Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap intansi atau setiap lembaga yang berada dibawah
naungan pemerintah baik itu pemerintah daerah maupun pusat
tentunya dimintai laporan pertanggungjawaban atas
segala segala sifat, sikap, perilaku dan kebijakannya kepada publik
selama mereka menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Pertanggungjawaban tentang sifat, sikap,
perilaku, dan kebijakan dalam kerangka melaksanakan apa yang
menjadi tugas dan tanggung jawabnya kepada publik tadi dalam
studi administrasi negara disebut dengan akuntabilitas.
Lembaga pemerintah dibuat oleh publik dan untuk publik,
karenanya perlu mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada
publik Pertanggungjawaban yang dimaksud adalah berupa laporan
yang disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga
pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan
kepada Presiden selaku kepala pemerintahan. Laporan tersebut
menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan
melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Begitupun dengan lembaga pendidikan yang berada dibawah
naungan pemerintah, dalam hal ini sebuah lembaga juga diminta
untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja pemerintah dengan
tujuan untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah
dilaksanakan dalam lembaga pendidikan tersebut.
Pertanggungjawaban (akuntabilitas) dapat dibedakan dalam tiga
macam yaitu akuntabilitas (accountability), responsibilitas
(responsibility), dan responsivitas (responsiveness).
Akuntabilitas (accountability) digunakan untuk mengukur apakah
sumber daya publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan
dimana sumber daya public tadi ditetapkan dan tidak digunakan
secara illegal. Akuntabilitas merupakan konsep yang berkenaan
dengan standard eksternal yang menentukan kebenaran suatu
tindakan oleh administrasi Negara (birokrasi publik). Akuntabilitas
sering disebut juga sebagai tanggungjawab yang bersifat objektif
(objective responsibility).
Responsibilitas objektif (objective responsibility) bersumber
kepada adanya pengendalian dari luar (external control) yang
mendorong atau memotivasi aparat untuk bekerja keras sehingga
tujuan three Es (economy, efficiency, and effectiveness) dari
organisasi dapat tercapai.
Berangkat dari latar belakang tersebut dalam makalah ini akan
dibahas mengenai pengertian LAKIP, Fungsi dan tujuan LAKIP,
prinsip-prinsip LAKIP, serta bagaimana cara penyusunan LAKIP.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)?
2. Apakah fungsi dan tujuan dari Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)?
3. Bagaimanakah prinsip-prinsip Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)?
4. Bagaimanakah format penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui devinisi Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)
2. Untuk memahami fungsi dan tujuan dari Laporan Akuntabilitas
Instansi Pemerintah (LAKIP)
3. Untuk memahami prinsip-prinsip Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)
4. Untuk mengetahui cara penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)

