KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Sdr. A.S
Usia : 16 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat : RT 019/RW 006, Ds.Paron, Kec. Bagor,
Nganjuk
SukuBangsa/Agama : Jawa / Islam
No. RekamMedis : 072423
TanggalMasuk : 28 April 2017
Jam Masuk : 19.45 WIB
II. ANAMNESIS
Dilakukan anamnesis pada tanggal 27April 2017di InstalasiGawatDarurat RS
BhayangkaraMoestadjabNganjuk
a. Keluhan Utama :
Penurunan Kesadaran
1
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah, Agitasi
Kesadaran : Somnolen
Tanda vital : TD : 140/90mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 36,7 C
1. Pemeriksaan Kepala
a. Bentuk Kepala = Mesochepal, simetris
b. Wajah = Oedem (-)
c. Mata = Pupil isokor, 4mm/4mm, Reflek pupil (+/+)
d. Hidung = Discharge (-/-),
e. Telinga = Deformitas (-/-)
f. Mulut = Bibir sianosis (-), bibir pucat (-), bibir kering (-)
2. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid dan limfonodi (-), JVP (-)
3. Pemeriksaan Thorax
Pulmo
- Inspeksi = Dada simetris, deformitas (-/-) retraksi intercostal
(-/-)
Cor
S1 S2 Reguler cepat, Bising jantung (-)
4. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
2
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (Tidak dapat dinilai), hepatomegali (-)
5. Pemeriksaan Ekstremitas
- Superior = Oedem (-/-)
Inferior = Oedem (-/-)
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Hasil pemeriksaan Nilai normal
WBC (leukosit) 10.4 4,8-10,8
RBC (eritrosit) 6,22 5,2-6,2
HGB (hemoglobin) 14,8 12-18
HCT (hematokrit) 48 37-62
MCV 82.4 79-99
MCHC 28.4 33-37
PLT (trombosit) 330 150-450
RDW 12.6 11.5-14.5
PDW 10,9 -17
MFV 10,3 9-13
P-LCR 20.6 13-43
LYMPH 26 25-40
I. DIAGNOSIS KERJA
- Intoksikasi Alkohol
II. DIAGNOSIS BANDING
- Intoksikasi Metanol
- Vomitus Profus
- Dyspepsia
3
III. PENATALAKSANAAN DAN FOLLOW UP
- Infus RL Loading 1000 ml -> inf Nacl 20 tpm
- O2 3 lpm
- Inj. Ranitidine 50mg/12 jam/IV
Pasang NGT -> Bilas Lambung dengan Susu + NACL 1500 cc
4
FOLLOW UP RUANGAN
AFF NGT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh
yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan
dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi, keracunan
memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat
karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan hanya
akan memperparah keracunan yang dialami penderita.2
Dalam ilmu kimia alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum
untuk senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat
pada atom karbon dimana atom karbon itu sendiri juga terikat pada atom
hidrogen atau atom karbon yang lain. Etil alkohol juga disebut sebagai
etanol merupakan bentuk alkohol yang umum, sering kali disebut alkohol
minuman. Rumus kimia untuk etanol adalah CH3-CH2-OH. Dari semua
jenis alkohol yang diketahui dalam ilmu kimia, etanol merupakan satu-
satunya yang digunakan dalam batas tertentu oleh manusia untuk berbagai
maksud dan tujuan (sebagian besar alkohol lainnya terlalu toksik untuk
diminum).1,4,5
2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan penelitian pria 4 kali lebih sering menjadi pecandu
alkohol dibandingkan wanita. Kira-kira 85% dari semua penduduk
Amerika Serikat pernah menggunakan minuman yang mengandung
alkohol sekurang-kurangnya satu kali dalam hidupnya. Dan kira-kira 51%
dari semua orang dewasa di Amerika Serikat merupakan pengguna alkohol
saat ini. Di Indonesia sendiri ada sekitar 3,4 juta orang pecandu alkohol
yang 80% diantaranya berusia 20-24 tahun dan hampir 8% orang
dewasa.1,5,7
2.3 ETIOLOGI
2.3.1 Riwayat Masa Kanak-kanak
Beberapa faktor telah teridentifikasi dalam riwayat masa kanak-
kanak dari seseorang yang memiliki gangguan berhubungan dengan
alkohol. Anak-anak beresiko yang memiliki gangguan berhubungan
dengan alkohol yaitu jika satu atau lebih orang tuanya adalah pengguna
alkohol.1
Pada riwayat masa kanak-kanak terdapat gangguan defisit-atensi /
hiperaktivitas atau gangguan konduksi atau keduanya yang meningkatkan
8
resiko anak untuk memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol pada
masa dewasanya. Gangguan kepribadian khususnya gangguan kepribadian
antisosial juga merupakan predisposisi seseorang kepada suatu gangguan
berhubungan dengan alkohol.1
9
2.3.4 Faktor Prilaku dan Pelajaran
Sama seperti faktor kultural, faktor prilaku dan pelajaran juga
dapat mempengaruhi kebiasaan minum, demikian juga kebiasaan di dalam
keluarga, khususnya kebiasaan minum pada orang tua dapat
