Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian penganiayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
perlakuan sewenang-wenang. Secara umum tindak pidana terhadap tubuh pada
KUHP disebut penganiayaan. Penganiayaan diartikan sebagai perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit (pijn) atas luka (letsel)
pada tubuh orang lain (Makmum Anshory).
Tindak pidana penganiayaan sudah lama dikenal oleh Hukum Nasional
melalui KUHP. Bab XX KUHP menggolongkan beberapa perbuatan yang dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana terhadap tubuh manusia yang bisa disebut
juga sebagai penganiayaan, yaitu apabila dilihat dari segi perbuatan dan
akibatnya, meliputi Penganiayaan biasa, Penganiayaan ringan, Penganiayaan
berencana, Penganiayaan berat
Dengan kata lain untuk menyebut seseorang telah melakukan penganiayaan,
maka orang itu harus mempunyai kesengajaan dalam melakukan suatu perbuatan
untuk membuat rasa sakit pada orang lain atau luka pada tubuh orang lain ataupun
orang itu dalam perbuatannya merugikan kesehatan orang lain. Jadi unsur delik
penganiayaan adalah kesengajaan yang menimbulkan rasa sakit atau luka pada
tubuh orang lain dan melawan hukum. Kejahatan yang dilakukan terhadap tubuh
manusia dalam segala perbuatannya sehingga menjadikan luka atau rasa sakit
pada tubuh bahkan sampai menimbulkan kematian, bila dilihat dari unsur
kesalahannya dan kesengajaannya diberikan kualifikasi sebagai penganiayaan
(mishandeling), yang dimuat dalam BAB XX Buku II, Pasal 351 s/d Pasal 355.
Penyiraman air keras merupakan tindak pidana yang termasuk dalam
penganiyaan. Salah jenis air keras yang sering digunakan dalam kasus penyiraman
air keras adalah asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat (H2SO4) merupakan salah satu
jenis asam kuat. H2SO4 merupakan bahan yang sangat penting bagi kemajuan
industri suatu negara. Makin maju suatu negara, konsumsi asam sulfat makin
banyak, semakin berkembangnya industri di suatu negara menunjukkan negara itu

6
makin maju. Setiap industri selalu memerlukan asam sulfat, baik untuk pelarut,
suasana asam, pereaksi, atau yang lain. Makin besar suatu negara mengkonsumsi
asam sulfat, berarti negara itu makin maju.
Terlepas dari manfaatnya, asam sulfat dapat menimbulkan bahaya bagi
organ tubuh. Beberapa organ yang dapat berdampak negatif setelah terpapar asam
sulfat adalah kulit, mata, Pernafasan, Pencernaan. Pada paparan Jangka panjang
apabila terhirup dalam kasus yang lebih parah dapat terjadi spasme (kekejangan)
pada laring, epistaksis, gingivitis dan gastritis. Inhalasi yang parah dapat
menyebabkan pneumonitis kimia dengan edema paru, yang memungkinkan terjadi
saat onset tertunda. Jumlah paparan yang tinggi dapat mengakibatkan kematian.
Kontak yang sering bahkan dengan asam yang relatif encer (cairan atau kabut)
dapat mengakibatkan dermatitis. Kontak dengan Mata dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan permanen tergantung pada asam yang terpapar,
konsentrasi dan tingkat paparan. Tertelan, obstruksi pilorus adalah efek jangka
panjang yang paling umum terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pembuktian tindak pidana kasus penganiayaan berupa
penyiraman air keras (H2SO4)?
1.2.2 Bagaimana pandangan hukum mengenai tindak pidana kasus
penganiayaan berupa penyiraman air keras (H2SO4)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah mengetahui dampak dan
tindak pidana berupa penyiraman air keras (H2SO4).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Sebagai persyaratan mengikuti ujian akhir Stase Forensik dan
Medikolegal di RSUD Raden Mattaher Jambi
2. Mengetahui bagaimana pembuktian tindak pidana kasus penyiraman
air keras (H2SO4)?
3. Mengetahui Bagaimana pandangan hukum mengenai tindak pidana
penyiraman air keras (H2SO4)?

7
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada dokter-dokter muda yang sedang menjalani stase forensik
dan medikolegal mengenai pembuktian dan pandangan hukum tindak
pidana kasus penyiraman air keras (H2SO4).

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian tindak pidana


Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum
pidana Belanda yaitu strafbaar feit. Di dalam menterjemahkan
perkataan Strafbaar Feit itu terdapat beraneka macam istilah yang
dipergunakan oleh beberapa sarjana dan juga di dalam berbagai
perundang-undangan.
Strafbaar feit terdiri dari tiga kata yakni Straf, baar dan feit. Straf
diterjemahkan sebagai hukum dan pidana. Perkataan Baar diterjemahkan
dengan dapat atau boleh. Sedangkan, feit diterjemahkan dengan tindak,
peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan. Maka secara sederhana, strafbaar
feit dapat diartikan sebagai suatu tindakan, peristiwa, pelanggaranm dan
perbuatan yang dapat dihukum atau dipidana.1
Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana
(yuridis normatif) yang berhubungan dengan perbuatan yang melanggar
hukum pidana. Banyak pengertian tindak pidana seperti yang dijelaskan
oleh beberapa ahli sebagai berikut:2
1. Menurut Vos, tindak pidana adalah salah kelakuan yang diancam oleh
peraturan perundang-undangan, jadi suatu kelakuan yang pada
umumnya dilarang dengan ancaman pidana.
2. Menurut Simons, tindak pidana adalah kelakuan (handeling) yang
diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang
berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang
mampu bertanggungjawab.
3. Menurut Prodjodikoro, tindak pidana adalah suatu perbuatan yang
pelakunya dikenakan hukuman pidana
4. Menurut Pompe mendefinisikan tindak pidana menurut teori adalah
suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan si
pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata

9
hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum sedangkan menurut
hukum positif adalah suatu kejadian yang oleh peraturan undang-
undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.
5. Van Hamel menguraikan perbuatan pidana sebagai perbuatan manusia
yang dirumuskan oleh undang-undang, melawan hukum (patut atau
bernilai untuk dipidana) dan dapat dicela karena kesalahan.
6. Terkait dengan masalah pengertian tindak pidana, Moeljatno
mengemukaka tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Perbuatan pidana adalah perbuatan oleh suatu aturan hukum
dilarang dan diacam pidana.
b. Larangan ditujukan kepada perbuatan yaitu suatu keadaan atau
kejadian yang ditimbulkan oleh perbuatan orang, sedangkan
ancaman pidana ditujukan kepada orang yang menimbulkan
kejadian itu.
c. Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat,
kejadian tidak dapat dilarang jika yang menimbulkan bukan orang,
dan orang tidak dapat diancam dengan pidana jika tidak karena
kejadian yang ditimbulkannya.
2.2 Pengertian tindak pidana penganiayaan
Penyiraman air keras merupakan salah satu bentuk tindak pidana
penganiayaan. Dari segi tata bahasa, penganiayaan adalah suatu kata
jadian atau kata sifat yang berasal dari kata dasar aniaya yang mendapat
awalan pe dan akhiran an sedangkan penganiayaan itu sendiri berasal
dari kata aniaya yang menunjukkan subyek atau pelaku penganiayaan itu.
Mr. M. H. Tirtaamidjaja membuat pengertian penganiayaan
sebagai berikut. menganiaya ialah dengan sengaja menyebabkan sakit
atau luka pada orang lain. Akan tetapi suatu perbuatan yang menyebabkan
sakit atau luka pada orang lain tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan
kalau perbuatan itu dilakukan untuk menjaga keselamatan badan.28 Dalam
kamus Bahasa Indonesia disebutkan penganiayaan adalah perlakuan
sewenang-wenang (penyiksaan, penindasan, dan sebagainya).3

10
Dengan kata lain untuk menyebut seseorang telah melakukan
penganiayaan, maka orang tersebut harus memiliki kesengajaan dalam
melakukan suatu kesengajaan dalam melakukan suatu perbuatan untuk
membuat rasa sakit pada orang lain atau luka pada tubuh orang lain atau
pun orang itu dalam perbuatannya merugikan kesehatan orang lain. Di
dalam KUHP yang disebut dengan tindak pidana terhadap tubuh disebut
dengan penganiayaan, mengenai arti dan makna kata penganiayaan
tersebut banyak perbedaan diantara para ahli hukum dalam memahaminya.
Penganiayaan diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
untuk menimbulkan rasa sakit atas luka pada tubuh orang lain. Menurut
para ahli ada beberapa pengertian tentang penganiayaan diantaranya
sebagai berikut :4
1. Menurut H.R. (Hooge Raad), penganiayaan adalah Setiap perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau
luka kepada orang lain, dan semata mata menjadi tujuan dari orang itu
dan perbuatan tadi tidak boleh merupakan suatu alat untuk mencapai
suatu tujuan yang diperkenankan.
2. Menurut Mr. M.H. Tirtaamidjaja Menganiaya adalah dengan sengaja
menyebabkan sakit atau luka pada orang lain. akan tetapi suatu
perbuatan yang menyebabkan sakit atau luka pada orang lain, tidak
dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau perbuatan itu dilakukan
untuk menambah keselamatan badan.
3. Menurut Doctrine mengartikan penganiayaan sebagai, setiap perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau
luka pada orang lain.
4. Menurut Poerwodarminto penganiayaan adalah perlakuan sewenang-
wenang dalam rangka menyiksa atau menindas orang lain.

Penganiayaan ini jelas melakukan suatu perbuatan dengan tujuan


menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain, unsur dengan sengaja
disini harus meliputi tujuan menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang

11
lain. Unsur dengan sengaja disini harus meliputi tujuan menimbulkan rasa
sakit atau luka pada orang lain. Dengan kata lain si pelaku menghendaki
akibat terjadinya suatu perbuatan. Kehendak atau tujuan disini harus
disimpulkan dari sifat pada perbuatan yang menimbulkan rasa sakit atau
luka pada orang lain.

Ada pula yang memahami penganiayaan adalah dengan sengaja


menimbulkan rasa sakit atau luka, kesengajaan itu harus dicantumkan
dalam surat tuduhan, menurut doktrin/ilmu pengetahuan hukum pidana
penganiayaan mempunyai unsur sebagai berikut :5

1. Adanya kesengajaan
2. Adanya perbuatan.
3. Adanya akibat perbuatan (yang dituju), yaitu :
a. Rasa sakit pada tubuh.
b. Luka pada tubuh.
Unsur pertama adalah berupa unsur subjektif (kesalahan), unsur
kedua dan ketigaberupa unsur objektif. Tindak pidana penganiayaan
adalah kejahatan yang dilakukan terhadap tubuh dalam segala perbuatan-
perbuatannya sehingga menjadikan luka atau rasa sakit pada tubuh bahkan
sampai menimbulkan kematian. Tindak pidana penganiayaan adalah
kejahatan yang dilakukan terhadap tubuh dalam segala perbuatan-
perbuatannya sehingga menjadikan luka atau rasa sakit pada tubuh bahkan
sampai menimbulkan kematian.

