Anda di halaman 1dari 36

BAB II

2.1 Profil Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa berada pada 119.3773 Bujur Barat dan 120.0317 Bujur Timur,
5.0829342862 Lintang Utara dan 5.577305437 Lintang Selatan, dengan batas-batas sebagai
berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba dan
Kabupaten Bantaeng;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto;
dan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Takalar.

Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km atau sama dengan 3,01% dari luas
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, yang terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan dan 167
(seratus enam puluh tujuh) desa/kelurahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tinjauan terdahap aspek fisik wilayah, dimaksudkan untuk mengetahui potensi dan
kendala yang dihadapi Kabupaten Gowa dalam mengembangkan wilayahnya dimasa
mendatang. Beberapa aspek fisik yang menjadi kajian, meliputi: aspek fisik wilayah,
kependudukan dan sumberdaya manusia, aspek perekonomian, potensi bencana alam dan
berbagai aspek lainnya.
Kabupaten Gowa memiliki 2 (dua) dimensi wilayah, yakni wilayah dataran rendah dan
wilayah dataran tinggi. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi
yaitu sekitar 72,26%. Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30% mempunyai kemiringan tanah di
atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya dan
Tompobulu. Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai yang cukup besar yaitu ada 15 sungai.
Sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah Sungai Jeneberang yaitu seluas 881
km dengan panjang 90 km.

2.1.1. Kependudukan

Penduduk sebagai objek sekaligus subjek pembangunan merupakan aspek utama


yang mempunyai peran penting dalam pembangunan. Oleh karena itu data penduduk
sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan. Dilihat dari persebaran penduduk
di Kabupaten Gowa, Kecamatan Somba Opu merupakan Kecamatan dengan jumlah
penduduk tertinggi, yaitu sebesar 136.995 jiwa dan Kecamatan Parigi adalah kecamatan
dengan jumlah penduduk terendah terendah, yaitu hanya sebesar 13.764 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk merupakan barometer untuk menghitung besarnya
semua kebutuhan yang diperlukan masyarakat, seperti perumahan, sandang, pangan,
pendidikan dan sarana penunjang lainnya. Berdasarkan hasil registrasi penduduk,
Jumlah penduduk Kabupaten Gowa dalam kurun waktu tahun 2007 sampai dengan
tahun 2012 mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan peduduk
sekitar 2,4%. Total jumlah penduduk tersebut di tahun 2007 sebesar 594.423 jiwa dan
meningkat terus di tahun 2012 menjadi 670.465 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk
yang paling signifikan terjadi di Kecamatan Somba Opu yaitu sebesar 96.070 jiwa di
tahun 2007 dan terus meningkat hingga tahun 2012 mencapai 133.784 jiwa. Hal ini
terjadi karena pesatnya pembangunan perumahan di Kecamatan Somba Opu.
Perkembangan dan Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Gowa dapat dlihat
pada tabel 2.1 :

Tabel 2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2013

No. Kecamatan Luas Penduduk Tahun 2013 Keterangan


Terbangun Jumlah Kepadatan
(Ha) (Jiwa) (Jiwa/Km)
1. Bontonompo 596 41.317 1.360 Perkotaan
2. Bontonompo Selatan 460 29.937 1.024 Perkotaan
3. Bajeng 910 65.543 1.091 Perkotaan
4. Bajeng Barat 352 24.098 1.266 Perkotaan
5. Pallangga 1.372 103.804 2.152 Perkotaan
6. Barombong 579 36.304 1.756 Perkotaan
7. Somba Opu 1.869 136.995 4.877 Perkotaan
8. Bontomarannu 364 32.859 625 Perkotaan
9. Pattallassang 315 23.007 270 Perkotaan
10. Parangloe 241 17.417 79 Perkotaan
11. Manuju 229 14.818 161 Perkotaan
12. Tinggimoncong 330 23.278 163 Perkotaan
13. Tombolopao 402 28.259 113 Perdesaan
14. Parigi 213 13.764 103 Perdesaan
15. Bungaya 245 16.663 95 Perdesaan
16. Bontolempangan 213 14.019 98 Perdesaan
17. Tompobulu 477 30.463 229 Perdesaan
18. Biringbulu 597 34.012 156 Perdesaan
Jumlah 9.764 686.556 15.618
Sumber : Buku Putih Sanitasi Bab 2
Untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Gowa sampai dengan
tahun 2018 akan digunakan pendekatan Lung Polinomial Methods, dengan dasar
pemikiran bahwa perkiraan pertambahan penduduk ke depan tidak lagi selamanya
mengikuti pola pertumbuhan yang berlaku di wilayah perencanaan karena sebagai
daerah baru dengan potensi/peluang untuk kemungkinan berusaha lebih baik akan
menjadi daya tarik yang kuat bagi penduduk luar untuk memasuki wilayah Kabupaten
Gowa. Penggunaan Metoda Lung Polinomial berlandaskan pada angka pertumbuhan
rata-rata Kabupaten Gowa sebesar 2,4 % per tahun. Berikut ini hasil perhitungan
proyeksi penduduk Kabupaten Gowa di setiap Kecamatan hingga tahun 2018.

Tabel 2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Gowa

No. Kecamatan Jumlah Pertum- Jumlah Penduduk (Jiwa)


Penduduk buhan
2012 2013 2014 2015 2016 2017
1. Bontonompo 40.349 2,4% 41.317 42.309 43.324 44.364 45.429
2. Bontonompo Selatan 29.235 2,4% 29.937 30.665 31.391 32.144 32.916
3. Bajeng 64.007 2,4% 65.543 67.116 68.727 70.376 72.065
4. Bajeng Barat 23.533 2,4% 24.098 24.676 25.268 25.875 26.496
5. Pallangga 101.371 2,4% 103.804 106.295 108.846 111.459 114.134
6. Barombong 35.453 2,4% 36.304 37.175 38.067 38.981 39.917
7. Somba Opu 133.784 2,4% 136.995 140.283 143.649 147.097 150.627
8. Bontomarannu 32.089 2,4% 32.859 33.648 34.455 35.282 36.129
9. Pattallassang 22.468 2,4% 23.007 23.559 24.125 24.704 25.297
10. Parangloe 17.009 2,4% 17.417 17.835 18.263 18.702 19.150
11. Manuju 14.471 2,4% 14.818 15.174 15.538 15.911 16.293
12. Tinggimoncong 22.732 2,4% 23.278 23.836 24.408 24.994 25.594
13. Tombolopao 27.597 2,4% 28.259 28.938 29.632 30.343 31.071
14. Parigi 13.441 2,4% 13.764 14.094 14.432 14.779 15.133
15. Bungaya 16.272 2,4% 16.663 17.062 17.472 17.891 18.321
16. Bontolempangan 13.690 2,4% 14.019 14.355 14.700 15.052 15.414
17. Tompobulu 29.749 2,4% 30.463 31.194 31.943 32.709 33.494
18. Biringbulu 32.215 2,4% 34.012 34.828 35.664 36.520 37.397

Jumlah 670.465 686.556 703.034 719.906 737.184 754.876


Sumber : Buku Putih Sanitasi Bab 2

2.1.2 Area Beresiko

Berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan area beresiko dilakukan bersama-sama


seluruh anggota Pokja berdasarkan hasil dari ketiga data tersebut. Area beresiko dibagi
atas 2 klasifikasi, yakni:
Resiko sangat tinggi (resiko 4)
Resiko tinggi (resiko 3)
Area beresiko sangat tinggi adalah kelurahan yang dianggap memiliki resiko
kesehatan lingkungan yang tinggi karena buruknya kondisi sanitasi. Berdasarkan
informasi yang tersedia, kelurahan memiliki potensi resiko terhadap kesehatan dan
mendesak untuk dilakukan intervensi tertentu yang kemungkinan akan memperbesar
potensi terjadinya kasus kejadian penyakit. Tujuan dari Pemetaan Area Berisiko adalah
memetakan area area yang memiliki tingkat resiko sanitasi dan klasifikasi area
berdasarkan tingkat resiko kesehatan lingkungan akan menjadi salah satu pertimbangan
dalam menentukan prioritas program pembangunan dan pengembangan sanitasi.

