak banyak bergerak karena takut kelelahan atau sesak napas.
Ektremitas : Tangan kanan terpasang infus. Oedem dan kelainan warna kulit tidak ditemukan. Turgor kulit baik, Akral hangat dan kapilari
reffil kurang dari 3 detik.
L. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa :
Laboratorium : White Blood Cel ( WBC) : 5,9/mm3 , Red Blood Cel (RBC) : 4,5 /mm3 , Haemoglobin (HB) : 13,8g% ,Haematocrit (HCT):
42,2 mm, Platelet (PLT ) : 209 mm3, Gula darah sesaat : 144 mg % Ureum : 21,63 mg. Kreatinin : 1,33 mg%. Electrocardiogram (ECG) : Ditemukan
adanya Left Ventrikel Hypertropy (LVH) ,Rontgen Foto : Ditemukan adanya Cardiomegale.
M. Pengobatan yang diberikan adalah
Lasix 2x 1 tab (40 Mg), Aspar K 2x1 ( 300 mg), Digoxin 2x tab ( 0,25 mg), Laksadin 2x1 senduk makan.
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 5/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga akan terjadi metabolisme yang an aerob dan dengan demikian akan terjadi iskemic jaringan, berlanjut
menjadi infark dan kematian jaringan. Hal ini berbahaya jika terjadi pada organ-organ penting berupa jantung sendiri, ginjal, paru, otak dan
jaringan tubuh lainnya.
2. Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi natrium dan air sekunder terhadap perfusi ke glumerolus ginjal yang menurun diangkat menjadi
prioritas kedua karena masalah ini akan mengancam kesehatan.Cairan yang berlebihan dalam tubuh sebagai dampak dari penahanan garam
(sodium) dan peningkatan absorbsi air dalam tubulus ginjal mengakibatkan volume cairan dalam vaskularisasi meningkat. Hal ini akan
berdampak pada peningkatan venus return sehingga akan menambah beban kerja jantung.
3. Masalah keperawatan yang ketiga adalah Intoleransi aktivitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output. Masalah ini
diangkat menjadi prioritas penanganan yang ke tiga Karena masalah ini jika tidakditangani dengan baik maka akan mengancam kesehatan.
Alasannya adalah jika klien beraktifitas melampaui batas toleransi dimana akan terjadi penggunaan energi yang lebih besar maka akan
menambah beban kerja jantung. Sementara kondisi saat ini jantung tidak mampu melakukan fungsinya secara maksimal. Pacu jantung
meningkat akan memperburuk keadaan.
4. Masalah kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi menjadi prioritas yang ke
empat untuk ditangani. Karena kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan akan menimbulkan sikap, prilaku dan
tindakan baik dari pasien sendiri maupun keluarga dimana akan mengakibatkan kondisi sakit pasien menjadi lebih berat.
2.8.3 PERENCANAAN/INTERVENSI
Untuk diagnosa 1 tujuannya adalah :
Adanya peningkatan Cardiac Output yang adekuat untuk kebutuhan tubuh.
Kriteria evaluasinya adalah :
Setelah dilakukan perawatan 2-3 hari klien tidak mengeluh sesak napas, RR dalam batas normal (18-20 x/m), Kaki dan tangan hangat, tidak
mengeluh berdebar-debar, tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu 36-37,5oC, Nadi 80-100x/m, dan tensi < 140/90 MmHg.
Rencana tindakannya adalah :
Monitor tanda-tanda vital ( tensi, nadi, RR,suhu), catat bunyi jantung.
Rasionalnya adalah : Tacicardi dan perubahan tekanan darah menunjukan kegagalan kompensasi jantung untuk memenuhi kebutuhan
jaringan.
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasionalnya : Pucat/sianosis menunjukan tidak adekuatnya perfusi jaringan.
Pantau intake out put.(Jumlah intake cairan dan produksi urin).
Rasionalnya :Ginjal berespons pada penurunan curah jantung dengan menahan natrium dan air sehingga urine akan berkurang.
Berikan suasana tenang dan biarkan pasien istirahat yang cukup dengan posisi kepala agak lebih tinggi.
Rasionalnya : istirahat fisik harus dipertahankan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan konsumsi
oksigen miocard. Posisi kepala lebih tinggi memudahkan pengambilan oksigen lebih maksimal.