BAB II
A. Pengertian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
1. Akuntabilitas
Sjahruddin Rasul menyatakan bahwa akuntabilitas didefinisikan secara
sempit sebagai kemampuan untuk memberi jawaban kepada otoritas yang
lebih tinggi atas tindakan seseorang atau sekelompok orang terhadap
masyarakat secara luas atau dalam suatu organisasi. Dalam konteks
institusi pemerintah, seseorang tersebut adalah pimpinan instansi
pemerintah sebagai penerima amanat yang harus memberikan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan amanat tersebut kepada
masyarakat atau publik sebagai pemberi amanat.[1]
J.B. Ghartey menyatakan bahwa akuntabilitas ditujukan untuk mencari
jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan stewardship yaitu
apa, mengapa, siapa, ke mana, yang mana, dan bagaimana suatu
pertanggungjawaban harus dilaksanakan.[2]
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban
dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badanhukum pimpinan
kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.[3]
Akuntabilitas juga dapat berarti sebagai perwujudan pertanggungjawaban
seseorang atau unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah
diberikan dan dikuasai, dalam rangka pencapaian tujuan, melalui suatu
media berupa laporan akuntabilitas kinerja secara periodik. Sumber daya
dalam hal ini merupakan sarana pendukung yang diberikan kepada
seseorang atau unit organisasi dalam rangka memperlancar pelaksanaan
tugas yang telah dibebankan kepadanya. Wujud dari sumber daya
tersebut pada umumnya berupa sumber daya manusia, dana, sarana
prasarana, dan metode kerja. Sedangkan pengertian sumber daya dalam
konteks negara dapat berupa aparatur pemerintah, sumber daya alam,
peralatan, uang, dan kekuasaan hukum dan politik[4]
Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas adalah
suatu pertanggungjawaban dari suatu instansi atau lembanga pemerintah
kepada pihak yang berhak sebagai wujud dari pelaksanaan, keberhasilan
serta kegagalan yang terjadi dalam suatu instansi atau lembaga.
2. Kinerja Instansi Pemerintah
Menurut Srimindarti kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh
seorang karyawan diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Kinerja didefinisikan juga sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan
seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu
tertentu. Kinerja dapat juga didefinisikan sebagai penentuan secara
periodic efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja
adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas
dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu
maupun kerja kelompok personil. Kinerja dalam organisasi merupakan
jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.[5]
Instansi Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang menurut peraturan perundangan yang berlaku terdiri dari:
Kementerian, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Markas Besar TN! (meliputi:
Markas Besar TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut),
Kepolisian Republik Indonesia. Kantor Perwakilan Pemerintah RI di Luar
Negeri, Kejaksaan Agung, Perangkat Pemerintahan Provinsi, Perangkat
Pemerintahan Kabupaten/Kota, dan lembaga/badan lainnya yang dibiayai
dari anggaran negara.[6]
Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai
penjabaran dari visi, misi dan strateji instansi pemerintah yang
mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.
[7]
3. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara
periodik.[8]
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah media
akuntabilitas yang dapat dipakai oleh instansi untuk melaksanakan
kewajiban kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).
[9] Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) adalah
sebuah laporan yang berisikan akuntabilitas dan kinerja dari suatu instansi
pemerintah untuk pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Yang
dimaksud instansi pemerintah adalah satuan kerja perangkat daerah
(SKPD). Satuan kerja perangkat daerah (SKPD) adalah suatu unit kerja
pemerintah yang diberikan hak dan tanggung jawab untuk mengelola
sendiri administrasi dan keuangan. Penyusunan lakip berdasarkan siklus
anggaran yang berjalan yaitu 1 tahun. secara lengkap memuat laporan
yang membandingkan perencanaan dan hasil dalam penyusunan suatu
kegiatan belanja, dibuat suatu masukan yaitu besaran dana yang
dibutuhkan, hasil yaitu sesuatu hasil atau bentuk nyata yang didapat dari
dana yang dikeluarkan.[10]
Adapun penanggung jawab penyusunan LAKIP adalah pejabat yang
secara fungsional bertanggung jawab melakukan dukungan administratif
di instansi masing-masing. Pimpinan 'instansi, sebagaimana tersebut
dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999, dapat menentukan tim kerja yang
bertugas membantu penanggung jawab LAKIP di instansinya masing-
masing dengan mengacu pada pedoman ini. Apabila dipandang perlu, tim
kerja dan penanggung jawab LAKIP dimaksud dapat berkonsultasi dengan
Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Badan Pengawasan Keuangan
dan Perribangunan (BPKP). Konsultasi dimaksud dengan
memberitahukan terlebih dahulu secara lisan maupun tertulis.[11]

B. Dasar Hukum LAKIP


1. Peraturan presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementrian Negara
Republik Indonesia.
2. Instruksi Presiden Nomor 7 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
3. Keputusan Mentri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi
Dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota
4. Peraturan Mentri Agama Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Departemen Agama
5. Peraturan Mentri Agama Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Satuan
Organisasi/Kerja Di Lingkungan Departemen Agama.
6. Instruksi Mentri Agama Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Mentri Agama Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Satuan
Organisasi/Kerja Di Lingkungan Departemen Agama.[12]

