Anda di halaman 1dari 17

REPUBLIKA ONLINE

Strategi Ekonomi Syariah

Thursday, 30 April 2015, 14:00 WIB

Penerapan prinsip syariah dalam industri keuangan telah memperlihatkan daya tahannya dalam
menghadapi berbagai krisis keuangan. Prinsip keuangan Islam mengutamakan etika dalam berusaha
dan melarang spekulasi serta ketidakpastian.

Prinsip keuangan Islam juga mengutamakan risk sharing atau berbagi risiko, melarang transaksi
money for money, dan mengharuskan adanya riil aset yang mendasari suatu transaksi. Prinsip yang
dianut dalam sistem keuangan Islam ini mendorong terwujudnya keseimbangan dan memenuhi rasa
keadilan, yang pada gilirannya akan menciptakan stabilitas keuangan dan mewujudkan
pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Industri keuangan syariah di Indonesia sudah memasuki dekade ketiga sejak bank syariah pertama di
Indonesia didirikan pada 1991 dan beroperasi pada 1992. Telah banyak capaian yang dihasilkan
selama perjalanan tersebut. Kini industri keuangan syariah di Indonesia telah diakui dunia dan
dianggap memiliki potensi besar yang dapat membawa Indonesia pada tahap pengembangan
selanjutnya.

Dalam mewujudkan pengembangan yang lebih besar, diperlukan integrasi antarpelaku industri
keuangan syariah nasional. Hal ini mengacu pada RPJPMN Tahun 2015-2019 yang disahkan Presiden
Joko Widodo melalui PP No 2 Tahun 2015 dan agenda program prioritas pemerintahan Kabinet Kerja
yang bernama Nawa Cita.

Dalam program Nawa Cita ketujuh, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik yang terdiri atas, pertama, peningkatan daya saing sektor
keuangan nasional ditopang oleh ketahanan dan stabilitas sistem keuangan yang sehat, mantap, dan
efisien. Kedua, peningkatan fungsi intermediasi dan kedalaman sektor keuangan untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan pembangunan.

Ketiga, peningkatan akses masyarakat dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terhadap
layanan jasa keuangan formal dalam kerangka pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan.
Sehingga, dalam mengimplementasikan program pemerintah di atas, perlu adanya kebijakan dan
arahan strategis otoritas keuangan dan kementerian terkait dalam mengembangkan ekonomi dan
keuangan syariah guna lebih mengoptimalkan peran dan kontribusinya dalam pembangunan
nasional.

Melalui program kerja sama melibatkan pemerintah, kelembagaan negara, serta lembaga perguruan
tinggi ini mampu mengoptimalkan potensi pengembangan kegiatan ekonomi dan keuangan syariah
untuk mengatasi masalah pembangunan, seperti access to finance, optimalisasi potensi ekonomi
daerah dan golongan menengah yang bertumbuh pesat, serta melibatkan keuangan syariah untuk
mobilisasi pendanaan bagi pembiayaan sektor prioritas, seperti infrastruktur, sektor maritim,
ketahanan energi, dan ketahanan pangan, baik melalui potensi pendanaan domestik maupun
internasional.

Beberapa langkah yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan stabilitas keuangan dan
pembangunan ekonomi berkelanjutan. Di antaranya adalah pertama, Kementerian Keuangan secara
reguler melakukan penerbitan Sukuk Negara sejak 2008. Bagi pemerintah, Sukuk Negara merupakan
instrumen pembiayaan APBN termasuk pembiayaan proyek.

Penerbitan Sukuk Negara diharapkan dapat mendorong pengembangan industri keuangan syariah
melalui penyediaan instrumen keuangan dan investasi yang sesuai syariah.

Kedua, Kementerian Keuangan juga berperan sebagai pembuat kebijakan publik pada sektor
keuangan syariah yang meliputi penentuan arah pengembangan industri keuangan syariah.
Kebijakan tersebut diperlukan untuk dapat mendorong percepatan pengembangan dan pendalaman
pasar keuangan syariah nasional, termasuk pasar sukuk.

Di sini Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) memiliki peran strategis sebagai partner pemerintah dalam
pelaksanaan penelitian kebijakan pengembangan industri keuangan syariah.