Beri obat sesuai order ( digoxin).
Rasionalnya : Digoksin meningkatkan kontraksi jantung dengan demikian fungsi pompa akan diperbaiki.
Diagnosa Ke-2, tujuannya :
adanya keseimbangan cairan dalam tubuh ( Balance antara intake dan output )
Kriteria hasilnya adalah :
Dalam waktu 2-3 hari tidak ada keluhan sesak napas dengan RR 18-20x/m.Tidak ada oedema anasarca. Intake dan output cairan seimbang.
Tidak ada peningkatan tekanan JVP, JVP dalam batas normal 2-4 cm. Bunyi paru bersih tak ada bunyi rales/ronchi.
Rencana tindakannya :
Pantau eliminasi urin catat jumlah dan warna, pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasionalnya : ketidakseimbangan antara intake dan haluaran mengindikasikan adanya retensi.
Kaji distensi Vena jugolaris dan catat adanya oedema.
Rasionalnya : Peninggian JVP dan adanya oedema menunjukan adanya retensi air dan garam yang menimbulkan penimbunan cairan
dalam tubuh dan kegagalan jantung kanan.
Auskultasi bunyi paru, catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatan dispnoe.
Rasionalnya : Rales dan dispnoe menunjukan adanya oedema paru.
Rawat kateter.
Rasionalnya : Kateter juga sebagai media invasi kuman.
Anjurkan untuk hindari intake garam.
Rasionalnya : Sifat garam adalah mengikat cairan sehingga mempermudah terjadi oedema.
Kolaborasi pemberian obat diuretic.
Rasionalnya : Obat diuretic membantu mengatasi oedema.
Diagnosa keperawatan ke-3, tujuannya adalah :
Adanya peningkatan aktifitas sebatas toleransi tanpa kelelahan.
Kriteria evaluasi :
Setelah dilakukan perawatan selama 2-3 hari klien dapat ke kamar mandi, WC dengan bantuan minimal (sekedar pengawasan). Klien dapat
bangun duduk tanpa sesak dan rasa lelah.
Rencana tindakannya adalah :
Kaji dan monitor kemampuan aktifitas pasien.
Rasionalnya : Sebagai data untuk intervensi selanjutnya.
Tingkatkan istirahat, batasi pengunjung.
Rasionalnya : Dengan adanya pengunjung akan terjadi perbincangan yg panjang membuat waktu istirahat pasien tidak maksimal.
Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengedan saat defikasi.
Rasionalnya :Aktivitas yg memerlukan menahan napas dan menunduk (valsalva manufer) dapat menurunkan curah jantung.
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 6/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Rasionalnya : Dengan peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga maka mereka dapat aktif dalam upaya penanganan kesehatan dirinya
sendiri dan keluarga.
2.8.4 PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 31 maret 2005.
Untuk diagnosa 1 cardiac output menurun berhubungan dengan factor mekanikal (Preload,After load, Kekuatan kontraksi jantung)
Jam 08.15 Wita monitor TTV dengan hasil Suhu 36,5oc,Nadi 96x/m, Tensi 100/60 MmHg.RR 18x/m. auskultasi bunyi jantung gallop
positif Mengkaji kulit dan kuku tidak ada sianosis.
Jam 09,45 Wita : Membuang urin dalam urobag dan membuat catatan balance cairan. Menjelaskan pada pasien dan keluarga untuk
mencatat atau melaporkan jumlah air yang diminum. Menjelaskan pada pasien untuk membatasi aktifitas dan istirahat saja di tempat tidur
dan hindari gerakan yang banyak mengeluarkan energi. Menganjurkan pada keluarga untuk meletakan barang kebutuhan pasien di dekat
pasien.
Jam 10,50 Wita : Mengatur posisi tidur pasien dengan kepala lebih tinggi. Anjurkan pada keluarga agar semua kebutuhan pasien dilayani di
tempat tidur temasuk BAK/BAK.
Jam 18.00 Wita, melayani obat oral Digoxin 0,25 mg,Aspar K 300 mg.(dilakukan oleh dinas sore).
Untuk diagnosa ke-2 keperawatan resiko tingggi (resti) kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap
penurunan perfusi glumerolus.