C. Fungsi, Tujuan dan Manfaat LAKIP


1. Fungsi LAKIP
a. Suatu media hubungan kerja organisasi yang berisi data dan
informasi
b. Wujud tertulis pertanggungjawaban suatu instansi kepada pemebri
wewenang dan mandat.
c. Media akuntabilitas setiap instansi pemerintah, merupakan bentuk
perwujudan kewajiban menjawab yang disampaikan kepada
atasannya/pemberi wewenang yang ahirnya bermuara kepada presiden
untuk selanjutnya menjadi pertanggungjawabankepada masyarakat.
d. Media informasi, tentang sejauh mana penerapan prinsip-prinsip
good govermance termasuk penerapan fungsi-fungsi manajemen secara
benar diinstansi yang berasangkutan. Salah satu fugsi manajemen adalah
pelaporan yang dapat dijadikan alat untuk evaluasi diri sendiri guna
menentukan focus perbaikan kinerja berkesinambungan yang harus
dilakukan.[13]

2. Tujuan dan Manfaat LAKIP


Tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP adalah untuk mewujudkan
akuntabilitas instansi pemerintah kepada pihak-pihak yang memberi
mandate/amanah. Dengan demikian LAKIP merupakan sarana bagi
instansi pemerintah untuk mengkomunikasikan dan menjawab tentang
apa yang sudah dicapai dan bagaimana proses pencapaianya berkaitan
dengan mandate yang diterima instansi pemerintah tersebut.[14]
Selain itu penyampaian LAKIP kepada pihak yang berhak (secara hierarki)
juga bertujuan untuk memenuhi antara lain:
a. Pertanggungjawaban dari unit yang lebih rendahke unit yang lebih
tinggi, atau pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan.
b. Pengambilan keputusan dan pelaksanaan perubahan-perubahan
kearah poerbaikan dalam mencapai penghematan, efesiensi, dan
efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, serta ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan yang telah berlaku dalam rangka
melaksanakan misi instansi.
c. Perbaikan dalam perencanaan, khususnya perencanaan jangka
menengah dan jangka pendek.[15]
LAKIP yang disampaikan instansi pemerintah antara lain bermanfaat
untuk:
a. Meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas instansi dimata instansi
yang lebih tinggi dan ahirnya meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap instansi.
b. Umpan balik untuk peningkatan kinerja instansi pemerintah, antara
lain melalui perbaikan penerapan fungsi-fungsi manajemen secara benar,
mulai dari perencanan kinerja hingga kepada evaluasi, serta
pengembangan nilai-nilai akuntabilitas instansi tersebut.
c. Mengetahui dan menilai keberhasilan dan kegagalan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab instansi.
d. Mendorong instansi pemerintah untuk menyelenggarakan tugas
umum pemerintah dan pembangunan secara baik sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, kebijakan yang transparan
dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
e. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel, sehingga dapat
beroperasi secara efisien, efektif dan responsive terhadap aspirasi
masyarakat dan lingkungannya.[16]
D. Prinsip-Prinsip LAKIP
Dalam penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip pelaporan pada
umumnya diantaranya, jujur, objektif, akurat, dan transparan. Disamping
itu perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Lingkup Pertanggungjawaban
Hal-hal yang dilaporkan dalam LAKIP harus proporsional dengan lingkup
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing, dan memuat
keberhasilan atau kegagalan. Laporan juga harus menggambarkan
adanya perbaikan dimasa datang, mampu mengidentifikasi, dan
menyajikan alternative perbaikan untuk meningkatkan kualitas sekolah
instansi dimasa yang akan datang.Pihak yang melaporkan, harus dapat
menuangkan secara jelas lingkup pertanggungjawaban, baikhal-hal yang
dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan kepada pihak
pengguna laporan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan bagi pihak
penerima dalam memahami isi laporan.[17]
2. Prioritas
Laporan hendaknya berisi hal-hal yang penting dan relevan, bagi
pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi. Hal ini
diperlukan sebagai penduan dalam rangka upaya tindak lanjut. Misalnya,
hal-hal yang menonjol baik keberhasilan maupun kegagalan, perbedaan-
perbedaan atau penyimpangan-penyimpangan antara realisasi dengan
target/standar/rencana/anggaran.[18]
3. Manfaat
Manfaat LAKIP harus lebih besar dari pada biaya penyusunannya.
Pasalnya tidak jarang beberapa instansi pemerintah menggunakan
anggaran yang tidak sedikit, hanya untuk menyusun laporan akuntabilitas.
Padahal nilai dari lapoarn itu tidak seberapa, hal ini selain menimbulkan
ketidak efisienan dalam penggunaan anggaran belanja instansi, juga tentu
saja merugikan pemerintah. Selain itu, laporan juga harus bermanfaat
bagi peningkatan pencapaian kinerja instansi bersangkutan.[19]
4. Transparansi
Artinya LAKIP mudah untuk diakses dan dimanfaatkan oleh pihak
terkait[20]
Selain prinsip-prinsip sebagaimana telah diuraikan, agara penyusunan
LAKIP berkualitas, maka perlu juga diperhatikan ciri-ciri laporang yang
baik sebagai berikut:
- Relevan, artinya apa-apa yang dilaporkan sesuai dengan kondisi
yang ada dilapangan, serta sesuai apa yang diinginkan oleh pihak-pihak
yang meminta laporan.
- Tepat waktu, artinya penyampaian laporan kepada pihak-pihak
yang meminta harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam
peraturan atau perundangan.
- Dapat dipercaya/diandalkan, artinya laporan merupakan data-data
jujur berasal dari kajian akuntabilitas instansi. Laporan bukan hasil
rekayasa agar pihak luar merasa senang.
- Mudah dimengerti (jelas dan cermat), artinya laporan diupayakan
disusun sejelas mungkin baik dari segi bahasa , rumus-rumus dan data-
data yang disajikan.
- Berdaya banding tinggi (reliable)
- Berdaya uji (verifiable), artinya data-data dalam laporan dapat
dibuktikan kebenarannya,
- Netral. Artinya suatu laporan tidak memihak baik orang/instansi
yang dilapokan maupun pihak-pihak peminta laporan.
- Mengikuti standar yang tgelah ditetapkan, yaitu itu format dan
sistematika penyusunan harus mengikuti standar laporan yang telah
ditetapkan.[21]

