Kabupaten Gowa berada pada 119.3773 Bujur Barat dan 120.0317 Bujur Timur,
5.0829342862 Lintang Utara dan 5.577305437 Lintang Selatan, dengan batas-batas sebagai
berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba dan
Kabupaten Bantaeng;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto;
dan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Takalar.
Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km atau sama dengan 3,01% dari luas
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, yang terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan dan 167
(seratus enam puluh tujuh) desa/kelurahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tinjauan terdahap aspek fisik wilayah, dimaksudkan untuk mengetahui potensi dan
kendala yang dihadapi Kabupaten Gowa dalam mengembangkan wilayahnya dimasa
mendatang. Beberapa aspek fisik yang menjadi kajian, meliputi: aspek fisik wilayah,
kependudukan dan sumberdaya manusia, aspek perekonomian, potensi bencana alam dan
berbagai aspek lainnya.
Kabupaten Gowa memiliki 2 (dua) dimensi wilayah, yakni wilayah dataran rendah dan
wilayah dataran tinggi. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi
yaitu sekitar 72,26%. Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30% mempunyai kemiringan tanah di
atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya dan
Tompobulu. Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai yang cukup besar yaitu ada 15 sungai.
Sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah Sungai Jeneberang yaitu seluas 881
km dengan panjang 90 km.
2.1.1. Kependudukan
Dari perhitungan yang sudah ditampilkan di Tabel 2.4 akhirnya dapat dijelaskan untuk perkiraan besaran pendanaan sanitasi Kabupaten Gowa
kedepan selama 5 tahun (2014-2018) .
Dari perkiraan belanja langsung sejak 2014 sampai dengan 2018, total pendanaan sebesar Rp. 1.576.334.565.867,30. Untuk perkiraan APBD murni
untuk sanitasi total pendanaan sebesar Rp. 28.635.946.134,79 sedangkan untuk perkiraan komitmen pendanaan sanitasi total pendanaan sebesar Rp.
31.526.691.317,35.
Keterangan :
- Jumlah penduduk Kab. Gowa tahun 2012 : 670.465 jiwa
- Jumlah penduduk perkotaan tahun 2012 : 269.572 jiwa
Kesimpulan :
Penyaluran akhir tinja rumah tangga yang aman = 61,2%
Penyaluran akhir tinja rumah tangga tidak aman = 38,8%
Tempat penyaluran akhir tinja Rumah Tangga :
Berdasarkan hasil study EHRA tahun 2013 menunjukkan bahwa
tempat penyaluran buangan akhir tinja 72.8% ke tangki septik, 4.9%
Cubluk/lobang tanah, 0.7% ke sungai/danau/pantai, 0.1% langsung
ke drainase, 0.7% pipa sewer dan 20.9 % tidak tahu.
Perencanaan Belum adanya Masterplan Air Limbah yang terintegrasi dengan RTRW
Teknis, dll Kabupaten Gowa.
B. Lain-lain
Aspek Minimnya alokasi pendanaan yang dialokasikan untuk sektor
Pendanaan: Limbah
Rendahnya alokasi pendanaan
Belum adanya investor swasta disektor sanitasi
Aspek Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan
Kelembagaan: Belum adanya lembaga/instansi yang secara spesifik terkait
kebersihan dan sanitasi secara umum
Aspek Peraturan Belum adanya regulasi yang di buat oleh Pemerintah Daerah terkait
Perundangan dengan pengelolaan limbah baik skala rumah tangga maupun
dan penegakan industri
hukum: Belum adanya payung hukum yang mengatur tentang izin limbah
cair
Aspek Peran Masih rendahnya kesadaran masyarakat
serta Belum adanya MOU dengan sektor swasta terkait sanitasi
Masyarakat dan
Dunia
Usaha/Swasta:
Tabel 2.7. Rencana Pengembangan Jangka Menengah Air Limbah Domestik Kabupaten Gowa
2.3. Persampahan
Tidak tahu
100.0 2.4 .4 .5 .0 .5
7.5
14.0 Lain-lain
21.3
