Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Migrain merupakan suatu kondisi kronik dengan serangan yang bersifat
episodik yang memiliki efek jangka panjang dapat berpengaruh pada prestasi,
kesuksesan kerja, produktifitas, kesehatan mental, hubungan keluarga dan sosial.
Sebagian besar serangan migren juga disertai dengan sakit kepala yang lain.
Migrain sering digambarkan sebagai sebuah sakit kepala yang hebat, berdenyut
dan menyerang kepala pada satu sisi. Kadang-kadang sakit dirasakan di dahi,
sekitar mata dan di belakang kepala sehingga mengaburkan gejala dengan sakit
kepala yang lain. Penelitian sebelumnya juga melaporkan hal yang sama (Stovner,
2007), bahwa penderita migrain mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari saat serangan timbul. Walau sebagian besar migren menyerang pada
satu sisi kepala, namun sering juga dijumpai gejala migren pada kedua sisi kepala.
Sisi kepala yang terserang migren pun sering bergantian pada setiap kali serangan.
Gejala lain yang menyertai migren antara lain, mual, muntah, diare, wajah pucat,
kaki tangan dingin, serta penderita akan sensitif terhadap cahaya dan suara.
Serangan yang khas di mulai dengan vasokontriksi arteri kulit kepala dan
pembuluh-pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh-pembuluh darah
ekstrakranial dan intracranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan
ketidaknyamanan. Penelitian menyatakan bahwa dilatasi arteri menyebabkan
hiperpermeabel dan yang mensterilkan radang local,yang menyebabkab nyeri di
sekitarnya dan dilatasi arteri.
Serangan migrain umumnya akan mengaktifkan saraf simpatis. Yang
dimaksud dengan saraf simpatis adalah saraf yang menjadi bagian dari sistem
saraf manusia yang bertugas untuk mengendalikan respon tubuh terhadap stress
dan nyeri. Peningkatan aktifitas saraf simpatis pada usus akan menyebabkan rasa
mual, muntah dan diare. Aktifitas simpatis juga akan menyebabkan lambatnya
pengosongan lambung yang mengakibatkan penyaluran obat ke usus halus untuk
diserap juga akan terhambat. Hambatan penyerapan obat inilah yang menjadi
masalah bagi penderita migren bila diberikan obat secara oral. Peningkatan
aktifitas simpatis juga akan menurunkan aliran darah sehingga kulit akan tampak
pucat dan dingin. Peningkatan aktifitas saraf ini juga akan menyebabkan
terjadinya peningkatan sensitifitas terhadap cahaya dan suara.
Migrain termasuk ke dalam derajat nyeri kepala sedang-berat, dapat
berlangsung 4-72 jam jika pasien tidak melakukan pengobatan (National Institute
of Neurological Disorders and Stroke, 2009). Laporan WHO menunjukkan bahwa
3000 serangan migrain terjadi setiap hari untuk setiap juta dari populasi di dunia
(WHO, 2009). Serangan migrain pertama kebanyakan dialami pasien pada 3
dekade pertama kehidupan dan angka kejadian tertinggi didapatkan pada usia
produktif, yaitu pada rentang usia rentang usia 25 - 55 tahun (Lipton, et al.,
2007). Biasanya penderita migrain juga memiliki riwayat penyakit tersebut pada
keluarganya (Silberstein, 2007). Angka kejadian migrain lebih tinggi pada
perempuan dibandingkan dengan laki-laki, kurang lebih tiga kali dibandingkan
dengan laki-laki (Ojini, et al., 2007). Pada perempuan lebih tinggi diduga karena
adanya faktor hormonal (hormonally-driven) yaitu hormon esterogen. Penelitian
di Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa 15-18% perempuan, 6-8% laki-laki,
4% anak-anak mengalami migrain setiap tahun, sedangkan di Asia 10% pada
perempuan dan 3% pada laki-laki (Cleveland Clinic).
Migren menduduki peringkat ke-19 di antara semua penyakit penyebab
hendaya (disability) atau cacat di dunia, dan peringkat ke-12 diantara wanita di
seluruh dunia. Sekitar 5,7 hari efektif kerja hilang per tahun untuk setiap pekerja
atau pelajar penderita migren, dan pada setiap hari kerja hingga 90.000 orang
tidak masuk kerja atau sekolah karena migren
Data di Indonesia yaitu dari penelitian Zuraini dkk. menunjukkan angka
kejadian migrain di Medan sebesar 18,26 % pada perempuan dan 14,87 % pada
laki-laki sedangkan di Jakarta sebesar 52,5 % pada perempuan dan 35,8 % pada
laki-laki (Zuraini, et al., 2005).
Prevalensi penderita nyeri kepala primer di daerah Bali adalah 90% dari
100% keseluruhan kasus nyeri pada kepala (Bali Post, 2009).
Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Migrain merupakan jenis nyeri kepala yang cukup sering terjadi di masyarakat,
dengan gejala klinis yang bervariasi dan menimbulkan disabilitas, namun begitu