mempengaruhi kebiasaan minum. Tetapi beberapa bukti menunjukkan
bahwa, walaupun kebiasaan minum pada keluarga memang mempengaruhi
kebiasaan minum pada anak-anaknya, kebiasaan minum pada keluarga
kurang langsung berhubungan dengan perkembangan gangguan
berhubungan dengan alkohol seperti yang dianggap sebelumnya, walaupun
hal tersebut memang memiliki peranan penting.1
Dari sudut pandang prilaku, ditekankan pada aspek pendorong
positif dari alkohol, alkohol yang dapat menimbulkan perasaan sehat dan
euforia pada seseorang. Selain itu, konsumsi alkohol dapat menurunkan
rasa takut dan kecemasan yang dapat mendorong seseorang untuk minum
lebih lanjut.1
a) Absorpsi
Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung,
dan sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah
dicapai dalam waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung
apakah alkohol diminum saat lambung kosong, yang meningkatkan
absorbsi atau diminum bersama makanan yang memperlambat absorbsi.1
Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga
merupakan suatu faktor selama alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat
menurunkan waktu untuk mencapai konsentrasi puncak. Absorbsi paling
cepat 15-30% (kemurnian -30 sampai -60).1
Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol.
Sebagai contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam
lambung, mukus akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut
akan memperlambat absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus
kecil. Jadi, sejumlah besar alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam
lambung selama berjam-jam. Selain itu, pilorospasme sering kali
menyebabkan mual dan muntah.1
Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung
proporsi air yang tinggi memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek
intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alkohol didalam darah
tinggi.1
b) Metabolisme
Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati,
sisanya dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Kecepatan
oksidasi di hati konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh.
Tubuh mampu memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan
rentan berkisar antara 10-34 mg/dl per jamnya.1
11
Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol
dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengkatalisasi
konversi alkohol menjadi asetilaldehida yang merupakan senyawa toksik.
Aldehida dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi
asam asetat. Aldehida dehidrogenase diinhibisi oleh disulfiram ( An-
tabuse), yang sering digunakan dalam pengobatan gangguan terkait
alkohol.1
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki
ADH yang lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan
wanita cenderung menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah
minum alkohol dalam jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang
memetabolisme alkohol akan menyebabkan mudahnya seseorang terjadi
intoksikasi alkohol dan gejala toksik.1
12
d) Efek prilaku
Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi
depresan yang sangat mirip dengan barbiturat dan benzodiazepin. Pada
konsentrasi 0,05% alkohol didalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan
pengendalian akan mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada
konsentrasi 0,1 aksi motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi
seluruh daerah motorik menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol
prilaku emosional juga terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang
biasanya mengalami konfusi dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,4-
0,5% dapat terjadi koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di
otak yang mengontrol pernapasan dan kecepatan denyut jantung akan
terpengaruhi dan dapat terjadi kematian.1
Sistem gastrointestinal
Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
terjadinya esofagitis, gastritis, aklorhidria, dan ulkus lambung. Perkembangan
menjadi varises esofagus dapat menyertai pada seseorang dengan
penyalahgunaan alkohol yang berat, pecahnya varises esofagus merupakan
suatu kegawatdaruratan medis yang sering menyebabkan perdarahan bahkan
kematian. Kadang-kadang juga dapat terjadi gangguan pada usus, pankreatitis,
insufisiensi pankreas, dan kanker pankreas. Asupan alkohol yang banyak
dapat mengganggu proses pencernaan dan absorbsi makanan yang normal.