2.3 Definisi Air Keras


Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di
dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk
garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar
mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mneral
yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan
juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan

12
sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah
dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang
banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau
menghasilkan sedikit busa . Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan
ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3. Kemudian untuk mengetahui
jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Jika ternyata setelah
dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang
digunakan adalah air sadah tetap. 6
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi
dengan ketat untuk mencegah kerugian. Pada industri yang menggunakan
ketel uap, air yang digunakan harus terbebas dari kesadahan. Hal ini
dikarenakan kalsium dan magnesium karbonat cenderung mengendap pada
permukaan pipa dan permukaan penukar panas.6

2.4 Jenis-Jenis Air Keras


Pembagian jenis kesadahan air digolongkan menjadi 2 berdasarkan
jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah
sementara dan air sadah tetap. Berdasarkan sifatnya, kesadahan dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 6

2.5.2 Air Sadah Sementara


Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat
(HCO3-)atau boleh jadi air tersebut mengndung senyawa kalsium
bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat
(Mg(HCO3)2). Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa
tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat
dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari
ion Ca2+ dan Mg2+(Anonim.2013).
2.5.3 Air Sadah Tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion selain anion
bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl= , NO3- dan SO42-. Berarti

13
senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2).
Kalsium nitrat Ca(NO3)2), kalsiun sulfat (CaSO4), magnesium klorida
(MgCl2), magnesium nitrat magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan
magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa
tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa
dihilangkan dengan pemanasan.
Menurut keterangan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian,
menyebutkan bahwa jenis air keras atau cairan yang digunakan untuk
menyiram Novel Baswedan adalah H2SO4 berdasarkan hasil pemeriksaan
Laboratorium Forensik Polri.7
Dugaan bahwa air keras yang digunakan berupa H2SO4 semakin
menguat setelah dilakukan penyelidikan terhadap barang bukti berupa
cangkir berwarna hijau yang tertinggal di TKP. Metode deteksi yang dapat
dilakukan terhadap barang bukti yang didapatkan ialah dengan
menambahkan larutan HCl (untuk membuat suasana asam) kemudian
BaCl2 kedalam larutan yang tersisa di dalam cangkir hijau di mana bila
terbentuk endapan putih yang sukar larut meski dengan pemanasan, maka
menunjukkan bahwa dalam cairan tersebut terdapat ion sulfat. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :8,9
H2SO4 + BaCl2 = BaSO4 + 2HCl

2.5 Cairan Asam Sulfat (H2SO4)


Berbentuk cairan kental berminyak, tidak berwarna, tidak berbau,
bersifat higroskopis; Rumus molekul H2SO4; Berat molekul 98,08 9/mol;
Titik lebur/titik beku 10,5 oC (anhidrat) atau -35 C (-31 F) menjadi
10,36 C (93% sampai 100% kemurnian); Titik didih 290 oC atau 270 C
(518 F) - 340 C Terurai di 340 C; Tekanan uap 1,33 hPa pada 145,8 C;
Kerapatan uap 3.4 (udara = 1); Berat jenis relatif 1,84 g/cm3 pada 25 C;
Kelarutan: Mudah larut dalam air dingin. Larut dalam etil alkohol.

14
2.5.1 Kegunaan Asam Sulfat10
Digunakan terutama dalam pembuatan pupuk, bahan peledak, zat
warna, asam lainnya, perkamen (bahan yang terbuat dari kulit binatang
seperti kulit domba, kulit kambing, kulit sapi), kertas, lem, pemurnian
minyak bumi dan pada pengawetan logam.
2.5.2 Toksikologi Asam Sulfat10
a. Data pada Hewan
Toksisitas akut: LD50 oral-tikus 2.140 mg/kg; LC50 inhalasi-tikus
510 mg/m3 /2 jam; LC50 inhalasi-mencit 320 mg/m3 /2 jam; LC50
inhalasi-marmut 18mg/m3.
b. Data pada Manusia LDL0 oral-manusia 135 mg/kg (Kennecott);
TCL0 inhalasi-manusia 3mg/m3 /24 minggu.
c. Data Karsinogenik
IARC : IARC belum mengevaluasi secara spesifik tentang
asam sulfat, namun paparan kabut asam kuat anorganik telah
dievaluasi masuk sebagai grup 1 (cukup bukti bersifat
karsinogen pada manusia).
OSHA : terbukti karsinogen.
ACGIH : klasifikasi A2 (Diduga karsinogen pada manusia).
d. Data Teratogenik
Tidak ada embriotoksik, fetoxic, atau teratogenetik pada tikus atau
kelinci dengan dosis inhalasi dapat memproduksi beberapa
toksisitas maternal
e. Data Mutagenik
Analisis sitogenetik: Hamster, ovarium = 4 mmol/L
Efek reproduksi: dapat menyebabkan efek reproduksi yang
merugikan berdasarkan data hewan. Kelainan perkembangan
(musculoskeletal) pada kelinci dengan dosis 20 mg/m3 selama
7 jam. (RTECS)

15
2.5.3 Bahaya Asam Sulfat Terhadap Kesehatan10
a. Rute Paparan
Paparan Jangka Pendek
o Terhirup
Kontak dengan uap atau kabut dari larutan terkonsentrasi
dapat menyebabkan batuk, perasaan terbakar di
tenggorokan, perasaan tersedak, peradangan dan ulserasi
dari mukosa hidung, tenggorokan dan laring. Menghirup
kabut semprotan dapat menghasilkan iritasi yang parah
pada saluran pernapasan, ditandai dengan batuk, tersedak,
atau napas pendek.
o Kontak dengan Kulit
Kontak dengan kulit dapat menyebabkan iritasi yang serius
dan dalam beberapa kasus luka bakar yang parah. Luka
bakar pada wajah dapat menyebabkan luka serius dan
membuat cacat/tanda. Sering kontak dengan asam yang
relatif encer (cair atau kabut) dapat menyebabkan
dermatitis. Peradangan pada kulit dapat ditandai dengan
gatal, bersisik, kemerahan atau terkadang melepuh.
o Kontak dengan Mata
Kontak dengan mata dapat menyebabkan luka korosif
mulai dari penurunan ketajaman visual sampai kehilangan
penglihatan permanen tergantung pada asam yang terpapar,
konsentrasi dan tingkat paparan. Peradangan pada mata
dapat ditandai dengan kemerahan, berair dan gatal-gatal.
o Tertelan
Bila tertelan dapat menyebabkan muntah, disfagia, drooling
(mengiler/keluar air liur), ketidaknyamanan orofaringeal
dan nyeri perut. Komplikasi akut termasuk aspirasi
pneumonia, luka bakar pada epiglottis dan pita suara,
obstruksi laring, perforasi lambung dengan mediastinum

