Anda di halaman 1dari 5

TATALAKSANA DIABETES MELLITUS TIPE 2

DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA


Oleh: Dr.Mahesa Paranadipa, M.H

Pendahuluan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit


atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskes-
klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasi-
das) tahun 2013, terjadi peningkatan dari 1,1%
dosis.
(2007) menjadi 2,1% (2013). Proporsi pen-
duduk 15 tahun dengan DM adalah 6,9%. b. Diabates Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyan- dependent Diabetes Mellitus/NIDDM
dang DM tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsu-
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada linemia tetapi insulin tidak bisa membawa
tahun 2030. Senada dengan WHO, In- glukosa masuk ke dalam jaringan karena terja-
ternational Diabetes Federation (IDF) pada di resistensi insulin yang merupakan turunnya
tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah kemampuan insulin untuk merangsang
penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan Oleh karena terjadinya resistensi insulin (re-
keduanya menunjukkan adanya peningkatan septor insulin sudah tidak aktif karena diang-
jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat gap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan
pada tahun 2030. mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal
tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya
Menurut American Diabetes Association
sekresi insulin pada adanyan glukosa bersama
(ADA) tahun 2010, Diabetes Melitus (DM)
bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
pankreas akan mengalami desensitisasi ter-
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
hadap adanya glukosa.
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. c. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misal-
Klasifikasi etiologis DM menurut ADA 2010,
nya pada defek genetik fungsi sel beta, defek
dibagi dalam 4 jenis yaitu :
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin

a. Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin De- pankreas, penyakit metabolik endokrin lain,

pendent Diabetes Mellitus/IDDM iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun

DM Tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel dan kelainan genetik lain.

beta pankreas karena sebab autoimun. Pada


d. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, di
sekali sekresi insulin dapat ditetukan dengan
mana intoleransi glukosa didapati pertama kali
pada mas kehamilan, biasanya pada trimester 4. Riwayat melahirkan bayi dengan BBL
kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan > 4000 gram atau pernah didiagnosis
dengan meningkatnya komplikasi perinatal. DM Gestasional
Penderita DM ini memiliki risiko besar untuk 5. Perempuan dengan riwayat PCOS
menderita DM yang menetap dalam jangka (polycistic ovary syndrome)
waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. 6. Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa
Terganggu) / TGT (Toleransi Glukosa
Panduan Praktik Klinik
Terganggu)

Dalam anamnesis pasien didapati keluhan uta- 7. Aktifitas jasmani yang kurang

ma antara lain :
Pada pemeriksaan fisik pasien akan didapati
1. Keinginan untuk selalu makan (Polifa- hal-hal berikut :
gia) 1. Penilaian berat badan
2. Sering buang air kecil (Poliuri) 2. Mata : Penurunan visus, lensa mata buram
3. Selalu merasa haus sehingga sering 3. Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan
minum air (Polidipsi) mikrofilamen
4. Penurunan berat badan yang tidak jelas
sebabnya Untuk memastikan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
Keluhan tidak khas yang mungkin didapati: 1. Gula Darah Puasa
1. Lemah 2. Gula Darah 2 jam Post Prandial
2. Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung 3. Urinalisis
ekstremitas)
3. Gatal Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi
4. Mata kabur glukosa:
5. Disfungsi ereksi pada pria 1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia,
6. Pruritus vulvae pada wanita polifagi) + glukosa plasma sewaktu
7. Luka yang sulit sembuh 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa
plasma sewaktu merupakan hasil pe-
Faktor risiko dari DM tipe 2 antara lain: meriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
1. Berat badan lebih dan obese (IMT 25 memperhatikan waktu makan terakhir
2 ATAU
kg/m )
2. Riwayat penyakit DM di keluarga 2. Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa

3. Mengalami hipertensi (TD 140/90 plasma puasa 126 mg/dl. Puasa diar-

mmHg atau sedang dalam terapi tikan pasien tidak mendapat kalori tam-

hipertensi) bahan sedikitnya 8 jam ATAU


3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes
toleransi glukosa oral (TTGO)> 200
mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan
dengan standard WHO, menggunakan
beban glukosa anhidrus 75 gram yang
dilarutkan dalam air.

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi


kriteria normal atau DM, maka dapat digo-
longkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa
Teranggu (GDPT) tergantung dari hasil yang
diperoleh

Kriteria gangguan toleransi glukosa:


1. GDPT ditegakkan bila setelah pemerik-
saan glukosa plasma puasa didapatkan
antara 100125 mg/dl (5,66,9 mmol/l) Gambar 1: Langkah-langkah Diagnostik DM
dan Gangguan toleransi glukosa Keluhan
2. TGT ditegakkan bila setelah pemerik- Klinik Diabetes
saan TTGO kadar glukosa plasma 140
199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan den-

glukosa 75 gram (7,8 -11,1 mmol/L) gan modifikasi gaya hidup dan pengobatan

3. HbA1C 5,7 -6,4% (algoritma pengelolaan DM tipe 2)

Komplikasi dari DM tipe 2 antar lain:


1. Akut
Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar
non ketotik, Hipoglikemia
2. Kronik
Makroangiopati, Pembuluh darah jan-
tung, Pembuluh darah perifer, Pembu-
luh darah otak
3. Mikroangiopati:
Pembuluh darah kapiler retina, pembu-
luh darah kapiler renal
4. Neuropati
5. Gabungan:
Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki dia-
betik, disfungsi ereksi
Gambar 2. Algoritme Diagnosis Diabetes Mel-
litus Tipe 2
Catatan: Pemilihan jenis Obat Hipoglikemik
Oral (OHO) dan insulin bersifat individual ter-
gantung kondisi pasien dan sebaiknya
mengkombinasi obat dengan cara kerja yang
berbeda.

Cara Pemberian OHO, terdiri dari:


1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan
ditingkatkan secara bertahap sesuai re-
spons kadar glukosa darah, dapat
diberikan sampai dosis optimal.
2. Sulfonilurea: 15 30 menit sebelum
makan. Ta b l e 1 . K r i t e r i a p e n g e n d a l i a n D M
3. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah (berdasarkan konsensus DM)
makan.
Keterangan:
4. Penghambat glukosidase (Acarbose):
Angka-angka laboratorium di atas adalah hasil
bersama makan suapan pertama.
pemeriksaan plasma vena.
Perlu konversi nilai kadar glukosa darah dari
Penunjang penunjang lain yang dapat di-
darah kapiler darah utuh dan plasma vena
lakukan untuk memastikan komplikasi penyak-

it lain yang mungkin diderita oleh pasien an-
Penatalaksanaan pasien dengan DM tipe 2
tara lain:
harus disertai dengan edukasi meliputi pema-
1. Urinalisis
haman tentang:
2. Funduskopi
1. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh
3. Pemeriksaan fungsi ginjal
tetapi dapat dikontrol
4. EKG
2. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada
5. Xray thoraks
penderita misalnya olahraga, menghin-
dari rokok, dan menjaga pola makan.
Rencana Tindak Lanjut:
3. Pemberian obat jangka panjang dengan kon-
Tindak lanjut adalah untuk pengendalian kasus
trol teratur setiap 2 minggu
DM berdasarkan parameter berikut:

Selain hal di atas, kepada pasien perlu di-


lakukan perencanaan makan dengan standar
yang dianjurkan adalah makanan dengan kom-
posisi:
1. Karbohidrat 45 65 %
2. Protein 15 20 %
3. Lemak 20 25 % Prognosis pasien DM tipe 2 umumnya adalah
dubia. Karena penyakit ini adalah penyakit
Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 kronis, quo ad vitam umumnya adalah dubia
mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sum- ad bonam, namun quo ad fungsionam dan sa-
ber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono
nationamnya adalah dubia ad malam.
Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA
(Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak
jenuh. Jumlah kandungan serat + 25 g/hr, diu-
tamakan serat larut. Referensi
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
Jumlah kalori basal per hari: HK. 02.02/MENKES/514/2015 tentang
1. Laki-laki: 30 kal/kg BB idaman Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
2. Wanita: 25 kal/kg BB idaman Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Per-
tama
2. Ndraha, Suzanna. Diabetes Melitus Tipe 2
Rumus Broca:*
Dan Tatalaksana Terkini. Medicinus, Vo.
Berat badan idaman = ( TB 100 ) 10 % 27, No.2, Agustus 2014.
*Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak 3. Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I.
dikurangi 10 % lagi. Simadibrata, M. Setiati, S.Eds. Buku ajar
BB kurang : < 90 % BB idaman ilmu penyakit dalam. Ed 4. Vol. III. Jakar-
BB normal : 90 - 110 % BB idaman ta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
BB lebih : >120 % BB idaman Penyakit Dalam FKUI; 2006.
Gemuk : 110 120 % BB 4. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
idaman Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Hal penting lainnya yang perlu di edukasi 2011. (Perkumpulan Endokrinologi In-
kepada pasien DM tipe 2 adalah kegiatan jas-
donesia, 2006)
mani sehari-hari dan latihan teratur (3-5 kali
seminggu selama kurang lebih 30-60 menit 5. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas
minimal 150 menit/minggu intensitas sedang). FKUI dan Persadia. Penatalaksanaan Dia-
Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke betes Mellitus pada Layanan Primer, ed.2,
pasar, menggunakan tangga, berkebun, harus
2012. (Departemen Ilmu Kedokteran Ko-
tetap dilakukan.
munitas Indonesia FKUI, 2012)
Meski penyakit DM tipe adalah penyakit den-
gan level kemampuan 4 di dalam Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), namun
dapat dilakukan rujukan untuk penanganan tin-
dak lanjut pada kondisi berikut:
1. DM tipe 2 dengan komplikasi
2. DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk
3. DM tipe 2 dengan infeksi berat

Anda mungkin juga menyukai