Ketiga, pemerintah berkomitmen untuk menciptakan equal playing field antara syariah dan
konvensional, dengan program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar
perbankan dan keuangan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank dan
keuangan syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua
segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank dan keuangan syariah.
Keempat, kebijakan fiskal pemerintah akan berusaha diharmonisasi dengan jasa keuangan syariah
untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi perekonomian dengan tetap menjaga stabilitas
sistem keuangan dan kesinambungan fiskal.

Kelima, program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang
kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan
nasabah. Selain itu, juga mampu mengomunikasikan produk dan jasa keuangan syariah kepada
nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah. n

Tantangan terbesar untuk mengakselerasi pertumbuhan keuangan syariah adalah masih rendahnya
pemahaman masyarakat tentang keuangan syariah. Sosialisasi dan edukasi masyarakat, utamanya
tentang universalitas nilai-nilai yang menjadi roh sistem keuangan syariah, serta bentuk-bentuk
aplikatif dari berbagai konsep ekonomi syariah, menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Selain itu, proses tersebut perlu memerhatikan konteks sosio-kultural bangsa Indonesia. Akulturasi
nilai-nilai syariah dalam kearifan lokal telah berlangsung jauh sebelum NKRI terbentuk.

Di sejumlah daerah kita telah lama mengenal konsep dan tradisi bagi hasil. Misalnya konsep maparo
(bagi separoh-separoh) atau mapat (seperempat) mengandung kesamaan nilai dengan keuangan
syariah. Istilah-istilah Arab seharusnya diindonesiakan dengan bahasa yang gampang dipahami
masyarakat. Hanya dengan cara demikian, upaya pengembangan sistem ekonomi syariah akan lebih
dapat diterima oleh berbagai kalangan.

Kita juga ingin menjadikan negeri kita sebagai pusat keuangan syariah dunia yang terintegrasi
dengan sistem internasional berbasis syariah. Inilah salah satu esensi perwujudan Islam sebagai
rahmatan lil alamin. Indonesia bisa menjadi pusat keuangan syarah dunia karena Indonesia
merupakan negara Muslim terbesar di dunia dan pada saat yang sama, semakin meningkatnya
jumlah masyarakat kelas menengah di Tanah Air. Sejarah

Konsep ekonomi syariah mulai diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 1991 ketika Bank
Muamalat Indonesia berdiri, yang kemudian diikuti oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya. Pada
waktu itu sosialisasi ekonomi syariah dilakukan masing-masing lembaga keuangan syariah. Setelah di
evaluasi bersama, disadari bahwa sosialisasi sistem ekonomi syariah hanya dapat berhasil apabila
dilakukan dengan cara yang terstruktur dan berkelanjutan.
Menyadari hal tersebut, lembaga-lembaga keuangan syariah berkumpul dan mengajak seluruh
kalangan yang berkepentingan untuk membentuk suatu organisasi, dengan usaha bersama akan
melaksanakan program sosialisasi terstruktur dan berkesinambungan kepada masyarakat. Organisasi
ini dinamakan Perkumpulan Masyarakat Ekonomi Syariah yang disingkat dengan MES, sebutan
dalam bahasa Indonesia adalah Masyarakat Ekonomi Syariah, dalam bahasa Inggris adalah Islamic
Economic Society atau dalam bahasa arabnya Mujtama al-Iqtishad al-Islamiy, didirikan pada hari
Senin, tanggal 1 Muharram 1422 H, bertepatan pada tanggal 26 Maret 2001 M. Di deklarasikan pada
hari Selasa, tanggal 2 Muharram 1422 H di Jakarta.

Pendiri MES adalah Perorangan, lembaga keuangan, lembaga pendidikan, lembaga kajian dan badan
usaha yang tertarik untuk mengembangkan ekonomi syariah. MES berasaskan Syariah Islam, serta
tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia, sehingga terbuka
bagi setiap warga negara tanpa memandang keyakinan agamanya. Didirikan berdasarkan Akta No.
03 tanggal 22 Februari 2010 dan diperbaharui di dalam Akta No. 02 tanggal 16 April 2010 yang
dibuat dihadapan Notaris Rini Martini Dahliani, SH, di Jakarta, akta mana telah memperoleh
persetujuan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat
Keputusan No. AHU-70.AH.01.06, tertanggal 25 Mei 2010 tentang Pengesahan Perkumpulan dan
telah dimasukkan dalam tambahan berita negara No. 47 tanggal 14 April 2011.