16
atau peritoneal abses, dan sepsis. Setelah terlihat kemajuan
kemungkinan 3 dalam 2 sampai 3 hari pasien mengalami
nyeri mendadak di perut atau dada dan shock, hal ini
menunjukkan perforasi lambung. Pada kasus tertelan asam
yang parah, risiko tertinggi pada perforasi dalam 72 jam
pertama, namun perforasi lambat dapat terjadi sampai
sekitar 2 minggu setelah mengkonsumsi.
Paparan Jangka panjang
o Terhirup
Dalam kasus yang lebih parah dapat terjadi spasme
(kekejangan) pada laring, epistaksis, gingivitis dan gastritis.
Inhalasi yang parah dapat menyebabkan pneumonitis kimia
dengan edema paru, yang memungkinkan terjadi saat onset
tertunda. Jumlah paparan yang tinggi dapat mengakibatkan
kematian.
o Kontak dengan Kulit
Kontak yang sering bahkan dengan asam yang relatif encer
(cairan atau kabut) dapat mengakibatkan dermatitis.
o Kontak dengan Mata
Dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen
tergantung pada asam yang terpapar, konsentrasi dan
tingkat paparan.
o Tertelan
Obstruksi pilorus adalah efek jangka panjang yang paling
umum terjadi.
2.5.4 Pertolongan Pertama Pada Korban Keracunan Asam Sulfat10
a. Terhirup
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Longgarkan
pakaian yang melekat seperti kerah, dasi, ikat pinggang.
Berikan pernapasan buatan jika dibutuhkan. Segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat .

17
b. Kontak dengan Kulit
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang
terkontaminasi. Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan
sabun dan air yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan
kimia yang tertinggal, sekurangnya selama 15-20 menit. Bila
perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.
c. Kontak dengan Mata
Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama
15-20 menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian
atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia
yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
d. Tertelan
Segera bilas mulut dengan air. Jangan merangsang muntah.
Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada
orang yang tidak sadar. Lepaskan pakaian yang ketat seperti
kerah, dasi atau ikat pinggang. Jangan memberikan cairan
secara oral. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.

2.5.4 Penatalaksanaan Pada Korban Keracunan Asam Sulfat10


a. Resusitasi dan Stabilisasi
Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan
napas untuk menjamin pertukaran udara.
Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki
fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan
buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida.
Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan
fungsi sirkulasi darah.

18
b. Dekontaminasi
Dekontaminasi Mata
o Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala
tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau
terburuk kondisinya.
o Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena
dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan
NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau
sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
o Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata
lainnya.
o Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10
menit.
o Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
o Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan
konsul ke dokter mata.
Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)
o Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.
o Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air
mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal
10 menit.
o Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien
dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan
digosok.
o Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang
terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam
wadah/plastik tertutup.
o Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya
dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung,
dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.

19
o Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
Dekontaminasi Gastrointestinal
o Dekontaminasi tidak dianjurkan.
o Segera bilas agar bahan keluar dari mulut dengan air.
Cairan melalui mulut (oral) harus dihindari karena
risiko muntah, dengan risiko membantu aspirasi dan
terpapar ulang dari kerongkongan ke zat korosif ini.
o Arang aktif tidak diindikasikan karena tidak cukup
menyerap zat ini dan akan mengganggu visibilitas jika
endoskopi diperlukan.
o Aspirasi nasogastrik, lavage lambung, dan irigasi
seluruh usus merupakan kontraindikasi. Tidak ada
manfaat yang telah dibuktikan dari prosedur ini, dan
ada risiko yang signifikan dari perforasi selama
intubasi lambung.
o Rangsang muntah merupakan kontraindikasi karena
risiko terjadi paparan ulang dari kerongkongan dan
atau aspirasi, serta meningkatkan tekanan intraluminal
yang diproduksi oleh emesis.
2.6 Sanksi tindak pidana penganiayaan ditinjau dari KUHP
Penganiayaaan dimuat dalam BAB XX II, Pasal 351s/d Pasal 355 adalah
sebagai berikut :11,12,13
1. Penganiayaan biasa Pasal 351 KUHP.
2. Penganiayaan ringan Pasal 352 KUHP.
3. Panganiayaan berencana Pasal 353 KUHP.
4. Penganiayaan berat Pasal 354 KUHP.
5. Penganiayaan berencana berat Pasal 355 KUHP.

2.6.1 Tindak Penganiayaan Biasa


Penganiayaan biasa yang dapat juga disebut dengan penganiayaan
pokok atau bentuk standar terhadap ketentuan pasal 351 yaitu pada

20
hakikatnya semua penganiayaan yang bukan penganiayaan ringan dan
bukan penganiayaan berat. Mengamati Pasal 351 KUHP maka ada 4
(empat) jenis penganiayaan biasa, yakni:11,12,13
a. Penganiayaan biasa yang tidak dapat menimbulkan luka berat
maupun kematian dan dihukum dengan dengan hukuman penjara
selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebayak-
banyaknya tiga ratus rupiah. (ayat 1)
b. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat dan dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun (ayat 2)
c. Penganiayaan yang mengakibatkan kematian dan dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya 7 tahun (ayat 3)
d. Penganiayaan berupa sengaja merusak kesehatan (ayat 4)

Unsur-unsur penganiayaan biasa, yakni:11,12,13


a. Adanya kesengajaan
b. Adanya perbuatan
c. Adanya akibat perbuatan (yang dituju), rasa sakit pada tubuh, dan
atau luka pada tubuh.
d. Akibat yang menjadi tujuan satu-satunya

2.6.2 Penganiayaan ringan


Hal ini diatur dalam Pasal 352 KUHP. Menurut Pasal ini,
penganiayaan ringan ini ada dan diancam dengan maksimum hukuman
penjara tiga bulan atau denda tiga ratus rupiah apabila tidak masuk
dalam rumusan Pasal 353 dan 356, dan tidak menyebabkan sakit atau
halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan. Hukuman ini bias
ditambah dengan sepertiga bagi orang yang melakukan penganiayaan
ringan ini terhadap orang yang bekerja padanya atau yang ada dibawah
perintah.11
Penganiayaan tersebut dalam Pasal 352 (1) KUHP yaitu suatu
penganiayaan yang tidak menjadikan sakit atau menjadikan terhalang
untuk melakukan jabatan atau pekerjaan sehari-hari.

