Anda di halaman 1dari 18

8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS

Lainnya Blog Berikut ahmadihsanr

Asuhan Keperawatan
Kumpulan Asuhan Keperawatan

Selasa, 09 Oktober 2012 Arsip Blog


2014
MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS 2013

2012

BAB 1

PENDAHULUAN Askep Dia


1.1 LATAR BELAKANG Askep Dia
Gagal jantung atau biasa disebut decompensasi cordis adalah suatu keadaan pathologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal
Askep Dia
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung terjadi akibat penyakit atau keadaan keadaan pathologis pada jantung itu
sendiri maupun penyakit pada sistim peredaran darah (Noer,1996). Askep Dia
Penyebab yang paling sering pada gagal jantung adalah Coronari Arteri deases (CAD), hipertensi, penyakit jantung reumatik, Acut Miocard Infark( AMI), ASKEP D
Disretmia, Conginetal Heart Deases (penyakit jantung bawaan), bakterial endokarditis, dan anemia. Gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai macam
penyakit jantung, meskipun demikian tidak semua penyakit jantung harus disertai dengan kegagalan jantung dalam melakukan fungsinya sebagai pompa. MAKALA
Jantung yang lemah masih dapat memompakan darah dalam jumlah yang cukup bila penderita dalam keadaan istirahat, tetapi tidak mampu lagi bila ada beban MAKALA
tambahan akibat kegiatan, kehamilan, demam dan lain-lain. .
BAB 1PEN
Faktor-faktor pencetus adalah infeksi pada paru-paru, anemia akut atau menahun, tidak teratur minum obat jantung atau obat diuretic, terjadi infark jantung
yang berulang, melakukan pekerjaan berat apa lagi mendadak (lari, naik tangga), stress emosional, hipertensi yang tidak terkontrol (Noer,1996).
MAKALA
Payah jantung dapat dimanifestasikan sebagai Forward-Failure misalnya pada infark miocard dimana curah jantung menurun atau berkurang atau dapat
bermanifestasi sebagai Backward-Failure, dimana terjadi kegagalan ventrikel kanan sebagai akibat dari kegagalan ventrikel kiri. Dalam hal ini terjadi Makalah S
peninggian tekanan di dalam atrium kiri dan pembendungan vena pulmonal dengan tanda napas sesak, oedema paru dan lain-lain (Toja,1989).
KATA PE
Payah jantung dapat di temukan pada tingkat permulaan sampai pada tingkat yang berat. Gagal jantung dapat diklasifikasikan berdasarkan beratnya gejala yang
timbul, meskipun klasifikasi ini tidak tepat benar akan tetapi dalam klinik sangat bermanfaat terutama dalam menilai hasil therapi. Klasifikasi yang banyak
Makalah T
digunakan adalah dari New York Heart Association Classification (NYHA )1994. NYHA mengklasifikasikan, gagal jantung Class 1 : Berupa keadaan klien
dalam aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan sesak napas atau kelelahan. Class 2 : Penderita penyakit jantung saat istirahat tidak ada keluhan namun bila
melakukan aktifitas harian menimbulkan sesak napas dan kelelahan. Class 3 : Saat istirahat tidak ada keluhan. Aktifitas fisik yang lebih ringan dari aktifitas
sehari-hari sudah menimbulkan sesak napas dan kelelahan. Class 4 : Penderita tidak mampu melakukan aktifitas fisik. Gejala- gejala gagal jantung sudah Im a simpl
nampak pada saat penderita istirahat dan setiap aktifitas fisik menambah beratnya keluhan(Sutomo,2003). love Jesus,
Penyebab disfungsi pada gagal jantung yaitu ketidakmampuan jantung berfungsi sebagai pompa namun perubahan pada mekanisme fisiologis dasar preload family and
(pengisian darah saat ventrikel relaksasi/derajat regangan serabut otot jantung sebelum kontraksi) dan Strouk Volume (Jumlah darah yang di pompa oleh friends..
ventrikel pada setiap kali ventrikel kontraksi) turut berpengaruh terhadap keadaan pathologis gagal jantung. Akibat dari jantung yang gagal melakukan pompa
maka akan terjadi beberapa mekanisme kompensasi berupa pengaktifan saraf simpatik. Peningkatan kerja simpatik mewakili respons awal terhadap penurunan
cardiac out put. Rangsangan ini menyebabkan pacu jantung meningkat. Rangsangan ini juga menyebabkan terjadinya tahanan di vaskuler perifer, Akibatnya
tonus vena meningkat, dengan meningkatkan tahanan sistemik vaskuler dapat memperbaiki/meningkatkan venus return, sehingga pengisian ventrikel
meningkat. Kompensasi yang lain pada ginjal. Akibat penurunan perfusi ke ginjal maka akan terjadi penurunan filtrasi pada glomerolus dan merangsang
mekanisme renin angiotensin. Renin angiotensin yang akan mengakibatkan pelepasan aldosteron meningkat sehingga terjadi retensi air dan natrium. Konny Lia
Gagal Jantung dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal jantung kiri terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel kiri yang Rako
menyebabkan darah kembali ke atrium kiri kemudian ke paru-paru sehingga menaikan tekanan kapiler paru-paru. Akibatnya terjadi peningkatan tekanan
koloid osmotic kapiler paru dan cairan akan bocor ke ruang intestisil, lalu ke alveoli. Hasilnya adalah terjadi hipoksia karena pertukaran oksigen yang buruk.
Im simple girl,
Ketika terjadi hipertensi jantung harus memompa darah melawan tekanan arterial yang tinggi. Keadaan tersebut dapat berakibat terjadi hipertropi ventrikel
Jesus Christ, m

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 1/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
kiri. Otot-otot yang hipertropi mempunyai daya konstraksi yang jelek dan lama kelamaan akan menyebabkan kegagalan. Kelainan pada katub aortic yang friends :)
stenosis membuat jantung harus memompa lebih kuat untuk mengirim darah ke seluruh tubuh. Keadaan ini akan membuat otot jantung menjadi hipertropi dan love all about K
daya kontraksinya akan jadi buruk. Demikian juga jika ada kebocoran pada katub aortic. Wave,.
want be a profe
Gagal Jantung kanan terjadi bila curah ventrikel kanan kurang dari masukan vena sistemik. Sebagai akibatnya, vena sistemik terbendung dan curah ke paru-
Nurse ^^
paru menurun. Penyebab utama adalah gagal jantung kiri, yang menyebabkan peningkatan tekanan pulmonary sehingga ventrikel kanan bertambah bebannya.
#pray can chan
Selain itu penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) dan embolus pulmoner dapat menimbulkan gagal jantung kanan. Gagal jantung kanan yang
things
disebabkan oleh hipertensi pulmoner ini di sebut Cor Pulmonale (Tambayong, 2000).
Lihat profil len

1.4. RUANG LINGKUP


Dalam penulisan makalh ini memakai ruang lingkup keperawatan khususnya dalam pembuatan asuhan keperawatan.