Awalnya didirikan MES hanya untuk di Jakarta saja tanpa mempunyai rencana untuk
mengembangkan ke daerah-daerah. Ternyata kegiatan yang dilaksanakan oleh MES memberikan
ketertarikan bagi rekan-rekan di daerah untuk melaksanakan kegiatan serupa. Kemudian disepakati
untuk mendirikan MES di daerah-daerah dengan ketentuan nama organisasi dengan menambah
nama daerah di belakang kata MES. Organisasi MES yang didirikan di daerah tersebut berdiri masing-
masing secara otonom.

Nama MES dan peran aktif yang semakin terasa menyebabkan permintaan izin untuk mendirikan
MES di daerah lain semakin banyak. Jumlah organisasi MES daerah yang semakin banyak telah
mendorong para pengurus MES daerah untuk mendesak Pengurus MES di Jakarta agar seluruh MES
Daerah ini disatukan dalam satu organisasi bersama. Karena desakan semakin kuat, maka
diselenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa Masyarakat Ekonomi Syariah di Jakarta pada Mei
2006, tepatnya saat penyelenggaraan Indonesia Sharia Expo I. Dalam pertemuan tersebut, disepakati
seluruh MES Daerah berhimpun dalam satu organisasi bersama yang bersifat Nasional dan MES di
Jakarta ditetapkan sebagai Pengurus Pusat dan ditugaskan untuk menyusun perubahan AD/ART.
Dampaknya perkembangan ekonomi syariah di wilayah (tingkat provinsi) maupun daerah ( tingkat
kabupaten/kota) semakin meluas dan terorganisasi dengan baik. Saat ini MES telah tersebar di 23
Provinsi, 35 Kabupaten/Kota dan 4 wilayah khusus di luar negeri yaitu Arab Saudi, United Kingdom,
Malaysia dan Jerman. Kegiatan sosialisasi dan edukasi masyarakat tentang ekonomi syariah semakin
memberikan dampak positif bagi masyarakat dan industri keuangan syariah tentunya.

Pada tanggal 3-4 November 2008 Masyarakat Ekonomi Syariah melaksanakan Musyawarah Nasional
Pertama sebagai forum tertinggi organisasi. Diputuskan beberapa hal mengenai langkah MES ke
depan, diantaranya disempurnakannya AD/ART MES, penetapan Garis-Garis Kebijakan Organisasi,
Program Kerja Nasional, Rekomendasi dan pemilihan Ketua Umum Baru, yaitu Bapak Dr. Muliaman
D. Hadad untuk periode kepengurusan 1429-1432 H. Beliau adalah ketua umum ketiga, dimana
ketua umum pertama adalah Bapak Dr. Iwan Pontjowinoto dan ketua umum kedua adalah Bapak Dr.
Aries Muftie.

Dalam periode kepengurusan tersebut, MES melakukan terobosan-terobosan baru diantaranya


menerbitkan pedoman praktis pengelolaan bisnis syariah dalam bentuk buku dengan judul Etika
Bisnis Islam, bersama Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menyusun Pedoman Umum
Good Governance Bisnis Syariah, bersama Kementrian Komunikasi dan Informatika menyediakan
aplikasi Open Source untuk Koperasi Syariah dan Amil Zakat, bersama Kementrian Perumahan
Rakyat memperkenalkan instrumen wakaf sebagai penyedia tanah untuk pembangunan Rumah
Susun, bersama BI dan IAEI menyelenggarakan Forum Riset Perbankan Syariah dan penerbitan Jurnal
Ilmiah Nasional Islamic Finance Journal, bersama Bursa Efek Indonesia menyelenggarakan Sekolah
Pasar Modal Syariah dan masih banyak lagi lainnya.

Setiap program yang telah dilaksanakan harus di evaluasi agar memberikan hasil yang lebih baik lagi.
Pada tanggal 21 Muharram 1432 H atau bertepatan dengan tanggal 17 Desember 2011
diselenggarakan kembali Musyawarah Nasional Kedua. Dalam pertemuan ini disepakati Roadmap
Ekonomi Syariah Indonesia sebagai Garis Besar Kebijakan Organisasi, penajaman program kerja
nasional serta menyempurnakan AD/ART sesuai dengan kebutuhan dan kondisi terkini. Bapak Dr.
Muliaman D. Hadad kembali terpilih sebagai ketua umum untuk periode kedua.
MES adalah organisasi independen, dan tidak terafiliasi dengan salah satu partai politik atau Ormas
tertentu, namun harus tetap menjalin kerjasama agar dapat diterima semua pihak. Alhamdulillah,
dengan segala aktifitasnya, MES telah mendapat pengakuan di semua kalangan masyarakat, baik
dari kalangan ulama, praktisi, akademisi, pemerintah dan legislatif baik di dalam maupun luar negeri.