Tabel 2.3 Area Beresiko Sanitasi

No. Desa/Kel/Kecamatan Tingkat Resiko Perkotaan/ Kebutuhan Penanganan/


Pedesaan Penyebab Utama Resiko
01 Kec. Bontonompo Selatan
1 Salajo Resiko 4 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
2 Tindang Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
3 Tanrara Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
4 Jipang Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
5 Sengka Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
6 Bontoramba Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
7 Pabundukang Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
8 Bontomasunggu Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
02 Kec. Bontonompo
1 Manjapai Resiko3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
2 Barembeng Resiko3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
3 Kalebarembeng Resiko3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
4 Bontolangkasa Selatan Resiko3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
5 Bontolangkasa Utara Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
6 Katangka Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
7 Kalaserena Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
8 Tamallayang Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
9 Bontonompo Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
10 Bontobiraeng Utara Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
11 Romanglasa Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
12 Bulogading Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
13 Bontobiraeng Selatan Resiko 4 Persampahan dan Air
Limbah Domestik
03 Kec. Parangloe
1 Belabori Resiko 4 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
2 Lonjoboko Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
3 Borisallo Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
4 Lanna Resiko 3 Perkotaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
5 Bontoparang Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
6 Bontokassi Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
04 Kec. Tombolo Pao
1 Balassuka Resiko 4 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
2 Tonasa Resiko 4 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
3 Kanreapia Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
4 Mamampang Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
5 Tamaona Resiko 3 Perkotaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
6 Erelembang Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
7 Pao Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
8 Tabbinjai Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
05 Kec. Bontolempangan
1 Julumatene Resiko 4 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
2 Ulujangang Resiko 4 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
06 Kec. Biringbulu
1 Berutallasa Resiko 4 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
2 Borimasunggu Resiko 4 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
3 Lauwa Resiko 4 Perkotaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
4 Batumalonro Resiko 4 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
5 Pencong Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
6 Parangloe Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
7 Baturappe Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
8 Julukanaya Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
07 Kec. Bajeng
1 Panyangkalang Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
2 Macinibaji Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
3 Limbung Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
4 Bone Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
5 Lempangang Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
6 Panciro Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
7 Paraikatte Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
8 Mata Allo Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
9 Tubajeng Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
08. Kec. Bajeng Barat
1 Gentungang Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
2 Tanabangka Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
3 Borimatangkasa Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
4 Mandalle Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
5 Manjalling Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
6 Bontomanai Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
09 Kec. Pallangga
1 Jenetallasa Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
2 Tetebatu Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
3 Bungaejaya Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
4 Panakukang Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
5 Julubori Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
6 Julupamai Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
7 Bontoramba Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
8 Toddotoa Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
9 Bontoala Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
10 Manggalli Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
10 Kec. Barombong
1 Biringngala Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
2 Moncobalang Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
3 Lembangparang Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
4 Kanjilo Resiko 3 Perkotaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
5 Tamanyeleng Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
6 BentengSumbaopu Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
11 Kec. Somba Opu
1 Sungguminasa Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
2 Tompobalang Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan
Prohisan
3 Batangkaluku Resiko 3 Perkotaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
4 Bontoramba Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
5 Bonto-bontoa Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
6 Kalegowa Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
7 Katangka Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
8 Pacinongan Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
12 Kec. Bontomarannu
1 Borongloe Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
2 Bontomanai Resiko 3 Perkotaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
3 Pakkatto Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
4 Nirannuang Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
5 Mata Allo Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
13 Kec. Pattallassang
1 Timbuseng Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
2 Borongpalala Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
3 Panaikang Resiko 3 Perdesaan Persampahan dan Air
Limbah Domestik
14 Kec. Manuju
1 Bilalang Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
15 Kec. Parigi
1 Sicini Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
16 Kec. Bungaya
1 Sapaya Resiko 3 Perkotaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
2 Jenebatu Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
3 Paranglompoa Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
4 Bontoloe Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
5 Bontotangga Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
6 Lassa-lassa Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
7 Bontolempangan Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
8 Bisoloro Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
9 Buakkang Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
10 Mangempang Resiko 3 Perdesaan Air Limbah Domestik dan
Persampahan
17 Kec. Tompobulu
1 Malakaji Resiko 3 Tompobulu Persampahan dan Air
Limbah Domestik

Sumber : Buku Putih Sanitasi Bab 5


Dari tabel di atas tampak bahwa ada 11 Desa/kelurahan yang berisiko Sangat Tinggi, 94
berisiko Tinggi Penentuan penyebab utama risiko pada masing- masing desa/kelurahan
ditentukan melalui hasil Studi EHRA(data primer). Dari tabel di atas ada fenomena
dimana untuk area beresiko sangat tinggi, dan tinggi menjadi issue prioritas untuk
ditangani, kemudian diikuti upaya penanganan masalahnya
Wilayah di Kabupaten Gowa menghasilkan katagori klaster berdasarkan hasil studi
EHRA dan persepsi SKPD sebagaimana dipelihatkan pada peta di bawah
menggambarkan Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat karakteristik
yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Pada peta dibawah ini
menggambarkan daerah yang tingkat resikonya kesehatan sangat tinggi digambar
dengan warna dapat dilihat pada gambar dibawah.
Peta 1.1. Area Beresiko Sanitasi
2.1.3 Keuangan Daerah

Dari perhitungan yang sudah ditampilkan di Tabel 2.4 akhirnya dapat dijelaskan untuk perkiraan besaran pendanaan sanitasi Kabupaten Gowa
kedepan selama 5 tahun (2014-2018) .
Dari perkiraan belanja langsung sejak 2014 sampai dengan 2018, total pendanaan sebesar Rp. 1.576.334.565.867,30. Untuk perkiraan APBD murni
untuk sanitasi total pendanaan sebesar Rp. 28.635.946.134,79 sedangkan untuk perkiraan komitmen pendanaan sanitasi total pendanaan sebesar Rp.
31.526.691.317,35.

Tabel 2.4 Proyeksi Besaran Pendanaan Sanitasi

No. Uraian Proyeksi Besaran Pendanaan Sanitasi (Rp. Juta)


2014 2015 2016 2017 2018 Jumlah
1. Perkiraan Belanja 304.964.123.441,23 310.115.518.307,35 315.266.913.173,46 320.418.308.039,58 325.569.702.906,69 1.576.334.565.867,30
Langsung
2. Perkiraan APBD 4.751.485.363,48 5.239.337.295,22 5.727.189.226,96 6.215.041.158,70 6.702.893.090,44 28.635.946.134,79
Murni untuk
sanitasi
3. Perkiraan 6.099.282.468,82 6.202.310.366,15 6.306.338.263,47 6.408.366.160,79 6.511.394.068,11 31.526.691.317,35
Komitmen
terhadap belanja
langsung
4. Prosentase 2% 2% 2% 2% 2% 2%
komitmen
terhadap belanja
langsung
Sumber : SSK Bab 2
2.2 Air Limbah

Resume permasalahan utama untuk permasing-masing sub-sektor diuraikan dalam


bentuk tabel, dimana uraian permasalahan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu dari sisi:
a) Sistem per sub-sektor (sesuai Diagram Sistim Sanitasi /DSS) dan
b) Aspek lain (seperti dari sisi Pendanaan, Kelembagaan, Peran Masyarakat dll). Identifikasi
dan klasifikasi terkait permasalahan ini dapat mengacu ke dokumen Kebijakan dan Strategi
Nasional.