21
Unsur-unsur penganiayaan ringan, yakni:12,13
a. Bukan berupa penganiayaan biasa
b. Bukan penganiayaan yang dilakukan
Terhadap bapak atau ibu yang sah, istri atau anaknya
Terhadap pegawai negri yang sedang dan atau karena
menjalankan tugasanya yang sah
Dengan memasukkan bahan berbahaya bagi nyawa atau
kesehatan untuk dimakan atau diminum

2.6.3 Tindak Pidana Penganiayaan Berencana


Menurut Mr.M.H Tirtaadmidjaja, mengutarakan arti direncanakan
lebih dahulu yaitu bahwa ada suatu jangka waktu betapapun pendeknya
untuk mempertimbangkan dan memikirkan dengan tenang.
Untuk perencanaan ini, tidak perlu ada tenggang waktu lama antara
waktu merencanakan dan waktu melakukan perbuatan penganiayaan
berat atau pembunuhan. Sebaliknya meskipun ada tenggang waktu itu
yang tidak begitu pendek, belum tentu dapat dikatakan ada rencana lebih
dahulu secara tenang. Ini semua bergantung kepada keadaan konkrit dari
setiap peristiwa.Menurut Pasal 353 KUHP ada 3 macam penganiayanan
berencana , yaitu:11,12,13
a. Penganiayaan berencana yang tidak berakibat luka berat atau
kematian dan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 4
(empat) tahun.
b. Penganiayaan berencana yang berakibat luka berat dan dihukum
denhan hukuman selama-lamanya 7 (tujuh) tahun.
c. Penganiayaan berencana yang berakibat kematian dan dihukum
dengan hukuman selama-lamanya 9 (Sembilan) tahun.

Unsur penganiayaan berencana adalah direncanakan terlebih dahulu


sebelum perbuatan dilakukan. Penganiayaan dapat dikualifikasikan
menjadi penganiayaan berencana jika memenuhi syarat-syarat:

22
a. Pengambilan keputusan untuk berbuat suatu kehendak dilakukan
dalam suasana batin yang tenang.
b. Sejak timbulnya kehendak/pengambilan keputusan untuk berbuat
sampai dengan pelaksanaan perbuatan ada tenggang waktu yang
cukup sehingga dapat digunakan olehnya untuk berpikir, antara lain:
Resiko apa yang akan ditanggung.
Bagaimana cara dan dengan alat apa serta bila mana saat yang
tepat untuk melaksanakannya.
Bagaimana cara menghilangkan jejak.
c. Dalam melaksanakan perbuatan yang telah diputuskan dilakukan
dengan suasana hati yang tenang.

2.6.4 Tindak Pidana Penganiayaan Berat.


Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 354 KUHP. Perbuatan berat
atau dapat disebut juga menjadikan berat pada tubuh orang lain.
Haruslah dilakukan dengan sengaja oleh orang yang menganiayanya.
Unsur-unsur penganiayaan berat, antara lain: Kesalahan (kesengajaan),
Perbuatannya (melukai secara berat), Obyeknya (tubuh orang lain),
Akibatnya (luka berat) Apabila dihubungkan dengan unsur kesengajaan
maka kesengajaan ini harus sekaligus ditujukan baik terhadap
perbuatannya, (misalnya menusuk dengan pisau), maupun terhadap
akibatnya yakni luka berat. Istilah luka berat menurut Pasal 90 KUHP
berarti sebagai berikut:12,13
a. Jatuh sakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi
dengan sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut.
b. Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau
pekerjaan pencaharian
c. Didak dapat lagi memakai salah satu panca indra
d. Mendapat cacat besar
e. Lumpuh (kelumpuhan)
f. Akal (tenaga faham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu

23
g. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

Penganiayaan berat ada 2 (dua) bentuk, yaitu:


a. Penganiayaan berat biasa (ayat 1)
b. Penganiayaan berat yang menimbulkan kematian (ayat 2)

2.6.5 Tindak Pidana Penganiayaan Berat Berencana


Penganiyaan berat berencana, dimuat dalam pasal 355 KUHP yang
rumusannya adalah sebagai berikut :12,13
a. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu,
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun
b. Jika perbuatan itu menimbulkan kematian yang bersalah di pidana
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Bila kita lihat penjelasan yang telah ada diatas tentang kejahatan
yang berupa penganiayaan berencana, dan penganiayaan berat, maka
penganiayaan berat berencana ini merupakan bentuk gabungan antara
penganiayaan berat (354 ayat 1) dengan penganiyaan berencana (pasal
353 ayat 1), dengan kata lain suatu penganiayaan berat yang terjadi
dalam penganiayaan berencana, kedua bentuk penganiayaan ini
haruslah terjadi secara serentak/bersama. Oleh karena harus terjadi
secara bersama, maka harus terpenuhi baik unsur penganiayaan berat
maupun unsur penganiayaan berencana.

24
BAB III

ILUSTRASI KASUS

Seorang laki-laki, bernama Novel Baswedan, berusia 40 tahun, disiram air


keras oleh orang yang tidak dikenalnya ketika berjalan kaki menuju rumahnya
setelah shalat subuh di Masjid Al Ikhsan pada hari Selasa, 11 April 2017 pukul
05.10 WIB. Siraman air keras itu mengenai wajah Novel terutama pada mata
sebelah kirinya. Setelah disiram air keras, Novel pun berusaha melarikan diri dan
kemudian menabrak pohon besar yang ada di sekitarnya. Pelaku penyiraman pun
kabur dan Novel pun ditolong oleh warga sekitar yang tengah melewati jalan
tersebut.