1.3. TUJUAN
Tujuan penulisan laporan ini adalah :
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien gagal jantung dengan menggunakan
pendekatan proses perawatan.
1.2.2. Tujuan khusus
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa data, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan, mengimplementasikan tindakan
sesuai rencana dan mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung serta memberikan pendidikan kesehatan.

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 PENGERTIAN
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
(Dr. Ahmad ramali.1994)

Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penuruqnan fungsi
pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995).
2.2 ETIOLOGI
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal,
beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat
septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat
menurun pada infark miokard atau kardiomiyopati.

Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler),
gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang
paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di
dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil (Price. Sylvia A, 1995).

2.3 PATOFISIOLOGI
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik,mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif.Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup,dan meningkatkan volume residu
ventrikel.

Sebagai respon terhadap gagal jantung,ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat:
1) meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik
2) Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron,dan
3) Hipertrofi ventrikel.Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.

Kelainan pad kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas.Dengan berlanjutnya gagal
jantung maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.
Meurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatik kompensatorik.Meningkatnya aktivitas adrenergic
simpatik merangang pengeluaran katekolamin dari saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal.Denyut jantuing dan kekuatan kontraksi
akan meningkat untuk menambah curah jantung.Juga terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi
volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal,agar perfusi ke jantung dan
otak dapat dipertahankan

Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa di antaranya:
1) penurunan aliran darah ginjal an akhirnya laju filtrasi glomerulus,
2) pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus,
3)interaksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I,
4) konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,
5) Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal, dan
6) retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 2/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi
meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium;tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal
jantung,sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial.Respon miokardium terhadap beban volume,seperti pada regurgitasi aorta,ditandai
dengan dilatasi dan bertambahnya tebal dinding.
2.4 KLASIFIKASI
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan,gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri,gagal jantung
kanan,dan gagal jantung kongestif.

Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu deffort,fatigue,ortopnea,dispnea nocturnal paroksismal,batuk,pembesaran jantung,irama
derap,ventricular heaving,bunyi derap S3 dan S4,pernapasan cheyne stokes,takikardi,pulsusu alternans,ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.

Pada gagal jantung kanan timbul edema,liver engorgement,anoreksia,dan kembung.Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi jantung
kanan,heaving ventrikel kanan,irama derap atrium kanan,murmur,tanda tanda penyakit paru kronik,tekanan vena jugularis meningkat,bunyi P2
mengeras,asites,hidrothoraks,peningkatan tekanan vena,hepatomegali,dan pitting edema.

Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat
klasifikasi fungsional dalam 4 kelas :

1. Kelas 1;Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.


2. Kelas 2;Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
3. Kelas 3;Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
4. Kelas 4;Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan harus tirah baring.

2.5 TANDA DAN GEJALA


Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sisitem pulmonal antara lain :
Lelah
Angina
Cemas
Oliguri. Penurunan aktifitas GI
Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri, antara lain :
Dyppnea
Batuk
Orthopea
Reles paru
Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
Edema perifer
Distensi vena leher
Hari membesar
Peningkatan central venous pressure (CPV)

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto polos dada


Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, cefalisasi arteria pulmonalis.
Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium
kiri dan pembesaran ventrikel kanan.

2. EKG

Irama sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika
lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi.

3. Kateterisasi jantung dan Sine Angiografi

Didapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada saat distol. Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya
hipertensi pulmonal. Dengan mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri
maka dapat dihitung luas katup mitral.

2.7 PENATALAKSANAAN
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu
utama dari fungsi miokardium,baik secara sendiri-sendiri maupun secara gabungan dari :
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 3/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
1) beban awal,
2) kontraktilitas,dan
3) beban akhir.
Prinsip penatalaksanaan gagal jantung :
1.Menigkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat/pembatasan aktivitas.
2.Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
Mengatasi keadaan yang reversible,termasuk tirotoksikosis,miksedema,dan aritmia.
Digitalisasi ;
1.Dosis digitalis :
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2 x 0.5 mg selama 2-4 hari
Digoksin iv 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
Cedilanid iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jam.
2.Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari.Untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan
3.Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
4.Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat :
Digoksin 1-1,5 mg iv perlahan lahan
Cedilanid 04-0,8 mg iv perlahan lahan.
3.Menurunkan beban jantung
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam,diuretic dan vasodilator
a)Diet rendah garam
Pada gagal jantung dengan NYHA kelas IV,penggunaan diuretic,digoksin dan penghambat angiotensin converting enzyme
(ACE),diperlukan mengingat usia harapan hidup yang pendek.Untuk gagal jantung kelas II dan III diberikan ;
1) Diuretik dalam dosis rendah atau menengah (furosemid 40-80 mg)
2) Digoksin pada pasien dengan fibrilasi atrium maupun kelainan sinus
3) Penghambat ACE (captopril mulai dari dosis 2 X 6,25 mg atau setara penghambat ACE yang lain,dosis ditingkatkan secara bertahap dengan
memperhatikan tekanan darah pasien); isorbid dinitrat (ISDN) pada pasien dengan kemampuan aktivitas yang terganggu atau adanya iskemia
yang menetap,dosis dimulai 3 X 10-15 mg.Semua obat harus dititrasi secara bertahap.
b)Diuretik
Yang digunakan furosemid 40-80 mg.Dosis penunjang rata-rata 20 mg.Efek samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai
garam kalium atau diganti dengan spironolakton.Diuretik lain yang dapat digunakan antara lain
hidroklorotiazid,klortalidon,triamteren,amilorid,dan asam etakrinat.
Dampak diuretic yang mengurangi beban awal tidak mengurangi curah jantung atau kelangsungan ,tapi merupakan pengobatan garis pertama
karena mengurangi gejala dan pengobatan dan perawatan di rumah sakit.Penggunaan penghambat ACE bersama diuretic hemat kalium harus
berhati hati karena memungkinkan timbulnya hiperkalemia.
c)Vasodilator
1)Nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 g/kg BB/menit iv.
2)Nitroprusid 0,5-1 g/kgBB/menit iv
3)Prazosin per oral 2-5 mg
4)Penghambat ACE: kaptopril 2 X 6,25 mg.

2.8 KASUS
Kasus ini diambil di ambil di RSUD Prof.Dr.W.Z.Johanes Kupang ruangan II Wanita Kamar G 4, Masuk Rumah Sakit tanggal 25 maret 2005 dengan
diagnosa Decompensasi Cordis, Informasi didapat pada tanggal 31 maret 2005.
2.8.1. PENGKAJIAN
A. Identitas klien :
Nama : Ny. Y
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Oebobo
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku : Timor
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tgl MRS : 25 Maret 2005
Tgl Pengkajian : 31 Maret 2005
Sumber informasi : Klien, keluarga, catatan medis
B. Keluhan utama
Napas sesak, nyeri ulu hati, kaki bengkak dan kalau bekerja cepat capek.

