Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Laporan kasus ini dengan judul
Otitis Media Akut.
Laporan kasus ini merupakan prasyarat mengikuti kepaniteraan klinik bagian THT.
Penyusun sangat menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, baik mengenai materi
maupun teknik penyusunannya. Karena itu penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sebagai perbaikan dari laporan kasus ini.
Pada kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas bimbingan, bantuan serta dukungan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan tugas ini.
Akhir kata, penyusun mengharapkan pembuatan tugas Laporan Kasus berjudul Otitis
Media Akut ini dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
1
BAB I
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. DAP
Umur : 2 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Belum Sekolah
Alamat : Cakung, jakarta
D. Riwayat Pengobatan
2
Os sudah 3 kali dibawa berobat untuk keluhan yang sama, namun keluhan tetap hilang
timbul. Untuk keluhan yang sekarang, os hanya diberi paracetamol untuk menurunkan
demam.
F. Riwayat Alergi
Ibu os menyangkal anaknya memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu,
makanan, debu, atau bulu binatang
G. Riwayat Psikososial
Riwayat ibu os sering membersihkan telinga os dengan cotton bud.
Os sering mengorek liang telinga menggunakan jari.
3. PEMERIKSAAN FISIK
A. GENERALIS
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
- Nadi : 124 x/menit, kuat, reguler.
- Pernapasan : 26 x/menit
- Suhu : Tidak diperiksa
- TD : Tidak diperiksa
BB : 15 kg
Kepala : normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)
Thorax : simetris, retraksi (-/-), massa (-/-), scar (-/-)
Abdomen : cembung (-), massa (-), scar ()
3
Ekstremitas : udem (-/-)
Kulit : scar (-)
Preaurikula
Tanda radang(-), pus(-), Tanda radang(-), pus(-), nyeri
nyeri tekan(-), fistula(-) tekan(-), fistula(-)
4
2. Hidung
a. Sinus paranasal
1) Inspeksi : pembengkakan pada wajah (-), tanda peradangan pada wajah (-)
2) Palpasi : nyeri tekan kedua pipi (-), dahi (-), sudut medial mata (-)
3. Tenggorok
Pemeriksaan Orofaring
5
Karies (-) Gigi geligi Karies (-)
Simetris Uvula Simetris
Tonsil
Tenang Mukosa Tenang
T1 Besar T1
Pemeriksaan Nasofaring
Pemeriksaan Laringofaring
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Endoskopi : auris dextra : membrane timpani hiperemis (+), Perforasi (+)
6
5. RESUME
Anak usia 2 tahun datang ke Poliklinik THT RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan keluar
cairan dari telinga kanan sejak 2 hari SMRS. Cairan yang keluar berwarna putih kental
dan tidak berbau dan cairan yang keluar semakin lama semakin banyak sejak 1 hari
SMRS. Riwayat panas badan disertai batuk dan pilek dirasakan sejak 3 hari sebelum
keluar cairan dari telinga. Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan keadaan
umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran composmentis, nadi : 124x / menit,
kuat, reguler, pernapasan : 24x/menit
Status lokalis THT :
Telinga : AD : MAE hiperemis & edema, membran timpani hiperemis & perforasi(+),
reflek cahaya (-)
6. DIAGNOSIS KERJA
Otitis Media SubAkut Stadium Perforasi Auris Dextra
7. TATALAKSANA
A. Obat Cuci Telinga
Pemberian obat cuci telinga berupa H2O2 3% selama 3-5 hari
B. Antibiotik
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100mg/kg BB per hari, dibagi dalam 4
dosis, atau amoksisilin 40mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40
mg/kgBB/hari.
Pada kasus: 15 kg X 40 mg = 600 mg per hari dibagi menjadi 3 dosis => Amoksisilin 3
x 200mg perhari
C. Simtomatik
7
Untuk demam dapat diberikan antipiretik seperti paracetamol. Obat tetes hidung
untuk flu dan hidung tersumbat berupa HCl efedrin 0,5%. Jika batuk berdahak dapat
ditambahkan ambroxol.
8. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI TELINGA
1. AURIS EKSTERNA
8
a. AURICULA (Daun telinga)
Telinga luar terdiri atas auricular dan meatus acusticus eksternus. Auricular
mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara,
auricular terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi oleh kulit.