25
PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

NO: 18/VER-H/VL/IV/2017

Atas permintaan tertulis dari KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH PROVINSI JAMBI RESORT KOTA JAMBI SEKTOR JAMBI
SELATAN melalui suratnya tanggal 11 April 2017 Nomor Polisi
VER/910/IV/2017/RESKRIM, yang ditandatangani oleh Untung Wijaya, S.IK,
pangkat Komisaris Polisi, NRP. 71091091, saya dr. Wegrimel Ariegara sebagai
dokter yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi, telah
memeriksa serta merawat orang yang berdasarkan surat permintaan tersebut di
atas bernama Novel Baswedan, umur 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama
islam, pekerjaan penyidik KPK, alamat Jakarta, diduga telah mengalami peristiwa
penyiraman air keras pada hari Selasa, 11 April 2017 pukul 05.10 WIB-----------

HASIL PEMERIKSAAN:-----------------------------------------------------------------

Dari pemeriksaan luar yang telah saya lakukan, ditemukan fakta-fakta sebagai
berikut:-----------------------------------------------------------------------------------------

A. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PERTAMA KALI---------------------------


1. Identitas Umum :-------------------------------------------------------
a. Jenis Kelamin : Laki-laki-------------------------------------------
b. Umur : Kurang lebih empat puluh tahun----------------
c. Berat Badan : Enam puluh lima kilogram----------------------
d. Tinggi Badan : Seratus tujuh puluh sentimeter------------------

26
e. Warna Kulit : Sawo matang--------------------------------------
f. Warna Pelangi Mata : Hitam-----------------------------------------------
g. Ciri Rambut : Warna hitam, lurus, panjang dua puluh lima
sentimeter, distribusi rambut tidak merata---------------------------------
h. Keadaan Gizi : Baik-------------------------------------------------
i. Ciri-ciri lain : Tidak ada-------------------------------------------
2. Identitas Khusus : ------------------------------------------------------------
a. Tato : Tidak Ada ---------------------------------------
b. Jaringan Parut : Tidak ada ----------------------------------------
c. Tahi Lalat : Tidak ada----------------------------------------
d. Tanda Lahir : Tidak ada.----------------------------------------
e. Cacat Fisik : Tidak Ada ---------------------------------------
3. Keadaan Umum :-----------------------------------------------------------------
a. Kesadaran : Sadar Penuh-------------------------------------
b. Denyut nadi : Delapan puluh empat kali per menit---------
c. Pernapasan : Dua puluh kali per menit----------------------
d. Tekanan darah :Seratus dua puluh per delapan puluh
millimeter air raksa-------------------------------------------------------------
e. Suhu tubuh : Tiga puluh tujuh derajat celcius--------------
B. FAKTA DARI PEMERIKSAAN FISIK BAGIAN LUAR-----------------
1. Permukaan Kulit Tubuh---------------------------------------------------------
a. Kepala : -------------------------------------------------------------
Bentuk Kepala : Bulat, simetris, tidak ada kelainan-----------
Daerah berambut : Tidak ada kelainan-----------------------------
b. Wajah :--------------------------------------------------------------
Dahi : Terdapat sebuah luka memar di dahi bagian kiri
atas, titik pusat luka terletak tiga sentimeter di sebelah kiri
garis tengah tubuh dan lima sentimeter di atas garis mendatar
yang melewati kedua sudut mata, bentuk luka tidak teratur,
panjang enam sentimeter, lebar tiga sentimeter, teraba lebih

27
menonjol dari kulit sekitar, warna merah kebiruan, daerah di
sekitar luka tidak ada kelainan---------------------------------------
Pipi : Terdapat dua buah luka bakar di pipi-----------------
- Luka bakar pertama terletak pada pipi bagian kanan, titik
pusat luka berada delapan sentimeter di sebelah kanan
garis tengah tubuh dan dua koma lima sentimeter di
bawah garis mendatar yang melewati kedua sudut mata,
bentuk tidak teratur, ukuran panjang lima sentimeter dan
lebar dua koma lima sentimeter, perabaan lebih kasar
daripada kulit sekitar, warna kemerahan, pada daerah
sekitar luka tidak ada kelainan-------------------------------
- Luka bakar kedua terletak pada pipi bagian kiri, titik
pusat luka berada tujuh sentimeter di sebelah kiri garis
tengah tubuh dan tiga sentimeter di bawah garis mendatar
yang melewati kedua sudut mata, bentuk tidak teratur,
ukuran panjang tiga koma lima sentimeter dan lebar dua
koma empat sentimeter, perabaan lebih kasar daripada
kulit sekitar, warna lebih terang dari daerah sekitar, pada
daerah sekitar luka tidak ada kelainan------------------------
Dagu : Tidak ada kelainan--------------------------------------
c. Leher : Tidak ada kelainan--------------------------------------
d. Bahu : Tidak ada kelainan--------------------------------------
e. Dada : Tidak ada kelainan--------------------------------------
f. Punggung :Tidak ada kelainan---------------------------------------
g. Perut : Tidak ada kelainan--------------------------------------
h. Bokong : Tidak ada kelainan--------------------------------------
i. Anggota gerak-------------------------------------------------------------------
Anggota gerak atas--------------------------------------------------------
o Kanan : Tidak ada kelainan-------------------------------------
o Kiri : Tidak ada kelainan-------------------------------------
Anggota gerak bawah

