PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap intansi atau setiap lembaga yang berada dibawah
naungan pemerintah baik itu pemerintah daerah maupun pusat
tentunya dimintai laporan pertanggungjawaban atas
segala segala sifat, sikap, perilaku dan kebijakannya kepada publik
selama mereka menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Pertanggungjawaban tentang sifat, sikap,
perilaku, dan kebijakan dalam kerangka melaksanakan apa yang
menjadi tugas dan tanggung jawabnya kepada publik tadi dalam
studi administrasi negara disebut dengan akuntabilitas.
Lembaga pemerintah dibuat oleh publik dan untuk publik,
karenanya perlu mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada
publik Pertanggungjawaban yang dimaksud adalah berupa laporan
yang disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga
pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan
kepada Presiden selaku kepala pemerintahan. Laporan tersebut
menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan
melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Begitupun dengan lembaga pendidikan yang berada dibawah
naungan pemerintah, dalam hal ini sebuah lembaga juga diminta
untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja pemerintah dengan
tujuan untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah
dilaksanakan dalam lembaga pendidikan tersebut.
Pertanggungjawaban (akuntabilitas) dapat dibedakan dalam tiga
macam yaitu akuntabilitas (accountability), responsibilitas
(responsibility), dan responsivitas (responsiveness).
Akuntabilitas (accountability) digunakan untuk mengukur apakah
sumber daya publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan
dimana sumber daya public tadi ditetapkan dan tidak digunakan
secara illegal. Akuntabilitas merupakan konsep yang berkenaan
dengan standard eksternal yang menentukan kebenaran suatu
tindakan oleh administrasi Negara (birokrasi publik). Akuntabilitas
sering disebut juga sebagai tanggungjawab yang bersifat objektif
(objective responsibility).
Responsibilitas objektif (objective responsibility) bersumber
kepada adanya pengendalian dari luar (external control) yang
mendorong atau memotivasi aparat untuk bekerja keras sehingga
tujuan three Es (economy, efficiency, and effectiveness) dari
organisasi dapat tercapai.
Berangkat dari latar belakang tersebut dalam makalah ini akan
dibahas mengenai pengertian LAKIP, Fungsi dan tujuan LAKIP,
prinsip-prinsip LAKIP, serta bagaimana cara penyusunan LAKIP.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)?
2. Apakah fungsi dan tujuan dari Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)?
3. Bagaimanakah prinsip-prinsip Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)?
4. Bagaimanakah format penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui devinisi Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)
2. Untuk memahami fungsi dan tujuan dari Laporan Akuntabilitas
Instansi Pemerintah (LAKIP)
3. Untuk memahami prinsip-prinsip Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)
4. Untuk mengetahui cara penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)
BAB II
A. Pengertian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
1. Akuntabilitas
Sjahruddin Rasul menyatakan bahwa akuntabilitas didefinisikan secara
sempit sebagai kemampuan untuk memberi jawaban kepada otoritas yang
lebih tinggi atas tindakan seseorang atau sekelompok orang terhadap
masyarakat secara luas atau dalam suatu organisasi. Dalam konteks
institusi pemerintah, seseorang tersebut adalah pimpinan instansi
pemerintah sebagai penerima amanat yang harus memberikan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan amanat tersebut kepada
masyarakat atau publik sebagai pemberi amanat.[1]
J.B. Ghartey menyatakan bahwa akuntabilitas ditujukan untuk mencari
jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan stewardship yaitu
apa, mengapa, siapa, ke mana, yang mana, dan bagaimana suatu
pertanggungjawaban harus dilaksanakan.[2]
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban
dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badanhukum pimpinan
kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.[3]
Akuntabilitas juga dapat berarti sebagai perwujudan pertanggungjawaban
seseorang atau unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah
diberikan dan dikuasai, dalam rangka pencapaian tujuan, melalui suatu
media berupa laporan akuntabilitas kinerja secara periodik. Sumber daya
dalam hal ini merupakan sarana pendukung yang diberikan kepada
seseorang atau unit organisasi dalam rangka memperlancar pelaksanaan
tugas yang telah dibebankan kepadanya. Wujud dari sumber daya
tersebut pada umumnya berupa sumber daya manusia, dana, sarana
prasarana, dan metode kerja. Sedangkan pengertian sumber daya dalam
konteks negara dapat berupa aparatur pemerintah, sumber daya alam,
peralatan, uang, dan kekuasaan hukum dan politik[4]
Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas adalah
suatu pertanggungjawaban dari suatu instansi atau lembanga pemerintah
kepada pihak yang berhak sebagai wujud dari pelaksanaan, keberhasilan
serta kegagalan yang terjadi dalam suatu instansi atau lembaga.
