Anda di halaman 1dari 23

BAB I

KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Sdr. A.S
Usia : 16 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat : RT 019/RW 006, Ds.Paron, Kec. Bagor,
Nganjuk
SukuBangsa/Agama : Jawa / Islam
No. RekamMedis : 072423
TanggalMasuk : 28 April 2017
Jam Masuk : 19.45 WIB

II. ANAMNESIS
Dilakukan anamnesis pada tanggal 27April 2017di InstalasiGawatDarurat RS
BhayangkaraMoestadjabNganjuk

a. Keluhan Utama :
Penurunan Kesadaran

b. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara dianter oleh polisi dengan kondisi
mabuk berat, pasien ditemukan di pinggir jalan raya dalam keadaan tidak sadar,
dan dari mulut ditemukan bau alkohol.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Alergi (-)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga : (-)

1
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah, Agitasi
Kesadaran : Somnolen
Tanda vital : TD : 140/90mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 36,7 C
1. Pemeriksaan Kepala
a. Bentuk Kepala = Mesochepal, simetris
b. Wajah = Oedem (-)
c. Mata = Pupil isokor, 4mm/4mm, Reflek pupil (+/+)
d. Hidung = Discharge (-/-),
e. Telinga = Deformitas (-/-)
f. Mulut = Bibir sianosis (-), bibir pucat (-), bibir kering (-)
2. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid dan limfonodi (-), JVP (-)

3. Pemeriksaan Thorax
Pulmo
- Inspeksi = Dada simetris, deformitas (-/-) retraksi intercostal
(-/-)

- Palpasi = Nyeri tekan (-/-), ketinggalan gerak (-/-)

- Perkusi = Sonor (+/+)

- Auskultasi = Suara dasar vesicular (+/+)

Suara tambahan : wheezing (-/-)

Cor
S1 S2 Reguler cepat, Bising jantung (-)

4. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
2
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (Tidak dapat dinilai), hepatomegali (-)

5. Pemeriksaan Ekstremitas
- Superior = Oedem (-/-)
Inferior = Oedem (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Hasil pemeriksaan Nilai normal
WBC (leukosit) 10.4 4,8-10,8
RBC (eritrosit) 6,22 5,2-6,2
HGB (hemoglobin) 14,8 12-18
HCT (hematokrit) 48 37-62
MCV 82.4 79-99
MCHC 28.4 33-37
PLT (trombosit) 330 150-450
RDW 12.6 11.5-14.5
PDW 10,9 -17
MFV 10,3 9-13
P-LCR 20.6 13-43
LYMPH 26 25-40

I. DIAGNOSIS KERJA
- Intoksikasi Alkohol
II. DIAGNOSIS BANDING
- Intoksikasi Metanol
- Vomitus Profus
- Dyspepsia

3
III. PENATALAKSANAAN DAN FOLLOW UP
- Infus RL Loading 1000 ml -> inf Nacl 20 tpm
- O2 3 lpm
- Inj. Ranitidine 50mg/12 jam/IV
Pasang NGT -> Bilas Lambung dengan Susu + NACL 1500 cc

IV. FOLLOW UP IGD

Tanggal Anamnesis Pemeriksaan Assesment Terapi


fisik
27/04/2017 OS sudah sadar KU: lemah, CM - Intoksikasi - inf Nacl 15 tpm
dengan keluhan GCS456 Alkohol - Diet TKTP lunak
20.40 wib kaku dan sakit TD: 110/60
- Inj. Ranitidine
pada dada dan N: 88
leher. Os R: 20 50mg/12 jam/IV
menyatakan habis T: 36,8 - Episan syr 3x1C
meminum alkohol Mata : pupil isokor
- PL : Aff NGT
campuran beli jadi 3mm/3mm
yang tidak tahu Leher : JVP (-) - Konsul dr Teguh
dengan apa Thorax: vesikuler Sp.Pd
dicampur, +/+, RBB -/-,
beberapa jam Cor: S1 S2 reguler,
sebelum muntah. Bising (-)
sesak (-) Nyeri Abdomen: NT (-),
perut dan ulu hati supel (+), BU (+) N
(-) Pusing (+),mual Ekstremitas: akral
(-), dan muntaH (-) hangat, nadi kuat,
diare (-). udem tungkai (-/-).
Riwayat: Minum
alkohol (+),
Perokok (+) DM (-
), sakit jantung (-)
HT (-), Asma (-),
alergi (+)

