A. Pengertian
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah
hak yang berasal dari hasil kegiatan intelektual manusia yang memiliki manfaat ekonomi.
HKI dalam dunia internasional dikenal dengan nama Intellectual Property Rights (IPR) yaitu
hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang
berguna untuk kepentingan manusia.
Adapun kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi
kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis,
karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia. Objek yang diatur dalam HKI adalah
karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia Sistem HKI
merupakan hak privat (private rights). Seseorang bebas untuk mengajukan permohonan
atau mendaftarkan karya intelektualnya atau tidak. Hak eklusif yang diberikan Negara
kepada individu pelaku HKI (inventor, pencipta, pendesain dan sebagainya) tiada lain
dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil karya (kreativitas) nya dan agar orang lain
terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, sehingga dengan sistem HKI
tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme pasar.
Teori Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sangat dipengaruhi oleh pemikiran John Locke
tentang hak milik. Dalam bukunya, Locke mengatakan bahwa hak milik dari seorang manusia
terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada sejak manusia lahir. Benda dalam
pengertian disini tidak hanya benda yang berwujud tetapi juga benda yang abstrak, yang
disebut dengan hak milik atas benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil dari
intelektualitas manusia.
G. Konsutan HKI
Adalah orang yang memiliki keahlian di bidang Hak Kekayaan Intelektual dan secara
khusus memberikan jasa di bidang pengajuan dan pengurusan permohonan di bidang Hak
Kekayaan Intelektual yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dan
terdaftar sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual
J. Hak Cipta
Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang
ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta :
1) Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.(Pasal 1 ayat 1)
2) Hak cipta diberikan terhadap ciptaan dalam ruang lingkup bidang ilmu pengetahuan,
kesenian, dan kesusasteraan. Hak cipta hanya diberikan secara eksklusif kepada
pencipta, yaitu seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat
pribadi.
L. Hak Paten
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, pengertian dari hak paten adalah
sebagai berikut:
1) Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain
untuk melaksanakannya (Pasal 1 Ayat 1).
2) Hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang
teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya tersebut
atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk melaksanakannya (Pasal 1
Undang-undang Paten).
3) Paten diberikan dalam ruang lingkup bidang teknologi, yaitu ilmu pengetahuan yang
diterapkan dalam proses industri. Di samping paten, dikenal pula paten sederhana
(utility models) yang hampir sama dengan paten, tetapi memiliki syarat-syarat
perlindungan yang lebih sederhana. Paten dan paten sederhana di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Paten (UUP).
4) Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah menemukan suatu
penemuan (baru) di bidang teknologi. Yang dimaksud dengan penemuan adalah
kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi yang berupa :
Proses;
Hasil produksi;
Penyempurnaan dan pengembangan proses;
Penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi
B. Pengalihan Hak
Salah satu ketentuan yang material di dalam UU HC Baru adalah mengenai pengalihan
kembali ciptaan ke pencipta, yang tidak diatur dalam UU Hak Cipta Lama. UU Hak Cipta Baru
menegaskan bahwa terhadap ciptaan, seperti buku, dan/atau semua hasil karya tulis lainnya,
lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks yang dialihkan melalui perjanjian jual putus
(sold flat agreement) dan/atau pengalihan tanpa batas waktu wajib beralih kembali ke
pencipta apabila jangka waktu perjanjian telah mencapai 25 (dua puluh lima) tahun.
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (UU No.
15/2001) mendefinisikan merek sebagai tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-
huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Hak
atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang
terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.
Merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang
beriktikad tidak baik. Berdasarkan Pasal 5 UU No. 15/2001, merek tidak dapat didaftar
apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini:
1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas
agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
2) Tidak memiliki daya pembeda;
3) Telah menjadi milik umum; atau
4) Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan
pendaftarannya.
B. Pemeriksaan Substantif
Paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan, pemeriksa pada
Direktorat Jenderal akan mengadakan pemeriksaan substantive terhadap permohonan.
Pemeriksaan substantif wajib diselesaikan paling lambat 9 (sembilan) bulan. Apabila
permohonan dapat diterima berdasarkan hal pemeriksaan substantif, maka berdasarkan
persetujuan Direktorat Jenderal, permohonan tersebut akan diumumkan dalam Berita Resmi
Merek. Apabila permohonan ditolak, maka Direktorat Jenderal akan menginformasikan
pemohon atau kuasanya penolakan tersebut secara tertulis dan juga alasan terhadap
penolakan tersebut.
