Jejak Iblis
Jejak Iblis
03/28/2003
Adam dan Hawa tinggal di surga. Iblis iri dibuatnya. Ia menyimpan dendam kesumat
terhadap keduanya. Iblis pun berjanji akan mendongkel mereka dari surga. Tidak
hanya itu, iblis juga berjanji menggelincirkan anak cucu Adam sampai kiamat. Demi
ambisinya, iblis bahkan meminta dispensasi kepada Allah untuk bisa hidup sampai
akhir zaman. Ia pun mencari celah untuk menggoda Adam dan Hawa. Celah itu
akhirnya ia temukan. Iblis membujuk keduanya agar mendekati pohon larangan.
Pohon yang Allah melarang keduanya untuk mendekati dan memakan buahnya.
Keduanya tertipu, mereka mendekati dan memakan buahnya. Iblis tertawa terbahak.
Akhirnya, mereka semua dikeluarkan dari surga.
Setan berkata, "Tuhanmu tidak melarangmu dari mendekati pohon itu, melainkan
supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal di
surga."
Pintu tipu daya terbesar adalah ketika iblis berhasil mengidentifikasi keinginan Adam
dan Hawa untuk kekal di surga. Demikian dikatakan oleh Ibnu Qoyyim. Keinginan,
itulah yang banyak menjadi pintu tipu daya setan. Seperti maklum, setan menggoda
Anak Adam melalui aliran darah. Ia mencapai nafsu manusia dengan merasuk dan
menanyainya, termasuk menanyai apa yang disukai dan apa yang tak disukai; apa
yang diingini dan apa yang tak diingini. Anak Adam banyak terperdaya melalui pintu
ini.
Pekerjaan menasihati juga diungkapkan dengan isim fa'il yang menunjukkan sifat,
dan bukan fi'il yang menunjukkan kejadian yang baru terjadi, sehingga ia dapat
dimaknai: memberikan nasihat adalah sifat, watak, dan profesiku, bukan hal yang
bersifat insiden.
Iblis juga menggambarkan dirinya sebagai salah satu dari banyak penasihat
(laminan-naasihin), dengan begitu seolah dia berkata, "Banyak orang menasihatimu
dalam hal ini, sedangkan aku hanya salah seorang dari mereka." Ini serupa dengan
ungkapan, "Semua orang sependapat denganku dalam masalah ini, dan aku
hanyalah salah seorang yang menyuruhmu berbuat begitu."
Mendompleng keinginan orang juga lazim digunakan para pengikut setan. Jika
mereka bermaksud mempengaruhi orang, agar maksud jahatnya terwujud, mereka
memulai menyinggung keinginan, kemauan, dan kebutuhan orang yang dipengaruhi,
seperti keinginan Adam dan Hawa untuk kekal di surga. Kadang "singgungan" itu
berupa rangsangan untuk menuju keinginan, kadang keinginan itu sendiri yang
dipenuhi sebagai semacam "suapan". Betapa banyak misionaris yang membujuk
umat Islam dengan kedok bantuan-bantuan kemanusiaan, terutama saat mereka
tertimpa musibah atau terdesak kebutuhan. Juga betapa sering bangsa Barat
memperalat pemerintahan negeri-negeri Islam untuk memerangi orang Islam
dengan iming-iming yang menggiurkan atau yang lazim disebut dengan politik stick
and carrot.
Jika setan suka mengatasnamakan orang banyak (sesungguhnya aku salah satu
pemberi nasihat), setan modern demikian juga. Untuk menjustifikasi kemauannya, ia
perlu menyatakan bahwa ia didukung oleh banyak pihak. Meski kadang dukungan
tersebut lebih bersifat klaim, misalanya penganugerahan nobel perdamaian dan
sejenisnya. Bukankah pada era modern opini media massa yang membentuk fakta
dan bukan fakta yang membentuk opini? Contoh menarik dewasa ini adalah daftar
kelompok teroris versi PBB yang diklaim atas masukan banyak negara, seolah daftar
tersebut mewakili aspirasi mayoritas penduduk dunia.
Akhirnya, marilah kita berlindung kepada Allah dari tipu daya setan, seperti
diajarkan Allah dalam Alquran, "Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Tuhan (yang
memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari
kejahaan bisikan setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke
dalam dada manusia. Dari golongan jin dan manusia'." (An-Naas: 1--6). (Abu
Zahrah).