C. Riwayat kesehatan masa lalu


Klien mengatakan Masuk rumah sakit kali ini adalah yang ketiga. Klien pernah masuk rumah sakit dengan keluhan napas sesak, badan bengkak
terutama kaki dan perut. Masuk rumah sakit terakhir adalah enam bulan yang lalu dengan keluhan kaki bengkak dan tangan kanan tidak bisa diangkat dan
karena sudah sembuh sehingga di pulangkan. Setelah pulang dari RS klien di rumah tidak kerja hanya bantu masak dan mencuci. Kegiatan ini dilakukan tapi
cepat capeh dan napas mulai sesak. Pernah berobat di dokter praktek namun obat habis dan tidak control lagi. Dalam beberapa minggu terakhir kaki dan badan
mulai bengkak dan napas sesak sehingga di bawa ke RS untuk opname tgl 25 Maret 2005 yang lalu.
D. Riwayat kesehatan saat ini

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 4/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 25 maret 2005 dan dirawat di Unit Gawat Darurat, Keluhan masuk adalah karena napas sesak, nyeri uluhati,
kaki bengkak sudah satu minggu di rumah, bekerja sedikit sudah capeh. Setelah dirawat di UGD akhirnya pasien di pindahkan ke Ruang II Wanita tanggal 28
maret 2005. Saat pengkajian tanggal 31 maret 2005 klien mengatakan sudah tidak sesak lagi, kaki tidak bengkak lagi namun masih rasa capeh, sering keringat
dingin dan jantung kadang berdebar-debar.

E. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan keluarganya banyak yang menderita penyakit jantung. Orang tua laki-laki meninggal karena sakit jantung,saudara dari bapak
meninggal karena stroke, orang tua perempuan meninggal karena tekanan darah tinggi, saudara dari orangtua perempuan maninggal karena sakit ginjal dan
saudara perempuan kedua meninggal di Bali karena sakit jantung.

F. Pola Nutrisi
Klien mengatakan di rumah makan tiga kali sehari,menu yang dimakan antara lain nasi, sayur, ikan dan kadang daging, begitu pula sekarang.
Makanan yang disiapkan oleh Rumah Sakit selalu dihabiskan. Tidak ada masalah dengan pola makan. Klien mengatakan sebelum sakit senang minum
kopi namun setelah sakit tidak minum lagi.
G. Pola Eliminasi
Klien mengatakan saat masuk rumah sakit kencing terasa sakit namun sekarang tidak ada lagi. Eliminasi alvi tidak ada keluhan. Saat dikaji
klien sedang terpasang kateter tetap.
H. Personal Hygiene
Klien mengatakan tidak mandi hanya dilap diatas tempat tidur. Personal higiene baik.
I.Aktifitas sehari-hari
Sehari hari klien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sejak mulai sakit klien tidak terlalu banyak kerja karena kerja sedikit sudah rasa capeh.
Saat ini kebutuhan klien dibantu diatas tempat tidur.
J. Psikososial
Interaksi sosial : Kebiasaan sehari-hari hubungan dengan keluarga dan tetangga baik. Kebiasaan saat ini hubungan dengan perawat,dokter dan
pasien lain baik. Pola toleransi terhadap stres : Klien mengatakan jika ada masalah selalu memecahkannya bersama suami, untuk keadaan sakit klien
mengatakan menerima keadaannya karena riwayat keluarga banyak yang menderita penyakit jantung. Demikian juga suami dan anak-anak sehingga
klien merasa tidak menjadi suatu beban untuk dipikirkan. Spritual : Klien adalah penganut ajaran Kristen protestan yang percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan biasa hari minggu ke gereja. Saat ini pasien hanya dapat berdoa di tempat tidur.
K. Pengkajian Fisik
Keadaan kompos mentis, Glacow Scale (GCS) Refleks membuka mata : 4, bicara : 5 dan motorik : 6.
Tanda-tanda vital (TTV) Suhu : 36,5 oc, nadi : 96x/m, tekanan darah : 100/70 MmHg, Respiratori Rate (RR) : 18x/m.
pulmonal dan cardiovaskuler nyeri, dispnoe, ronchi/rales dan kelainan bentuk dada tidak ditemukan, peningkatan tekanan vena jugolaris tidak
ditemukan. Ditemukan suara galop positif. Saat perkusi jantung, bunyi pekak melebar ke daerah aksila anterior.
Pada daerah Abdomen :Asites, hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan,tidak ditemukan.
Kemampuan pergerakan sendi ( Bebas). Tidak ada kelumpuhan.Klien tidak banyak bergerak karena takut kelelahan atau sesak napas.
Ektremitas : Tangan kanan terpasang infus. Oedem dan kelainan warna kulit tidak ditemukan. Turgor kulit baik, Akral hangat dan kapilari
reffil kurang dari 3 detik.
L. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa :
Laboratorium : White Blood Cel ( WBC) : 5,9/mm3 , Red Blood Cel (RBC) : 4,5 /mm3 , Haemoglobin (HB) : 13,8g% ,Haematocrit (HCT):
42,2 mm, Platelet (PLT ) : 209 mm3, Gula darah sesaat : 144 mg % Ureum : 21,63 mg. Kreatinin : 1,33 mg%. Electrocardiogram (ECG) : Ditemukan
adanya Left Ventrikel Hypertropy (LVH) ,Rontgen Foto : Ditemukan adanya Cardiomegale.
M. Pengobatan yang diberikan adalah
Lasix 2x 1 tab (40 Mg), Aspar K 2x1 ( 300 mg), Digoxin 2x tab ( 0,25 mg), Laksadin 2x1 senduk makan.

2.8.2 ANALISA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


Setelah data dikumpulkan maka dilakukan analisa untuk menentukan masalah keperawatan. Data hasil pengkajian diatas berupa :
DS : Klien mengatakan masuk Rumah Sakit karena napas sesak dan badan bengkak (bengkak pada kaki dan perut). Klien mengatakan cepat capeh
kalau bekerja. Kaki tangan sering terasa dingin dan berkeringat. Kadang jantung terasa berdebar-debar.
DO: Pasien nampak lemah, Klien kelihatan sangat berhati-hati dalam melakukan aktifitas (hendak bangun duduk di tempat tidur atau duduk di
kursi). Tanda-tanda Vital : Suhu 36,50C., Nadi 96 x/m kuat dan teratur.,Tensi 100/70 MmHg, RR 18 kali permenit. Pada Auskultasi jantung ada
bunyi gallop.
Hasil Rontgen Foto adanya Cardiomegali. Hasil ECG : Left Ventrikel Hipertropy (LVH ) posisif.
Masalah keperawatan :
1. Cardiac out put menurun b.d factor mechanical (Preload,After load, Kekuatan kontraksi jantung)
DS : Klien mengatakan sudah pernah masuk rumah sakit karena sakit jantung. Saat masuk Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas,bengkak pada
kaki dan perut.
DO : Klien sedang terpasang kateter. Tidak ditemukan oedema atau asites Hasil Rontgen ada cardiomegali. Pada auscultasi ada bunyi gallop.
Ureum 21,63 mg Creatinine 1,33 mg %.
Masalah Keperawatan :
2. Resti kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap penurunan perfusi glumerolus.
DS : Klien mengatakan jika bekerja/beraktifitas cepat capeh dan sesak napas.
DO : Klien kelihatan sangat berhati-hati dalam melakukan aktifitas (hendak bangun duduk di tempat tidur atau duduk di kursi). Pasien Bedrest.
Tangan kanan sedang terpasang infuse Ringer laktat(RL). Sedang terpasang Kateter tetap.
Masalah keperawatan :
3. Intoleransi aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output.
DS : Klien mengatakan pernah masuk Rumah Sakit karena sakit jantung dan sekarang adalah kali yang ketiga. Klien mengatakan akhir-akhir ini
tidak ada kerja dan hanya di rumah saja. Klien mengatakan sebelum sakit tidak pernah mengontrol tekanan darahnya. Klien mengatakan sebelum
sakit senang minum kopi dan kadang kala membantu suami untuk perbaiki mobil.
DO: Klien nampak bingung dan menanyakan Saya sakit jantung tapi tekanan darah saya kok rendah ?
Masalah keperawatan :
4. kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi.
Dari analisa data di atas maka ditegakan diagniosa keperawatan dengan urutan prioritas masalah yaitu prioritas pertama :
1. Cardiac out put menurun b.d factor mekanikal (preload, after load, Kekuatan kontraksi jantung). Penurunan cardiac output diangkat menjadi
prioritas pertama karena masalah ini mengancam jiwa di mana volume darah yang di kirim oleh jantung ke jaringan berkurang maka tubuh akan