4
FOLLOW UP RUANGAN

Tanggal 27/4/2017 jam


S : mual (-) muntah (-) pusing (-)
O:
KU baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/m
RR : 20x/m
Tax : 36C
K/L : anemis/ikterik/sianosis/dipsnea : -/-/-/-
Thorax : Cor/ Pulmo : S1S2 tunggal, Ves+/+Rhonki-/-, Whe -/-
Abdomen : cembung, BU (+), timpani, soepel
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)
A : Intoksikasi Alkohol
P : InfusKAEN 3A 16 tpm
Inj. Ranitidin 2x50 mg
Inj. NB 1X1 amp
Episan sirup 3x C1
Clast 2x1
Diit BK

AFF NGT

Tanggal 28/4/2017 jam


S : mual (-) muntah (-) pusing (-)
O:
KU baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/m
RR : 20x/m
Tax : 36C
5
K/L : anemis/ikterik/sianosis/dipsnea : -/-/-/-
Thorax : Cor/ Pulmo : S1S2 tunggal, Ves+/+Rhonki-/-, Whe -/-
Abdomen : cembung, BU (+), timpani, soepel
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)
A : Intoksikasi Alkohol
P :
neurobion 0-1-0
Ranitidin 1-0-1
Diet TKTP
Perbanyak protein : susu,susu kedelai, bubur kacang hijau, roti, telur,
ayam
Istirahat cukup
Pasien Pulang, control kembali setelah 3 hari

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh
yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan
dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi, keracunan
memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat
karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan hanya
akan memperparah keracunan yang dialami penderita.2

Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis zat yang


digunakan (dose-dependent), individu dengan kondisi organic tertentu
yang mendasari (misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yang dalam dosis
kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat yang tidak proporsional.3

Dalam ilmu kimia alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum
untuk senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat
pada atom karbon dimana atom karbon itu sendiri juga terikat pada atom
hidrogen atau atom karbon yang lain. Etil alkohol juga disebut sebagai
etanol merupakan bentuk alkohol yang umum, sering kali disebut alkohol
minuman. Rumus kimia untuk etanol adalah CH3-CH2-OH. Dari semua
jenis alkohol yang diketahui dalam ilmu kimia, etanol merupakan satu-
satunya yang digunakan dalam batas tertentu oleh manusia untuk berbagai
maksud dan tujuan (sebagian besar alkohol lainnya terlalu toksik untuk
diminum).1,4,5

Intoksikasi alkohol akut dapat dikenali dengan gejala-gejala :6


ataksia dan bicara cadel/tak jelas
emosi labil dan disinhibisi
napas berbau alkohol
mood yang bervariasi
7
Komplikasi akut pada intoksikasi atau overdosis :6
paralisis pernapasan, biasanya bila muntahan masuk saluran
pernapasan
obstructive sleep apnoea
aritmia jantung fatal ketika kadar alkohol darah lebih dari 0,4
mg/ml

Gejala klinis sehubungan dengan overdosis alkohol dapat


meliputi:6
penurunan kesadaran, stupor atau koma
perubahan status mental
kulit dingin dan lembab, suhu tubuh rendah

2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan penelitian pria 4 kali lebih sering menjadi pecandu
alkohol dibandingkan wanita. Kira-kira 85% dari semua penduduk
Amerika Serikat pernah menggunakan minuman yang mengandung
alkohol sekurang-kurangnya satu kali dalam hidupnya. Dan kira-kira 51%
dari semua orang dewasa di Amerika Serikat merupakan pengguna alkohol
saat ini. Di Indonesia sendiri ada sekitar 3,4 juta orang pecandu alkohol
yang 80% diantaranya berusia 20-24 tahun dan hampir 8% orang
dewasa.1,5,7

2.3 ETIOLOGI
2.3.1 Riwayat Masa Kanak-kanak
Beberapa faktor telah teridentifikasi dalam riwayat masa kanak-
kanak dari seseorang yang memiliki gangguan berhubungan dengan
alkohol. Anak-anak beresiko yang memiliki gangguan berhubungan
dengan alkohol yaitu jika satu atau lebih orang tuanya adalah pengguna
alkohol.1
Pada riwayat masa kanak-kanak terdapat gangguan defisit-atensi /
hiperaktivitas atau gangguan konduksi atau keduanya yang meningkatkan

8
resiko anak untuk memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol pada
masa dewasanya. Gangguan kepribadian khususnya gangguan kepribadian
antisosial juga merupakan predisposisi seseorang kepada suatu gangguan
berhubungan dengan alkohol.1

2.3.2 Faktor Psikoanalisis


psikoanalisis tentang gangguan berhubungan dengan alkohol telah
dipusatkan pada hipotesis superego yang sangat bersifat menghukum dan
fiksasi pada stadium oral dari perkembangan psikoseksual.1
Menurut teori psikoanalisis, orang dengan superego yang keras
yang bersifat menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai cara
menghilangkan stres bawah sadar mereka. Kecemasan pada orang yang
terfiksasi pada stadium oral mungkin diturunkan dengan menggunakan zat
seperti alkohol melalui mulutnya. Beberapa dokter psikiatrik
psikodinamika menggambarkan kepribadian umum dari seseorang dengan
gangguan berhubungan dengan alkohol adalah pemalu, terisolasi, tidak
sabar, iritabel, penuh kecemasan, hipersensitif, dan terrepresi secara
seksual.1
Aforisme psikoanalisis yang umum adalah bahwa superego dapat
larut dalam alkohol. Pada tingkat yang kurang teoritis, alkohol dapat
disalahgunakan oleh beberapa orang sebagai cara untuk menurunkan
ketegangan, kecemasan, dan berbagai jenis penyakit psikis. Konsumsi
alkohol pada beberapa orang juga menyebabkan rasa kekuatan dan
meningkatnya harga diri.1

2.3.3 Faktor Sosial dan Kultural


Beberapa lingkungan sosial menyebabkan minum yang berlebihan.
Asrama perguruan tinggi dan basis militer adalah dua contoh lingkungan
dimana minum berlebihan dipandang normal dan prilaku yang diharapkan
secara sosial. Sekarang ini, perguruan tinggi dan universitas mencoba
mendidik mahasiswanya tentang resiko kesehatan dari minum alkohol
yang berlebihan.1

9
2.3.4 Faktor Prilaku dan Pelajaran
Sama seperti faktor kultural, faktor prilaku dan pelajaran juga
dapat mempengaruhi kebiasaan minum, demikian juga kebiasaan di dalam
keluarga, khususnya kebiasaan minum pada orang tua dapat
mempengaruhi kebiasaan minum. Tetapi beberapa bukti menunjukkan
bahwa, walaupun kebiasaan minum pada keluarga memang mempengaruhi
kebiasaan minum pada anak-anaknya, kebiasaan minum pada keluarga
kurang langsung berhubungan dengan perkembangan gangguan
berhubungan dengan alkohol seperti yang dianggap sebelumnya, walaupun
hal tersebut memang memiliki peranan penting.1
Dari sudut pandang prilaku, ditekankan pada aspek pendorong
positif dari alkohol, alkohol yang dapat menimbulkan perasaan sehat dan
euforia pada seseorang. Selain itu, konsumsi alkohol dapat menurunkan
rasa takut dan kecemasan yang dapat mendorong seseorang untuk minum
lebih lanjut.1

2.3.5 Faktor Genetika dan Biologi Lainnya


Data yang kuat menyatakan adanya suatu komponen genetika pada
sekurangnya suatu bentuk gangguan berhubungan dengan alkohol. Laki-
laki lebih banyak menggunakan alkohol daripada wanita. Banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan sanak saudara tingkat
pertama yang terpengaruh oleh gangguan berhubungan dengan alkohol
adalah 3-4 kali lebih mungkin memiliki gangguan berhubungan dengan
alkohol daripada orang yang tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama
yang terpengaruh dengan alkohol.1

2.4 EFEK FISIOLOGI DARI ALKOHOL


Karakteristik rasa dan bau berbagai minuman yang mengandung
alkohol tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan
berbagai senyawa dalam hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk
metanol, butanol, aldehida, fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai
logam. Walaupun senyawa ini dapat menyebabkan suatu efek psikoaktif
yang berbeda pada berbagai minuman yang mengandung alkohol,
10
perbedaan tersebut dalam efeknya adalah minimal dibandingkan dengan
efek etanol itu sendiri.1

a) Absorpsi
Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung,
dan sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah
dicapai dalam waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung
apakah alkohol diminum saat lambung kosong, yang meningkatkan
absorbsi atau diminum bersama makanan yang memperlambat absorbsi.1
Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga
merupakan suatu faktor selama alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat
menurunkan waktu untuk mencapai konsentrasi puncak. Absorbsi paling
cepat 15-30% (kemurnian -30 sampai -60).1
Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol.
Sebagai contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam
lambung, mukus akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut
akan memperlambat absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus
kecil. Jadi, sejumlah besar alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam
lambung selama berjam-jam. Selain itu, pilorospasme sering kali
menyebabkan mual dan muntah.1
Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung
proporsi air yang tinggi memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek
intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alkohol didalam darah
tinggi.1

b) Metabolisme
Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati,
sisanya dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Kecepatan
oksidasi di hati konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh.
Tubuh mampu memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan
rentan berkisar antara 10-34 mg/dl per jamnya.1

11
Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol
dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengkatalisasi
konversi alkohol menjadi asetilaldehida yang merupakan senyawa toksik.
Aldehida dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi
asam asetat. Aldehida dehidrogenase diinhibisi oleh disulfiram ( An-
tabuse), yang sering digunakan dalam pengobatan gangguan terkait
alkohol.1
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki
ADH yang lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan
wanita cenderung menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah
minum alkohol dalam jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang
memetabolisme alkohol akan menyebabkan mudahnya seseorang terjadi
intoksikasi alkohol dan gejala toksik.1

c) Efek pada otak


Biokimiawi
Teori yang telah lama menunjukkan bahwa efek biokimiawi alkohol
terjadi pada membran neuron. Sejumlah hipotesis mendukung bahwa alkohol
akan menimbulkan efek karena ikatannya dengan membran yang
menyebabkan meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka
pendek. Tetapi, pada penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa
membran akan menjadi kaku. Fluiditas membran penting untuk dapat
berfungsi sebagai reseptor, saluran ion, dan protein fungsional pada membran
lainnya secara normal. Secara spesifik, suatu penelitian menunjukkan bahwa
efektivitas saluran alkohol yang berhubungan dengan reseptor asetilkolin
nikotinik, serotonin (5-hydroxytryptamine) tipe 3 (5-HT3) dan GABA tipe A
(GABA A) diperkuat oleh alkohol, sedangkan aktivitas saluran ion yang
berhubungan dengan reseptor glutamat dan saluran kalsium gerbang voltasi
(voltage-gated calcium channel) yang yang akan di inhibisi.1

12
d) Efek prilaku
Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi
depresan yang sangat mirip dengan barbiturat dan benzodiazepin. Pada
konsentrasi 0,05% alkohol didalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan
pengendalian akan mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada
konsentrasi 0,1 aksi motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi
seluruh daerah motorik menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol
prilaku emosional juga terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang
biasanya mengalami konfusi dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,4-
0,5% dapat terjadi koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di
otak yang mengontrol pernapasan dan kecepatan denyut jantung akan
terpengaruhi dan dapat terjadi kematian.1

e) Efek fisiologis lain


Hati
Efek dari penggunaan alkohol yang utama adalah terjadinya kerusakan
hati. Penggunaan alkohol walaupun dalam jangka waktu yang pendek dapat
menyebabkan akumulasi lemak dan protein yang dapat menimbulkan
perlemakan hati (fatty liver) yang pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
pembesaran hati.1

Sistem gastrointestinal
Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
terjadinya esofagitis, gastritis, aklorhidria, dan ulkus lambung. Perkembangan
menjadi varises esofagus dapat menyertai pada seseorang dengan
penyalahgunaan alkohol yang berat, pecahnya varises esofagus merupakan
suatu kegawatdaruratan medis yang sering menyebabkan perdarahan bahkan
kematian. Kadang-kadang juga dapat terjadi gangguan pada usus, pankreatitis,
insufisiensi pankreas, dan kanker pankreas. Asupan alkohol yang banyak
dapat mengganggu proses pencernaan dan absorbsi makanan yang normal.
Sebagai akibatnya makanan yang dikonsumsi dalam penyerapannya menjadi
tidak adekuat.1

13
Sistem tubuh lain
Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya
tekanan darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida serta meningkatkan
terjadinya infark miokardium dan penyakit serebrovaskular. Bukti-bukti telah
menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik dan dapat
meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher, esofagus,
lambung, hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat menyebabkan
hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan menyebabkan kematian
mendadak pada orang yang terintoksikasi.1

Tes laboratorium
Kadar gamma-glutamiyl transpeptidase meningkat pada kira-kira 80%
dari semua pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol, dan volume
korpuskular rata-rata (MCV; mean corpuscular volume) meningkat kira-kira
60%. Hasil tes laboratorium lain yang mungkin berhubungan dengan
gangguan berhubungan dengan alkohol adalah asam urat, trigliserida, glutamat
oksaloasetat transaminase serum (SGOT) atau aspartat aminotransferase
(AST), dan glutamatpiruvat transaminase (SGPT) atau alanin
aminotransferase (ALT).1

14
2.5 GANGGUAN-GANGGUAN

Kadar Alkohol Dalam Darah dan Hubungannya Dengan Gejala Pada Sistem Saraf
Pusat.6
KONSENTRASI (g/dl) PEMINUM PEMINUM KRONIK
SPORADIK
0,050-0,075 (taraf pesta) Euforia, Suka -Tak tampak gejala
berkumpul -Sering masih terlihat
(gregarious), suka segar
mengomel
(garroulous)
0,100 (intoksikasi secara Tidak terkoordinasi Gejala minimal
hukum*)
0,125-0,150 Perilaku tak Menyenangkan, mulai
Terkontrol euforia, kurang

15
koordinasi
0,200-0,250 Hilang Membutuhkan
kewaspadaan, usaha untuk mem-
lethargy pertahankan
emosi/kontrol motorik
0,300-0,350 Stupor sampai koma Mengantuk, lamban
Lebih dari 0,500 Fatal, mungkin mem- Koma
butuhkan
Hemodialysis
*) Di beberapa Negara (atau negara bagian di AS seperti California) secara hukum
kadar 0.080 sudah ditetapkan sebagai intoksikasi.

2.6 Ketergantungan Alkohol dan Penyalahgunaan Alkohol

Diagnosis dan gambaran klinis:


Pola penggunaan alkohol sering kali disertai dengan prilaku berikut ini:1
a. Ketidak mampuan memutuskan atau berhenti minum
b. Usaha berulang untuk mengontrol atau menurunkan minum yang
berlebihan dengan tidak minum minuman keras (periode abstinensia
temporer) atau membatasi minum pada waktu tertentu
c. Pesta minuman keras (tetap terintoksikasi sepanjang hari untuk
sekurangnya dua hari)
d. Mengkonsumsi kadang-kadang 5 takaran minuman keras (atau
ekuivalennya pada bir atau anggur)
e. Periode amnestik untuk peristiwa yang terjadi selama terintoksikasi
(blackout)
f. Terus minum walaupun adanya suatu gangguan fisik serius yang telah
diketahuinya dieksaserbasi oleh penggunaan alkohol
g. Minum alkohol yang bukan minuman, seperti bahan bakar atau produk
komersial yang mengandung alkohol

Disamping itu orang dengan ketergantungan alkohol dan


penyalahgunaan alkohol menunjukkan gangguan fungsi sosial dan
pekerjaan karena penggunaan alkohol, seperti kekerasan saat
16
terintoksikasi, tidak hadir kerja, kehilangan pekerjaan, masalah hukum
(contoh: ditahan karena prilaku terintoksikasi atau kecelakaan lalu lintas
saat terintoksikasi), dan perdebatan atau kesulitan dengan keluarga atau
teman karena penggunaan alkohol yang berlebihan.1

2.7 Intoksikasi Alkohol

Diagnosis dan gambaran klinis:


Kriteria menekankan sejumlah cukup konsumsi alkohol, perubahan
prilaku maladaptif spesifik, tanda gangguan neurologis, dan tidak adanya
diagnosis atau kondisi lain yang membaur.1
Intoksikasi alkohol bukan merupakan kondisi yang ringan.
Intoksikasi alkohol yang parah dapat menyebabkan koma, depresi
pernapasan dan kematian, baik karena henti pernapasan atau karena
aspirasi muntah. Pengobatan untuk intoksikasi berat berupa bantuan
pernapasan mekanik diunit perawatan intensif, dengan perhatian pada
keseimbangan asam basa pasien, elektrolit, dan temperatur. Beberapa
penelitian aliran darah serebral selama intoksikasi alkohol mengalami
peningkatan tetapi akan menurun pada minum alkohol selanjutnya.1
Beratnya gejala intoksikasi alkohol berhubungan secara kasar
dengan konsentrasi alkohol dalam darah, yang mencerminkan intoksikasi
alkohol didalam otak. Pada onset intoksikasi, beberapa orang menjadi suka
bicara dan suka berkelompok, beberapa menjadi menarik diri dan
cemberut, yang lainnya menjadi suka berkelahi. Beberapa pasien
menunjukkan labilitas mood, dengan episode tertawa dan menangis yang
saling bergantian (intermiten). Toleransi jangka pendek terhadap alkohol
dapat terjadi, orang tersebut tampak kurang terintoksikasi setelah berjam-
jam minum daripada setelah hanya beberapa jam.1
Komplikasi medis intoksikasi alkohol sering disebabkan karena
terjatuh yang dapat menimbulkan hematoma subdural dan fraktur. Tanda
yang menggambarkan intoksikasi akibat sering bertanding minum adalah
hematoma wajah, khususnya disekitar mata, yang disebabkan terjatuh atau
berkelahi saat mabuk.1
17
METHANOL

Methanol (methyl alcohol) merupakan cairan yang tidak berwarna, mudah


menguap dengan suhu kamar, dan merupakan bahan yang banyak yang di
gunakan dalam industri sebagai bahan pelarut, seperti pembersih kaca, pembersih
cat dan lain-lain.

Bahan ini juga sering di pakai oleh pecandu-pecandu alcohol sebagai


penganti alcohol, di karenakan harganya yang sangat murah. Meskipun bahan ini
hanya menimbulkan ganguan kesadaran, bahan methaboliknya dapa menimbulkan
asidosis metabolic, kebutaan dan kematian setelah periode laten selama 6-30 jam.

PATOGENESIS

Methanol sendiri tidak berbahaya, tetapi bahan hasil methaboliknya


sendiri yang toksi, bila tertelat, cepat di serap dalam saluran pencernaan, kadarnya
meningkat dalam darah dalam waktu 30-60 menit setelah masuk, tergantung ada
tidaknya makanan dalam lambung. Waktu paru methanol sekitar 12 jam.

Methanol dimetabolisir secara perlahan-lahan oleh alcohol dehidrogenase


menjadi formaldehit, dan selanjutnya oleh aldehid dehidrogenase di ubah menjadi
asam format. Asidosis sistemik yang timbul di sebabkan oleh pembentukan asam
formatdehid.

Kriteria Diagnostik untuk Intoksikasi Alkohol

A. Baru saja menggunakan alkohol


B. Prilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis
(misalnya, prilaku seksual atau agresif yang tidak tepat, labilitas mood,
gangguan pertimbangan, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang
berkembang selama atau segera setelah ingesti alkohol
C. Satu (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang selama atau segera
setelah pemakaian alkohol
1) Bicara cadel
2) Inkoordinasi
3) Gaya berjalan tidak mantap
4) Nistagmus
5) Gangguan atensi atau daya ingat
18
6) Stupor atau koma
D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain

Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental


Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.1
2.8 Pengobatan
Penatalaksanaan intoksikasi secara umum2
1. Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan
resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa
pembebasan jalan napas, perbaikan fungsi pernapasan, dan perbaikan sistem
sirkulasi darah.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk
menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah
kerusakan.
3. Dekontaminasi pulmonal
Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari
pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan
oksigen lembab 100% dan jika perlu beri ventilator.
4. Dekontaminasi mata
Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari
racun yaitu posisi kepala pasien ditengadahkan dan miring ke posisi mata
yang terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan
aquades atau NaCL 0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah
hilang.
5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian,
arloji, sepatu dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik
yang kedap air dan tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air
mengalir dan disabun minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan
handuk kering dan lembut.
19
6. Dekontaminasi gastrointestinal
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga
tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau
mengeluarkan isi kambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan
kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan bahan toksik.
7. Eliminasi
Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran
racun yang sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal
setelah lebih dari 4 jam
8. Antidotum
Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada
obat antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial
sangat sedikit jumlahnya.

