Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang lingkungannya
berbeda-beda, menimbulkan cara penangkapan termasuk penggunaan alat penangkap yang
berbeda-beda pula. Adalah juga sifat dari ikan pelagis selalau berpindah-pindah tempat, baik
terbatas hanya pada suatu daerah maupun berupa jarak jauh seperti ikan tuna dan cakalang yang
melintasi perairan beberapa negara tetangga Indonesia.
Setiap usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan daerah
penangkapan, gerombolan ikan, dan keadaan potensinya untuk kemudian dilakukan operasi
penangkapannya. Beberapa cara untuk mendapatkan kawasan ikan sebelum penangkapan
dilakukan menggunakan alat bantu penangkap yang biasa disebut rumpin dan sinar lampu.
Kedudukan rumpon dan sinar lampu untuk usaha penangkapan ikan di perairan Indonesia sangat
penting ditinjau dari segala aspek baik ekologi, biologi, maupun ekonomi. Rumpon digunakan
pada siang hari sedangkan lampu digunakan pada malam hari untuk mengumpulkan ikan pada
titik/tempat laut tertentu sebelum operasi penangkapan dilakukan dengan alat penangkap ikan
seperti jaring, huhate dsb.
Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis alat penangkapan
yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan antara usaha nelayan kecil,
menengah, dan besar. Dalam melakukan usaha penangkap ikan dari tiga kelompok nelayan
tersebut digunakan sekitar 15 s/d 25 jenis alat penangkap yang dapat dibagi dalam empat
kelompok sebagai berikut.
Pukat cincin harus berbentuk selembar jaring yang terdiri dari sayap dan pembentuk kantong.
Keberhasilan pengoperasian pukat cincin dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu ketepatan
melingkari gerombolan ikan, kecepatan tenggelam pemberat dan kecepatn penatikan tali kolor.
Pengaturan jaring harus tepat dan cepat sehingga gerombolan atau kawanan ikan tidak punya
kesempatan untuk keluar dari lingkaran jaring.
Payang mempunyai bentuk terdiri dari sayap, badan dan kantong, dua buah sayap yang terletak
di sebelah kanan dan kiri badan payang, setiap sayap berukuran panjang 100-200 meter, bagian
badan jaring sepanjang 36-65 meter dan bagian kantong terletak di belakang bagian badan
payang yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan ikan adalah sepanjang 10-20
meter
Jaring insang hanyut yang digunakan harus mempunyai spesifikasi yang terdiri dari lima faktor
utama, yaitu daya apung jaring harus lebih besar dari pada daya tenggelamnya, warna jaring
yang baik adalah hijau sampai biru muda, benang yang digunakan adalah nylon benang ganda
atau tunggal. Besar mata jaring adalah 2,5-3,0 inci yang dipasang pada tali ris atas dengan
koefisien pengikatan 30-40%
Jaring lampara mirip jaring payang yaitu terdiri dari sayap kiri dan kanan di samping kantong.
Jaring tersebut dilengkapi dengan sebuah cincin dari besi berdiameter sekitar 2 meter. Kantong
lampara lebih cenderung menggelumbung agar ikan pelagis kecil yang ditangkap tidak mudah
mati (ikan umpan hidup)
Jaring angkat adalah jaring yang diturunkan di laut dan diangkat secara vertikal ke atas pada saat
gerombolan ikan ada di atas jaring tersebut. Jaring angkat ditempatkan di beberapa jenis bagan di
laut atau dioperasikan dari perahu kecil maupun langsung oleh para nelayan dekat pantai.
Berdasarkan bentuk dan cara pengoperasian ada beberapa macam jaring angkat maupun jaring
dorong, misalnya bagan tancap (stationary), bagan rakit, bagan perahu, kelong Betawi, serok,
jaring rajungan dan kepiting, Bondong dan banrong. Pecak dan Anco, jaring dorong, sodo biasa,
sodo perahu, sodo sangir, siru, siu, songko dan seser.
Dogol, cantrang, dapang, potol, payang alit bentuk alat penangkap tersebut mirip payang tetapi
ukuran lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya ia menyerupai cicncin pukat
(trawl), yaitu untuk menangkap ikan demersal dan udang.
Jaring Penggiring adalah jaring yang dioperasikan sedemikian rupa, yaitu dengan melakukan
penggiringan atau menghalau ikan-ikan agar masuk jaring atau menggerakkan jaring itu sendiri
dari tempat yang agak dalam ke tempat yang lebih dangkal untuk kemudian dilakukan
penangkapan ikan. Jaring penggiring atau drive-innet dapat terdiri dari jaring sayap dan jaring
kantong, dapat juga berbentuk segi tiga atau segi empat lengkap dengan jaringan kantong. Jenis-
jenis drive in-net yang terkenal di Indonesia adalah :muroami, soma malalugis, jaring kalase,
jaring klotok, jaring saden, pukat rarape, ambai, pukat rosa, dan talido.