Auricular juga mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsic, yang keduanya dipersarafi
oleh N. Fasialis.
Panjang pada orang dewasa sekitar 2-2,5 cm dan 1/3 bagian luar MAE terdiri dari
tulang rawan (pars cartilagoneus), banyak terdapat kelenjar minyak dan kelenjar
serumen dan 2/3 bagian sisanya terdiri dari tulang (temporal) dan sedikit
kelenjar serumen. Rambut halus dan serumen pada MAE berfungsi untuk
mencegah serangga kecil dan kotoran dari luar masuk ke dalam telinga. MAE ini
juga berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan kelembaban dan temperature
yang dapat mengganggu elastisitas membrane timpani.
2. AURIS MEDIA
a. MEMBRANA TYMPANI
9
b. OSSICULA AUDITIVA
c. TUBA AUDITIVA
Pars Osseus
2/3 bagian medial, bisa membuka dan menutup. Terbuka apabila oksigen
diperlukan masuk ketelinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan
dan menguap.
Tuba pada anak lebih pendek, lebih lebar dan horizontal. Oleh karena itu anak
sering mengalami otitis media akut karena kuman mudah masuk.
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas:
Batas luar : membrane tympani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis
Batas belakang : aditus ad antrum/ canalis fasialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani
10
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah canalis semi sirkularis horizontal,
canalis fasialis, oval window, round window dan promontorium.
3. TELINGA DALAM
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perlimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli di sebelah atas, skala timpani
di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan
skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam
yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran.
Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners membrane)
sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ
Corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane
tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.
11
a) Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. OMA adalah infeksi Radang akut
telinga tengah yang biasanya disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas dengan
onset waktu kurang dari 3 minggu.
b) Etiologi
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering
- Streptococcus pneumoniae (40%),
- Haemophilus influenzae (25-30%)
- Moraxella catarhalis (10-15%)
- 5% kasus Streptococcus pyogenes (group A betahemolytic), Staphylococcus
aureus, dan organisme gram negatif
c) Stadium Otitis Media Akut
Stadium oklusi Tuba Eustachius
Stadium Hiperemis
Stadium supurasi
Stadium Perforasi
Stadium resolusi
d) Patogenesis
12
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya
tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.
e) Gambaran Klinis Stadium OMA
Stadium Oklusi
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membrane
timpani akibatterjadinya tekanan negative didalam telingatengah, akibat
absorbsi udara. Kadang-kadang membrane timpani tampak normal (tidak ada
kelainan) atau berwarna kerut pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak
dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.
Stadium hiperemis
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar
dimembrane timpani atauseluruh membrane timpani tampak hiperemisserta
edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifateksudat yang
serosa sehingga sukar terlihat
Stadium Supurasi
Edema yang terlihat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya selepitel
superfisial, sehingga terbentuknya eksudat yang purulent dikavum timpani,
menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging)kearah liang telinga
luar.Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat,serta rasa nyeri ditelinga bertambah hebat.Apabila tekanan nanah
di cavum timpani tidak berkurang, makaterjadi iskemia, akibat tekanan pada
13
kapiler-kapiler, serta timbultromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis
mukosa dansubmukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat
sebagaidaerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Ditempat ini
akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan insisi membrane timpani
(miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membranetimpani
akan rupture dan nanah keluar dari liang telinga luar. Denganmelakukan
miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkanapabila terjadi
rupture, maka lubang tempat rupture (perforasi) tidak mungkin menutup
kembali.
Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka akan terjadi rupture membranetimpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telingaluar. Anak yang
tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badabturun dan anak dapat
tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut denganotitis media akut stadium
perforasi.
Stadium Resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membranetimpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bila dayatahan tubuh baik atau virulensi
kuman rendah, maka resolusi dapatterjadi walaupun tanda pengobatan. OMA
berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang keluar
terus menerus atau hiang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa
(sequele) berupa otitis media serosa bila secret menetap di cavum timpani
tanpaterjadinya perforasi.
14
harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman,
bukan oleh virus atau alergi.
Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat teteshidung dan
analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah darigolongan penisilin
intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah,
sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran
sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan
minimal selama 7hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka akan
diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-
100mg/kg BB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40mg/kg
BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari
Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika , idealnya harus disertai
dengan miringotomi, bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi
gejala-gejala klinis lebih cepat hilang danrupture dapat dihindari.
Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar dankadang terlihat
secret keluar secara berdenyut (pulsasi).Pengobatan yang diberikan adalah obat
cuci telinga H2O23%selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya
secretakan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
Pada stadium resolusi, maka membrane timpani berangsur normalkembali,
secret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpanimenutup. Bila tidak
terjadi resolusi biasanya akan tampak secretmengalir diliang telinga luar
melalui perforasi dimembran timpani.Keadaan ini dapat disebabkan karena
berlanjutnya edema mukosatelinga tengah. Pada keadaan demikian dapat
dilanjutkan sampai 3minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan secret masih
tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis. Bila OMA berlanjut
dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebihdari 3 minggu, maka keadaan
ini disebut otitis media supuratif sub akut.Bila perforasi menetap dan secret
tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka keadaan ini
disebut otitis media supuratif kronik (OMSK). Pada pengobatan OMA terdapat
beberapa factor risikoyang dapat menyebabkan kegagalan terapi. Risiko
tersebut digolongkanmenjadi risiko tinggi kegagalan terapi dan risiko rendah.
Pasien OMA harus segera dirujuk apabila dijumpai komplikasi. Yang paling
sering dijumpai adalah mostoiditis akut, kemudian paresis saraf fasialis, dan
15
komplikasi intrakarnial seperti meningitis, sebritis dan abses otak. Tanda dan
gejala yang harus diwaspadai adalah adanya udem dan nyeri pada daerah
retroaurikula, demam, nyeri kepala, kaku kuduk, paresis fasialis, ataksia, dan
penurunan GCS. Namun komplikasi akibat OMA ini setelah era antibiotika
sudah jarang. Alasan merujuk kasus OMA selanjutnya adalah apabila terapi
setelah 7 hari gagal, adanya efusi / perforasi permanen dan terjadi OMA yang
berulang 4 kali dalam 6 bulan.
16
Atau Cefuroxime (10 Atau
mg/kg/hari dalam
2 dosis)
Cefpodoxime (30
mg/kg/hari dalam
2 dosis)
Amoxicillin (90 Ceftriaxone (50 Ceftriaxone (50 mg Clindamycin (30-
mg/kg/hari) + mg IM atau IV per IM atau IV per hari 40 mg/kg/hari
Clavulanate 6,4 hari selama 1-3 selama 1-3 hari) dalam 3 dosis) +
mg/kg/hari hari) Cephalosphorin
generasi ketiga
Timpanosintesiss
Rujuk ke spesialis
Terapi Antibiotik Segera/Tertunda 48-72 jam pasca kegagalan terapi
Antibiotik Awal (segera)
Terapi lini pertama Terapi Alternatif Terapi lini pertama Terapi alternatif
Amoxicillin (80- Cefdinir (14 Amoxicillin (90 Ceftriaxone,
90mg/kg/hari dibagi mg/kg/hari) mg/kg/hari) + Clindamycin (30-
Dalam 1 atau 2
dalam 2 dosis Clavulanate 6,4 40 mg/kg/hari)
dosis
mg/kg/hari dengan atau tanpa
cephalosphorin
generasi ketiga
Atau Cefuroxime (10 Atau
mg/kg/hari dalam
2 dosis)
Cefpodoxime (30
mg/kg/hari dalam
2 dosis)
Amoxicillin (90 Ceftriaxone (50 Ceftriaxone (50 mg Clindamycin (30-
mg/kg/hari) + mg IM atau IV per IM atau IV per hari 40 mg/kg/hari
Clavulanate 6,4 hari selama 1-3 selama 1-3 hari) dalam 3 dosis) +
mg/kg/hari hari) Cephalosphorin
generasi ketiga
Timpanosintesiss
Rujuk ke spesialis
17
f. Komplikasi
18
Daftar Pustaka
Arsyad S., Efiaty, Iskandar, N., Bashiruddin, J., Dwi R., Ratna, 2012, Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher Edisi-7, Fakultas Kedokteran UI,
Jakarta.
19
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Nublah Permata
Lestari (2012730145)
Pembimbing:
KEPANITERAAN KLINIK
STASE ILMU THT RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
20