2.2.1. Permasalahan Air Limbah

A. Sistem Air Limbah :

User Interface: Kepemilikan Jamban di Kabupaten Gowa adalah sekitar 85,9%,


dengan rincian 82,6% menggunakan jamban pribadi dan sebanyak
3,3% menggunakan MCK/WC Umum, sedangkan sisanya ke lain-
lain.

1.1 A. Jamban pribadi


1.2
B. MCK/WC Umum
2.2 4.7
.5 3.7 C. Ke WC helikopter
2.8
3.3 D. Ke sungai/pantai/laut
E. Ke kebun/pekarangan
F. Ke selokan/parit/got
82.6
G. Ke lubang galian
H. Lainnya,
I. Tidak tahu

Sumber : Study EHRA Kab. Gowa Tahun 2013

Keterangan :
- Jumlah penduduk Kab. Gowa tahun 2012 : 670.465 jiwa
- Jumlah penduduk perkotaan tahun 2012 : 269.572 jiwa

Prosentase tangki septik aman : 61,2%


Pengumpulan &
Penampungan/P
engolahan Awal
100%
90%
80%
48.8
70% 57.5 61.2
68.5 70.0
60%
50%
Suspek aman
40%
Tidak aman
30%
51.2
20% 42.5 38.8
31.5 30.0
10%
0%
0 1 2 3
Kluster Desa/Kelurahan TOTAL
Sumber : Studi EHRA Kabupaten Gowa Tahun 2013

Keterangan : Kepemilikan Akses Jamban Pribadi = 138.451 KK


Akses MCK/WC Umum = 5.531 KK
IPAL Komunal terletak di desa Pallangga, Tetebatu dan
Barombong.

Kesimpulan :
Penyaluran akhir tinja rumah tangga yang aman = 61,2%
Penyaluran akhir tinja rumah tangga tidak aman = 38,8%
Tempat penyaluran akhir tinja Rumah Tangga :
Berdasarkan hasil study EHRA tahun 2013 menunjukkan bahwa
tempat penyaluran buangan akhir tinja 72.8% ke tangki septik, 4.9%
Cubluk/lobang tanah, 0.7% ke sungai/danau/pantai, 0.1% langsung
ke drainase, 0.7% pipa sewer dan 20.9 % tidak tahu.

Pengangkutan / Pemerintah Kabupaten Gowa belum memiliki sarana prasarana sedot


Pengaliran : tinja, sampai dengan saat ini masyarakat Kabupaten Gowa
menggunakan fasilitas sedot tinja milik swasta yang bermukim di
Makassar.
Untuk pembuangan tinja ke lubang galian tanah sifatnya non
permanen jika penuh akan ditutup dan dibuat lubang baru dengan
kondisi tanpa treatment/pengolahan. Praktek pengurasan tangki
septik rumah tangga sebesar 4,2 %, septik tank rumah tangga tidak
pernah di kuras 75,5 % dan tidak tahu pernah dikuras atau tidak
sebesar 18,9%. Sedangkan untuk prosentase keluarga yang memiliki
SPAL sebanyak 64,9%.
Pengolahan Kabupaten Gowa telah memiliki beberapa program pengelolaan air
Akhir Terpusat limbah berupa MCK+ yang tersebar di 8 kecamatan yaitu : Kecamatan
Bontonompo (Kel. Tallayang sebanyak 3 bilik), Kecamatan Biringbulu
(Desa Berutallasa sebanyak 3 bilik), Kecamatan Bontonompo Selatan
(Desa Kampung Beru sebanyak 3 bilik), Kecamatan Pallangga (Desa
Juluborisebanyak 3 bilik), Kecamatan Manuju (Desa Tanakaraeng
sebanyak 3 bilik), Kecamatan Tombolopao (Desa Erelembang sebanyak
3 bilik), Kecamatan Bontolempangan (Desa Lassa-Lasa sebanyak 3
bilik) dan Kecamatan Tinggimoncong (Desa Parigi sebanyak 3 bilik).
Untuk pengolahan lumpur tinja, Kabupaten Gowa belum memiliki unit
IPAL skala terpusat dan IPLT.

Daur Ulang/ Belum ada pengolahan daur ulang dikarenakan infrastruktur


Pembuangan pendukung IPLT belum ada
Akhir:

Perencanaan Belum adanya Masterplan Air Limbah yang terintegrasi dengan RTRW
Teknis, dll Kabupaten Gowa.

B. Lain-lain
Aspek Minimnya alokasi pendanaan yang dialokasikan untuk sektor
Pendanaan: Limbah
Rendahnya alokasi pendanaan
Belum adanya investor swasta disektor sanitasi
Aspek Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan
Kelembagaan: Belum adanya lembaga/instansi yang secara spesifik terkait
kebersihan dan sanitasi secara umum
Aspek Peraturan Belum adanya regulasi yang di buat oleh Pemerintah Daerah terkait
Perundangan dengan pengelolaan limbah baik skala rumah tangga maupun
dan penegakan industri
hukum: Belum adanya payung hukum yang mengatur tentang izin limbah
cair
Aspek Peran Masih rendahnya kesadaran masyarakat
serta Belum adanya MOU dengan sektor swasta terkait sanitasi
Masyarakat dan
Dunia
Usaha/Swasta:

2.2.2. Sasaran Pembangunan Air Limbah

Tabel 2.6. Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik


Air Limbah Permukiman
1) Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan (BABS) dari 25,3% menjadi 0% atau
42.407 KK (pada tahun 2018)
2) Meningkatnya kesadaran masyarakat sebesar 80% atau 556.880 jiwa untuk tidak BABS
pada akhir tahun 2018
3) Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban keluarga dengan tangki septic
yang tidak aman dari 38,8% menjadi 0% atau 65.035 KK pada akhir tahun 2018
4) Tersedianya regulasi air limbah Permukiman Domestik pada tahun 2015
5) Peningkatan pendanaan sanitasi dari 1,11% menjadi 15,02% pada tahun 2018

Tabel 2.7. Rencana Pengembangan Jangka Menengah Air Limbah Domestik Kabupaten Gowa

No. Sistem Cakupan Tahun Ket.