Jam 11.30 Wita : Mengosongkan urobag dan membuat catatan balance cairan. Aff Infus dengan alasan cairan merembes. Kaji distensi vena
jugular dengan hasil 3 Cm dan tak ada bendungan.
Jam 11,50 Wit Auskultasi paru tak ada rales, suara napas bersih. Menganjurkan pada pasien dan keluarga untuk tidak makan makanan yang
asin-asin. Merawat kateter.
Jam 18.00 wita memberikan obat minum Lasix 40 mg oral(Oleh petugas sore).
Diagnosa keperawatanke-3 Intoleransi aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output.
Jam 08 .15 Wita. Menanyakan keadaan pasien dengan hasil; pasien dapat ke kamar mandi namun perlu di tuntun dan pendampingan
keluarga. Menjelaskan pada keluarga untuk membatasi kunjungan agar pasien dapat istirahat. Anjurkan untuk meletakan barang
kebutuhan pasien dalam jarakyang bisa dijangkau tanpa mengeluarkan tenaga yang banyak.
Jam 10.15 Wita. Ajarkan pasien, bila hendak bangun duduk sebaiknya miring badan kesah satu sisi dan tangan yang lain menekan tempat
tidur sebagai tahanan untuk bangun. Anjurkan keluarga untuk mendampingan pasien.
Untuk diagnosa ke-4 keperawatan Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya
informasi.
Jam 10.30 wita : Membuat kontrak waktu dengan pasien dan keluarga untuk penyuluhan besok tanggal 1 april 2005.
Tanggal 1 April 2005.
Jam 07.15 wita, menyiapkan bahan penyuluhan, mempersiapkan sasaran penyuluhan : memberitahu pasien dan keluarga untuk bersabar dan
mendengar penyuluhan tentang penyakit gagal jantung.
Jam 09.15 wita Memberikan penyuluhan penyakit gagal jantung berupa : Menjelaskan apa itu penyakit gagal jantung, menjelaskan tentang
penyebab gagal jantung dan prosesnya sampai menimbukan jantung gagal pompa, menjelaskan tentang factor-faktor pencetus,
menjelaskan tentang bagaimana upaya penanganan pada saat terjadi serangan/timbul gejala, menjelaskan bagaimana upaya pencegahan
dan penanganan kesehatan agar tidak terjadi gagal jantung,.
2.8.5 EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan maka dilakukan evaluasi pada tanggal 1 april 2005. Tgl 1-4- 2005. Jam 07.00 Wita.
Untuk diagnosa ke-1Cardiac out put menurun berhubungan dengan factor mekanikal (preload, after load, kekuatan kontraksi jantung).
S : Klien mengatakan agak lebih enak namun kadang jantung rasa agak berdebar.
O : Klien nampak segar,bersih,namun nampak takut untuk bangun dan duduk dikursi.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Untuk diagnosa ke-2 resti kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap penurunan perfusi glumerolus. Jam
07.15 Wit.
S: Klien mengatakan minum air sejak kemarin sore sampai pagi ini 1000 cc.,Napas tidak sesak,klien mengatakan tangan basah karena air
infus.
O: Produksi urine 24 Jam 2150cc intake/24 jam 2100 cc, Kateter masih terpasang, infuse basah merembes.
A. Masalah teratasi sebagian.
P. Aff Infus dan lanjutkan intervensi lainnya.
Diagnosa keperawatan intoleransi aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output. Jam 08.15 Wita
S: Klien mengatakan masih lemah tapi rasalebih enak dari kemarin.
O: Pasien nampak duduk sambil baca koran, kateter masih terpasang.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi lanjut.
Untuk diagnosa ke-4 keperawatan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya
informasi. Tgl 31 maret 2005. Jam 12.30 Wit.
S: Klien mengatakan besok suami dan dua orang anak akan hadir utk mendengarkan penyuluhan.
O: Nampak pasien membuat pesanlewat anaknya yang mau. pulang rumah.
A: Masalah belum teratasi
P: Siapkan bahan untuk penyuluhan. tanggal 1 April 2005.
Setelah penyuluhan tanggal 1 april 2005 dilakukan evaluasi dengan hasil
S: Audiens ( pasien, keluarga dan keluarga dari pasien lain) mengatakan mengerti dengan jelas apa yang dijelaskan.
O: Audiens dapat menjawab pertanyaan evaluasi dengan benar.
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 7/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
A: Masalah teratasi.
P: Intervensi penyuluhan dihentikan dan beri penjelasan tentang hal-hal yang perlu untuk persiapan pulang.
BAB 3
KASUS
3.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. O. K
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pinamorongan Jaga II
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku : Minahasa
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
Tgl MRS : 4 Agustus 2012
Tgl Pengkajian :
Sumber Informasi : Pasien, Keluarga, Ahli Medis
No. Rekam Medis : 00.32.80.04
C. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama
Perut membesar dan sesak bila berbaring terlentang.
Riwayat Keluhan Utama
Perut pasien membesar dialami sejak 7 hari lalu, perut pernah masuk rumah sakit Kandou tetapi
karena kurang biaya maka pasien pulang. Saat penderita kembali untuk periksa kesehatan di poliklinik
jantung, petugas kesehatan menyarankan untuk masuk rumah sakit.
D. Aktivitas Sehari-Hari
Nutrisi
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT
SAKIT/DIKAJI
1. Selera Makan Baik Kurang baik
2. Menu Makanan Nasi, lauk pauk Bubur/ makan lunak
3. Frekwensi Makan 3 kali dalam sehari 4 kali sehari
4. Makanan Yang Disukai Nasi uduk -
5. Pembatasan Pola Makan - Makanan yang keras
6. Cara Makan Biasa Dibantu keluarga
7. Ritual Saat Makan Bersama keluarga -
Cairan
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT/ DIKAJI
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 8/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Eliminasi (BAB&BAK)
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT/DIKAJI
1. Tempat pembuangan Wc Wc RS
2. Frekwensi (waktu) 1 kali dalam 1 hari I kali dalam 2 hari
3. Konsistensi - -
4. Kesulitan Sewaktu waktu -
5. Obat pencahar Obat yang dibeli -
diwarung
Olahraga
1. Program olaharaga
Jalan sehat Jalan sehat
2. Jenis dan frekwensi
3. Kondisi setelah olahraga 3 kali dalam semiggu 4 kali dalam semiggu
1. Mandi
-cara Mandi biasa L mengunakan handuk
-frekwensi 2 kali sehari basah
-alat mandi Sabun ,shampo, 2 kali dalam satu hari
2. Cuci rambut -Sabun, lap basah
Menggyur seluruh
-cara
rambut -
-frekwensi
3 kali dalam -
3. Gunting kuku
seminggu
-cara
-frekwensi -
4. Gosok gigi Menggunting dengan -
-cara alat
-frekwensi 1 kali dalam seminggu Menggunakan pasta gigi
2 kali dalam sehari
menggunakan pasta
gigi
2 kali sehari
1. Kegiatan sehari-
hari
2. Pengaturan jadwal
harian
3. Penggunaan alat
bantu
4. Kesuliatan
pergerakan tubuh
Rekreasi
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT/DIKAJI
E. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN I
KU : Sedang, KES : CM
TTV : td : 90/50 R = 24x/m, N=80x/m N : 36.5
TINGGI BADAN :
BERAT BADAN (SEBELUM & MASUK RS)
B. PEMERIKSAAN II
Kepala
-warna rambut : hitam -berketombe : (ya/tidak)
-mudah rontok : (ya/tidak) -penyebaran : (menyebar/tidak)
-kesimetrisan : (ya/tidak) -alopesia (-/+)
-bentuk kepala : (bulat/lonjong) -berbau : (-/+)
Palpasi : nyeri tekan (-/+) -benjolan (-/+)
Wajah
-pergerakan wajah : (kaku/tidak) -acne : (-/+)
-ekspresi : (rileks/meringis) -tremor : (-/+)
-pigmentasi : (-/+)
Mata
-kelopak mata : {merah muda,oedema : (-/+}
-sklera : {putih ikterus : (-/+)}
-congjuntiva : {anemis, (-/+)}
-Pupil dan refleks : (-/+)
-visus :
-tekanan bola mata :
Telinga
-bentuk : (simetris -/+)
-daun telinga : {warna( ) lesi(-/+)}