28
o Kanan : Tidak ada kelainan-------------------------------------
o Kiri : Tidak ada kelainan-------------------------------------
2. Bagian Tubuh tertentu-----------------------------------------------------------
a. Mata :Terdapat sebuah luka memar di mata kiri bagian
bawah, titik pusat luka terletak enam sentimeter di sebelah kiri garis
tengah tubuh dan dua sentimeter di bawah garis mendatar yang
melewati kedua sudut mata, bentuk luka tidak teratur, panjang lima
sentimeter, lebar tiga sentimeter, teraba lebih menonjol dari kulit
sekitar, warna merah kebiruan, daerah di sekitar luka tidak ada
kelainan------------------------------------------------------------------------
Alis mata :--------------------------------------------------------------
- Kanan :Berwarna hitam, tebal, panjang empat koma lima
sentimeter, tidak ada kelainan------------------------------------------
- Kiri :Berwarna hitam, tebal, panjang empat koma lima
sentimeter, tidak ada kelainan------------------------------------------
Bulu mata :--------------------------------------------------------------
- Kanan :Berwarna hitam, lurus, panjang nol koma enam
sentimeter---------------------------------------------------------------
- Kiri :Berwarna hitam, lurus, panjang nol koma enam
sentimeter---------------------------------------------------------------
Kelopak mata : -------------------------------------------------------------
- Kanan :Tidak ada kelainan---------------------------------------
- Kiri :Sulit untuk dibuka, gatal dan berair--------------------
Selaput kelopak mata : ----------------------------------------------------
- Kanan :Tidak ada kelainan---------------------------------------
- Kiri :Tampak kemerahan--------------------------------------
Selaput biji mata : ----------------------------------------------------------
- Kanan :Tampak jernih-------------------------------------------
- Kiri :Tampak keruh------------------------------------------
Selaput bening mata:--------------------------------------------------------
- Kanan :Tampak kemerahan--------------------------------------

29
- Kiri :Tampak kemerahan--------------------------------------
- Pupil mata :-------------------------------------------------------------------
- Kanan :Bentuk bulat, warna hitam dengan
diameternolkomatiga sentimeter---------------------------------------
-----------
- Kiri :Bentuk bulat, warna hitam dengan
diameternolkomatiga sentimeter---------------------------------------
-----------
Pelangi mata :----------------------------------------------------------------
- Kanan :Hitam----------------------------------------------------
- Kiri :Hitam-----------------------------------------------------
b. Hidung : Tidak ada kelainan--------------------------------------
- Bentuk hidung : Mancung, tidak ada kelainan-----------------
- Permukaan kulit hidung : Tidak ada kelainan--------------------
- Lubang hidung : Tidak ada kelainan-----------------------------
c. Telinga : -------------------------------------------------------------
Bentuk telinga : ------------------------------------------------------
- Kanan : Lebar, tidak ada kelainan-------------------------------

- Kiri :Lebar, tidakadakelainan-------------------------------

Permukaan daun telinga : ------------------------------------------


- Kanan : Tidak ada kelainan--------------------------------------

- Kiri : Tidak ada kelainan--------------------------------------

Lubang telinga : -----------------------------------------------------


- Kanan :Tidak ada kelainan---------------------------------------

- Kiri : Tidak ada kelainan--------------------------------------


d. Mulut :--------------------------------------------------------------
Bibir atas :Berwarna merah muda, tidakadakelainan--
Bibir bawah :Berwarnamerahmuda, tidakadakelainan -

30
Lidah :Berwarnamerahmuda, tidak ada kelainan--
Rongga mulut :Tidak ada kelainan------------------------------
Gigi geligi :-----------------------------------------------------
o Rahang atas : Gigi lengkap, gigi geraham belakang ketiga
kanan dan kiri sudah tumbuh, tidak terdapat kelainan-----------------
o Rahang bawah : Gigi lengkap, gigi geraham belakang ketiga
kanan dan kiri sudah tumbuh, tidak terdapat kelainan -----------------
e. AlatKelamin :Laki-laki,tidakadakelainan------------------------------
3. Tulang - Tulang:---------------------------------------------------------------------

Tulang tengkorak : Tidak ada kelainan-----------------------------


Tulang wajah : ----------------------------------------------------
- Tulang dahi : Tidak ada kelainan-----------------------------
- Tulang pipi : Tidak ada kelainan-----------------------------
- Tulang dagu : Tidak ada kelainan-----------------------------
Tulang hidung : Tidak ada kelainan-----------------------------
Tulang pangkal lidah : Tidak ada kelainan-----------------------------
Tulang leher : Tidak ada kelainan-----------------------------
Tulang belakang : Tidak ada kelainan-----------------------------
Tulang-tulang dada : Tidak ada kelainan ----------------------------
Tulang-tulang punggung : Tidak ada kelainan-----------------------------
Tulang-tulang panggul : Tidak ada kelainan-----------------------------
Tulang anggota gerak : Tidak ada kelainan-----------------------------

C. FAKTA YANG DI ALAMI SELAMA PERAWATAN :-------------------
Fakta berupa akibat : Korban tidak bisa melihat dengan jelas
menggunakan kedua matanya------------------------------------------------------
Fakta berupa tindakan medik : ----------------------------------------------------
o Pembersihan bagian wajah yang disiram air keras-------------------------
o Pemasangan perban pada dahi, hidung, dan bagian bawah mata---------

31
D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TERAKHIR :---------------------------------
Tanggal delapan belas april dua ribu tujuh belas-------------------------------------

1. Fakta yang berkaitan dengan kondisi jasmaniahnya: Kondisi korban telah


berangsur membaik, namun penglihatan korban masih belum membaik,
masih diharuskan kontrol ulang di Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Jambi untuk beberapa bulan kedepan--------------------------------

2. Fakta yang berkaitan dengan pekerjaan: Korban tidak bisa melakukan


pekerjaannya untuk sementara waktu sebagai penyidik KPKkuranglebih
dua bulan------------------------------------------------------------------------------

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG:----------------------------------------------------
Dari pemeriksaan laboratorium forensik, didapatkan bahwa larutan yang
disiramkan ke wajah Novel Baswedan adalah larutan H2SO4--------------------------

F. KESIMPULAN---------------------------------------------------------------------------

Dari fakta-fakta yang kami temukan dari pemeriksaan orang tersebut maka kami
simpulkan bahwa, telah diperiksa seorang laki-laki,umur kurang lebih empat
puluh tahun, keadaan gizi baik, warna kulit sawo matang. Dari pemeriksaan luar
ditemukan tanda-tanda kekerasan benda tumpul berupa luka memar di dahi bagian
kiri dan mata kiri bagian bawah dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda
kekerasan benda tajam, serta terdapat tanda-tanda luka bakar bekas penyiraman
air keras. Akibat luka tersebut korban tidak dapat melakukan pekerjaannya
sebagai penyidik KPK untuk sementara waktu------------------------------------------