Medikasi
Terapi obat untuk intoksikasi dan putus alkohol

Masalah Obat Jalur Dosis Keterangan


klinis
Gemetaran Chlordiazepoxide Oral 25-100 mg tiap Dosis awal dapat
dan agitasi 4-6 jam diulangi tiap 2 jam
ringan sampai sampai pasien
sedang
tenang; dosis
selanjutnya harus
ditentukan secara
individual dan
dititrasi
Halusinosis Diazepam Oral 5-20 mg tiap 4-6 Berikan sampai
Agitasi parah Lorazepam Oral jam pasien tenang;
20
Chlordiazepoxide Intravena 2-10 mg tiap 4-6 dosis selanjutnya
jam harus ditentukan
0,5 mg/kg pada secara indivisual
12,5 mg/mnt
dan dititrasi
Kejang putus Diazepam Intravena 0,15 mg/kg pada
2,5 mg/mnt
Delirium Lorazepam Intravena 0,1 mg/kg pada
tremens 2,0 mg/mnt

Protap tatalaksana intoksikasi alcohol dari Kepmenkes RI 2010 yaitu:6


Bila terdapat kondisi Hipoglikemia injeksi 50 mg Dextrose 50%
Bila keadaan Koma :
Posisi face down untuk cegah aspirasi
Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit
Injeksi Tiamine 100 mg i.v untuk profilaksis terjadinya Wernicke
Encephalopathy.lalu 50 ml Dekstrose 50% iv (urutan jangan sampai
terbalik)
Problem Perilaku (gaduh/gelisah):
Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif
Terapis harus toleran dan tidak membuat pasien takut atau merasa
terancam
Buat suasana tenang dan bila perlu tawarkan makan
Beri dosis rendah sadatif: Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol 5
mg oral, bila gaduh gelisah berikan sacara parenteral (I.m)

Psikoterapi
Psikoterapi memusatkan pada alasan seseorang mengapa minum. Fokus
spesifik adalah dimana pasien minum, dorongan premotivasi dibelakang minum,
hasil yang diharapkan dari minum, dan cara alternatif untuk mengatasi situasi
tersebut. Melibatkan pasangan yang tertarik dan bekerja sama dalam terapi
bersama (conjoint therapy) untuk sekurangnya satu sesion adalah sangat efektif.1

Medikasi

21
Disulfiram
Disulfiram (antabuse) menghambat secara kompetitif enzim aldehida
dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan
reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah. Pemberian obat tidak
boleh dimulai sampai 24 jam setelah minuman terakhir pasien. Pasien harus dalam
kesehatan yang baik, sangat termotivasi, dan bekerja sama. Dokter harus
memberitahukan pasien akibat meminum alkohol saat menggunakan obat dan
selama 2 minggu setelahnya.1

Mereka yang menggunakan alkohol sambil meminum disulfiram 250 mg


setiap harinya akan mengalami kemerahan dan perasaan panas pada wajah, sklera,
anggota gerak atas dan dada. Mereka akan menjadi pucat, hipotensif dan mual
juga mengalami malaise yang serius. Pasien juga akan mengalami rasa pusing,
pandangan kabur, palpitasi, sesak dan mati rasa pada anggota gerak. Dengan dosis
lebih dari 250 mg maka dapat terjadi gangguan daya ingat dan konfusi.1

Psikotropika

Obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan


pada pasien dengan gangguan terkait alkohol.

Terapi Prilaku

Terapi prilaku mengajarkan seseorang dengan gangguan berhubungan


alkohol untuk menurunkan kecemasan. Latihan ditekankan pada latihan relaksasi,
latihan ketegasan, keterampilan mengendalikan diri, dan strategi baru untuk
menguasai lingkungan. Sejumlah program pembiasaan prilaku (operant
conditioning) membiasakan orang dengan gangguan berhubungan alkohol untuk
memodifikasi prilaku minum mereka atau untuk berhenti minum. Dorongan
berupa hadiah keuangan, kesempatan untuk tinggal dalam lingkungan rawat inap
yang baik, dan jalur untuk memasuki interaksi sosial yang menyenangkan.

22
DAFTAR PUSTAKA

DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta


American Psyciatric Association, Washington 1994.1
Katz K D, Sakamoto K M, Pinsky M R. Organophosphate Toxicity. Medscape
eMedicine, 2011. Available on:
http://emedicine.medscape.com/article/167726-overview. Accessed: 4th
May 2011.
Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I,
edisi IV. 2006. Pusat Penerbitan ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Page 214-16
Ooi S, Manning P. Guide to Essentials in Emergency Medicine. Singapore:
McGrawHill, 2004. Page: 369-71

23

Anda mungkin juga menyukai