Alat pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang
terdapat pada tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekalli
(beberapa ratus mata kail) tergantung dari jenis pancingnya. Selain dua komponen utama tali dan
mata pancing, alat pancing dapat dilengkapi dengan komponen lainnya, misalnya tangkai (pole),
pemberat, pelampung dan kili-kili (swivel). Pada umumnya mata pancing diberikan umpan baik
dalam bentuk mati maupun hidup atau umpan tiruan. Banyak mavam alat pancing digunakan
oleh para nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar
yang digunakan untuk perikanan industri.
Pemerintah, dalam hal ini Departemen Kelautan, berencana mengijinkan penggunaan pukat
harimau (trawl) di seluruh perairan Indonesia. Ini adalah kabar buruk bagi dunia kelautan dan
lingkungan hidup.
Pukat harimau adalah metode menangkap ikan dengan cara membabi buta. Biasanya
menggunakan beberapa perahu/kapal dengan jaring yang sangat lebar, panjang dan dalam.
Sehingga area tangkapan ikan pun lebih luas, lebih banyak ikan yang ditangkap dalam waktu
singkat. Tentu ini secara ekonomi adalah efisien dan efektif.
Namun efek dari jaring pukat harimau itu, banyak juga ikan kecil-kecil maupun ikan yang tidak
bisa dikonsumsi ikut tertangkap. Ikan-ikan yang tidak berguna ini biasanya mati begitu saja dan
dibuang kembali ke laut. Di sinilah efek negatif jaring pukat harimau, sangat kuat untuk merusak
lingkungan.
Dan sebenarnya dalam jangka panjang akan merugikan kepentingan ekonomi bangsa juga.
Karena penggunaan pukat harimau ini, maka banyak ikan-ikan kecil yang ikut mati terjaring.
Akibatnya pada kurun waktu tertentu, ikan-ikan tersebut akan habis karena tidak sempat
regenerasi dengan alami. Sebagian pengguna pukat harimau ini adalah nelayan asing. Buat
mereka tidak masalah, karena bila di perairan Indonesia sudah kosong ikan, dapat pindah ke
perairan lain. Tinggal nelayan kita yang gigit jari.
Di beberapa negara penggunaan pukat harimau atau trawl ini sudah dilarang. Indonesia
sebenarnya juga sudah melarang penggunaan pukat harimau sejak tahun 1980 , lewat Keppres
39/1980. Meskipun sudah ada larangan, tapi kenyataan di lapangan, masih ada saja kapal nelayan
modern yang mencuri-curi menggunakan pukat harimau ini.
Nah, menurut rekomendasi dari Bappenas, daripada dilarang-larang tetapi kenyataannya masih
ada nelayan yang menggunakan pukat harimau, maka sebaiknya diperbolehkan saja. Bappenas
meneliti ada 6 daerah nelayan yang masih menggunakan pukat harimau, meski dilarang, yaitu
Nunukan, Tegal, Padang, Bagan Siapi-api, Pekalongan, dan Cilacap.
Rekomendasi Bappenas inilah yang menjadi dasar Departemen Kelautan untuk mengijinkan
penggunaan pukat harimau. Sekarang sedang diupayakan untuk mencabut atau merevisi Keppres
39/1980 di atas.
Ada alasan lain dari Departemen Kelautan yang hendak membuka ijin penggunaan pukat
harimau ini. Aku kutipkan dari harian Kontan, 10 April 2008 :
Izin operasi pukat harimau di daerah perbatasan sekaligus untuk menjaga wilayah perbatasan,
"Bila mengandalkan petugas perairan, tidak bisa setiap hari mondar mandir di wilayah
tersebut,"kata Soen'an Hadi Poernomo, Kepala Pusat Data, Statistik, dan Informasi Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Rasanya ini kebijakan yang aneh. Ketidakmampuan aparat keamanan menjaga wilayah
perbatasan di laut, kok kemudian dibebankan pada nelayan? Kompensasinya boleh tangkap ikan
sesukamu. Lalu karena selama ini sering terjadi pelanggaran pukat harimau, maka rekomendasi
Bappenas kok malah minta Keppresnya direvisi? Bukankah semestinya minta penambahan
aparat untuk menjaga perbatasan maupun menangkap nelayan yang menggunakan pukat
harimau?
Para menteri pembantu Presiden SBY akhir-akhir ini memang sering aneh logika berpikirnya.
Ada penelitian dari IPB soal susu formula tercemar, Menkesnya malah meradang di televisi,
menuduh penelitinya tidak benar. Ada film Fitna dari negeri Belanda yang menghina agama,
malah situs-situs yang menayangkan diblokir oleh Menteri Komunikasi dan Informasi. Sekarang
soal kelautan, karena peraturan sering dilanggar nelayan maka akan dibebaskan penggunaan
pukat harimau oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi.
Tabel 1. Jenis dan Persentase Dampak destructive fishing (Bom, Bius dan Sejenisnya)