Anda di halaman 1dari 6

Beberapa waktu belakangan ini kita disuguhkan dengan berita demonstrasi di

beberapa tempat di Indonesia. Kali ini, para demonstran bukanlah mereka para
mahasiswa-mahasiswi, melainkan para supir taksi, angkutan umum (Angkot),
bajaj, metromini, dan pengemudi becak. Demonstrasi ini bukan hanya terjadi di
Ibukota kita yakni Jakarta, melainkan juga terjadi dibeberapa kota lainnya seperti
Bogor dan Medan.

Para pendemo menuntut agar jasa transportasi berbasis online ditutup. Karena
menurut mereka, jasa transportasi dalam jaringan (daring) tersebut telah melanggar
aturan jasa transportasi yang ada pada umumnya. Tak hanya itu Keberadaan
transportasi berbasis online dinilai membuat telah merebut penumpang mereka
yang pada akhirnya membuat penghasilan menurun drastis.

Transportasi umum merupakan kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dihindari.


Bukan hanya di kota besar, pelosok kampung juga membutuhkan sarana
transportasi umum untuk mempermudah akses. Terlebih lagi di kota besar,
masyarakat tentu membutuhkan transportasi umumyang tidak hanya murah, tetapi
juga mudah dan nyaman.

Perlu dipahami bersama bahwa, arus kemajuan teknologi merupakan sebuah


keniscayaan yang mau tidak mau harus kita ikuti. Perkembangan teknologi
mempengaruhi segala sektor termasuk pengaruhnya terhadap alat transportasi.
Seperti teori Charles Darwin yang sangat terkenal mengenai seleksi alam, dimana
seleksi alam memiliki definisi bahwa seleksi yang terjadi pada individu-individu
yang hidup di alam, sehingga individu yang mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan tersebut akan terus hidup dan beranak pinak, sedangkan yang tidak
dapat menyesuaikan diri dengan alam lingkungan sekitarnya akan musnah dan
hilang dimakan waktu.
Transportasi berbasis online maupun konvensional, sebenarnya sama-sama
memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika memang ada yang memiliki inovasi yang
lebih maju, terimalah dengan lapang dada karena inovasi itu memang diperlukan.
Di samping itu, tidak semua masyarakat, Indonesia khususnya, mampu
mengaplikasikan gadget. Jadi tidak akan mungkin transportasi konvensional akan
punah.

Jasa transportasi berbasis online merupakan sebuah inovasi yang hadir untuk
memanfaatkan perkembangan teknologi yang terus bergerak maju ke depan.
Tujuannya tentu adalah untuk mempermudah segala aktivitas-aktivitas manusia
yang dilakukan sehari-hari. Transportasi berbasis online belakangan ini membuat
orang-orang di dunia merasa dimudahkan dalam hal bertransportasi. Bayangkan
saja, pengguna hanya cukup bermodalkan gadget dan aplikasi, kita bisa memesan
transportasi yang nyaman dan lebih murah. Bahkan, transportasi berbasis online
bersedia menjemput kita di rumah tanpa kita harus berpanas-panasan berjalan ke
jalan raya dan menunggu angkutan.

Transportasi berbasis online ini menawarkan banyak hal selain mengantar jemput
penumpang, transportasi berbasis online juga memiliki keunggulan lain seperti :
mengantar barang, membeli makanan, dan sebagainya

Ini merupakan sebuah terobosan baru yang patut diberi apresiasi. Lalu, jika terjadi
hal yang tidak diinginkan semua dapat dilacak, argometer yang digunakan juga
sesuai dan tidak terdapat penipuan tarif serta tidak perlu tawar-menawar, semua itu
keunggulan lain yang dimiliki transportasi berbasis online sehingga mendapat
tempat di hati masyarakat, sebab banyak peminatnya. Namun, kesuksesan
transportasi online di dunia ini, tak semerta-merta bebas dari permasalahan. Hal
tersebut membawa dampak persaingan di angkutan umum lainnya yang tidak
berbasis online. Sehingga terjadi pengurangan pendapatan oleh angkutan umum
yang tidak menggunakan aplikasi online.

Kehadiran transportasi berbasis online memang membawa solusi, tetapi


transportasi berbasis online belum mendapat legalitas dari pemerintah. Mereka
masih menggunakan plat hitam, belum terdaftar, tidak membayar pajak, dan
banyak belum memenuhi syarat transportasi yang sesuai menurut aturan alat
transportasi umum.

Sebelumnya, Kemenhub menyampaikan bahwa transportasi berbasis online disebut


transportasi ilegal karena tidak memenuhi aturan mengenai lalu lintas angkutan
jalan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Indonesia merupakan salah
satu negara terbesar di dunia tanpa sistem transportasi umum yang layak atau
berfungsi dengan baik.

Gesekan yang terjadi antara transportasi umum konvensional (tidak berbasis


online) dengan transportasi berbasis online seharusnya menjadi momentum bagi
pemerintah untuk memperbaiki sistem transportasi di Indonesia. Indonesia
memiliki aturan tertentu tentang transportasi termasuk kategorisasi transportasi itu
sendiri. Adanya aturan-aturan tersebut seharusnya tak membuat pemerintah
kesulitan untuk menghentikan gesekan yang sedang terjadi ini.

Selain alasan pajak, otoritas atau aturan perlu semacam ini perlu dipertimbangkan
untuk masalah keamanan jika sesuatu terjadi. Apa yang dimaksud dengan "sesuatu
terjadi"? Seperti kecelakaan atau tindak kejahatan yang menggunakan kendaraan.
Ada beberapa jenis persyaratan teknis untuk kendaraan menjadi transportasi
umum. Sebuah taksi misalnya, setiap pengemudi, setiap mobil harus didaftarkan
oleh perusahaan mereka dan bahwa perusahaan bersama dengan data yang terdaftar
di otoritas. Sehingga dapat dilacak dan ada badan hukum atau badan hukum yang
bertanggung jawab atas tindakan apapun yang dilakukan oleh pengemudi di dalam
kendaraan yang terdaftar.

dan kendaraan harus memperbaharui setiap lima tahun, untuk memastikan bahwa
performa kendaraan tidak akan membahayakan keselamatan penumpang. yang
berlangsung dengan cara yang sama dengan angkutan umum massal seperti angkot,
metromini, becak bermotor, dan lainnya, mereka harus terus memperbaharui dan
dikendalikan oleh otoritas Transportasi dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan
(DISHUB).

Ya, sebelum orang berteriak apapun, akan selalu ada masalah dalam
pelaksanaannya, dan selalu ada seseorang yang tidak mengikuti aturan. Banyak
angkutan umum massal yang sudah tua, berkarat, rusak atau bahkan pengemudi
tidak memiliki SIM. Akan selalu ada "oknum", tapi mari kita lihat cara ini: Bahkan
daerah yang telah diatur penuh "pelanggar hukum", lalu bagaimana tentang daerah
yang tidak mengikuti peraturan apapun dan tidak memiliki kewenangan apapun?
Sedangkan untuk transportasi berbasis online, masalah keamanan menjadi
pertanyaan pertama. Karena kendaraan yang dipergunakan oleh para pengendara
transportasi berbasis online adalah kendaraan pribadi, maka peraturan mana yang
mereka ikuti untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan penumpang? Kedua,
jika sesuatu yang buruk terjadi pada kendaraan, katakanlah penyebab kecelakaan
adalah kendaraan yang tidak terawat dengan baik, apakah mereka akan
bertanggung jawab untuk itu? Bukankah membiarkan kendaraan rusak yang
digunakan untuk transportasi umum akan merugikan penumpang? Itu sama dengan
tindak kejahatan yang terjadi pada penumpang. Siapa yang akan bertanggung
jawab untuk itu? Itulah satu-satunya pertanyaan untuk masalah hukum.
Selain semua pertanyaan diatas adalah masih ada beberapa pertanyaan yang perlu
dijawab untuk membuat kita, rakyat dan pemerintah, memastikan bahwa
transportasi berbasis online ini mempromosikan isu-isu keselamatan untuk
pengemudi maupun pelanggan yang menggunakan jasa mereka.

Jika pada suatu kesempatan mereka menjawab pertanyaan itu, saya tidak melihat
alasan lain untuk melarang mereka. Akan lebih baik jika kedua jenis transportasi
ini duduk bersama dengan kepala dingin untuk merundingkan bagaimana agar
mereka bisa bersaing secara sehat. Misalkan dengan cara menerapkan tarif dasar
yang sama, penerapan wilayah jelajahnya/trayek agar tidak terjadi kecemburuan
sosial.

Karena demo, anarkis, kekerasan, tidak akan menyelesaikan masalah tetapi justru
hanya akan menambah permasalahan yang ada. Mau tidak mau, kita harus
beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Karena kalau tidak mau terbuka dengan
kemajuan teknologi, maka akan ditinggal jauh oleh para kompetitornya yang
berbasis online. Namun, jika pemerintah menyelesaikan permasalahan ini dengan
cara menghapus atau melarang transportasi berbasis online, tentu ini bukan suatu
penyelesaian atau keputusan yang adil, karena ini sama dengan menentang
perkembangan teknologi dan akan menambah persoalan baru.

Bagaimanapun, inovasi dalam transportasi umum sangat dibutuhkan oleh


masyarakat. Oleh karena itu, realisasi sikap pemerintah dibutuhkan terhadap
permasalahan ini. Masyarakat sebagai konsumen, tentunya tidak ingin menjadi
korban karena belum ada kapastian. Aturan yang jelas akan memperkecil peluang
gesekan seperti yang terjadi beberapa waktu terakhir, disinilah peran pemerintah
selaku regulator (pembuat aturan) dibutuhkan agar dapat memberi jalan keluar atau
solusi yang baik bagi kedua belah pihak yang sedang bergesekan. Penulis tahu
bahwa memberikan jalan keluar bagi kedua pihak tidak akan mudah, tapi ingatla
bahwa berlian tidak akan bersinar tanpa adanya paksaan dan tekanan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ericayin93/konvensional-vs-
online_58d382db519773b571b5c359

Kini, dengan adanya fenomena ini tidaklah bijak jika mencari pihak yang
salah. Kalaupun ada pihak yang harus disalahkan, maka semua akan menjadi
pantas untuk disalahkan. Mengapa? Pihak taksi konvensional salah karena tidak
tanggap dengan perubahan zaman, belum lagi kesalahan dalam demonstrasi yang
berujung anarki. Pihak penyedia transportasi berbasis aplikasi salah juga karena
tidak mengikuti peraturan yang berlaku, juga mereka tidak menyediakan harga
yang berkeadilan dengan pesaing yang sudah lama ada. Pemerintah pun juga
menjadi salah, karena tidak tanggap dalam melihat fenomena yang ada di
masyarakat, dengan belum menyediakan peraturan yang dapat mengakomodir dan
menertibkan konflik yang ada.
Maka, sebenarnya solusinya tinggallah jawaban dari kesalahan semua pihak
ini. Pihak taksi konvensional sudah harus lebih tanggap terhadap perkembangan
teknologi, buatlah layanan yang sama dengan membuat aplikasi yang menarik.
Pihak penyedia transportasi berbasis aplikasi, sebaiknya menggunakan plat kuning,
juga tidak memberikan harga yang terlampau jauh dengan yang sudah ada
sehingga persaingan menjadi sehat.
Pemerintah, sudah selayaknya membuat peraturan, dan memastikan bahwa
persaingan yang ada terjadi secara sehat dan tidak ada adu modal yang merupakan
ciri kapitalisme dan bertentangan dengan ekonomi kerakyatan. Terakhir,
masyarakat akan dengan mudah memilih dengan cerdas apa yang mereka hendak
gunakan.
Kerusuhan hari ini sangat disesalkan. Meski demikian, sudah sepatutnya ini
membuka mata kita bahwa kita berada pada masa modernisasi yang membuahkan
suatu perubahan sosial di masyarakat. Kalau urusan rezeki, tidak perlu dirisaukan.
Karena jutaan orang pun mencari rezeki di ibukota kita tercinta.

Anda mungkin juga menyukai