-liang telinga : {serumen (-/+), otore (-/+), peradangan (-/+)
-pendengaran : (baik/tidak)
Mulut
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 10/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
-bibir
=bentuk : (simetris/tidak), kondisi : (kering/lembab), lesi (-/+)
-mukosa mulut
= warna: (sianosis/merah), tekstur (lembut/kasar), lesi (-/+)
-gusi
=warna : (merah muda), perdarahan : (-/+)
=perdarahan (-/+)
Geligi
=jumlah (caries +,tanggal,gigipalsu)
=warna
Lidah
=warna (beslag -/+)
=tekstur (kasar/halus)
=tremor (ya/tidak)
Palatum
=warna
=kontur
=gerakan (-/+)
Tonsilar
=ukuran (To,T1,T3,T4) kiri/kanan
=warna (merah/pucat
=eksudat (+/+)
PALPASI
Pipi
-nyeri tekan/tidak
-pembekakan (-/+)
Palatum
-pembekakan
-fisura
Lidah
-nyeri tekan (-/+)
-pembekakan (-/+)
-massa (-/+)
VII. leher
Inspeksi
Warna kulit
Pembekakan (-/+)
Tiroid (pembesaran -/+
Palpasi
Kelenjar limfe
-keadaannya
-lokasinya
Kelenjar tiroid
Letak trakhea
Kaku kuduk -/+
1. palpasi
massa -/+
nyeri tekan
pengembagan thorax.........paru-paru
vokal premitus
2. perkusi
IX. JANTUNG
Inspeksi
Getaran di atas dada pada masing-masing area
Palpasi
Terhadap getaran pada masing-masing area
-aorta -/+
-pulmonal -/+
-trukuspidalis -/+
-mitral -/+
-ictus cordis -/+
Perkusi
Bunyi perkusi di atas permukaan jantung
Auskultasi
a.BJ 1....
b. BJ II ......
X. Abdomen
Inspeksi
a.kulit
-warna
-karateristik permukaan
-jaringan perut -/+
-lesi
b. umbilikus
-letak (memusat/tidak)
-kontur ( menonjol/cekung)
Palpasi
Setiap kuadran
a.lemas,abdomen.......
b.nyeri tekan,-/+
c.nyeri lepas -/+
d.massa
Limpa
a.teraba/tidak
b.nyeri tekan/
Perkusi( semua kuadran)
a.tympani
b.pekak
batas hepar
a.rentang hepar
b.batas atas pd intercostal
Limpa
a.batas
b.pekak
Lambung
a.tympani
b.pekak
Auskultasi
a.bising usus -/+
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 12/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
XI. Genetalia dan anus
Inspeksi
-merah/radang...
-meatus uretra(wanita).......
-orifisium uretra (pria).......
-cairan yang keluar...
-hernia...
-terpasang daur kateter/tidak
Palpasi
-hemoteroid eksternal...
-hemoroid internal
XI. Ekstremitas
A.ekstremitas atas
Inspeksi
-simetris -/+
-oedema-/+
-lesi-/+
-tremor-/+
-keringat -/+
-kekuatan pada setiap sendi
B. ekstremitas bawah
inspeksi
-simetris -/+
-oedema -/+
-lesi -/+
-tremor -/+
-keringat -/+
-kekutan pada setiap sendi
C.kulit
Inspeksi
-warna
-turgor kulit
-kelembaban
-tekstu
-lesi -/+
-suhu (dengan punggung kaki)
d.kuku
inspeksi
-bentuk kuku
-warna kuku
-lekukan
XIII.pemeriksaan penunjang
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 13/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
XIV.therapi/pengobatan
Tanggal Pemberian Nama obat Dosis Frekwensi Jam
obat
4-8-2012 Oral Furosemid 40 mg 1-1-0 15.00, 07.00
Oral Spironolacton 100 mg 1-1-0 15.00, 07.00
Oral Digoxin 0.25 mg 1-0-0 07.00
Oral Doner 3x1 15.00, 07.00, 23.00
Simach 0-0-1 23.00
Curcuma 3x1 15.00, 07.00, 23.00
5-8-2012
Oral 40 mg
Furosemid 100 mg 1-1-0 15.00, 07.00
Spironolacton 0.25 mg 1-1-0 15.00, 07.00
Digoxin 1-0-0 07.00
Doner 3x1 15.00, 07.00, 23.00
Simach 0-0-1 23.00
6-8-2012 Curcuma 3x1 15.00, 07.00, 23.00
Oral Donperidon 40 mg 3x1 15.00, 07.00, 23.00
100 mg
Furosemid 1-1-0 15.00, 07.00
0.25 mg
Spironolacton 1-1-0 15.00, 07.00
Digoxin 1-0-0 07.00
Doner 3x1 15.00, 07.00, 23.00