Kedepannya diharapkan peran MES dalam mensosialisasikan ekonomi syariah dapat lebih
ditingkatkan lagi. Penggerak MES adalah mereka yang kreatif dan punya program-program unggulan.
MES menjadi mitra pemerintah (legislatif dan eksekutif) dan juga Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan dalam mengembangkan ekonomi syariah. Bersama-sama dengan Majelis Ulama Indonesia
untuk mendorong pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai Pusat Keuangan Syariah Dunia.

VISI

Menjadi wadah yang diakui sebagai acuan dan diikuti sebagai teladan bagi usaha percepatan
pengembangan dan penerapan system ekonomi dan etika usaha yang sesuai dengan syariah Islam di
Indonesia

MISI

Membangun sinergi dan kemitraan di antara perorangan dan lembaga-lembaga yang terlibat
dalam kegiatan ekonomi syariah

Mewujudkan silaturrahim di antara pelaku-pelaku ekonomi, perorangan dan lembaga yang


berkaitan dengan ekonomi syariah

Mendorong pengembangan aktivitas ekonomi syariah di Indonesia sehingga menjadi pilihan


utama bagi masyarakat dalam kegiatan usaha termasuk dalam hal investasi maupun pembiayaan

Meningkatkan hubungan antara anggota dan otoritas yang terkait dengan kegiatan ekonomi dan
keuangan syariahMeningkatkan kegiatan untuk membentuk sumber daya insani yang mempunyai
akhlak, ilmu dan kemampuan untuk menjalankan dan mengembangkan kegiatan ekonomi syariah
NASKAH DEKLARASI

Bahwa sesungguhnya Islam adalah konsep yang rahmatan lilalamin, maka segala kegiatan yang
berasaskan syariah Islam diyakini dapat berlaku bagi segenap bangsa indomesia, terlepas dari
keyakinan agama yang dianutnya.

Dan kegiatan penelitian, pengembanngan serta penerapan sistem ekonomi dan etika usaha yang
sesuai dengan syariah islam telah membutuhkan wadah yang diharapkan diakui sebagai acuan dan
diikuti sebagai teladan bagi usaha percepatan pengembangan dan penerapan sistem ekonomi dan
etika usaha yang sesuai dengan syariah islam si Indonesia.

Maka dengan menyebut Nama Alllah, Rabb Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Serta dengan
memanjatkan Segala Puji bagi Allah, Rabb Semesta Alam : Kami, Asosiasi, Lembaga Keuangan,
Lembaga Pendidikan, Badan Usaha dan Perorangan yang peduli atas berkembanganya sistem
Ekonomi dan Etika Usaha yang berlandaskan Syariah Islam Di Indonesia, Dengan ini menyatakan
berdirinya wadah silaturahmi dengan nama masyarakat Ekonomi Syariah.

Kemudian untuk mencapai tujuan wadah silaturahmi yaitu tercapainya suatu masyarakat yang
melaksanakan kegiatan ekonomi dengan mengikuti syariah Islam secara Kaffah atau paripurna, maka
dengan ini kami menyatakan bahwa melalui wadah silaturahmi ini kami akan menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan untuk :

Membangun sinergi dan kemitraan di antara perorangan dan lembaga-lembaga yang terlibat
dalam kegiatan ekonomi syariah

Mewujudkan silaturrahim di antara pelaku-pelaku ekonomi, perorangan dan lembaga yang


berkaitan dengan ekonomi syariah
Mendorong pengembangan aktivitas ekonomi syariah di Indonesia sehingga menjadi pilihan
utama bagi masyarakat dalam kegiatan usaha termasuk dalam hal investasi maupun pembiayaan

Meningkatkan hubungan antara anggota dan otoritas yang terkait dengan kegiatan ekonomi dan
keuangan syariah

Meningkatkan kegiatan untuk membentuk sumber daya insani yang mempunyai akhlak, ilmu dan
kemampuan untuk menjalankan dan mengembangkan kegiatan ekonomi syariah

Semoga Allah, Rabb Yang Maha Kuasa, Selalu melimpahkan Taufik dan Hidayah kepada kami dalam
menjalankan niat kami ini sehingga dapat memberikan sumbangan yang nyata kepada bangasa dan
negara kesatuan Republik Indonesia.