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 5/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga akan terjadi metabolisme yang an aerob dan dengan demikian akan terjadi iskemic jaringan, berlanjut
menjadi infark dan kematian jaringan. Hal ini berbahaya jika terjadi pada organ-organ penting berupa jantung sendiri, ginjal, paru, otak dan
jaringan tubuh lainnya.
2. Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi natrium dan air sekunder terhadap perfusi ke glumerolus ginjal yang menurun diangkat menjadi
prioritas kedua karena masalah ini akan mengancam kesehatan.Cairan yang berlebihan dalam tubuh sebagai dampak dari penahanan garam
(sodium) dan peningkatan absorbsi air dalam tubulus ginjal mengakibatkan volume cairan dalam vaskularisasi meningkat. Hal ini akan
berdampak pada peningkatan venus return sehingga akan menambah beban kerja jantung.
3. Masalah keperawatan yang ketiga adalah Intoleransi aktivitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output. Masalah ini
diangkat menjadi prioritas penanganan yang ke tiga Karena masalah ini jika tidakditangani dengan baik maka akan mengancam kesehatan.
Alasannya adalah jika klien beraktifitas melampaui batas toleransi dimana akan terjadi penggunaan energi yang lebih besar maka akan
menambah beban kerja jantung. Sementara kondisi saat ini jantung tidak mampu melakukan fungsinya secara maksimal. Pacu jantung
meningkat akan memperburuk keadaan.
4. Masalah kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi menjadi prioritas yang ke
empat untuk ditangani. Karena kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan akan menimbulkan sikap, prilaku dan
tindakan baik dari pasien sendiri maupun keluarga dimana akan mengakibatkan kondisi sakit pasien menjadi lebih berat.
2.8.3 PERENCANAAN/INTERVENSI
Untuk diagnosa 1 tujuannya adalah :
Adanya peningkatan Cardiac Output yang adekuat untuk kebutuhan tubuh.
Kriteria evaluasinya adalah :
Setelah dilakukan perawatan 2-3 hari klien tidak mengeluh sesak napas, RR dalam batas normal (18-20 x/m), Kaki dan tangan hangat, tidak
mengeluh berdebar-debar, tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu 36-37,5oC, Nadi 80-100x/m, dan tensi < 140/90 MmHg.
Rencana tindakannya adalah :
Monitor tanda-tanda vital ( tensi, nadi, RR,suhu), catat bunyi jantung.
Rasionalnya adalah : Tacicardi dan perubahan tekanan darah menunjukan kegagalan kompensasi jantung untuk memenuhi kebutuhan
jaringan.
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasionalnya : Pucat/sianosis menunjukan tidak adekuatnya perfusi jaringan.
Pantau intake out put.(Jumlah intake cairan dan produksi urin).
Rasionalnya :Ginjal berespons pada penurunan curah jantung dengan menahan natrium dan air sehingga urine akan berkurang.
Berikan suasana tenang dan biarkan pasien istirahat yang cukup dengan posisi kepala agak lebih tinggi.
Rasionalnya : istirahat fisik harus dipertahankan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan konsumsi
oksigen miocard. Posisi kepala lebih tinggi memudahkan pengambilan oksigen lebih maksimal.
Beri obat sesuai order ( digoxin).
Rasionalnya : Digoksin meningkatkan kontraksi jantung dengan demikian fungsi pompa akan diperbaiki.
Diagnosa Ke-2, tujuannya :
adanya keseimbangan cairan dalam tubuh ( Balance antara intake dan output )
Kriteria hasilnya adalah :
Dalam waktu 2-3 hari tidak ada keluhan sesak napas dengan RR 18-20x/m.Tidak ada oedema anasarca. Intake dan output cairan seimbang.
Tidak ada peningkatan tekanan JVP, JVP dalam batas normal 2-4 cm. Bunyi paru bersih tak ada bunyi rales/ronchi.
Rencana tindakannya :
Pantau eliminasi urin catat jumlah dan warna, pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasionalnya : ketidakseimbangan antara intake dan haluaran mengindikasikan adanya retensi.
Kaji distensi Vena jugolaris dan catat adanya oedema.
Rasionalnya : Peninggian JVP dan adanya oedema menunjukan adanya retensi air dan garam yang menimbulkan penimbunan cairan
dalam tubuh dan kegagalan jantung kanan.
Auskultasi bunyi paru, catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatan dispnoe.
Rasionalnya : Rales dan dispnoe menunjukan adanya oedema paru.
Rawat kateter.
Rasionalnya : Kateter juga sebagai media invasi kuman.
Anjurkan untuk hindari intake garam.
Rasionalnya : Sifat garam adalah mengikat cairan sehingga mempermudah terjadi oedema.
Kolaborasi pemberian obat diuretic.
Rasionalnya : Obat diuretic membantu mengatasi oedema.
Diagnosa keperawatan ke-3, tujuannya adalah :
Adanya peningkatan aktifitas sebatas toleransi tanpa kelelahan.
Kriteria evaluasi :
Setelah dilakukan perawatan selama 2-3 hari klien dapat ke kamar mandi, WC dengan bantuan minimal (sekedar pengawasan). Klien dapat
bangun duduk tanpa sesak dan rasa lelah.
Rencana tindakannya adalah :
Kaji dan monitor kemampuan aktifitas pasien.
Rasionalnya : Sebagai data untuk intervensi selanjutnya.
Tingkatkan istirahat, batasi pengunjung.
Rasionalnya : Dengan adanya pengunjung akan terjadi perbincangan yg panjang membuat waktu istirahat pasien tidak maksimal.
Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengedan saat defikasi.
Rasionalnya :Aktivitas yg memerlukan menahan napas dan menunduk (valsalva manufer) dapat menurunkan curah jantung.