Layanan (n+1) (n+2) (n+3) (n+4) (n+5)
Eksisting
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)
A Sistem On-Site
1. Individual (tangki 5 jiwa/kk 5 jiwa/kk 5 jiwa/kk 5 jiwa/kk 5 jiwa/kk 5 jiwa/kk
septik)
2. Komunal (MCK, 20 kk 50 kk 50 kk 50 kk 50 kk 50 kk
MCK, tangki
septik)
3. Cubluk dan 0,4 5,16 3,92 2,68 1,44 0,2
sejenisnya
B Sistem Off-Site
1 Skala Kota - - - - - -
2 Skala - - - - 0,56 0,7
wilayah/kawasan
C BABS 40,6 36,4 31,3 25,04 18,78 9,3
D Lumpur Tinja ke - - 109.373 114.842 120.584 126.613
IPLT (m/bln)

2.2.3. Prioritas Pembangunan Air Limbah

Prioritas Pembangunan Air Limbah Kabupaten Gowa yang merupakan ringkasan


dari rencana kota, memuat potensi dan masalah serta rencana arah pengembangan
kota. Adapun rencana kota yang ada antara lain : Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Gowa Tahun 2012-2032. Potensi dan Masalah pengembangan Kabupaten
Gowa meliputi potensi dan masalah terkait struktur ruang kota, pola ruang kota, dan
kawasan strategis.
Penetapan Sistem dan Zona Sanitasi dilakukan untuk mengidentifikasi sistem
sanitasi yang paling sesuai untuk suatu wilayah dan membantu perumusan Program dan
Kegiatan yang paling sesuai dengan kondisi wilayah berdasarkan sitem yang diusulkan.
Sistem sanitasi adalah suatu proses multi-langkah, di mana berbagai jenis limbah
dikelola dari titik timbulan (sumber limbah) ke titik pemanfaatan kembali atau
pemrosesan akhir . Setiap tahap ini disebut kelompok fungsional karena memiliki
teknologi sendiri-sendiri dengan pengelolaan spesifik. Sistem sanitasi berdasarkan
pentahapan implementasi jangka pendek (1-2 tahun), jangka Menengah (5 tahun), dan
jangka panjang (10-15 tahun). Zona sanitasi menunjukkan dimana sistem tersebut
akan diterapkan.
Dalam menetapkan sistem sanitasi faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
adalah : (i) faktor pengelolaan (peraturan, pengelolaan kelembagaan, pengaturan O dan
M, kepemilikan aset); (ii) faktor fisik wilayah (kepadatan penduduk, pemanfaatan lahan,
dan topografi); (iii) faktor keuangan dan pendanaan (kapasitas fiskal, dukungan, dan
mekanisme pendanaan). Pilihan Sistem yang dapat digunakan umumnya Pelibatan
masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air limbah domestik belum ada. Pengelolaan
grey water (air buangan rumah tangga seperti air bekas cucian, air bekas mandi, dan
lain-lain) secara umum saluran pembuangan air limbah domestik di Kabupaten Gowa
masih menjadi masalah, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga tidak
memiliki fasilitas saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang memenuhi syarat
Berdasarkan kesepakatan anggota pokja Kabupaten Gowa direkomendasikan
menetapkan delapan program Prioritas terkait ketersediaan ANGGARAN dan RENCANA
IMPLEMENTASI-nya. Apabila dalam proses ke 3 atau 4 program diatas sudah ada
kepastian penganggarannya (dari berbagai sumber pendana), Pokja Kabupaten Gowa
menetapkan prioritas lanjutan (kemungkinan bisa dilakukan pada tahun n+3 atau n+4
atau di review pada dokumen MPS Tahunan). Konsultasi dan koordinasi dengan
seluruh Dinas terkait untuk penetapan prioritasi ini merupakan KEHARUSAN.
Tabel 2.8 Prioritas Program dan Kegiatan Air Limbah Domestik

No. Program Score (dan bobot) Total Prioritas


Penerima Permasalahan Persepsi Pro-Poor
Manfaat Mendesak Pokja
25% 25% 25% 25%
1. Sosialisasi 3 4 4 3 3,50 1
Rencana
Pembangunan
IPAL Komunal
Pemukiman
2. Pembangunan 4 4 4 3 3,75 1
IPAL Komunal
3. Pemeliharaan 2 3 3 2 2,50 2
IPAL Komunal
4. Penyusunan 4 4 4 2 3,50 1
Masterplan
Sistem
Pengolahan
Air Limbah
5. Penyuluhan 4 4 4 2 3,50 1
dan Sosialisasi
Pengelolaan
Air Limbah
6. Pembentukan 4 3 3 3 3,25 1
UPTD Air
Limbah
7. Pembangunan 1 4 3 3 2,75 2
Septik
Komunal dan
Perpipaan Air
Limbah
8. Penyusunan 2 1 2 2 1,75 3
Perda Air
Limbah

2.3. Persampahan

2.3.1. Permasalahan Persampahan

Tabel 2.9. Permasalahan Persampahan

A. Sistem Persampahan Domestik :


1. Aspek Tingkat Pengolahan Sampah Rumah Tangga (RT) sbb:
Pengembang Di Kabupaten Gowa baru 5 (lima) kecamatan yang pengangkutan
an Sarana sampahnya sudah terlayani, akan tetapi tidak semua kelurahan/desa
dan pada kecamatan tersebut terlayani pengangkutan sampahnya. Adapun
Prasarana daerah yang terlayani pengangkutan sampahnya yaitu : semua
User Interface kelurahan di Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Pallangga (Kelurahan
Tetebatu dan Mangalli), Kecamatan Bontomarannu (Kelurahan
Borongloe), Kecamatan Pattallassang (Padivalley & rehab. Narkoba),
Kecamatan Bajeng (Kelurahan Limbung).
Tingkat layanan penanganan sampah RT : 7,5% diangkut tukang
sampah, 0,8% dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang,
91,5% tidak diangkut tukang sampah (dikubur, dibuang ke sungai,
dibuang ke lahan kosong, dsb)
Pengelolaan Sampah pada RT :

Tidak tahu
100.0 2.4 .4 .5 .0 .5
7.5
14.0 Lain-lain
21.3
32.4 5.3
80.0 6.0 30.0 Dibuang ke lahan
46.3 5.2 kosong/kebun/hutan dan
3.2
6.6 dibiarkan membusuk
1.2 2.1 Dibiarkan saja sampai
10.0 .0
60.0 membusuk
.8
2.4 Dibuang ke
.0 sungai/kali/laut/danau
58.2
40.0 55.6
Dibuang ke dalam lubang tetapi
60.0 tidak ditutup dengan tanah
Sumber : Studi EHRA Kabupaten
51.9 Gowa Tahun 2013
46.3 Dibuang ke dalam lubang dan
ditutup dengan tanah
20.0
Keterangan :
Dibakar
- Produksi sampah per10.8
hari = 1.676 m/hari
3.3
2.4 sampah 2.5 7.5
- Timbulan
.0 .0 .0 wilayah
1.4 perkotaan
.0 .8 per hari =Dikumpulkan
600 m dan dibuang ke
- 0 1 2 3 TPS

- Dikumpulkan oleh kolektor


Kluster Desa/Kelurahan Total informal yang mendaur ulang
- Pelayanan sampah 4% per hari = 67,04 m/hari

Praktek Pemilahan Sampah oleh RT :

100%
90%
80%
70%
75.0
60%
100.0 98.3 100.0 95.7
50%
40% Tidak dipilah/dipisahkan
30%
20% Dipilah/dipisahkan
25.0
10%
.0 1.7 .0 4.3
0%
% % % % %
0 1 2 3
Kluster Desa/Kelurahan Total

Sumber : Studi EHRA Kabupaten Gowa Tahun 2013


- Pemilahan sampah yang sudah dilakukan oleh RT : 0,25% (10,71 m/hari)
- Pengurangan sampah dari sumbernya (RT) : % ( m/hari)
Pengumpulan
Setempat : Sampai saat ini telah tersedia 71 unit kontainer, kapasitas angkut @ 6-8 m
(total : 602 m/hari) yang masih berfungsi 56 unit sedangkan rusak 15 unit
Belum adanya skema strategi untuk kerjasama dengan swasta/kelompok
masyarakat dalam pengelolaan persampahan.
Penampungan
Sementara Sampai saat ini TPS yang tersedia di Kabupaten Gowa sebanyak 1 unit TPS
(TPS): Sampai saat ini tersedia Kabupaten Gowa belum mempunyai TPST.