2
belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai nyeri kepala migrain itu
sendiri, terutama di Indonesia.
Migrain sering diremehkan atau dianggap hal yang tidak penting.
Kondisi ini apabila tidak ditangani akan mengganggu kebutuhan dasar manusia
antara lain: kebutuhan istirahat contoh kesulitan tidur, kebutuhan oksigenasi
contoh sesak nafas dan kebutuhan nutrisi (Potter dan Perry, 2005), sehingga
kebanyakan orang mencari penanganan yang tercepat yaitu dengan
mengkonsumsi obat-obatan farmakologi. Obat farmakologi golongan analgesik
dapat berupa obat opioid lemah sampai dengan opioid kuat Seperti Ibuprofen,
Ketorolac, Piroxicam, Morphine, Dan Codeine. Obat-obatan tersebut jika
dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping yang
merugikan diantaranya gangguan lambung dan usus, kerusakan darah, kerusakan
hati dan ginjal, serta reaksi alergi di kulit. Efek samping lain yang dapat
ditimbulkan yaitu depresi pernapasan, hipotensi, toleransi dan ketergantungan
(Goodman dan Gilman, 2006). Efek samping tersebut juga dikemukakan oleh Eko
(2013) dalam jurnal terapi farmakologi nyeri neuropatik pada lanjut usia bahwa
pemakain obat-obatan yang sering seperti depresan anti-trisiklik dapat
menimbulkan efek samping timbulnya gagal ginjal akut dan perdarahan saluran
cerna. farmakologi nyeri neuropatik pada lanjut usia bahwa pemakain obat-obatan
yang sering seperti depresan anti-trisiklik dapat menimbulkan efek samping
timbulnya gagal ginjal akut dan perdarahan saluran cerna.
Tindakan untuk penanganan non-farmakologi dan tanpa efek samping
yang merugikan dapat berupa terapi komplementer. Salah satu terapi
komplementer tersebut adalah terapi bekam basah. Teknik pengobatan terapi
bekam basah (Wet Cupping Therapy) merupakan salah satu tindakan
komplementer yaitu suatu proses membuang darah kotor dari dalam tubuh melalui
permukaan kulit. Pengobatan alternatif dengan metode bekam, bukanlah hal baru
di kalangan masyarakat Indonesia. Survey Balai Pusat Statistik (BPS) tahun 2009
prosentase penduduk yang menggunakan fasilitas rawat inap 2,35 %, berobat jalan
44,74%, menggunakan obat tradisional 24,24%. Hal ini menunjukkan bahwa
minat masyarakat Indonesia terhadap pengobatan di rumah (rawat jalan) dan
pengobatan tradisional cukup tinggi. Pengobatan itu bahkan telah dipraktikkan

3
ribuan tahun lalu dari di Timur Tengah hingga ke daratan Cina. Bekam
mempunyai beberapa sebutan, seperti: canduk, canthuk, kop, atau mambakan. Di
eropa disebut cupping dan fire bottle. Dalam bahasa mandarin disebut Pa Hou
Kuan. Menurut istilah, bekam berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan
mengelurkan darahnya dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung didalam
kop (Umar, 2008).
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Ahmadi A 2008 The
Efficacy of Wet- Cupping in the Treatment of Tension and Migraine Headache,
hasil bekam basah menunjukkan peningkatan gejala klinik yang relevan untuk
tindakan utama pada pasien nyeri. Tahun 2009 Khosro Farhadi The effectiveness
of wet-cupping for nonspecific low back pain in Iran: A randomized controlled
trial, dengan hasil penelitian pasien yang dilakukan bekam basah menunjukkan
gejala klinik penurunan nyeri belakang yang signifikan setelah 3 bulan terapi.
Kontribusi penelitian ini pada ilmu keperawatan dan kesehatan adalah
menambah referensi terapi komplementer bekam basah untuk penyembuhan
pasien migren. Kontribusi yang berdampak nasional adalah peningkatan
meningkatkan kualitas hidup pasien yang berdampak pada produktifitas kerja
migren. Dampak secara tidak langsung adalah peningkatan ekonomi pasien
migren karena produktifitas kerjanya meningkat dan biaya perawatan menurun.
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh terapi bekam basah terhadap penurunan frekuensi
serangan dan skala nyeri penderita Migrain di

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah Seberapa besar perubahan frekuensi serangan dan skala
nyeri pada klien dengan Migrain setelah diberikan terapi bekam basah di

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis efektifitas terapi bekam basah terhadap penurunan frekuensi
serangan dan skala nyeri pada penderita migrain

4
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui frekuensi serangan dan skala nyeri pada penderita Migrain
sebelum diberikan terapi bekam basah
b. Untuk mengetahui frekuensi serangan dan skala nyeri pada penderita Migrain
setelah diberikan terapi bekam basah
c. Untuk mengetahui perbedaan frekuensi serangan dan skala nyeri pada
penderita Migrain sebelum dan setelah diberikan terapi bekam basah

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan bagi Institusi Politeknik
Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan Prodi DIV dalam mengembangkan
ilmu sebagai bahan kajian untuk penelitian berikutnya supaya lebih baik.
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat member informasi atau gambaran untuk peneliti
dan pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak dimana tempat dilaksanakannya penelitian
Sebagai acuan dan temuan baru dalam menerapkan terapi bekam basah
untuk menurunkan frekuensi serangan dan skala nyeri penderita Migrain
b. Bagi Instansi Kesehatan
Memberikan masukkan upaya/ metode dalam menurunkan frekuensi
serangan dan skala nyeri penderita Migrain

c. Bagi Instansi Pendidikan


Memberikan masukkan dan sebagai refrensi untuk penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan terapi bekam basah dan upaya menurunkan frekuensi
serangan dan skala nyeri penderita Migrain
d. Tenaga Kesehatan
Memberikan masukkan mengenai terapi bekam basah sebagai upaya
alternatif untuk menurunkan frekuensi serangan dan skala nyeri penderita
Migrain.

5
Purnomo H. 2006. Migrainous Vertigo. Dalam Kumpulan Makalah
Pertemuan Ilmiah Nasional II Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Airlangga University Press. Surabaya.
Sadeli H. A. 2006. Penatalaksanaan Terkini Nyeri Kepala Migrain. Dalam
Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional II Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya.
Zuraini, Yuneldi anwar, Hasan Sjahrir. 2005. Karakteristik Nyeri Kepala
Migren dan Tension Type Headeche Di Kotamadya Medan, Neurona, Vol 22 No.
2

Anda mungkin juga menyukai