E. Format dan Isi LAKIP


Agar LAKIP dapat lebih berguna sebagai umpan balik bagi pihak-pihak
yang berkepentingan, maka bentuk dan isinya diseragamkan tanpa
mengabaikan keunikan masing-masing instansi pemerintah. LAKIP
menyajikan uraian tentang kinerja instansi pemerintah dalam arti
keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran dan tujuan instansi
pemerintah. Oi sam ping itu, perlu juga dimasukkan dalam LAKIP aspek
keuangan yang secara langsung mengaitk~n hubungan antara anggaran
negara yang dibelanjakan dengan hasil atau manfaat yang diperoleh.
Format dan isi LAKIP adalah sebagai berikui:[22]
1. Pengantar
Bagian ini menguraikan tentang apa yang sedang dikerjakan oleh satuan
kerja, kemudian dasar hokum kewahiban penyusunan LAKIP, kemudian
dikemukakan pula capaian-capaian yang telah berhasil dan bila perlu
dibandingkan dengan pencapaian pada tahun sebelumnya agar ada
korelasi dari tiap-tiap capaian.
2. Ikhtisar Eksekutif
Pada bagian ini disajikan:
- Tujuan dan sasaran yang telah dilakukan dalam Rencana
Strategis, seerta sejauh mana usaha-usaha yang telah dilakukan oleh
satuan kerja tersebut dalam pencapaian tujuan dan sasaran tersebut.
- Kendala-kendala yang terjadi selama pelaksanaan dalam kurun
waktu satu tahun.
- Langkah-langkah antisipasi dalam mengatasi kendala-kendala
yang mungkin terjadi di tahun yang akan datang.
3. BAB I Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan hal-hal umum tentang instansi serta uraian
singkat mandat apa yang dibebankan kepada instansi (gambaran umum
tupoksi).