Jakarta, 2 Muharram 1422 H, Atas nama Para Pendiri dan anggota Masyarakat Ekonomi Syariah,
Tertanda : Achmad Subianto, Aries Muftie, Arwin Rasyid, Iskandar Zulkarnain, Iwan P. Pontjowinoto,
Nurdin Hasibuan, Saefuddien Hasan, Zainul Arifin, Adiwarman A. Karim, Zaim Uchrowi, Riyanto
Sofyan, A. Riawan Amin, Sofyan Basir, Rudjito, Zainulbahar Noor, dllWUJUDKAN KESEJAHTERAAN
INDONESIA

PENERAPAN EKONOMI ISLAM DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN INDONESIA

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduuknya muslim. Ini merupakan potensi besar untuk
penerapan ekonomi islam. Umat islam indonesia sangat merindukan kemakmuran bangsanya.
Mereka ingin indonesia lebih baik dari segala sisi. Salah satu yang dibenahi adalah sisi ekonomi.

Indonesia dan dunia pernah mengalami krisis ekonomi yang parah. Ini menandakan adanya
kelemahan sistem yang dipakai. Sistem yang dipakai saat itu adalah sistem ekonomi konvensional
atau lebih dekat dengan sistem kapitalis. Sistem ini memberi banyak kesengsaraan. Sistem ini
bertumpu pada capital yang ujungnya memberi bentuk keserakan pada pelakunya.

Melihat kenyataan ini, kita sebagai bangsa harus berubah. Salah satu perubahan itu adalah dengan
menganti sistem ekonomi konvensional dengan sistem ekonomi islam. Kita pernah merasakan dan
melihat kegagalan sistem konvensional atau kapitalis dan sosialis di indonesia dan dunia. Nah, saat
ini kita belum melihat adanya kegagalan dari sitem ekonomi islam. Kita pernah melihat bagaimana
ekonomi islam berhasil memakmurkan dunia ketika zaman abbasiyah. Maka, saat ini mari kita
gerakkan ekonomi islam di indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan.

Potret Indonesia dengan Sistem Ekonomi Kapitalis (http://www.elhobela.co.cc)


Dalam berbagai pidato dan tulisan, ekonomi Indonesia dinamai dengan berbagai istilah seperti
ekonomi pancasila, ekonomi campuran, ekonomi kerakyatan dan istilah lainnya. Namun menurut
pakar ekonomi Universitas Trisakti Jakarta, Bpk. Sofyan Syafri Harahap Ph.D, setelah ditelaah lebih
kritis sebenarnya sistem ekonomi yang dianut Indonesia adalah sistem ekonomi Kapitalis. Bahkan
dalam hal-hal tertentu, menurut beliau, sistem ekonomi kita lebih kapitalis dari sistem kapitalis di
negara kampiun kapitalis seperti halnya di Amerika apalagi di Eropa. (http://sofyan.syafri.com).

Sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan di Indonesia semakin memasyarakat karena kelemahan
sistem hukum dan sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia. Walaupun setelah reformasi
Indonesia menjadi lebih baik, tetapi masih terkendala. Sehingga, sistem ekonomi pancasila yang
pernah terusung menghilang begitu saja. Dampaknya adalah bahwa kapitalis dengan mudahnya
menikmati keuntungan material dari berbagai kebijakan ekonomi nasional yang dipaksakannya
untuk dianut termasuk memaksakan keinginannya melalui aparat dan birokrat yang korup.

Jika dilihat dari segi siapa yang diuntungkan oleh sistem kapitalis saat ini maka dapat dipastikan
bahwa bahwa yang diuntungkan adalah sang kapitalis. Kalau di Dunia maupun Amerika kemajuan
ekonomi dalam beberapa dekade terakhir ini dinikmati lebih besar oleh orang kaya. Berikut
persentase bagian yang diterima masyarakat dunia dari sistem kapitalis yang banyak dianut didunia.
Data statistik dibawah menunjukkan bahwa, pada masyarakat dengan perekonomian rendah,
semakin lama tingkat ekonominya semakin turun. Sedangkan pada masyarakat tingkat ekonomi
menengah keatas, semakin lama tingkat ekonominya semakin meningkat.