Pengangkutan: Jumlah Dump Truck sampai saat ini 26 unit, kapasitas @ 6-8 m/hari , yang
masih berfungsi 25 unit sedangkan rusak 1 unit
Sampai saat ini telah tersedia 25 unit motor gandeng, kapasitas @ 1,5 x 10
m/hari, yang masih berfungsi 10 unit sedangkan rusak 15 unit
(Semi)
Pengolahan
Akhir
No. Jenis Kegiatan Jenis Pengomposan Lokasi Kegiatan
Terpusat:

1. Pengolahan Sampah 1. SMA (5)


3R 2. SMP (5)
3. SD (3)
2. Bank Sampah
Tidak ada
Sumber : Pokja PPSP

Daur Ulang / Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang ada di Kabupaten Gowa saat
Tempat ini berada di 1 (satu) lokasi yaitu :
Pemrosesan - TPA Caddika
Akhir: Pengelolaan TPA masih memakai sistem open dumping
Pembangunan TPA baru perlu dilakukan
Perencanaan Belum tersedianya Master Plan dan dokumen Perencanaan lainnya

A. Lain-Lain
2. Aspek Kelembagaan pengelolaan persampahan belum spesifik/masih tergabung
Kelembagaan dalam Dinas Pekerjaan Umum (belum berbentuk UPTD/Dinas)
SDM kurang memadai, baik dari kuantitas dan kualitas
3. Aspek Penganggaran terkait pengelolaan persampahan baru mencapai 0,37%
Pendanaan Pengelolaan sampah masih menjadi prioritas
Pola penanganan sampah belum optimal
Rendahnya dana penarikan retribusi
4. Aspek peran Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis
serta Masy. & Rendahnya investasi dunia usaha/swasta
Dunia Usaha/
Swasta
5. Aspek Belum ada payung hukum yang memuat sanksi terkait pengelolaan
Peraturan persampahan
Perundangan
dan
penegakan
hukum
Sumber : BPS Bab 2

2.3.2. Sasaran Pembangunan Persampahan

Kabupaten Gowa yang terdiri dari 18 kecamatan dengan luas 1.883,33 Ha,
dengan jumlah penduduk 670.465 jiwa berpotensi setiap harinya menambah jumlah
(volume) sampah seiring dengan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah (langsung maupun tidak
langsung) minimal sekitar 0,4 Kg perharinya. Jika penduduk Kabupaten Gowa berjumlah
670.465 jiwa berarti produksi sampahnya perhari sekitar 268.186. Dapat dibayangkan
jika sampah sebanyak itu tidak mampu dikelola secara arif dan bijaksana tentu akan
menimbulkan banyak masalah terutama pencemaran terhadap lingkungan.
Akses pelayanan persampahan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gowa
baru pada 5 (lima) kecamatan yang pengangkutan sampahnya sudah terlayani, akan
tetapi tidak semua kelurahan/desa pada kecamatan tersebut terlayani pengangkutan
sampahnya. Adapun daerah yang terlayani pengangkutan sampahnya yaitu : semua
kelurahan di Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Pallangga (Kelurahan Tetebatu dan
Mangalli), Kecamatan Bontomarannu (Kelurahan Borongloe), Kecamatan Pattallassang
(Padivalley & rehab. Narkoba), Kecamatan Bajeng (Kelurahan Limbung).
Permasalahan umum yang dihadapi Kabupaten Gowa dalam pengelolaan sampah
antara lain :
1. Belum adanya system Pengolahan persampahan dengan sistem sanitary landfield.
2. Jumlah penduduk cnderung meningkat mengakibatkan volume tumpukan sampah
rumah tangga bertambah dan belum memasyarakatnya konsep 3R.
3. Banyaknya tumpukan sampah yang tidak terangkut ke TPA.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempat dan jam
yang tepat.
5. Dampak pencemaran terhadap air tanah di kawasan TPA Cadika semakin
meresahkan warga dan dari hari ke hari semakin meluas wilayah pencemarannya.
6. Pendapatan dari retribusi sampah masih belum cukup untuk membiayai operasional.
Tabel 2.10. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan Domestik
Persampahan

1) Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah dari 75% menjadi 90%, pada wilayah
perkotaan dan 10% menjadi 75% pada daerah pedesaan pada akhir tahun 2018
2) Pengurangan sampah dari sumbernya dari 20% - 40% untuk wilayah perkotaan.
3) Meningkatnya kualitas layanan pengelolaan persampahan sesuai dengan UU persampahan
dan SPM pada akhir tahun 2018.
4) Tersedianya regulasi persampahan yang sesuai dengan UU persampahan pada akhir tahun
2015
5) Meningkatnya kesadaran masyarakat ber-PHBS dalam pengelolaan persampahan sebesar 30%
dari jumlah penduduk atau 201.140 jiwa pada tahun 2015

Tabel 2.11. Rencana Pengembangan Jangka Menengah Persampahan

No Sistem Cakupan Sasaran Tahun Keterangan


Layanan
Eksisting 2014 2015 2016 2017 2018
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)
A Penanganan Langsung
1 Diangkut ke TPA 7,5% 32% 60% 70% 85% 100%

B Penanganan Tidak
langsung
1 Dibakar 55,6% 46% 30% 17% 9% 0%
2 Dibuang sembarang 36%
tempat

C Penanganan Berbasis 0% 2% 9% 15% 25% 50%


Masyarakat
D TPA 1 2

2.3.3. Prioritas Pembangunan Persampahan

Tabel 2.12. Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Persampahan Domestik

No. Program Score (dan bobot) Score Urutan


Penerima Permasalahan Persepsi Pro- Total Prioritas
Manfaat Mendesak Pokja Poor
25% 25% 25% 25%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Pembangunan TPA 4 4 4 3 3,75 1


Regional
2 Penyusunan Masterplan 4 4 4 3 3,75 1
Persampahan
3 Pengadaan TPST pada kota 4 4 4 2 3,50 1
Sungguminasa
4 Pengadaan Arm Roll 3 4 4 3 3,50 1
5 Pengadaan Buldoser di TPA 4 3 3 3 3,25 2
6 Pengadaan motor sampah 2 2 2 2 2,00 3
7 Pengadaan tempat sampah 2 2 2 1 1,75 4
pemilah
8 Pengadaan komposter 2 2 1 2 1,75 4
rumah tangga di tiap
kelurahan
9 Pengadaan incenerator 1 2 1 1 1,25 4
untuk pengolahan sampah
puskesmas

2.4. Drainase

2.4.1. Permasalahan Drainase

Tabel 2.13. Permasalahan Drainase

A. Sistem Drainase
User Interface Lama genangan bila terjadi banjir yang lebih dari 1 hari: ..%
Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin:
100% .0
10.0
90% 25.0
29.9
80%
70%
60%
50% 100.0 100.0
90.0 Tidak
40% 75.0
70.1 Ya
30%
20%
10%
0% .0
0 1 2 3
Kluster Desa/Kelurahan TOTAL
Sumber : Studi EHRA Kabupaten Gowa Tahun 2013

Frekuensi genangan pernah dialami oleh sekitar 75% rumah tangga sementara,
sebagian besar atau 25% tidak secara rutin mengalami.
Data Genangan :
No Lokasi Genangan Luas Lama Tinggi
(Kelurahan) Genangan Genangan Genangan
(Ha) ( atau 3 jam) ( atau 30cm)
1 Pandang-Pandang 0.18 > 30
2 Sungguminasa 0.82 < 30
3 Tompobalang 0.97 < 30
4 Batang Kaluku 1.27 > 30
5 Tamarunang 0.33 > 30
6 Bontoramba - -
7 Mawang - -
8 Romangpolong - -
9 Bonto-Bontoa 1.12 > 30
10 Kalegowa - -
11 Katangka - -
12 Tombolo 0.07 <30
13 Pacinnongan 1.32 >30
14 Samata - -
Jumlah