4. BAB II Rencana Stratejik


Pada bab ini disajikan gambaran singkat mengenai:Rencana stratejik dan
Rencana Kinerja. Pada awal bab ini disajikan gambaran secara singkat
sasaran yang ingin diraih instansi pada tahun yang bersangkutan serta
bagaimana kaitannya dengan capaian visi dan misi instansi.
- Rencana Stratejik
Uraian singkat tentang rencana stratejik instansi, mulai dari visi, misi,
tujuan, sasaran serta kebijakan dan program instansi.
- Rencana Kinerja
Disajikan rencana kinerja pada tahun yang bersangkutan,terutama
menyangkutkegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai sasaran sesuai
dengan program pede tahun tersebut, dan indikator keberhasilan
pencapaiannya.
5. BAB III Akuntabilitas Kinerja
Pada bagian ini disajikan urian hasil penngukuran kinerja, evaluasi dan
analisis akuntabilitas kinerja, termasuk didalamnya menguraikan secara
sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala dan
permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan
diambil.
Selain itu juga memaparkan akuntabilitas keuangan dengan cara
menyajikan alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksana tupoksi atau
tugas-tugas lainnya, termasuk analisis tentang capaian indicator kinerja
efesiensi.
6. BAB IV Penutup
Mengemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan
kegagalan, permaslahan dan kendala utama yang berkaitan dengan
kinerja instansi yang bersangkutan serta strateji pemecahan masalah
yang akan dilaksanakan ditahun mendatang.
7. Lampiran-Lampiran
Setiap penjelasan lebih lanjut, perhitungan-perhitungan, gambar, dan
aspek pendukung seperti SDM, sarana-prasarana, metode, dan aspek lain
yang relevan, hendaknya tidak diuraikan dalam badan teks laporan, tetapi
dimuat dalam lampiran. Keputusan-keputusan atau peraturan-peraturan
dan perundang-undangan tertentu yang merupakan kebijakan yang telah
ditetapkan dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran perlu
dilampirkan. Jika jumlah lampiran cukup banyak, hendaknya dibuat daftar
lampiran, dafter gambar, dan daftar table secukupnya.

F. Waktu Penyampaian dan Mekanisme Pelaporan LAKIP


1. Waktu Penyampaian LAKIP
Penyusunan LAKIP harus dilandasi dengan pengertian dan kesadaran
bahwa laporan akan dapat bermanfaat bagi terwujudnya pemerintahan
yang baik, pemerintahan yang bersih, dan produktifitas dilingkungan
instansi pemerintah. Mengingat LAKIP merupakan, bahan evaluasi untuk
menilai kinerja instansi pemerintah, maka LAKIP harus dibuat secara
tertulis dan disampaikan secara periodic. LAKIP tersebut harus
disampaikan selambat-lambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran
berahir.[23]
2. Mekanisme Pelaporan LAKIP
LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang melibatkan pihak
yang berwenang membuat dan menerima LAKIP, serta pengguna LAKIP.
Instansi yang harus dan berwenang membuat LAKIP adalah Kementrian,
Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan
Lembaga Tinggi Negara, Markas Besar TNI, Kantor Perwakilan
Pemerintah RI di Luar Negri, Kejaksaan Agung, Perangkat Pemerintah
Provinsi, Perangkat Pemerintahan Kabupaten/Kota, dan Lembaga-
Lembaga lainnya yang dibiayai dari anggarab Negara.[24]
Adapun mekanisme LAKIP adalah sebagai berikut:
a. Setiap pemimpin Departemen/LPND, Pemerintah Daerah, Satuan
Kerja atau Unit Kerja di dalamnya wajib membuat laporan akuntabilitas
kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada
atasannya.
b. LAKIP tahunan dari tiap Departemen/LPND, masing-masing
Menteri/pemimpin LPND menyampaikan kepada Presiden dan Wakil
Presiden dengan tembusan kepada Menteri yang bertanggung jawab di
bidang Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) serta Kepala Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
c. LAKIP tahunan dari setiap Pemerintah Provinsi disampaikan
kepada Presiden/Wakil Presiden dengan tembusan kepada Menteri Dalam
Negeri, Menteri yang bertanggungjawab di bidang PAN, dan Kepala
BPKP.
d. LAKIP tahunan Pemerintah Kabupaten/Kota disampaikan kepada
Presiden/Wakil Presiden dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri,
Gubernur/Kepala Pemerintah Daerah Provinsi dan Kepala Perwakilan
BPKP.
e. Kepala BPKP melakukan evaluasi terhadap LAKIP dan melaporkan
hasilnya kepada Presiden melalui Menteri yang bertanggungjawab di
bidang PAN dan salinannya kepada Kepala Lembaga Administrasi Negara
(LAN).
f. Kepala LAN melakukan kajian dan penilaian terhadap
perkembangan pelaksanaan sistem akuntabilitas dan kinerjanya, serta
melaporkannya kepada Presiden me!alui Menteri yang bertanggungjawab
di bidang PAN.[25]