2. Kinerja Instansi Pemerintah
Menurut Srimindarti kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh
seorang karyawan diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Kinerja didefinisikan juga sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan
seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu
tertentu. Kinerja dapat juga didefinisikan sebagai penentuan secara
periodic efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja
adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas
dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu
maupun kerja kelompok personil. Kinerja dalam organisasi merupakan
jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.[5]
Instansi Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang menurut peraturan perundangan yang berlaku terdiri dari:
Kementerian, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Markas Besar TN! (meliputi:
Markas Besar TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut),
Kepolisian Republik Indonesia. Kantor Perwakilan Pemerintah RI di Luar
Negeri, Kejaksaan Agung, Perangkat Pemerintahan Provinsi, Perangkat
Pemerintahan Kabupaten/Kota, dan lembaga/badan lainnya yang dibiayai
dari anggaran negara.[6]
Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai
penjabaran dari visi, misi dan strateji instansi pemerintah yang
mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.
[7]
3. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara
periodik.[8]
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah media
akuntabilitas yang dapat dipakai oleh instansi untuk melaksanakan
kewajiban kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).
[9] Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) adalah
sebuah laporan yang berisikan akuntabilitas dan kinerja dari suatu instansi
pemerintah untuk pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Yang
dimaksud instansi pemerintah adalah satuan kerja perangkat daerah
(SKPD). Satuan kerja perangkat daerah (SKPD) adalah suatu unit kerja
pemerintah yang diberikan hak dan tanggung jawab untuk mengelola
sendiri administrasi dan keuangan. Penyusunan lakip berdasarkan siklus
anggaran yang berjalan yaitu 1 tahun. secara lengkap memuat laporan
yang membandingkan perencanaan dan hasil dalam penyusunan suatu
kegiatan belanja, dibuat suatu masukan yaitu besaran dana yang
dibutuhkan, hasil yaitu sesuatu hasil atau bentuk nyata yang didapat dari
dana yang dikeluarkan.[10]
Adapun penanggung jawab penyusunan LAKIP adalah pejabat yang
secara fungsional bertanggung jawab melakukan dukungan administratif
di instansi masing-masing. Pimpinan 'instansi, sebagaimana tersebut
dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999, dapat menentukan tim kerja yang
bertugas membantu penanggung jawab LAKIP di instansinya masing-
masing dengan mengacu pada pedoman ini. Apabila dipandang perlu, tim
kerja dan penanggung jawab LAKIP dimaksud dapat berkonsultasi dengan
Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Badan Pengawasan Keuangan
dan Perribangunan (BPKP). Konsultasi dimaksud dengan
memberitahukan terlebih dahulu secara lisan maupun tertulis.[11]
BAB III
Kesimpulan
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah media
akuntabilitas yang dapat dipakai oleh instansi untuk melaksanakan
kewajiban kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) adalah sebuah
laporan yang berisikan akuntabilitas dan kinerja dari suatu instansi
pemerintah untuk pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Penanggung
jawab penyusunan LAKIP adalah pejabat yang secara fungsional
bertanggung jawab melakukan dukungan administratif di instansi masing-
masing
Fungsi LAKIP ini diantaranya adalah suatu media hubungan kerja
organisasi yang berisi data dan informasi, wujud tertulis
pertanggungjawaban suatu instansi kepada pemebri wewenang dan
mandate, media akuntabilitas setiap instansi pemerintah, serta media
informasi bagi pemerintah maupun masyarakat. Adapun tujuan dari
penyusunan dan penyampaian LAKIP adalah untuk mewujudkan
akuntabilitas instansi pemerintah kepada pihak-pihak yang memberi
mandate/amanah.
Dalam penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip pelaporan pada
umumnya diantaranya, jujur, objektif, akurat, dan transparan, selain hal
tersebut masih ada prinsip-prinsip lain yaitu, Lingkup
Pertanggungjawaban, Prioritas, manfaat dan transparansi
Penyusunan LAKIP harus dilandasi dengan pengertian dan kesadaran
bahwa laporan akan dapat bermanfaat bagi terwujudnya pemerintahan
yang baik, pemerintahan yang bersih, dan produktifitas dilingkungan
instansi pemerintah. Mengingat LAKIP merupakan, bahan evaluasi untuk
menilai kinerja instansi pemerintah, maka LAKIP harus dibuat secara
tertulis dan disampaikan secara periodic. LAKIP tersebit harus
disampaikan selambat-lambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran
berahir. LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang
melibatkan pihak yang berwenang membuat dan menerima LAKIP, serta
pengguna LAKIP
Daftar Pustaka