No Penduduk 1965 1970 1980 1990

1 Termiskin 20% 2,3 2,2 1,7 1,4

2 Termiskin ke 2 20% 2,9 2,8 2,2 1,8

3 Terkaya ke 3, 20% 4,2 3,9 3,5 2,1

4 Terkaya ke 2, 20% 21,3 21,3 18,3 11,3

5 Paling kaya , 20% 69,5 70,0 75,4 83,4

Sumber: Korzeniewics dan Moran 1997

Dari statistik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin lama yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin. Sistem kapitalisme memang akan menghasilkan situasi seperti ini.
Tidak berbeda dengan data diatas. Data statistik yang dimiliki Indonesia juga menunjukkan bahwa
pada masyarakat dengan perekonomian rendah, semakin lama tingkat ekonominya semakin turun.
Sedangkan pada masyarakat tingkat ekonomi menengah keatas, semakin lama tingkat ekonominya
semakin meningkat. Berikut distribusi pendapatan penduduk Indonesia 2002-2004:

No Penduduk 2002 2003 2004

1 Pendapatan tertinggi 20% 42,2 42,3 42,1

2 Pendapatan Menengah 40% 36,9 37,1 37,1

3 Pendapatan Termiskin, 20% 20,9 20,6 20,8

Diolah Mustafa Edwin Nasution dari BPS

Kelembagaan ekonomi kapitalis bermuara dan mengerucut pada institusi Korporasi. Bahkan oleh
John Perkins (2005) dalam bukunya The Confession of Economic Hit Man menyatakan dan
mengalami bagaimana lembaga corporacy ini memiliki kekuasaan yang sungguh luar bisaa sampai
pada bidang politik serta menguasai dan mengatur kebijakan negara maupun kebijakan internasional
melalui berbagai lembaga internasional seperti IMF, Bank Dunia, atau PBB.

Karakteristik Ekonomi Islam

Ekonomi sebagai suatu usaha mempergunakan sumber-sumber daya secara rasional untuk
memenuhi kebutuhan, sesungguhnya melekat pada watak manusia. Tanpa disadari, kehidupan
manusia sehari-hari didominasi kegiatan ekonomi. Ekonomi Islam pada hakikatnya adalah upaya
pengalokasian sumber-sumber daya untuk memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan
petunjuk Allah Swt. dalam rangka memperoleh ridho-Nya.

Menurut ahli Ekonomi Islam, ada 3 (tiga) karakteristik yang melekat pada Ekonomi Islam, yaitu :

(a) Inspirasi dan petunjuknya diambil dari Al-Quran dan Al-Sunnah;

(b) Perspektif dan pandangan ekonominya mempertimbangkan peradaban Islam sebagai sumber;

(c) Bertujuan untuk menemukan dan menghidupkan kembali nilai-nilai, prioritas, dan etika ekonomi
komunitas muslim pada periode awal.
Berkaitan dengan hal pertama, terdapat deripatif dari karakteristik Ekonomi Islam, yaitu sbb. :

(a) Tidak adanya transaksi yang berbasis bunga (riba);

(b) Berfungsinya institusi zakat;

(c) Mengakui mekanisme pasar (market mechanism);

(d) Mengakui motif mencari keuntungan (profit motive);

(e) Mengakui kebebasan berusaha (freedom of enterprise);

(f) Kerjasama ekonomi (Didin Hafidhuddin, 2003: 18-19).

Ekonomi Makro Islam

Kebijakan ekonomi makro islam yang diambil:

1. Membuat mata uang yang memiliki jaminan emas.

2. Menghilangkan inflasi.

3. Mengunakan standar emas dalam satuan hitung.

4. Mengoptimalkan zakat sebagai pendapatan Negara.

5. Membentuk bank sentral islam.

6. Sistem yang dipakai adalah sistem ekonomi islam.

7. Membuat undang-undang sistem ekonomi Islam.

Ekonomi Mikro Islam

Kebijakan ekonomi mikro Islam yang diambil:

1. Mengoptimalkan UMKM.

2. Sistem perbankan yang digunakan adalah system perbankan islam.

3. Mengunakan pasar modal syariah, pengadaian syariah, rekasadana syariah, obligasi syariah,
asuransi syariah dll.

4. Menghilangkan riba dalam dunia keuangan.


Road Map Penerapan (2011-2021)

Ekonomi Makro Islam

Kebijakan ekonomi makro islam yang diambil:

Membuat mata uang yang memiliki jaminan emas (2011-2012).