BAB III
Kesimpulan
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah media
akuntabilitas yang dapat dipakai oleh instansi untuk melaksanakan
kewajiban kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) adalah sebuah
laporan yang berisikan akuntabilitas dan kinerja dari suatu instansi
pemerintah untuk pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Penanggung
jawab penyusunan LAKIP adalah pejabat yang secara fungsional
bertanggung jawab melakukan dukungan administratif di instansi masing-
masing
Fungsi LAKIP ini diantaranya adalah suatu media hubungan kerja
organisasi yang berisi data dan informasi, wujud tertulis
pertanggungjawaban suatu instansi kepada pemebri wewenang dan
mandate, media akuntabilitas setiap instansi pemerintah, serta media
informasi bagi pemerintah maupun masyarakat. Adapun tujuan dari
penyusunan dan penyampaian LAKIP adalah untuk mewujudkan
akuntabilitas instansi pemerintah kepada pihak-pihak yang memberi
mandate/amanah.
Dalam penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip pelaporan pada
umumnya diantaranya, jujur, objektif, akurat, dan transparan, selain hal
tersebut masih ada prinsip-prinsip lain yaitu, Lingkup
Pertanggungjawaban, Prioritas, manfaat dan transparansi
Penyusunan LAKIP harus dilandasi dengan pengertian dan kesadaran
bahwa laporan akan dapat bermanfaat bagi terwujudnya pemerintahan
yang baik, pemerintahan yang bersih, dan produktifitas dilingkungan
instansi pemerintah. Mengingat LAKIP merupakan, bahan evaluasi untuk
menilai kinerja instansi pemerintah, maka LAKIP harus dibuat secara
tertulis dan disampaikan secara periodic. LAKIP tersebit harus
disampaikan selambat-lambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran
berahir. LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang
melibatkan pihak yang berwenang membuat dan menerima LAKIP, serta
pengguna LAKIP

Daftar Pustaka

Departemen Agama RI. 2007. Perkembangan SAKIP/LAKIP di


Lingkungan Departemen Agama. Departemen Agama RI Sekretariat
Jendral Biro Organisasi dan Tata Laksana Tahun 2007
Husni, Karna. 2015. Manajemen perubahan sekolah. Bandung: CV
PUSTAKA SETIA
Inspektorat LIPI. 2009. Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas
Instansi Pemerintahan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Lembaga Administrasi Negara RI. 2003. Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara RI
Pusat pendidikan dan pelatihan pengawasan (BPKP). 2007. Akuntabilitas
Instansi Pemerintah. Ciawi: Badan Pusat pendidikan dan pelatihan
pengawasan (BPKP)
Santoso Susan. 2013. Analisis Laporan Akuntabilitas Kinerja Pada Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA. Vol
No.4 Desember 2013, hal. 160-170
Wibowo, Agus. 2013. Akuntabilitas Pendidikan. Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR
[1] Pusat pendidikan dan pelatihan pengawasan (BPKP), Akuntabilitas
Instansi Pemerintah. (Ciawi: Badan Pusat pendidikan dan pelatihan
pengawasan (BPKP), 2007). hal, 3
[2] Ibid,.
[3] Karna Husni, Manajemen perubahan sekolah, (Bandung: CV
PUSTAKA SETIA, 2015), hal, 240
[4] Pusat pendidikan dan pelatihan pengawasan (BPKP), Akuntabilitas
., hal, 4
[5] Susan Santoso. Analisis Laporan Akuntabilitas Kinerja Pada Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA. Vol
No.4 Desember 2013, hal.163 (160-170 )
[6] Lembaga Administrasi Negara RI. Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. (Jakarta, 2003). hal, 2
[7] Ibid, hal, 3
[8] Ibid,.
[9] Inspektorat LIPI. Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintahan. (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; 2009). hal, 3

Anda mungkin juga menyukai