C. Periode Pengumuman
Permohonan akan diumumkan dalam berita resmi merek paling lambat 10 (sepuluh)
hari sejak tanggal disetujuinya permohonan untuk didaftar oleh pemeriksa substantif.
Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan:
1) Nama dan alamat lengkap pemohon, termasuk kuasa apabila permohonan diajukan
melalui kuasa;
2) Kelas dan jenis barang dan/atau jasa bagi merek yang dimohonkan pendaftarannya;
3) tanggal penerimaan;
4) Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali, dalam hal
permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas; dan
5) Contoh merek, termasuk keterangan mengenai warna dan apabila etiket merek
menggunakan bahasa asing dan/atau huruf selain huruf Latin dan/atau angka yang
tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, disertai terjemahannya ke dalam
bahasa Indonesia, huruf Latin atau angka yang lazim digunakan dalam Bahasa
Indonesia, serta cara pengucapannya dalam ejaan Latin.
D. Keberatan
Pengumuman akan dilakukan selama 3 (tiga) bulan, dan selama periode
pengumuman tersebut setiap pihak dapat mengajukan keberatan terhadap permohonan
secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. Keberatan dapat diajukan apabila terdapat alasan
yang cukup disertai bukti bahwa permohonan merek harus ditolak atau tidak dapat didaftar.
Apabila terdapat keberatan, maka Direktorat Jenderal akan mengirimkan salinan surat
keberatan tersebut kepada pemohon atau kuasanya paling lambat 14 (empat belas) hari
sejak tanggal penerimaan keberatan oleh Direktorat Jenderal. Pemohon atau kuasanya
berhak untuk mengajukan sanggahan terhadap keberatan secara tertulis dalam waktu paling
lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan salinan keberatan dari Direktorat
Jenderal. Direktorat Jenderal akan melakukan pemeriksaan kembali permohonan
berdasarkan keberatan dan sanggahan pemohon. Pemeriksaan kembali harus diselesaikan
paling lambat 2 (dua) bulan sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman. Apabila
pemeriksa melaporkan bahwa keberatan dapat diterima maka Direktorat Jenderal akan
menginformasikan pemohon atau kuasanya bahwa permohonan tidak dapat diterima atau
ditolak. Apabila keberatan diterima, maka pemohon atau kuasanya dapat mengajukan
banding. Apabila pemeriksa memutuskan bahwa keberatan ditolak, maka permohonan akan
didaftarkan dalam daftar umum merek, dengan persetujuan Direktorat Jenderal.
E. Penerbitan Sertifikat
Pasal 27 UU No. 15/2001 menyebutkan bahwa apabila tidak ada keberatan terhadap
permohonan, maka Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan sertifikat merek
kepada pemohon atau kuasanya dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal berakhirnya jangka waktu pengumuman. Namun, apabila terdapat keberatan dan
keberatan ditolak, maka Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan sertifikat merek
kepada pemohon atau kuasanya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal permohonan
disetujui untuk didaftar.
A. Ketentuan Umum
Pencatatan perjanjian lisensi dilakukan terhadap:
1) Hak Cipta dan Hak Terkait;
2) Paten;
3) Merek;
4) Desain Industri
5) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu; dan
6) Rahasia Dagang.
Pengalihan hak atas merek terdaftar diatur dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001
tentang Merek (UU No. 15/2001). Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata,
huruf-huruf, angka-angka, sususan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
B. Ketentuan Lain-Lain
Pengalihan hak atas merek terdaftar dapat disertai dengan pengalihan nama baik,
reputasi, atau lain-lainnya yang terkait dengan merek tersebut.
Hak atas merek jasa terdaftar yang tidak dapat dipisahkan dari kemampuan, kualitas,
atau keterampilan pribadi pemberi jasa yang bersangkutan, dapat dialihkan selama adanya
jaminan terhadap kualitas pemberian jasa. Jaminan yang dimaksud adalah jaminan baik dari
pemilik merek maupun pemegang merek untuk menjaga kualitas jasa yang diperdagangkan
tersebut.
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengaturan dalam PP No. 20/2017 ini meliputi pengendalian impor
atau ekspor barang yang diduga merupakan atau berasal dari hasil pelanggaran hak
kekayaan intelektual (HKI). HKI adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan, yaitu merek, indikasi geografis, hak cipta dan
hak terkait, paten, desain industri, desain tata letak sirkuit tepadu, dan varietas tanaman.
Pengendalian impor atau ekspor barang yang diduga merupakan atau berasal dari
hasil pelanggaran HKI oleh Pejabat Bea dan Cukai dilakukan dengan cara:
1) Penegahan berdasarkan kewenangan jabatan Pejabat Bea dan Cukai; atau
2) Penangguhan berdasarkan perintah dari ketua pengadilan setempat.
B. Perekaman HKI
Guna pendataan pada sistem perekaman Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, pemilik
atau pemegang hak atas merek atau hak cipta, yang merupakan badan usaha di Indonesia,
dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Pejabat Bea dan Cukai dengan melampirkan:
1) Bukti kepemilikan hak;
2) Data mengenai ciri-ciri keaslian produk;
3) Data mengenai ciri-ciri atau spesifikasi karya cipta;
4) Surat pernyataan pertanggungjawaban dari pemilik atau pemegang hak atas segala
akibat yang timbul dari perekaman.
C. Penegahan
Apabila Pejabat Bea dan Cukai menemukan barang impor atau ekspor yang diduga
merupakan atau berasal dari pelanggaran merek atau hak cipta, maka Pejabat Bea dan Cukai
wajib memberitahukan informasi tersebut kepada pemilik atau pemegang hak berdasarkan
bukti yang cukup. Bukti tersebut diperoleh oleh Pejabat Bea dan Cukai ketika pemeriksaan
pabean atau analisis intelijen berdasarkan informasi sistem perekaman HKI.
Terhadap pemberitahuan tersebut, pemilik atau pemegang hak harus memberikan
konfirmasi untuk mengajukan permintaan perintah penangguhan dalam jangka waktu paling
lama 2 hari setelah tanggal pemberitahuan.
Selanjutnya, dalam jangka waktu paling lama 4 hari kerja sejak tanggal konfirmasi,
pemilik atau pemegang hak wajib:
1) Mempersiapkan persyaratan administrasi pengajuan permintaan perintah
penangguhan kepada Ketua Pengadilan;
2) Menyerahkan jaminan biaya operasional kepada Pejabat Bea dan Cukai sebesar Rp
100.000.000,00 dalam bentuk jaminan bank atau jaminan dari perusahaan asuransi.
Permohonan penangguhan diajukan oleh pemilik atau pemegang hak melalui kepada
ketua pengadilan pada wilayah hukum kawasan pabean, di tempat kegiatan impor atau
ekspor dari barang yang diduga merupakan atau berasal dari hasil pelanggaran HKI, dengan
menyertakan:
1) Bukti cukup mengenai adanya pelanggaran HKI;
2) Bukti kepemilikan HKI;
3) Perincian dan keterangan yang jelas mengenai barang impor atau ekspor yang
dimintakan penangguhan pengeluarannya; dan
E. Pelaksanaan Penangguhan
Setelah mendapatkan penetapan Pengadilan, Pejabat Bea dan Cukai kemudian
memberitahukan secara tertulis mengenai adanya penetapan ini kepada:
1) Importir, eksportir atau pemilik barang;
2) Pemilik atau pemegang hak; dan
3) Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
F. Pengakhiran Penangguhan
Pengakhiran penangguhan dilakukan Pejabat Bea dan Cukai dalam hal:
1) Berakhirnya masa penangguhan;
2) Berakhirnya masa perpanjangan penangguhan;
3) Terdapat perintah penetapan mengakhiri penangguhan dari pengadilan (dalam
keadaan tertentu dapat diajukan oleh importir, eksportir, atau pemilik barang dengan
menyerahkan jaminan); atau
4) Terdapat tindakan hukum atau tindakan lain atas adanya dugaan pelanggaran HKI.
G. Pengecualian Penangguhan
Ketentuan penangguhan tidak berlaku terhadap:
1) Barang bawaan penumpang
2) Awak sarana pengangkut;
3) Pelintas batas; atau
4) Barang kiriman melalui pos atau jasa titipan;
Yang tidak dimaksudkan untuk tujuan komersial. Selain itu, dikecualikan juga bagi
barang impor angkut lanjut atau angkut terus dengan tujuan luar daerah pabean yang diduga
hasil pelanggaran HKI. Pengendalian bagi barang impor angkut lanjut atau angkat terus
dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai dengan mengirimkan surat pemberitahuan kepada
pejabat pabean di negara tujuan pengangkutan selanjutnya.