7-8-2012 Simach 0-0-1 23.00
Oral Curcuma 3x1 15.00, 07.00, 23.00
40 mg
Donperidon 100 mg 3x1 15.00, 07.00, 23.00
0.25 mg
Furosemid 1-1-0 15.00, 07.00
Spironolacton 1-1-0 15.00, 07.00
Digoxin 1-0-0 07.00
8-8-2012 Doner 3x1 15.00, 07.00, 23.00
Oral
Simach 0-0-1 23.00
40 mg
Curcuma 3x1 15.00, 07.00, 23.00
100 mg
Donperidon 3x1 15.00, 07.00, 23.00
0.25 mg
Furosemid 1-1-0 15.00, 07.00
Spironolacton 1-1-0 15.00, 07.00
Digoxin 1-0-0 07.00
Doner 3x1 15.00, 07.00, 23.00
Simach 0-0-1 23.00
G.Analisa data
Data Penyebab/etiologi Masalah
1. DS: pasien Tekanan jantung kiri Penurunan curah jantung b.d
mengeluh Sesak penurunan pengisian ventrikel
napas Sirkulasi ke paru naik kiri, peningkatan atrium dan
kongesti vena.
DO: pasien sesak Cairan mencapai
napas bronkhiolus
Edema paru
Sesak napas
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 14/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Diagnosa Keperwatan 1 :
Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan atrium dan kongesti vena.
Tujuan :
Stabilitas hemodinamik dapat dipertahanakan dengan kriteria : (TD > 90 /60), Frekwensi jantung normal.
Kriteria : Setelah dilakukan perawatan 2-3 hari klien tidak mengeluh sesak napas, RR dalam batas normal (18-20 x/m), Kaki dan tangan hangat, tidak mengeluh
berdebar-debar, tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu 36-37,5oC, Nadi 80-100x/m, dan tensi < 140/90 MmHg.
Intervensi
Monitor tanda-tanda vital ( tensi, nadi, RR,suhu), catat bunyi jantung.
Rasionalnya adalah : Tacicardi dan perubahan tekanan darah menunjukan kegagalan kompensasi jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasionalnya : Pucat/sianosis menunjukan tidak adekuatnya perfusi jaringan.
Pantau intake out put.(Jumlah intake cairan dan produksi urin).
Rasionalnya :Ginjal berespons pada penurunan curah jantung dengan menahan natrium dan air sehingga urine akan berkurang.
Berikan suasana tenang dan biarkan pasien istirahat yang cukup dengan posisi kepala agak lebih tinggi.
Rasionalnya : istirahat fisik harus dipertahankan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan konsumsi oksigen miocard. Posisi
kepala lebih tinggi memudahkan pengambilan oksigen lebih maksimal.
Beri obat sesuai order ( digoxin).
Rasionalnya : Digoksin meningkatkan kontraksi jantung dengan demikian fungsi pompa akan diperbaiki.
Implementasi
Tgl pelaaksanaan 8-8-2012
Memonitor tanda-tanda vital td : 90/70, n : 75x/m, r : 20x /m, s : 36.5x/m (pada jam 07.30)
Mengkaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
memberikan suasana tenang dan biarkan pasien istirahat yang cukup dengan posisi kepala agak lebih tinggi.
memberi obat sesuai order ( digoxin) 0.25 mg jam 07.00
Diagnosa ke-2
tujuan : adanya keseimbangan cairan dalam tubuh ( Balance antara intake dan output ).
Kriteria hasilnya adalah : Dalam waktu 2-3 hari tidak ada keluhan sesak napas dengan RR 18-20x/m.Tidak ada oedema anasarca. Intake dan output cairan
seimbang. Tidak ada peningkatan tekanan JVP, JVP dalam batas normal 2-4 cm. Bunyi paru bersih tak ada bunyi rales/ronchi.
Intervensi :
Pantau eliminasi urin catat jumlah dan warna, pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasionalnya : ketidakseimbangan antara intake dan haluaran mengindikasikan adanya retensi.
Kaji distensi Vena jugolaris dan catat adanya oedema.
Rasionalnya : Peninggian JVP dan adanya oedema menunjukan adanya retensi air dan garam yang menimbulkan penimbunan cairan dalam tubuh dan
kegagalan jantung kanan.
Auskultasi bunyi paru, catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatan dispnoe.
Rasionalnya : Rales dan dispnoe menunjukan adanya oedema paru.
Anjurkan untuk hindari intake garam.
Rasionalnya : Sifat garam adalah mengikat cairan sehingga mempermudah terjadi oedema.
Implementasi
memantau eliminasi urin catat jumlah dan warna, pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
mengkaji distensi Vena jugolaris dan catat adanya oedema.( Tekanan jvp normal dan tidak ada oedema)
mengauskultasi bunyi paru, catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatan dispnoe(paru vbs +/+, rh-/-, wh-/-)
menganjurkan untuk hindari intake garam.
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 15/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Diagnosa ke -3
Tujuan: Adanya peningkatan pengetahuan tentang proses penyakit dan upaya pemeliharaan kesehatan.
Kriteria evaluasi : Setelah diberikan penyuluhan + 25 menit klien dan keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian dari gagal jantung,
etiologi, faktor pencetus, upaya penanganan dan upaya pencegahannya.
Rencana tindakan :
berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab, factor pencetus dan upaya penanganan kesehatan pada pasien dengan gagal jantung.
Rasionalnya : Dengan peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga maka mereka dapat aktif dalam upaya penanganan kesehatan dirinya
sendiri dan keluarga.
Implementasi :
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab, factor pencetus dan upaya penanganan kesehatan pada pasien dengan gagal
jantung.
Evaluasi
Dx 1
S : Pasien mengatakan sudah tidak sesak napas
O: Respirasi mulai normal 20x/m
A: Masalah teratasi
P: -
Dx 2
S : pasien mengeluh adanya bengkak diperut
A: belum teratasi
P : lakukan intervensi
DX 3
S:
A: Masalah teratasi
P: -
KESIMPULAN
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr.
Ahmad ramali.1994)
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi
pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995).
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal,
beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat
septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat
menurun pada infark miokard atau kardiomiyopati.
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 16/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel (stenosis katup
atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut
diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam
sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil.
SARAN
Setiap penderita gagal jantung harus secara rutin memeriksakan diri ke dokter guna mengontrol tekanan darah. Selain itu, diharapkan dapat
menjalani terapi obat maupun diet. Selain itu, masyarakat atau siapa saja diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8,Jakarta ; Penerbit buku kedokteran EGC.
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena hanya berkat dan penyertaan-Nya,sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini, dengan judul Decompensasi Cordis
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 dari dosen Jon
W.Tangka,M.Kep,Ns,Sp,KMB. Selain itu,untuk memberitahukan kepada seluruh mahasiswa,khususnya mahasiswa keperawatan Poltekkes
Kemenkes Manado, tentang Decompensasi Cordis.
Dalam penulisan makalah ini,kelompok banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun,karena adanya bimbingan ,arahan dan
panduan dari berbagai pihak,sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.untuk itu penyusun menyampaikan terima
kasih kepada Jon W.Tangka,M.Kep,Ns,Sp,KMB, selaku dosen pengajar Keperawatan Medikal Bedah 1,yang telah membekali kelompok,dengan
pengetahuan selama kelompok mengikuti perkuliahan.selain itu kepada teman-teman sanggota kelompok yang telah memberikan dorongan dan
nasihat kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
Dengan berpegang bahwa tak ada gading yang tak retak,maka kelompok menyadari bahwa makalah ini, masih jauh dari
kesempurnaan.oleh karna itu,saran dan kritikan yang bersifat membangun ,sangatlah penulis harapkan guna untuk menyempurnakan makalah
ini.
Akhirnya, kelompok berharap biarlah makalah ini dapat berguna bagi pembaca, terlebih sebagai masukkan dalam mengerti dan
mengetahui lebih dalam lagi mengenai Decompensasi Cordis.
Manado , Agustus 2012
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 17/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Latar belakang Masalah
Ruang lingkup
Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pngertian
Etiologi
Patofisiologi
Klasifikasi
Tanda dan Gejala
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Contoh kasus
BAB III KASUS
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1
DECOMPENSASI CORDIS
Posting Komentar
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 18/18