Sebagai akibatnya makanan yang dikonsumsi dalam penyerapannya menjadi
tidak adekuat.1
13
Sistem tubuh lain
Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya
tekanan darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida serta meningkatkan
terjadinya infark miokardium dan penyakit serebrovaskular. Bukti-bukti telah
menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik dan dapat
meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher, esofagus,
lambung, hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat menyebabkan
hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan menyebabkan kematian
mendadak pada orang yang terintoksikasi.1
Tes laboratorium
Kadar gamma-glutamiyl transpeptidase meningkat pada kira-kira 80%
dari semua pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol, dan volume
korpuskular rata-rata (MCV; mean corpuscular volume) meningkat kira-kira
60%. Hasil tes laboratorium lain yang mungkin berhubungan dengan
gangguan berhubungan dengan alkohol adalah asam urat, trigliserida, glutamat
oksaloasetat transaminase serum (SGOT) atau aspartat aminotransferase
(AST), dan glutamatpiruvat transaminase (SGPT) atau alanin
aminotransferase (ALT).1
14
2.5 GANGGUAN-GANGGUAN
Kadar Alkohol Dalam Darah dan Hubungannya Dengan Gejala Pada Sistem Saraf
Pusat.6
KONSENTRASI (g/dl) PEMINUM PEMINUM KRONIK
SPORADIK
0,050-0,075 (taraf pesta) Euforia, Suka -Tak tampak gejala
berkumpul -Sering masih terlihat
(gregarious), suka segar
mengomel
(garroulous)
0,100 (intoksikasi secara Tidak terkoordinasi Gejala minimal
hukum*)
0,125-0,150 Perilaku tak Menyenangkan, mulai
Terkontrol euforia, kurang
15
koordinasi
0,200-0,250 Hilang Membutuhkan
kewaspadaan, usaha untuk mem-
lethargy pertahankan
emosi/kontrol motorik
0,300-0,350 Stupor sampai koma Mengantuk, lamban
Lebih dari 0,500 Fatal, mungkin mem- Koma
butuhkan
Hemodialysis
*) Di beberapa Negara (atau negara bagian di AS seperti California) secara hukum
kadar 0.080 sudah ditetapkan sebagai intoksikasi.
PATOGENESIS
Medikasi
Terapi obat untuk intoksikasi dan putus alkohol
Psikoterapi
Psikoterapi memusatkan pada alasan seseorang mengapa minum. Fokus
spesifik adalah dimana pasien minum, dorongan premotivasi dibelakang minum,
hasil yang diharapkan dari minum, dan cara alternatif untuk mengatasi situasi
tersebut. Melibatkan pasangan yang tertarik dan bekerja sama dalam terapi
bersama (conjoint therapy) untuk sekurangnya satu sesion adalah sangat efektif.1
Medikasi
21
Disulfiram
Disulfiram (antabuse) menghambat secara kompetitif enzim aldehida
dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan
reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah. Pemberian obat tidak
boleh dimulai sampai 24 jam setelah minuman terakhir pasien. Pasien harus dalam
kesehatan yang baik, sangat termotivasi, dan bekerja sama. Dokter harus
memberitahukan pasien akibat meminum alkohol saat menggunakan obat dan
selama 2 minggu setelahnya.1
Psikotropika
Terapi Prilaku
22
DAFTAR PUSTAKA
23