G. PENUTUP-------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan


mengingat sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai dokter-------------------------

32
Jambi, 12 April 2017
Dokter yang memeriksa

(dr. Wegrimel Ariegara)

NIM. G1A217013

33
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus diatas ditemukan:

A. Hasil pemeriksaan luar


- Terdapat tanda-tanda kekerasan benda tumpul:
1. Terdapat sebuah luka memar di dahi bagian kiri atas, titik pusat luka
terletak tiga sentimeter di sebelah kiri garis tengah tubuh dan lima
sentimeter di atas garis mendatar yang melewati kedua sudut mata, bentuk
luka tidak teratur, panjang enam sentimeter, lebar tiga sentimeter, teraba
lebih menonjol dari kulit sekitar, warna merah kebiruan, daerah di sekitar
luka tidak ada kelainan.
2. Terdapat sebuah luka memar di mata kiri bagian bawah, titik pusat luka
terletak enam sentimeter di sebelah kiri garis tengah tubuh dan dua
sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati kedua sudut mata,
bentuk luka tidak teratur, panjang lima sentimeter, lebar tiga sentimeter,
teraba lebih menonjol dari kulit sekitar, warna merah kebiruan, daerah di
sekitar luka tidak ada kelainan.
- Terdapat tanda-tanda siraman air keras:

1. Terdapat sebuah luka bakar terletak pada pipi bagian kanan, titik pusat
luka berada delapan sentimeter di sebelah kanan garis tengah tubuh dan
dua koma lima sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati kedua
sudut mata, bentuk tidak teratur, ukuran panjang lima sentimeter dan
lebar dua koma lima sentimeter, perabaan lebih kasar daripada kulit
sekitar, warna kemerahan, pada daerah sekitar luka tidak ada kelainan.
2. Terdapat sebuah luka bakar terletak pada pipi bagian kiri, titik pusat luka
berada tujuh sentimeter di sebelah kiri garis tengah tubuh dan tiga
sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati kedua sudut mata,
bentuk tidak teratur, ukuran panjang tiga koma lima sentimeter dan lebar
dua koma empat sentimeter, perabaan lebih kasar daripada kulit sekitar,

34
warna lebih terang dari daerah sekitar, pada daerah sekitar luka tidak ada
kelainan.
3. Kelopak mata kiri sulit dibuka, gatal, dan berair. Selaput kelopak mata
kiri tampak kemerahan, selaput biji mata kiri tampak keruh dan selaput
bening mata kiri tampak kemerahan.

B. Hasil yang Didapatkan Selama Perawatan


Akibat dari kejadian tersebut, korban tidak bisa melihat dengan jelas
menggunakan kedua matanya.

C. Hasil dari Pemeriksaan Terakhir

Kondisi korban telah berangsur membaik, namun penglihatan korban masih


belum membaik, korban tidak bisa melakukan pekerjaannya untuk sementara
waktu sebagai penyidik KPK.

D. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Dari hasil pemeriksaan laboratorium forensik, didapatkan bahwa larutan yang


disiramkan ke wajah korban adalah larutan H2SO4, sehingga menyebabkan luka
bakar pada wajah korban.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

35
5.1 Kesimpulan
Kasus penyiraman air keras pada Novel Baswedan terbukti termasuk
tindak pidana kasus penganiayaan berencana berat terkait pasal 90 KUHP yang
menyebutkan kriteria luka berat salah satunya yaitu menghilangkan salah satu
fungsi alat indera mata sebelah kiri menjadi buta, sehingga tidak dapat
menjalankan aktivitas dan pekerjaannya sebagai penyidik KPK sebagaimana
mestinya. Pandangan hukum mengenai kasus tersebut adalah pasal 355 KUHP.

5.2 Saran
1. Bagi pendidikan diharapkan mahasiswa/i kepaniteraan klinik yang sedang
menjalani masa klinik di bagian forensik dan medikolegal agar dapat memahami
ilmu kedokteran forensik dan juga ilmu hukum kesehatan yang berkaitan.
2. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu
kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta; Bineka Cipta,2000


2. E.Utrecht, Hukum Pidana I, Penerbitan Universitas,1960
3. Leden Marpaung, Tindak Pidana terhadap Nyawa dan Tubuh
(pemberantasan dan prevensinya, , Jakarta, Sinar Grafika, 2002
4. Tirtaamidjaja, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Jakarta: Fasco, 1995
5. Andi Hamzah, Asas-asas hukum pidana, Jakarta: PT. Renika Cipta, 1994
Ismu Gunadi, Jonaedi Efendi dan Fifit Fitri Lutfianingsih, Cepat & Mudah
Memahami Hukum Pidana (Jilid 2), Jakarta: Prestasi pustaka, 2011
6. Pangajuanto, T. Kimia 3 : Untuk SMA/ MA Kelas XII. Jakarta, Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009
7. CNNIndonesia. Kasus Novel Baswedan. Diakses pada
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170411074814-255-
206499/novel-baswedan-disiram-air-keras-apa-bahayanya/ (tanggal 20
Agustus 2017 pukul 20.00)
8. Juhana, Deden G. Pemeriksaan Forensik Racun, Bandung: Sekolah Tinggi
Analis Bakti Asih 2015
9. I Made A. G. Analisis Toksikologi Forensik: Buku Ajar.
Jimbaran:Universitas Udayana 2008
10. Sentra Informasi Keracunan (SIker) Nasional. Asam Sulfat. Diakses pada
http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/ASAM%20SULFAT.pdf (tanggal 20
Agustus 2017 pukul 21.00)
11. R.Roesilo, Pokok-Pokok Hukum Pidana Umum Dan Delik-Delik Khusus,
Bandung: Karya Nusantara, 1984
12. R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta
Komentar Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia, 1991
13. Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Iandonesia, Bandung;
Eresco, 1989

37

Anda mungkin juga menyukai