Penampungan / Grey water masih bercampur dengan saluran drainase, belum ada sumur
Pengolahan Awal: resapan

Pengangkutan / Kondisi drainase berdasarkan hasil EHRA 2013


Pengaliran :

100%
90%
32.6
80% 45.0 Tidak ada saluran
53.9
70% 3.0
73.2 8.2
60% Tidak dapat dipakai,
97.5 2.4
50% 2.1 7.9 saluran kering
40% 8.7
Tidak
30% .0 56.2
7.3 44.7
20% 35.3
10% 19.5 Ya
.0
2.5
0%
0 1 2 3
Kluster Desa/Kelurahan Total

Sumber : Studi EHRA Kabupaten Gowa Tahun 2013

Data lain Ditemukan bahwa sekitar 31,7% rumah tangga memiliki lingkungan sekitar
berdasarkan rumah yang terdapat genangan air
hasil Studi EHRA Pada umumnya, sistem drainase masih menjadi satu antara pembuangan air
2012: hujan (pematusan air hujan) dan saluran limbah rumah tangga (grey water)
Porsi belanja fisik sub sektor drainase masih 1.11%
Sedimentasi dan timbunan sampah menyebabkan kapasitas pengaliran
saluran berkurang, akibatnya terjadi luapan.
Genangan yang terjadi dari hasil pengamatan disebabkan oleh luapan, baik
dari jaringan tersier, sekunder maupun primer.
Sistem jaringan belum tertata menurut hirarki saluran, dimana hirarki ini
akan menentukan besarnya kapasitas pengaliran yang direncanakan.
Pada umumnya, drainase lingkungan masih menjadi satu antara
pembuangan air hujan dan saluran limbah rumah tangga (grey water).
Luas area genangan air di Kabupaten Gowa 59701.24 Ha

B. Lain-lain :

B. Lain-Lain
Dokumen Masterplan drainase
RPIJM
Perencanaan
Kebijakan Belum adanya sistem informasi (SIM) saluran drainase, sehingga
Pembangunan pengelolaan, perawatan drainase belum terkoordinasi
Antar Kawasan
Perilaku Umumnya masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai jaringan
Masyarakat pembuangan limbah baik limbah industri rumah tangga maupun limbah
domestik tanpa melalui proses pengolahan limbah terlebih dahulu.
Masih banyak masyarakat yang memanfaatkan drainase lingkungan
sebagai tempat pembuangan sampah yang praktis.
Kurang terpeliharanya drainase.

2.4.2. Sasaran Pembangunan Drainase

Tabel 2.14. Resume Tujuan dan Sasaran Utama Pembangunan Drainase

Drainase
1). Tersedianya dokumen Masterplan Drainase dan dokumen perencanaan lainnya
2). Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik dari % menjadi .%
atau . Jiwa pada akhir tahun 20.
3). Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana drainase dari % menjadi % atau .. jiwa
pada akhir tahun 20
4). Tersedianya regulasi drainase pada tahun 20.
5). Berkurangnya luas genangan sebesar Ha pada tahun 20., dilokasi ..
Tabel 2.15 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Drainase

No. Sistem Eksisting Sasaran Tahun Keterangan


2014 2015 2016 2017 2018
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)
A Cakupan
layanan
Drainase Makro 33.443,27

B Fungsi Drainase
Drainase Mikro 90.689.23
Sekunder
Drainase Mikro 248.272.85
Tersier

C Luas Genangan 59701.24

B Penanganan
Tidak Langsung

C Penanganan - - - - - - -
berbasis
masyarakat

2.4.3. Prioritas Pembangunan Drainase

Tabel 2.16. Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Drainase

No. Program Score (dan bobot) Score Urutan


Penerima Permasal Persepsi Pro- total Prioritas
Manfaat ahan Pokja Poor
mendesak
25% 25% 25% 25%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Pembangunan 3 4 4 3 3,50 1
Saluran Drainase
Primer Perencanaan
Teknis Pembangunan
Saluran dan Gorong-
Gorong
2 Rehabilitasi Saluran 3 4 4 2 3,25 1
dan Gorong-Gorong
Primer
3 Pembangunan 4 3 3 4 3,50 1
Saluran Drainase
Sekunder
Perencanaan Teknis
Pembangunan
Saluran dan Gorong-
Gorong
4 Rehabilitasi Saluran 3 4 4 2 3,25 1
dan Gorong-Gorong
Sekunder
5 Pembangunan 3 2 2 3 2,50 2
saluran drainase
lingkungan
6 Rehabilitasi saluran 2 2 2 1 1,75 3
drainase primer
perencanaan teknis
pembangunan
saluran dan gorong-
gorong

2.5. PHBS TERKAIT SANITASI

2.5.1. Permasalahan PHBS terkait sanitasi

Tabel 2.17. Permasalahan Mendesak PHBS Terkait Sanitasi

Berdasarkan hasil EHRA Tahun Belum adanya regulasi yang mengatur tentang sanitasi.
2013, maka :
Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup
bersih dan sehat.
Masih kurangnya SDM yang memiliki kemampuan untuk
mensosialisasikan tentang sanitasi kepada masyarakat.
Belum maksimalnya peran radio daerah dalam
mensosialisasikan sanitasi dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
Belum adanya rencana kegiatan yang terintegrasi diantara
lintas sektor dan lintas program.

2.5.2. Sasaran PHBS terkait sanitasi

Tabel 2.18. Tujuan dan Sasaran PHBS terkait sanitasi

PHBS
1). Meningkatnya proporsi pemberi informasi (komunikasi) tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dari kalangan SKPD dan kader kesehatan lingkungan sebesar 22% atau 3512 jiwa
pada akhir tahun 2013.
2). Meningkatnya kesadaran anak sekolah dan pondok pesantren dalam berperilaku PHBS.
3). Terlatihnya kader kesehatan lingkungan sebanyak 100% atau 5010 jiwa dari jumlah warga
Kelurahan dari 167 desa/kelurahan atau 30 orang kader di setiap desa/kelurahan pada
akhir tahun 2018.
4). Berperannya kelompok masyarakat (organisasi masyarakat) laki-laki dan perempuan di
setiap desa/kelurahan (167 forum desa) dalam penyadaran hygiene pada akhir tahun 2018.
5). Termanfaatkannya media pilihan masyarakat (media lokal) di lokasi prioritas dalam
penyadaran berperilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun 2018.