Untuk diagnosa keperawatan yang ke-4,


tujuannya adalah : Adanya peningkatan pengetahuan tentang proses penyakit dan upaya pemeliharaan kesehatan.
Kriteria evaluasi : Setelah diberikan penyuluhan + 25 menit klien dan keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian dari gagal
jantung, etiologi, faktor pencetus, upaya penanganan dan upaya pencegahannya.
Rencana tindakannya :
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab, factor pencetus dan upaya penanganan kesehatan pada pasien dengan gagal
jantung.

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 6/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Rasionalnya : Dengan peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga maka mereka dapat aktif dalam upaya penanganan kesehatan dirinya
sendiri dan keluarga.
2.8.4 PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 31 maret 2005.
Untuk diagnosa 1 cardiac output menurun berhubungan dengan factor mekanikal (Preload,After load, Kekuatan kontraksi jantung)
Jam 08.15 Wita monitor TTV dengan hasil Suhu 36,5oc,Nadi 96x/m, Tensi 100/60 MmHg.RR 18x/m. auskultasi bunyi jantung gallop
positif Mengkaji kulit dan kuku tidak ada sianosis.
Jam 09,45 Wita : Membuang urin dalam urobag dan membuat catatan balance cairan. Menjelaskan pada pasien dan keluarga untuk
mencatat atau melaporkan jumlah air yang diminum. Menjelaskan pada pasien untuk membatasi aktifitas dan istirahat saja di tempat tidur
dan hindari gerakan yang banyak mengeluarkan energi. Menganjurkan pada keluarga untuk meletakan barang kebutuhan pasien di dekat
pasien.
Jam 10,50 Wita : Mengatur posisi tidur pasien dengan kepala lebih tinggi. Anjurkan pada keluarga agar semua kebutuhan pasien dilayani di
tempat tidur temasuk BAK/BAK.
Jam 18.00 Wita, melayani obat oral Digoxin 0,25 mg,Aspar K 300 mg.(dilakukan oleh dinas sore).

Untuk diagnosa ke-2 keperawatan resiko tingggi (resti) kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap
penurunan perfusi glumerolus.
Jam 11.30 Wita : Mengosongkan urobag dan membuat catatan balance cairan. Aff Infus dengan alasan cairan merembes. Kaji distensi vena
jugular dengan hasil 3 Cm dan tak ada bendungan.
Jam 11,50 Wit Auskultasi paru tak ada rales, suara napas bersih. Menganjurkan pada pasien dan keluarga untuk tidak makan makanan yang
asin-asin. Merawat kateter.
Jam 18.00 wita memberikan obat minum Lasix 40 mg oral(Oleh petugas sore).

Diagnosa keperawatanke-3 Intoleransi aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output.
Jam 08 .15 Wita. Menanyakan keadaan pasien dengan hasil; pasien dapat ke kamar mandi namun perlu di tuntun dan pendampingan
keluarga. Menjelaskan pada keluarga untuk membatasi kunjungan agar pasien dapat istirahat. Anjurkan untuk meletakan barang
kebutuhan pasien dalam jarakyang bisa dijangkau tanpa mengeluarkan tenaga yang banyak.
Jam 10.15 Wita. Ajarkan pasien, bila hendak bangun duduk sebaiknya miring badan kesah satu sisi dan tangan yang lain menekan tempat
tidur sebagai tahanan untuk bangun. Anjurkan keluarga untuk mendampingan pasien.
Untuk diagnosa ke-4 keperawatan Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya
informasi.
Jam 10.30 wita : Membuat kontrak waktu dengan pasien dan keluarga untuk penyuluhan besok tanggal 1 april 2005.
Tanggal 1 April 2005.
Jam 07.15 wita, menyiapkan bahan penyuluhan, mempersiapkan sasaran penyuluhan : memberitahu pasien dan keluarga untuk bersabar dan
mendengar penyuluhan tentang penyakit gagal jantung.
Jam 09.15 wita Memberikan penyuluhan penyakit gagal jantung berupa : Menjelaskan apa itu penyakit gagal jantung, menjelaskan tentang
penyebab gagal jantung dan prosesnya sampai menimbukan jantung gagal pompa, menjelaskan tentang factor-faktor pencetus,
menjelaskan tentang bagaimana upaya penanganan pada saat terjadi serangan/timbul gejala, menjelaskan bagaimana upaya pencegahan
dan penanganan kesehatan agar tidak terjadi gagal jantung,.

2.8.5 EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan maka dilakukan evaluasi pada tanggal 1 april 2005. Tgl 1-4- 2005. Jam 07.00 Wita.
Untuk diagnosa ke-1Cardiac out put menurun berhubungan dengan factor mekanikal (preload, after load, kekuatan kontraksi jantung).
S : Klien mengatakan agak lebih enak namun kadang jantung rasa agak berdebar.
O : Klien nampak segar,bersih,namun nampak takut untuk bangun dan duduk dikursi.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.

Untuk diagnosa ke-2 resti kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap penurunan perfusi glumerolus. Jam
07.15 Wit.
S: Klien mengatakan minum air sejak kemarin sore sampai pagi ini 1000 cc.,Napas tidak sesak,klien mengatakan tangan basah karena air
infus.
O: Produksi urine 24 Jam 2150cc intake/24 jam 2100 cc, Kateter masih terpasang, infuse basah merembes.
A. Masalah teratasi sebagian.
P. Aff Infus dan lanjutkan intervensi lainnya.

Diagnosa keperawatan intoleransi aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output. Jam 08.15 Wita
S: Klien mengatakan masih lemah tapi rasalebih enak dari kemarin.
O: Pasien nampak duduk sambil baca koran, kateter masih terpasang.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi lanjut.

Untuk diagnosa ke-4 keperawatan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya
informasi. Tgl 31 maret 2005. Jam 12.30 Wit.
S: Klien mengatakan besok suami dan dua orang anak akan hadir utk mendengarkan penyuluhan.
O: Nampak pasien membuat pesanlewat anaknya yang mau. pulang rumah.
A: Masalah belum teratasi
P: Siapkan bahan untuk penyuluhan. tanggal 1 April 2005.
Setelah penyuluhan tanggal 1 april 2005 dilakukan evaluasi dengan hasil
S: Audiens ( pasien, keluarga dan keluarga dari pasien lain) mengatakan mengerti dengan jelas apa yang dijelaskan.
O: Audiens dapat menjawab pertanyaan evaluasi dengan benar.

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 7/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
A: Masalah teratasi.
P: Intervensi penyuluhan dihentikan dan beri penjelasan tentang hal-hal yang perlu untuk persiapan pulang.

BAB 3
KASUS
3.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. O. K
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pinamorongan Jaga II
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku : Minahasa
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
Tgl MRS : 4 Agustus 2012
Tgl Pengkajian :
Sumber Informasi : Pasien, Keluarga, Ahli Medis
No. Rekam Medis : 00.32.80.04
C. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama
Perut membesar dan sesak bila berbaring terlentang.
Riwayat Keluhan Utama
Perut pasien membesar dialami sejak 7 hari lalu, perut pernah masuk rumah sakit Kandou tetapi
karena kurang biaya maka pasien pulang. Saat penderita kembali untuk periksa kesehatan di poliklinik
jantung, petugas kesehatan menyarankan untuk masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien sejak 2 tahun lalu mengidap penyakit jantung

Riwayat Penyakit Sekarang


Bila pasien berjalan 1-2 blok dan naik 1 tangga pasien merasa sesak seperti di tindih beban berat, serta
perutnya membesar.
Psikososial
Pasien perokok tapi berhenti sejak 2 tahun lalu setelah mengetahui penyakitnya.
Riwayat spiritual
Pasien perecaya kepad Tuhan dan menyerahkan segala pergumulan kepada Tuhan.