Pelaksana Bank Indonesia.

Bank Indonesia bertanggung jawab penuh atas program itu.

Sebelumnya mata uang yang belum mendapat jaminan emas ditarik sedikit demi sedikit kemudian
diganti dengan mata uang yang punya jaminan emas.

Menghilangkan inflasi (2012-2014).

Pelaksana Bank Indonesia.

Bank Indonesia menghilangkan intrumen bunga dalam segala transaksi keuangan.

menerapkan kebijakan fiskal islam dalam mengatur pengeluaran dan pendapatan Negara.

Mengunakan standar emas dalam satuan hitung (2011-2012).

Pelaksana Bank Indonesia.

Program ini berjalan bersama dengan membuat mata uang yang memiliki jaminan emas.

Program ini membantu perhitungan nilai mata uang.

Mengoptimalkan zakat sebagai pendapatan Negara (2012-2015).

Pelaksana BAZNAS dan DPR RI.

DPR RI segera membuat aturan UU yang berhubungan dalam pengelolaan zakat (2012-2013).

Setelah aturan yang jelas sudah BAZNAS bertindak sebagai pengelola Zakat.

BAZNAS berkoordinasi dengan BAZDA dan LAZ untuk mensinergikan program.

Membentuk bank sentral islam (2015-2016).

Pelaksana Pemerintah Pusat RI.

Bank Indonesia diganti sistemnya dengan mengunakan sistem syariah.

Sistem yang dipakai adalah sistem ekonomi islam (2011-2016).


Pelaksana Pemerintah .

Pemerintah membuat Kepres dan melakukan kebijakan tentang kewajiban mengunakan sistem
ekonomi islam dalam menjalankan pemerintahan.

Pemerintah pusat dan daerah bersinergi dalam melaksanakan sistem tersebut.

Pemerintah pusat membuat program yang terencana dalam menerapan program tersebaut.

Membuat undang-undang sistem ekonomi Islam (2011-2012).

Pelaksana DPR RI dan Pemerintah Pusat.

UU tentang sistem ekonomi islam harus dibuat beseerta semua intrumen yang ada untuk
menunjang program tersebut.

Pemerintah membuat peraturan dalam mengejawantahkan UU tersebut.

Ekonomi Mikro Islam

Kebijakan ekonomi mikro Islam yang diambil:

o Mengoptimalkan UMKM (2011-2021).

o Pelaksana Pemerintah, Lembaga Keuangan dan Masyarakat.

o Pemerintah memberikan bantuan modal berupa hibah (2011-2021).

o Lembaga keuangan member kemudahan dalam penambahan modal (2011-2016).

o Masyarakat membuat pemesaran yang efektif dalam optimalisasi UMKM (2011-2015).

o Sistem perbankan yang digunakan adalah sistem perbankan islam (2011-2021).

o Pelaksana Pemerintah dan lembaga Keuangan.

o Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan pengawas pelaksanaan sistem perbankan islam.

o Lembaga keuangan sebagai pelaksana dan member edukasi terhadap masyarakat.

o Mengunakan pasar modal syariah, pengadaian syariah, rekasadana syariah, obligasi syariah,
asuransi syariah dll (2011-2021).

o Pelaksana BAPEPAM, Pegadaian, Perusahaan reksadana, Pemerintah, Perusahaan Swasta,


Perusahaan Asuransi dan Lembaga Keuangan Bank atau non Bank.

o Pemerintah sebagai komandan dan pengatur agar adanya sinergisitas program.


o Menghilangkan riba dalam dunia keuangan (2011-2012).

o Pelaksana Pemerintah.

o Pemerintah membuat aturan penghilangan bunga dalam segala transaksi.

o bunga dihilangkan secara utuh dan ada hukuman yang jelas bagi yang melanggar.

Kesimpulan

1. Harus sinergisitas antar lembaga dalam mewujudkan kesejahteraan ekononomi Indonesia.

2. Ada ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan dan disiplin dalam penerapannya.

3. Ekonomi Islam hadir sebagai solusi dalam mensejahterakan bangsa Indonesia.

Share this article :

Related Articles

If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.

Subscribe via RSS Feed

Tetapi perkembangan ekonomi islam bisa saja berkembang di Indonesia dan bahkan sangat
mungkin. Namun yang sebenarnya harus kita lihat adalah, dari segi kualitasnya, bukan kuantitasnya.
Dalam artian, perkembangan ekonomi islam yang dilakukan oleh individu-individu tersebut apakah
benar dilandaskan oleh niat untuk beribadah, taat kepada aturan Al-Quran dan Hadist, bukan
karena faktor yang lain, seperti hanya mencantumkan lebel syariah yang dilandaskan hanya ingin
merauk untung yang besar karena melihat perkembangan ekonomi islam yang pesat.

Hukum Dasar ekonomi syariah harus merujuk pada sumber Syariah yaitu Al-Quran, Al-Hadis dan
Fatma Dewan Syariah Nasional MUI.

Filosofi syariah telah diatur dalam al-Quran yaitu :


(1) Kerjasama Usaha, didasarkan kepada niat untuk saling tolong menolong dalam kegiatan ekonomi
melalui pola bagi hasil (Mudharabah) sehingga tercipta sistem usaha yang adil dan berkah.

Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. Al-Maidah/ 5 : 2 )

(2) Dasar Hukum Syariah dalam Kerjasama Usaha mengacu pada perjanjian atau kesepakatan
kerjasama usaha Firman Allah SWT :

Aritnya : Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan
Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah/perjanjian perjanjian itu. (QS. An-Nahl/ 16 : 91)

(3) Dana Pinjaman harus merupakan Dana Titipan Usaha sebagai amanat yang bersifat Wadiah Yad-
damadah (titipan yang boleh untuk diusahakan) dimana ketentuan-ketentuannya disepakati para
pihak.

Artinya : Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercaya itumenunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabbnya.
(QS Al-Baqarah: 283)

Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam merecovery ekonomi
Indonesia adalah penerapan ekonomi syariah. Ekonomi syariah memiliki komitmen yang kuat pada
pengentasan kemiskinan, penegakan keadilan pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan
pelarangan spekulasi mata uang sehingga menciptakan stabilitas perekonomian.

Ekonomi syariah yang menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang unggul dalam menghadapi
gejolak moneter dibanding sistem konvensional. Fakta ini telah diakui oleh banyak pakar ekonomi
global, seperti Rodney Shakespeare (United Kingdom), Volker Nienhaus (Jerman), dsb.
Sementara bank-bank raksasa mengalami keterpurukan hebat yang berakhir pada likuidasi, sebagian
bank konvensional lainnya terpaksa direkap oleh pemerintah dalam jumlah besar Rp 650 triliun.
Setiap tahun APBN kita dikuras lagi oleh keperluan membayar bunga obligasi rekap tersebut. Dana
APBN yang seharusnya diutamakan untuk pengentasan kemiskinan rakyat, tetapi justru digunakan
untuk membantu bank-bank konvensional. Inilah faktanya, kalau kita masih mempertahakan sistem
ekonomi kapitalisme yang ribawi.

Menurut saya, Pemerintah harus melihat ekonomi syariah dalam konteks penyelamatan ekonomi
Nasional. Sehubungan dengan itu, pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN) perlu kembali
diwujudkan dengan memasukkan para pakar ekonomi syariah di dalamnya. Ekonomi syariah di
Indonesia telah menunjukkan ketangguhannya di masa krisis dan lagi pula dalam praktek
perekonomian di Indonesia selama ini, Indonesia sudah menerapkan dual system, yakni
konvensional dan sistem ekonomi syariah, terutama yang berkaitan dengan lembaga perbankan dan
keuangan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Islam berpengaruh pada teori Sinlammim yaitu, Allah swt,
manusia, dan produk syariah.

SIN : Manusia

LAM : Allah Swt

MIM : produk syariah (Mudharabah, Musyarakah, Wadiah/Pinjaman0

Allah swt menciptkan bumi beserta isinya untuk dimanfaatkan oleh makhluk hidup yang dapat
dipergunakan sebaik-baiknya. Untuk itu, manusia patut bersyukur atas rahmat Allah yang telah
memberikan manusia kenikmatan didunia ini. Ia telah memberikan rezeki, umur, nafas, akal, dan
bentuk tubuh yang sempurna. Manusia yang telah Allah berikan akalnya dapat berfikir dengan jernih
bagaimana cara menciptkan kesejahteraan ekonominya yaitu dengan menciptakan sesuatu yang
bermanfaat yang dapat menjadikan keberkahan bagi yang terlibat didalamnya dan keberkahan kita
semua sebagai bangsa. Tentunya tidak mengandung unsur riba.

Anda mungkin juga menyukai