2.5.3. Prioritas PHBS terkait sanitasi

Tabel 2.19. Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan PHBS terkait sanitasi

No. Program Score (dan bobot) Score Urutan


Penerima Permasal Persepsi Pro- total Prioritas
Manfaat ahan Pokja Poor
mendesak
25% 25% 25% 25%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Kampanye CLTS di 3 4 4 4 3,75 1
masyarakat
2. Pengembangan 4 4 3 3 3,50 1
media promosi
dan informasi
phbs melalui
radio lokal
3. Sosialisasi STBM 3 4 4 3 3,50 1
4. Orientasi Sanitasi 2 3 3 2 2,50 2
Sekolah
StimulanSarana
CTPS dan
Stimulan Tempat
Sampah
5. Stimulasi 1 2 2 2 1,75 3
SPALPercontohan
untuk rumah
tangga
6. Sosialisasi 1 2 1 2 1,50 3
kebijakan
lingkungan sehat
2.6. REVIEW KERANGKA KERJA LOGIS
Tabel 2.20. Kerangka Kerja Logis Air Limbah
Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan
1. Meningkatnya pembangunan Meningkatkan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan Air Limbah
perumahan yang secara kuantitas dan perencanaan perencanaan Air Limbah
langsung mengakibatkan kualitas sarana dan pengelolaan air limbah pengelolaan air limbah
meningkatnya jumlah prasarana domestik dan industri domestik dan industri
penduduk sehingga pengelolaan air rumah tangga skala per rumah tangga skala per
mengakibatkan limbah rumah kabupaten pada akhir kabupaten pada akhir
bertambahnya produksi tangga yang 2018 2018
limbah sanitasi domestik. berwawasan
lingkungan Tersedianya dan Memaksimalkan CLTS IPAL Komunal Pembangunan MCK Umum
berfungsinya IPAL meningkatkan akses Penyuluhan dan kampanye
Komunal untuk masyarakat terhadap mendorong partisipasi masyarakat
industri rumah tangga prasarana dan sarana dalam pengelolaan Air Limbah
dari 0 unit menjadi 3 air limbah melalui Domestik (pada daerah yang
unit serta tersedianya sistem komunal berpotensi untuk dibangun
dan berfungsinya IPLT MCK++)
Sosialisasi Rencana Pembangunan
MCK++ kepada masyarakat oleh
Dinas Terkait
Penyusunan DED Pembangunan
MCK++
Studi AMDAL Pembangunan IPAL
Sosialisasi Rencana Pembangunan
IPAL Komunal kepada masyarakat
oleh Dinas Terkait
Pembebasan lahan/tanah
Perencanaan IPAL Komunal dan
Jaringan Perpipaan
Pelatihan bagi pengurus KSM,
berupa pelatihan di bidang teknis,
keuangan dan manajerial
Pembangunan IPAL Komunal
Pembangunan jaringan perpipaan
Pembangunan sambungan rumah
Supervisi pembangunan IPAL dan
jaringan perpipaan
Pembangunan sarana Studi AMDAL Pembangunan IPLT
dan prasarana IPLT Sosialisasi dan kampanye Rencana
Pembangunan IPLT
Pembebasan Lahan/Tanah
Penyusunan DED Pembangunan
IPLT
Pembangunan IPLT
Supervisi Pembangunan IPLT

Meningkatkan akses Penyuluhan pola hidup Penyusunan outline plan Penyusunan outline plan
masyarakat terhadap bersih dan sehat dan pengelolaan air limbah pengelolaan air limbah skala
sarana jamban pengurasan tangki skala kabupaten kabupaten
keluarga dengan tangki septik
septik yang tidak aman
dari 38,8% menjadi 0%
pada akhir tahun 2018

Berkurangnya Praktek Pembangunan MCK Pembangunan MCK Penyusunan DED Pembangunan


Buang Air Besar dan Penyuluhan Stop MCK Umum
Sembarangan (BABS) BABS
dari 25,3% menjadi 0%
pada tahun 2018

Mewujudkan Peningkatan kualitas Penambahan personil Pelatihan SDM tentang Pelatihan bagi pengurus KSM,
lembaga SDM aparat pengelola air limbah pengelolaan air limbah berupa pelatihan di bidang teknis,
pengelolaan air pemerintah dalam keuangan, dan manajerial
limbah yang pengelolaan air limbah
berkualitas permukiman Penguatan Pelatihan bagi Pengelola IPLT
kelembagaan
masyarakat
2. Belum adanya regulasi Meningkatkan Meningkatkan peran Perda Pengelolaan Air Operasi dan Biaya operasi dan pemeliharaan
(Peraturan Daerah) yang kesadaran serta masyarakat/ swasta Limbah pemeliharaan sarana IPAL Komunal
mengatur tentang partisipasi dalam pengelolaan dan prasana pengelolaan
pengelolaan dan penanganan masyarakat/ swasta limbah Penerapan mekanisme air limbah Operasi dan pemeliharaan IPLT
limbah sanitasi domestik. mengenai sanksi
pengelolaan air Operasi dan Pemeliharaan Truck
limbah Tinja

Menyiapkan Tersedianya regulasi Membuat regulasi Penyusunan Perda Penyusunan Perda Pengelolaan Air
regulasi dalam tentang pengelolaan tentang air limbah Pengelolaan Air Limbah Limbah
mengatur sistem air limbah permukiman Perda Pengelolaan Air Penyusunan Peraturan Penyusunan Peraturan Pengelolaan
pengelolaan air Limbah Pengelolaan B3 B3
limbah Penyusunan Perda Penyusunan Perda dalam
dalam penyelenggaraan penyelenggaraan sistem air limbah
sistem air limbah rumah rumah tangga
tangga

3.Masih adanya pembuangan Meningkatkan dan Meningkatkan alokasi Menjaga komitmen IPAL Komunal/ Tangki Pembangunan IPAL Komunal
grey water maupun black Mengembangkan anggaran dalam APBD pihak swasta yang septik komunal
water ke saluran drainase alternatif sumber sudah berpartisipasi
dan sungai-sungai yang ada, pendanaan dalam selama ini
sehingga dapat mencemari penyelenggaraan Mencari sumber Bekerjasama dengan Pembangunan sarana Pembangunan IPLT
lingkungan. sistem pengelolaan pembiayaan APBN, lembaga atau dan prasarana IPLT Pengadaan Truk Tinja
air limbah APBD Prov dan pendonor dari luar Pemantauan Kualitas Pemantauan Kualitas Air Sungai
permukiman lembaga donor negeri Lingkungan Pemantauan Kualitas Air Sumur
Gali/Air Tanah

4.Belum adanya rencana Meningkatkan peran Rapat koordinasi lintas sektor


kegiatan yang terintegrasi masyarakat/ swasta
diantara lintas sektor dan dalam pengelolaan
lintas program limbah

5.Belum maksimalnya Meningkatkan Iklan pengelolaan air limbah pada


dukungan media komunikasi kesadaran serta radio Rewako
dalam mempromosikan partisipasi
pengelolaan air limbah. masyarakat/ swasta
mengenai
pengelolaan air
limbah

Tabel 2.21. Kerangka Kerja Logis Persampahan


Permasalahan mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan
1. Belum adanya sistem Meningkatkan Meningkatnya cakupan Meningkatkan cakupan Penyusunan DED Penyusunan DED Pembangunan
Pengolahan persampahan cakupan dan dan kualitas pelayanan pelayanan secara Pembangunan TPA TPA dengan sistem sanitary landfill
dengan sistem sanitary kualitas layanan pengangkutan dan menyeluruh dengan sistem sanitary
landfield.
dalam sistem pengelolaan landfill
pengelolaan persampahan Pembangunan TPA Pembangunan TPA dengan sistem
persampahan dengan sistem sanitary sanitary landfill
melalui landfill
2. Jumlah penduduk cenderung pembangunan Meningkatkan Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan
meningkat mengakibatkan sarana dan kapasitas sarana dan Study Persampahan Persampahan skala kabupaten
volume tumpukan sampah prasarana yang persampahan sesuai skala kabupaten
rumah tangga bertambah dan berwawasan sasaran pelayanan Study tentang kualitas dan
belum memasyarakatnya
lingkungan dan kuantitas sampah kabupaten
konsep 3R.
berkelanjutan
Study Manajemen Pengelolaan
Persampahan
Penyusunan Rencana Usaha
(Business Plan) Persampahan
Pelaksanaan Bank Sampah
Sosialisasi pelaksanaan
pengelolaan persampahan 3R