32.4 5.3
80.0 6.0 30.0 Dibuang ke lahan
46.3 5.2 kosong/kebun/hutan dan
3.2
6.6 dibiarkan membusuk
1.2 2.1 Dibiarkan saja sampai
10.0 .0
60.0 membusuk
.8
2.4 Dibuang ke
.0 sungai/kali/laut/danau
58.2
40.0 55.6
Dibuang ke dalam lubang tetapi
60.0 tidak ditutup dengan tanah
Sumber : Studi EHRA Kabupaten
51.9 Gowa Tahun 2013
46.3 Dibuang ke dalam lubang dan
ditutup dengan tanah
20.0
Keterangan :
Dibakar
- Produksi sampah per10.8
hari = 1.676 m/hari
3.3
2.4 sampah 2.5 7.5
- Timbulan
.0 .0 .0 wilayah
1.4 perkotaan
.0 .8 per hari =Dikumpulkan
600 m dan dibuang ke
- 0 1 2 3 TPS
100%
90%
80%
70%
75.0
60%
100.0 98.3 100.0 95.7
50%
40% Tidak dipilah/dipisahkan
30%
20% Dipilah/dipisahkan
25.0
10%
.0 1.7 .0 4.3
0%
% % % % %
0 1 2 3
Kluster Desa/Kelurahan Total
Pengangkutan: Jumlah Dump Truck sampai saat ini 26 unit, kapasitas @ 6-8 m/hari , yang
masih berfungsi 25 unit sedangkan rusak 1 unit
Sampai saat ini telah tersedia 25 unit motor gandeng, kapasitas @ 1,5 x 10
m/hari, yang masih berfungsi 10 unit sedangkan rusak 15 unit
(Semi)
Pengolahan
Akhir
No. Jenis Kegiatan Jenis Pengomposan Lokasi Kegiatan
Terpusat:
Daur Ulang / Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang ada di Kabupaten Gowa saat
Tempat ini berada di 1 (satu) lokasi yaitu :
Pemrosesan - TPA Caddika
Akhir: Pengelolaan TPA masih memakai sistem open dumping
Pembangunan TPA baru perlu dilakukan
Perencanaan Belum tersedianya Master Plan dan dokumen Perencanaan lainnya
A. Lain-Lain
2. Aspek Kelembagaan pengelolaan persampahan belum spesifik/masih tergabung
Kelembagaan dalam Dinas Pekerjaan Umum (belum berbentuk UPTD/Dinas)
SDM kurang memadai, baik dari kuantitas dan kualitas
3. Aspek Penganggaran terkait pengelolaan persampahan baru mencapai 0,37%
Pendanaan Pengelolaan sampah masih menjadi prioritas
Pola penanganan sampah belum optimal
Rendahnya dana penarikan retribusi
4. Aspek peran Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis
serta Masy. & Rendahnya investasi dunia usaha/swasta
Dunia Usaha/
Swasta
5. Aspek Belum ada payung hukum yang memuat sanksi terkait pengelolaan
Peraturan persampahan
Perundangan
dan
penegakan
hukum
Sumber : BPS Bab 2
Kabupaten Gowa yang terdiri dari 18 kecamatan dengan luas 1.883,33 Ha,
dengan jumlah penduduk 670.465 jiwa berpotensi setiap harinya menambah jumlah
(volume) sampah seiring dengan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah (langsung maupun tidak
langsung) minimal sekitar 0,4 Kg perharinya. Jika penduduk Kabupaten Gowa berjumlah
670.465 jiwa berarti produksi sampahnya perhari sekitar 268.186. Dapat dibayangkan
jika sampah sebanyak itu tidak mampu dikelola secara arif dan bijaksana tentu akan
menimbulkan banyak masalah terutama pencemaran terhadap lingkungan.
Akses pelayanan persampahan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gowa
baru pada 5 (lima) kecamatan yang pengangkutan sampahnya sudah terlayani, akan
tetapi tidak semua kelurahan/desa pada kecamatan tersebut terlayani pengangkutan
sampahnya. Adapun daerah yang terlayani pengangkutan sampahnya yaitu : semua
kelurahan di Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Pallangga (Kelurahan Tetebatu dan
Mangalli), Kecamatan Bontomarannu (Kelurahan Borongloe), Kecamatan Pattallassang
(Padivalley & rehab. Narkoba), Kecamatan Bajeng (Kelurahan Limbung).
Permasalahan umum yang dihadapi Kabupaten Gowa dalam pengelolaan sampah
antara lain :
1. Belum adanya system Pengolahan persampahan dengan sistem sanitary landfield.
2. Jumlah penduduk cnderung meningkat mengakibatkan volume tumpukan sampah
rumah tangga bertambah dan belum memasyarakatnya konsep 3R.
3. Banyaknya tumpukan sampah yang tidak terangkut ke TPA.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempat dan jam
yang tepat.
5. Dampak pencemaran terhadap air tanah di kawasan TPA Cadika semakin
meresahkan warga dan dari hari ke hari semakin meluas wilayah pencemarannya.
6. Pendapatan dari retribusi sampah masih belum cukup untuk membiayai operasional.
Tabel 2.10. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan Domestik
Persampahan
1) Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah dari 75% menjadi 90%, pada wilayah
perkotaan dan 10% menjadi 75% pada daerah pedesaan pada akhir tahun 2018
2) Pengurangan sampah dari sumbernya dari 20% - 40% untuk wilayah perkotaan.
3) Meningkatnya kualitas layanan pengelolaan persampahan sesuai dengan UU persampahan
dan SPM pada akhir tahun 2018.
4) Tersedianya regulasi persampahan yang sesuai dengan UU persampahan pada akhir tahun
2015
5) Meningkatnya kesadaran masyarakat ber-PHBS dalam pengelolaan persampahan sebesar 30%
dari jumlah penduduk atau 201.140 jiwa pada tahun 2015
B Penanganan Tidak
langsung
1 Dibakar 55,6% 46% 30% 17% 9% 0%
2 Dibuang sembarang 36%
tempat
2.4. Drainase
A. Sistem Drainase
User Interface Lama genangan bila terjadi banjir yang lebih dari 1 hari: ..%
Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin:
100% .0
10.0
90% 25.0
29.9
80%
70%
60%
50% 100.0 100.0
90.0 Tidak
40% 75.0
70.1 Ya
30%
20%
10%
0% .0
0 1 2 3
Kluster Desa/Kelurahan TOTAL
Sumber : Studi EHRA Kabupaten Gowa Tahun 2013
Frekuensi genangan pernah dialami oleh sekitar 75% rumah tangga sementara,
sebagian besar atau 25% tidak secara rutin mengalami.
Data Genangan :
No Lokasi Genangan Luas Lama Tinggi
(Kelurahan) Genangan Genangan Genangan
(Ha) ( atau 3 jam) ( atau 30cm)
1 Pandang-Pandang 0.18 > 30
2 Sungguminasa 0.82 < 30
3 Tompobalang 0.97 < 30
4 Batang Kaluku 1.27 > 30
5 Tamarunang 0.33 > 30
6 Bontoramba - -
7 Mawang - -
8 Romangpolong - -
9 Bonto-Bontoa 1.12 > 30
10 Kalegowa - -
11 Katangka - -
12 Tombolo 0.07 <30
13 Pacinnongan 1.32 >30
14 Samata - -
Jumlah
Penampungan / Grey water masih bercampur dengan saluran drainase, belum ada sumur
Pengolahan Awal: resapan
100%
90%
32.6
80% 45.0 Tidak ada saluran
53.9
70% 3.0
73.2 8.2
60% Tidak dapat dipakai,
97.5 2.4
50% 2.1 7.9 saluran kering
40% 8.7
Tidak
30% .0 56.2
7.3 44.7
20% 35.3
10% 19.5 Ya
.0
2.5
0%
0 1 2 3
Kluster Desa/Kelurahan Total
Data lain Ditemukan bahwa sekitar 31,7% rumah tangga memiliki lingkungan sekitar
berdasarkan rumah yang terdapat genangan air
hasil Studi EHRA Pada umumnya, sistem drainase masih menjadi satu antara pembuangan air
2012: hujan (pematusan air hujan) dan saluran limbah rumah tangga (grey water)
Porsi belanja fisik sub sektor drainase masih 1.11%
Sedimentasi dan timbunan sampah menyebabkan kapasitas pengaliran
saluran berkurang, akibatnya terjadi luapan.
Genangan yang terjadi dari hasil pengamatan disebabkan oleh luapan, baik
dari jaringan tersier, sekunder maupun primer.
Sistem jaringan belum tertata menurut hirarki saluran, dimana hirarki ini
akan menentukan besarnya kapasitas pengaliran yang direncanakan.
Pada umumnya, drainase lingkungan masih menjadi satu antara
pembuangan air hujan dan saluran limbah rumah tangga (grey water).
Luas area genangan air di Kabupaten Gowa 59701.24 Ha
B. Lain-lain :
B. Lain-Lain
Dokumen Masterplan drainase
RPIJM
Perencanaan
Kebijakan Belum adanya sistem informasi (SIM) saluran drainase, sehingga
Pembangunan pengelolaan, perawatan drainase belum terkoordinasi
Antar Kawasan
Perilaku Umumnya masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai jaringan
Masyarakat pembuangan limbah baik limbah industri rumah tangga maupun limbah
domestik tanpa melalui proses pengolahan limbah terlebih dahulu.
Masih banyak masyarakat yang memanfaatkan drainase lingkungan
sebagai tempat pembuangan sampah yang praktis.
Kurang terpeliharanya drainase.
Drainase
1). Tersedianya dokumen Masterplan Drainase dan dokumen perencanaan lainnya
2). Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik dari % menjadi .%
atau . Jiwa pada akhir tahun 20.
3). Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana drainase dari % menjadi % atau .. jiwa
pada akhir tahun 20
4). Tersedianya regulasi drainase pada tahun 20.
5). Berkurangnya luas genangan sebesar Ha pada tahun 20., dilokasi ..
Tabel 2.15 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Drainase
B Fungsi Drainase
Drainase Mikro 90.689.23
Sekunder
Drainase Mikro 248.272.85
Tersier
B Penanganan
Tidak Langsung
C Penanganan - - - - - - -
berbasis
masyarakat
Berdasarkan hasil EHRA Tahun Belum adanya regulasi yang mengatur tentang sanitasi.
2013, maka :
Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup
bersih dan sehat.
Masih kurangnya SDM yang memiliki kemampuan untuk
mensosialisasikan tentang sanitasi kepada masyarakat.
Belum maksimalnya peran radio daerah dalam
mensosialisasikan sanitasi dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
Belum adanya rencana kegiatan yang terintegrasi diantara
lintas sektor dan lintas program.
PHBS
1). Meningkatnya proporsi pemberi informasi (komunikasi) tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dari kalangan SKPD dan kader kesehatan lingkungan sebesar 22% atau 3512 jiwa
pada akhir tahun 2013.
2). Meningkatnya kesadaran anak sekolah dan pondok pesantren dalam berperilaku PHBS.
3). Terlatihnya kader kesehatan lingkungan sebanyak 100% atau 5010 jiwa dari jumlah warga
Kelurahan dari 167 desa/kelurahan atau 30 orang kader di setiap desa/kelurahan pada
akhir tahun 2018.
4). Berperannya kelompok masyarakat (organisasi masyarakat) laki-laki dan perempuan di
setiap desa/kelurahan (167 forum desa) dalam penyadaran hygiene pada akhir tahun 2018.
5). Termanfaatkannya media pilihan masyarakat (media lokal) di lokasi prioritas dalam
penyadaran berperilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun 2018.
Tabel 2.19. Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan PHBS terkait sanitasi
Meningkatkan akses Penyuluhan pola hidup Penyusunan outline plan Penyusunan outline plan
masyarakat terhadap bersih dan sehat dan pengelolaan air limbah pengelolaan air limbah skala
sarana jamban pengurasan tangki skala kabupaten kabupaten
keluarga dengan tangki septik
septik yang tidak aman
dari 38,8% menjadi 0%
pada akhir tahun 2018
Mewujudkan Peningkatan kualitas Penambahan personil Pelatihan SDM tentang Pelatihan bagi pengurus KSM,
lembaga SDM aparat pengelola air limbah pengelolaan air limbah berupa pelatihan di bidang teknis,
pengelolaan air pemerintah dalam keuangan, dan manajerial
limbah yang pengelolaan air limbah
berkualitas permukiman Penguatan Pelatihan bagi Pengelola IPLT
kelembagaan
masyarakat
2. Belum adanya regulasi Meningkatkan Meningkatkan peran Perda Pengelolaan Air Operasi dan Biaya operasi dan pemeliharaan
(Peraturan Daerah) yang kesadaran serta masyarakat/ swasta Limbah pemeliharaan sarana IPAL Komunal
mengatur tentang partisipasi dalam pengelolaan dan prasana pengelolaan
pengelolaan dan penanganan masyarakat/ swasta limbah Penerapan mekanisme air limbah Operasi dan pemeliharaan IPLT
limbah sanitasi domestik. mengenai sanksi
pengelolaan air Operasi dan Pemeliharaan Truck
limbah Tinja
Menyiapkan Tersedianya regulasi Membuat regulasi Penyusunan Perda Penyusunan Perda Pengelolaan Air
regulasi dalam tentang pengelolaan tentang air limbah Pengelolaan Air Limbah Limbah
mengatur sistem air limbah permukiman Perda Pengelolaan Air Penyusunan Peraturan Penyusunan Peraturan Pengelolaan
pengelolaan air Limbah Pengelolaan B3 B3
limbah Penyusunan Perda Penyusunan Perda dalam
dalam penyelenggaraan penyelenggaraan sistem air limbah
sistem air limbah rumah rumah tangga
tangga
3.Masih adanya pembuangan Meningkatkan dan Meningkatkan alokasi Menjaga komitmen IPAL Komunal/ Tangki Pembangunan IPAL Komunal
grey water maupun black Mengembangkan anggaran dalam APBD pihak swasta yang septik komunal
water ke saluran drainase alternatif sumber sudah berpartisipasi
dan sungai-sungai yang ada, pendanaan dalam selama ini
sehingga dapat mencemari penyelenggaraan Mencari sumber Bekerjasama dengan Pembangunan sarana Pembangunan IPLT
lingkungan. sistem pengelolaan pembiayaan APBN, lembaga atau dan prasarana IPLT Pengadaan Truk Tinja
air limbah APBD Prov dan pendonor dari luar Pemantauan Kualitas Pemantauan Kualitas Air Sungai
permukiman lembaga donor negeri Lingkungan Pemantauan Kualitas Air Sumur
Gali/Air Tanah
3. Banyaknya tumpukan sampah Peningkatan sarana Diperlukannya Penambahan Pengadaan alat Pengadaan gerobak sampah
yang tidak terangkut ke TPA. prasarana peningkatan sarana kontainer, mobil pengangkut sampah bermotor bersekat
pengelolaan prasarana sampah, armroll Pengadaan mobil pick up sampah
sampah pengumpulan sampah Alat angkut stasiun Pengadaan Truk biasa (terpilah/3R)
antara dan TPA Operasi dan pemeliharaan truk
biasa
Pengadaan dump truck (terpilah)
Pemeliharaan container
Pengadaan Arm Roll
Pengadaan Dump truck
Pengadaan motor sampah
Operasi dan Pemeliharaan motor
sampah, Armroll dan Dump Truck
4. Kurangnya kesadaran Peningkatan Berkurangnya jumlah Mendorong Penyuluhan tentang Penyuluhan tentang persampahan
masyarakat untuk membuang kesadaran timbulan sampah pengelolaan sampah persampahan kepada kepada masyarakat dan kelompok
sampah pada tempat dan jam masyarakat serta rumah tangga berbasis masyarakat masyarakat dan masyarakat
yang tepat.
partisipasi kelompok masyarakat
masyarakat Meningkatkan Penerapan konsep 3R Kampanye pengurangan sampah
mengenai pembinaan masyarakat dari sumbernya
pengelolaan khususnya kaum
persampahan perempuan dalam
secara mandiri dan pengelolaan sampah
ramah lingkungan Meningkatkan Kampanye tata cara pemilahan
pemahaman sampah dari sumbernya
masyarakat akan upaya
3R
Meningkatkan Pengadaan tempat sampah
pemahaman tentang terpilah di tempat umum
5. Dampak pencemaran pengelolaan sampah
terhadap air tanah di sejak dini melalui
kawasan TPA Cadika semakin pendidikan bagi anak
meresahkan warga dan dari usia sekolah
hari ke hari semakin meluas
wilayah pencemarannya
6. Pendapatan dari retribusi Mewujudkan Optimalisasi regulasi Penegakan Perda Sosialisasi Perda
sampah masih belum cukup lembaga pengelolaan tentang Retribusi
untuk membiayai pengelolaan persampahan Sampah
operasional.
persampahan yang
berkualitas
4. Belum maksimalnya peran Media dan sarana Peningkatan PHBS dan Penyuluhan dan kampanye Pola
radio daerah dalam promosi kesehatan Prohisan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
mensosialisasikan sanitasi melalui pendekatan melalui CTPS, Stop BABS melalui
dan perilaku hidup bersih dan
lokal spesifik siaran radio
sehat.