D. Aktivitas Sehari-Hari
Nutrisi
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT
SAKIT/DIKAJI
1. Selera Makan Baik Kurang baik
2. Menu Makanan Nasi, lauk pauk Bubur/ makan lunak
3. Frekwensi Makan 3 kali dalam sehari 4 kali sehari
4. Makanan Yang Disukai Nasi uduk -
5. Pembatasan Pola Makan - Makanan yang keras
6. Cara Makan Biasa Dibantu keluarga
7. Ritual Saat Makan Bersama keluarga -

Cairan
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT/ DIKAJI

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 8/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS

1. Jenis minuman Air mineral, the, kopi


2. Frekwensi minum 7 gelas sehari
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan

Eliminasi (BAB&BAK)
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT/DIKAJI

1. Tempat pembuangan Wc Wc RS
2. Frekwensi (waktu) 1 kali dalam 1 hari I kali dalam 2 hari
3. Konsistensi - -
4. Kesulitan Sewaktu waktu -
5. Obat pencahar Obat yang dibeli -
diwarung

Istirahat dan Tidur


KONDISI SEBELUM SAKIT SETELAH SAKIT/DIKAJI
1. Jam tidur
-siang
-malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum
tidur
4. Kesulitan tidur

Olahraga

KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT/DIKAJI

1. Program olaharaga
Jalan sehat Jalan sehat
2. Jenis dan frekwensi
3. Kondisi setelah olahraga 3 kali dalam semiggu 4 kali dalam semiggu

Badan terasa segar -


Personal Hygiene
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT/DIKAJI

1. Mandi
-cara Mandi biasa L mengunakan handuk
-frekwensi 2 kali sehari basah
-alat mandi Sabun ,shampo, 2 kali dalam satu hari
2. Cuci rambut -Sabun, lap basah
Menggyur seluruh
-cara
rambut -
-frekwensi
3 kali dalam -
3. Gunting kuku
seminggu
-cara
-frekwensi -
4. Gosok gigi Menggunting dengan -
-cara alat
-frekwensi 1 kali dalam seminggu Menggunakan pasta gigi
2 kali dalam sehari
menggunakan pasta
gigi
2 kali sehari

Aktivitas /Mobilitas Fisik


KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT/DIKAJI
http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 9/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS

1. Kegiatan sehari-
hari
2. Pengaturan jadwal
harian
3. Penggunaan alat
bantu
4. Kesuliatan
pergerakan tubuh

Rekreasi
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT/DIKAJI

1. Waktu luang Cengkrama bersama kel -


2. Perasaan setelah rekreasi Senang
3. Waktu senggang keluarga
Pada malam hari -
4. Kegiatan hari libur

Bekerja seperti biasanya -

E. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN I
KU : Sedang, KES : CM
TTV : td : 90/50 R = 24x/m, N=80x/m N : 36.5
TINGGI BADAN :
BERAT BADAN (SEBELUM & MASUK RS)
B. PEMERIKSAAN II
Kepala
-warna rambut : hitam -berketombe : (ya/tidak)
-mudah rontok : (ya/tidak) -penyebaran : (menyebar/tidak)
-kesimetrisan : (ya/tidak) -alopesia (-/+)
-bentuk kepala : (bulat/lonjong) -berbau : (-/+)
Palpasi : nyeri tekan (-/+) -benjolan (-/+)

Wajah
-pergerakan wajah : (kaku/tidak) -acne : (-/+)
-ekspresi : (rileks/meringis) -tremor : (-/+)
-pigmentasi : (-/+)

Mata
-kelopak mata : {merah muda,oedema : (-/+}
-sklera : {putih ikterus : (-/+)}
-congjuntiva : {anemis, (-/+)}
-Pupil dan refleks : (-/+)
-visus :
-tekanan bola mata :

Hidung dan Sinus


-nasal septum : (tegak lurus/ tidak)
-Membran mukosa : (kemerahan -/+)
-Obstruksi : (-/+)
-sinus frontalis : (nyeri/tidak)
-sinus maksilaris : (nyeri/tidak)

Telinga
-bentuk : (simetris -/+)
-daun telinga : {warna( ) lesi(-/+)}
-liang telinga : {serumen (-/+), otore (-/+), peradangan (-/+)
-pendengaran : (baik/tidak)

Mulut

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 10/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
-bibir
=bentuk : (simetris/tidak), kondisi : (kering/lembab), lesi (-/+)
-mukosa mulut
= warna: (sianosis/merah), tekstur (lembut/kasar), lesi (-/+)
-gusi
=warna : (merah muda), perdarahan : (-/+)
=perdarahan (-/+)

Geligi
=jumlah (caries +,tanggal,gigipalsu)
=warna
Lidah
=warna (beslag -/+)
=tekstur (kasar/halus)
=tremor (ya/tidak)

Palatum
=warna
=kontur
=gerakan (-/+)

Tonsilar
=ukuran (To,T1,T3,T4) kiri/kanan
=warna (merah/pucat
=eksudat (+/+)

PALPASI
Pipi
-nyeri tekan/tidak
-pembekakan (-/+)
Palatum
-pembekakan
-fisura
Lidah
-nyeri tekan (-/+)
-pembekakan (-/+)
-massa (-/+)

VII. leher
Inspeksi
Warna kulit
Pembekakan (-/+)
Tiroid (pembesaran -/+
Palpasi
Kelenjar limfe
-keadaannya
-lokasinya
Kelenjar tiroid
Letak trakhea
Kaku kuduk -/+

VII.thoraks dan paru


Inspeksi
bentuk tulang belakang
bentuk dada normal 1:2/ barel chest/funel chest/pigeon chest)
kesimetrisan dada,postur dan pergerakan thorax saat inspirasi dan ekspresi
irama pernapasan (teratur/datar/tdk teratur)
jenis pernapasan (thoraccabdominal)

1. palpasi
massa -/+
nyeri tekan
pengembagan thorax.........paru-paru
vokal premitus
2. perkusi

diatas dada pada masing-masing


http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 11/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS

diatas dada pada masing-masing


3. aulkutasi
bunyi sura napas (normal/crakles or rales/wheezing/ronchi)

IX. JANTUNG
Inspeksi
Getaran di atas dada pada masing-masing area

Palpasi
Terhadap getaran pada masing-masing area
-aorta -/+
-pulmonal -/+
-trukuspidalis -/+
-mitral -/+
-ictus cordis -/+

Perkusi
Bunyi perkusi di atas permukaan jantung

Auskultasi
a.BJ 1....
b. BJ II ......

X. Abdomen
Inspeksi
a.kulit
-warna
-karateristik permukaan
-jaringan perut -/+
-lesi

b. umbilikus
-letak (memusat/tidak)
-kontur ( menonjol/cekung)

Palpasi
Setiap kuadran
a.lemas,abdomen.......
b.nyeri tekan,-/+
c.nyeri lepas -/+
d.massa

hepar (metode satu tangan)


a.teraba/tidak
b.bila teraba (padat,/lembek,halus/kasar,nyeri/tidak nyeri tekan)

Limpa
a.teraba/tidak
b.nyeri tekan/
Perkusi( semua kuadran)
a.tympani
b.pekak

batas hepar
a.rentang hepar
b.batas atas pd intercostal

Limpa
a.batas
b.pekak

Lambung
a.tympani
b.pekak

Auskultasi
a.bising usus -/+

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 12/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
XI. Genetalia dan anus
Inspeksi
-merah/radang...
-meatus uretra(wanita).......
-orifisium uretra (pria).......
-cairan yang keluar...
-hernia...
-terpasang daur kateter/tidak

Palpasi
-hemoteroid eksternal...
-hemoroid internal
XI. Ekstremitas
A.ekstremitas atas
Inspeksi
-simetris -/+
-oedema-/+
-lesi-/+
-tremor-/+
-keringat -/+
-kekuatan pada setiap sendi
B. ekstremitas bawah
inspeksi
-simetris -/+
-oedema -/+
-lesi -/+
-tremor -/+
-keringat -/+
-kekutan pada setiap sendi

C.kulit
Inspeksi
-warna
-turgor kulit
-kelembaban
-tekstu
-lesi -/+
-suhu (dengan punggung kaki)

d.kuku
inspeksi
-bentuk kuku
-warna kuku
-lekukan

XIII.pemeriksaan penunjang

tanggal Jenis hasil Nilai normal interprestasi


pemeriksaan
8-8-2012 Bilrubin 3.97 0,00-1,20 mg/d Lebih
Bilirubin direct 2.58 0,05-0,3 mg/dl Normal
Leukosit 5400 4.00 -11.00 H 10/mm Normal
Eritrosit 12.5 4.60 (4.105.10) Kurang
Ht 38 40 (3645) Normal
Tc 231
Cro 7
Vr 21 0-40 Lebih
SGOT 53 0-40 Lebih
SGPT 6 136-155 mmol/dl Lebih
Natrium 166 3,5-5,5 mmol/dl Normal
Kalium 4.45 95-103 mmol/dl Lebih
Klorida 109

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 13/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS

XIV.therapi/pengobatan
Tanggal Pemberian Nama obat Dosis Frekwensi Jam
obat
4-8-2012 Oral Furosemid 40 mg 1-1-0 15.00, 07.00
Oral Spironolacton 100 mg 1-1-0 15.00, 07.00
Oral Digoxin 0.25 mg 1-0-0 07.00
Oral Doner 3x1 15.00, 07.00, 23.00
Simach 0-0-1 23.00
Curcuma 3x1 15.00, 07.00, 23.00
5-8-2012
Oral 40 mg
Furosemid 100 mg 1-1-0 15.00, 07.00
Spironolacton 0.25 mg 1-1-0 15.00, 07.00
Digoxin 1-0-0 07.00
Doner 3x1 15.00, 07.00, 23.00
Simach 0-0-1 23.00
6-8-2012 Curcuma 3x1 15.00, 07.00, 23.00
Oral Donperidon 40 mg 3x1 15.00, 07.00, 23.00
100 mg
Furosemid 1-1-0 15.00, 07.00
0.25 mg
Spironolacton 1-1-0 15.00, 07.00
Digoxin 1-0-0 07.00
Doner 3x1 15.00, 07.00, 23.00
7-8-2012 Simach 0-0-1 23.00
Oral Curcuma 3x1 15.00, 07.00, 23.00
40 mg
Donperidon 100 mg 3x1 15.00, 07.00, 23.00
0.25 mg
Furosemid 1-1-0 15.00, 07.00
Spironolacton 1-1-0 15.00, 07.00
Digoxin 1-0-0 07.00
8-8-2012 Doner 3x1 15.00, 07.00, 23.00
Oral
Simach 0-0-1 23.00
40 mg
Curcuma 3x1 15.00, 07.00, 23.00
100 mg
Donperidon 3x1 15.00, 07.00, 23.00
0.25 mg
Furosemid 1-1-0 15.00, 07.00
Spironolacton 1-1-0 15.00, 07.00
Digoxin 1-0-0 07.00
Doner 3x1 15.00, 07.00, 23.00
Simach 0-0-1 23.00

G.Analisa data
Data Penyebab/etiologi Masalah
1. DS: pasien Tekanan jantung kiri Penurunan curah jantung b.d
mengeluh Sesak penurunan pengisian ventrikel
napas Sirkulasi ke paru naik kiri, peningkatan atrium dan
kongesti vena.
DO: pasien sesak Cairan mencapai
napas bronkhiolus

Edema paru

Sesak napas

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 14/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS

2. DS: pasien Aliran ke ginjal, kulit, kelebihan volume cairan b.d


mengeluh adanya usus naik retensi natrium dan air
bengkak diperut sekunder terhadap penurunan
Urin output turun perfusi glumerolus.

DO: perut pasien Retensi natrium dan air
bengkak
Kelebihan cairan
kurang pengetahuan tentang
3. Ds : proses penyakit dan
Pendidikan Sltp pemeliharaan kesehatan b.d
Do : pasien tidak kurang terpaparnya informasi
tahu tentang Kurang pengetahuan
penyakitnya

Diagnosa Keperwatan 1 :
Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan atrium dan kongesti vena.
Tujuan :
Stabilitas hemodinamik dapat dipertahanakan dengan kriteria : (TD > 90 /60), Frekwensi jantung normal.

Kriteria : Setelah dilakukan perawatan 2-3 hari klien tidak mengeluh sesak napas, RR dalam batas normal (18-20 x/m), Kaki dan tangan hangat, tidak mengeluh
berdebar-debar, tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu 36-37,5oC, Nadi 80-100x/m, dan tensi < 140/90 MmHg.
Intervensi
Monitor tanda-tanda vital ( tensi, nadi, RR,suhu), catat bunyi jantung.
Rasionalnya adalah : Tacicardi dan perubahan tekanan darah menunjukan kegagalan kompensasi jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasionalnya : Pucat/sianosis menunjukan tidak adekuatnya perfusi jaringan.
Pantau intake out put.(Jumlah intake cairan dan produksi urin).
Rasionalnya :Ginjal berespons pada penurunan curah jantung dengan menahan natrium dan air sehingga urine akan berkurang.
Berikan suasana tenang dan biarkan pasien istirahat yang cukup dengan posisi kepala agak lebih tinggi.
Rasionalnya : istirahat fisik harus dipertahankan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan konsumsi oksigen miocard. Posisi
kepala lebih tinggi memudahkan pengambilan oksigen lebih maksimal.
Beri obat sesuai order ( digoxin).
Rasionalnya : Digoksin meningkatkan kontraksi jantung dengan demikian fungsi pompa akan diperbaiki.
Implementasi
Tgl pelaaksanaan 8-8-2012
Memonitor tanda-tanda vital td : 90/70, n : 75x/m, r : 20x /m, s : 36.5x/m (pada jam 07.30)
Mengkaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
memberikan suasana tenang dan biarkan pasien istirahat yang cukup dengan posisi kepala agak lebih tinggi.
memberi obat sesuai order ( digoxin) 0.25 mg jam 07.00
Diagnosa ke-2
tujuan : adanya keseimbangan cairan dalam tubuh ( Balance antara intake dan output ).
Kriteria hasilnya adalah : Dalam waktu 2-3 hari tidak ada keluhan sesak napas dengan RR 18-20x/m.Tidak ada oedema anasarca. Intake dan output cairan
seimbang. Tidak ada peningkatan tekanan JVP, JVP dalam batas normal 2-4 cm. Bunyi paru bersih tak ada bunyi rales/ronchi.
Intervensi :
Pantau eliminasi urin catat jumlah dan warna, pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasionalnya : ketidakseimbangan antara intake dan haluaran mengindikasikan adanya retensi.
Kaji distensi Vena jugolaris dan catat adanya oedema.
Rasionalnya : Peninggian JVP dan adanya oedema menunjukan adanya retensi air dan garam yang menimbulkan penimbunan cairan dalam tubuh dan
kegagalan jantung kanan.
Auskultasi bunyi paru, catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatan dispnoe.
Rasionalnya : Rales dan dispnoe menunjukan adanya oedema paru.
Anjurkan untuk hindari intake garam.
Rasionalnya : Sifat garam adalah mengikat cairan sehingga mempermudah terjadi oedema.

Implementasi
memantau eliminasi urin catat jumlah dan warna, pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
mengkaji distensi Vena jugolaris dan catat adanya oedema.( Tekanan jvp normal dan tidak ada oedema)
mengauskultasi bunyi paru, catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatan dispnoe(paru vbs +/+, rh-/-, wh-/-)
menganjurkan untuk hindari intake garam.

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 15/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS

Diagnosa ke -3
Tujuan: Adanya peningkatan pengetahuan tentang proses penyakit dan upaya pemeliharaan kesehatan.
Kriteria evaluasi : Setelah diberikan penyuluhan + 25 menit klien dan keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian dari gagal jantung,
etiologi, faktor pencetus, upaya penanganan dan upaya pencegahannya.
Rencana tindakan :
berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab, factor pencetus dan upaya penanganan kesehatan pada pasien dengan gagal jantung.
Rasionalnya : Dengan peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga maka mereka dapat aktif dalam upaya penanganan kesehatan dirinya
sendiri dan keluarga.

Implementasi :
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab, factor pencetus dan upaya penanganan kesehatan pada pasien dengan gagal
jantung.

Evaluasi
Dx 1
S : Pasien mengatakan sudah tidak sesak napas
O: Respirasi mulai normal 20x/m
A: Masalah teratasi
P: -

Dx 2
S : pasien mengeluh adanya bengkak diperut

O: perut pasien bengkak (asites)

A: belum teratasi

P : lakukan intervensi

DX 3
S:

O: Pasien mengatakan mengerti dengan penyakitnya

A: Masalah teratasi

P: -

KESIMPULAN
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr.
Ahmad ramali.1994)

Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi
pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995).
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal,
beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat
septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat
menurun pada infark miokard atau kardiomiyopati.

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 16/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel (stenosis katup
atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut
diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam
sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil.

SARAN
Setiap penderita gagal jantung harus secara rutin memeriksakan diri ke dokter guna mengontrol tekanan darah. Selain itu, diharapkan dapat
menjalani terapi obat maupun diet. Selain itu, masyarakat atau siapa saja diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8,Jakarta ; Penerbit buku kedokteran EGC.

Carpenito.L ,2001,Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8,Jakarta,Penerbit Buku Kedokteran,EGC.


Doenges M, 2000,Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 ,Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran AGC.
Jota.Santa, 1989, Diklat Kuliah Penyakit Jantung,Devisi Kardiologi Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Univ.Hasanudin,Ujung Pandang.
Marry M.Cannibi, 1990,Cardiovasculer Disorders,Toronto ; Mosby year book.
Noer.Sjaifoellah,Dkk 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ,Edisi ke 3, Jakarta, Penerbit Balai penerbit FKUI.
Sutomo.Muhamad, 2003, Pedoman Diagnosis Dan Therapy Ilmu Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah, Edisi 3 ,Lab/SMF Ilmu penyakit
jantung dan pembuluh darah Fakultas Kedokteran Unifersitas Airlangga RSUD Dr.Soetomo, Surabaya.
Sylvia.Price & L.Wilson,1994,Pathofisiologi,Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,Edisi 4, Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tambayong.Jan, 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran SGC.
http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/07/askep-decompensasi-cordis.html
http://rumahkitabro.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-decompensasi-cordis.html

KATA PENGANTAR

Puji syukur patut dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena hanya berkat dan penyertaan-Nya,sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini, dengan judul Decompensasi Cordis
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 dari dosen Jon
W.Tangka,M.Kep,Ns,Sp,KMB. Selain itu,untuk memberitahukan kepada seluruh mahasiswa,khususnya mahasiswa keperawatan Poltekkes
Kemenkes Manado, tentang Decompensasi Cordis.
Dalam penulisan makalah ini,kelompok banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun,karena adanya bimbingan ,arahan dan
panduan dari berbagai pihak,sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.untuk itu penyusun menyampaikan terima
kasih kepada Jon W.Tangka,M.Kep,Ns,Sp,KMB, selaku dosen pengajar Keperawatan Medikal Bedah 1,yang telah membekali kelompok,dengan
pengetahuan selama kelompok mengikuti perkuliahan.selain itu kepada teman-teman sanggota kelompok yang telah memberikan dorongan dan
nasihat kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
Dengan berpegang bahwa tak ada gading yang tak retak,maka kelompok menyadari bahwa makalah ini, masih jauh dari
kesempurnaan.oleh karna itu,saran dan kritikan yang bersifat membangun ,sangatlah penulis harapkan guna untuk menyempurnakan makalah
ini.
Akhirnya, kelompok berharap biarlah makalah ini dapat berguna bagi pembaca, terlebih sebagai masukkan dalam mengerti dan
mengetahui lebih dalam lagi mengenai Decompensasi Cordis.
Manado , Agustus 2012

DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 17/18
8/13/2017 Asuhan Keperawatan: MAKALAH DEKOMPENSASI KORDIS
Latar belakang Masalah
Ruang lingkup
Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pngertian
Etiologi
Patofisiologi
Klasifikasi
Tanda dan Gejala
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Contoh kasus
BAB III KASUS
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1
DECOMPENSASI CORDIS

Diposting oleh Konny Liane Rako di 19.18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Unknown (Google) Logout

Publikasikan Pratinjau Beri tahu saya

Posting Lebih Baru Beranda Posting Lama

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

http://lianerako.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dekompensasi-kordis.html 18/18

Anda mungkin juga menyukai