3. Banyaknya tumpukan sampah Peningkatan sarana Diperlukannya Penambahan Pengadaan alat Pengadaan gerobak sampah
yang tidak terangkut ke TPA. prasarana peningkatan sarana kontainer, mobil pengangkut sampah bermotor bersekat
pengelolaan prasarana sampah, armroll Pengadaan mobil pick up sampah
sampah pengumpulan sampah Alat angkut stasiun Pengadaan Truk biasa (terpilah/3R)
antara dan TPA Operasi dan pemeliharaan truk
biasa
Pengadaan dump truck (terpilah)
Pemeliharaan container
Pengadaan Arm Roll
Pengadaan Dump truck
Pengadaan motor sampah
Operasi dan Pemeliharaan motor
sampah, Armroll dan Dump Truck

4. Kurangnya kesadaran Peningkatan Berkurangnya jumlah Mendorong Penyuluhan tentang Penyuluhan tentang persampahan
masyarakat untuk membuang kesadaran timbulan sampah pengelolaan sampah persampahan kepada kepada masyarakat dan kelompok
sampah pada tempat dan jam masyarakat serta rumah tangga berbasis masyarakat masyarakat dan masyarakat
yang tepat.
partisipasi kelompok masyarakat
masyarakat Meningkatkan Penerapan konsep 3R Kampanye pengurangan sampah
mengenai pembinaan masyarakat dari sumbernya
pengelolaan khususnya kaum
persampahan perempuan dalam
secara mandiri dan pengelolaan sampah
ramah lingkungan Meningkatkan Kampanye tata cara pemilahan
pemahaman sampah dari sumbernya
masyarakat akan upaya
3R
Meningkatkan Pengadaan tempat sampah
pemahaman tentang terpilah di tempat umum
5. Dampak pencemaran pengelolaan sampah
terhadap air tanah di sejak dini melalui
kawasan TPA Cadika semakin pendidikan bagi anak
meresahkan warga dan dari usia sekolah
hari ke hari semakin meluas
wilayah pencemarannya

6. Pendapatan dari retribusi Mewujudkan Optimalisasi regulasi Penegakan Perda Sosialisasi Perda
sampah masih belum cukup lembaga pengelolaan tentang Retribusi
untuk membiayai pengelolaan persampahan Sampah
operasional.
persampahan yang
berkualitas

Tabel 2.22. Kerangka Kerja Logis Drainase


Permasalahan mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan
1. Drainase masih dijadikan Meningkatkan Partisipasi masyarakat Pemeliharaan saluran Pembangunan dan Operasional dan pemeliharaan
tempat membuang dan ketersediaan dan pihak swasta drainase yang telah peningkatan pengelolaan drainase lingkungan
membakar sampah sarana dan dalam pembangunan terbangun drainase skala
prasarana dan pemeliharaan kabupaten
pengelolaan drainase lingkungan
drainase
lingkungan,
sehingga dapat
mengurangi resiko
terjadi genangan

2. Penyelenggaraan sistem Meningkatkan Berkurangnya Penyiapan masterplan Perencanaan Teknis Pembangunan


drainase yang meliputi ketersediaan permasalahan drainase drainase Saluran Drainase dan Gorong-
perencanaan, pembangunan, sarana dan pada tahun 2018 Gorong
pengelolaan dan
prasarana Tersedianya regulasi Supervisi Pembangunan saluran dan gorong-
pemeliharaannya belum
komprehensif dan pengelolaan tentang pengelolaan pembangunan saluran gorong drainase sekunder
terintegrasi di seluruh drainase drainase dan gorong-gorong
wilayah serta belum lingkungan, drainase saluran
sepenuhnya sehingga dapat Peningkatan koordinasi Supervisi pembangunan saluran
mengikutsertakan mengurangi resiko antar instansi terkait dan gorong-gorong drainase
stakeholder yang potensial terjadi genangan sekunder
dan kadang bersifat lintas Optimalisasi kinerja Pemeliharaan saluran dan gorong-
sektoral dan tidak SKPD terkait dalam gorong drainase primer dan
koordinatif. pemeliharaan saluran sekunder
drainase lingkungan
3. Penggunaan teknologi
konstruksi drainase yang ada Pengambangan
masih menggunakan kapasitas SDM instansi
komponen material yang pengelola drainase
biasa, sehingga tingkat Optimalisasi peran
capaian baku mutu, efisiensi masyarakat dalam
biaya, efisiensi waktu dan
pengelolaan saluran
asas kemanfaatan masih
drainase lingkungan
terbatas dan rendah.
Optimalisasi peran
4. Ketersediaan lahan untuk media dalam
pembangunan drainase yang memotivasi partisipasi
sangat terbatas dan kadang masyarakat dalam
menimbulkan permasalahan pengelolaan saluran
dengan masyarakat drainase lingkungan
khususnya di perkotaan Perda pengelolaan
drainase dengan
5. Akibat dampak pelibatan masyarakat
pembangunan dari
peningkatan penduduk urban
yang menyebabkan
berkurangnya area resapan
sehingga dimensi dan
kuantitas drainase perlu
ditingkatkan.

6. Sanksi dan sosialisasi akibat


penanganan drainase yang
belum ada sehingga payung
hukum yang menjadi
landasan dari aturan yang
diterapkan tidak jelas dan
kuat.

Tabel 2.22 Kerangka Kerja Logis PHBS


Permasalahan mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan
1. Belum adanya regulasi yang Meningkatkan Meningkatkan Mengoptimalkan peran Peningkatan PHBS dan Penyusunan Perda tentang PHBS
mengatur tentang sanitasi. kesadaran kesadaran masyarakat instansi pemerintah Prohisan dan Prohisan
masyarakat untuk untuk berperilaku dan sekolah dalam
berperilaku Hidup Hidup Bersih dan Sehat pemicuan dan
Bersih dan Sehat penerapan PROHISAN
Meningkatkan
komitmen penentu
kebijakan anggaran
untuk PROHISAN
2. Masih rendahnya kesadaran Berkurangnya praktek Mengoptimalkan Pembuatan media promosi dan
masyarakat dalam perilaku BABS menjadi 0% program kesehatan informasi sadar hidup sehat,
hidup bersih dan sehat. berbasis masyarakat seperti banner, stiker, spanduk, dll
untuk meningkatkan Penyediaan sarana cuci tangan
peran serta pakai sabun (CTPS) di tempat-
masyarakat dalam tempat umum (terminal, pasar,
PROHISAN alun-alun dan stasiun)
Lomba K3 (kebersihan, keindahan
dan ketertiban)
3. Masih kurangnya SDM yang Meningkatkan Program Peningkatan Pelatihan kader kesling
memiliki kemampuan untuk kuantitas dan kualitas SDM
mensosialisasikan tentang kader kesehatan Pelatihan Petugas Sanitarian
sanitasi kepada masyarakat lingkungan dalam
promosi PROHISAN

4. Belum maksimalnya peran Media dan sarana Peningkatan PHBS dan Penyuluhan dan kampanye Pola
radio daerah dalam promosi kesehatan Prohisan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
mensosialisasikan sanitasi melalui pendekatan melalui CTPS, Stop BABS melalui
dan perilaku hidup bersih dan
lokal spesifik siaran radio
sehat.

5. Belum adanya rencana Menyusun kerangka


kegiatan yang terintegrasi kebijakan promkes dan
diantara lintas sektor dan materi kebijakan
lintas program.
kurikulum berbasis
kesehatan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai