Anda di halaman 1dari 18

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. K/ Perempuan/ 6 tahun
b. Pekerjaan :-
c. Alamat : RT 10 No. 14 Kel. Wijayapura

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah anak/saudara : Anak ke 3 dari 3 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Sosio ekonomi kurang
d. KB : -
e. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal di rumah permanen berlantai semen dan beratap
genting. Rumah dihuni oleh empat anggota keluarga yakni ayah, ibu,
abangnya dan pasien (abang tertua tinggal di pondok pesantren). Rumah
terdiri dari satu ruang tamu, dua kamar tidur dan satu ruangan untuk
menonton tv, ruang makan, dapur dan satu kamar mandi. Sumber air
menggunakan PDAM.
f. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Baik.

III. Aspek psikologis di keluarga :


Pasien anak terakhir. Memiliki dua abang yang sayang dan sering
mengajak main pasien. Kedua orang tua juga perhatian terhadap pasien.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.
Pasien sudah pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal

1
Depan rumah ruang tamu

Kamar tidur Dapur

Kamar Mandi Memeriksa Pasien

2
V. Keluhan Utama :
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan gatal-gatal di punggung
kanan sejak seminggu yang lalu

VI. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan gatal-gatal di punggung
kanan sejak seminggu yang lalu. Gatal semakin dirasakan saat cuaca panas
dan berkeringat. Menurut ibu pasien seminggu ini muncul bintik-bintik
kemerahan kecil-kecil di sekitar punggung dan leher. Bintik-bintik ini
semakin membesar dan semakin merah sejak dua hari terakhir. Binti-bintik
tidak berair dan tidak bernanah. Jika berkeringat berlebih, anak merasa gatal
sehingga anak sering menggaruk-garuk bagian leher belakang. Saat gatal ibu
pasien memberi bedak my baby atau sagu, namun anak masih tetap
menggaruk. Demam (-), batuk (-), pilek (-). BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
Pasien sering bermain di halaman rumah bersama abangnya saat siang
hingga sore hari, sehingga terkadang pasien berkeringat banyak. Sehari-hari
pasien menggunakan pakaian terbuat dari kaos. Riwayat digigit serangga
tidak ada. Riwayat alergi makanan atau obat tidak ada. Ibu memandikan
pasien dua kali sehari namun terkadang anak minta mandi sendiri. Mengganti
baju dua kali sehari.

VI. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 36,9C
4. Nadi : 112 x/menit
5. Pernafasan : 28 x/menit
6. BB : 18 kg

3
7. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab

Pemeriksaan Organ
1. Kepala : Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata : Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Gerakan bola mata : baik
3. Hidung : dalam batas normal
4. Telinga : dalam batas normal
5. Mulut Bibir : lembab
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)
6. Tenggorokan :
Mukosa faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1/T2
Mukosa hiperemis :-/-
Kripta lebar :-/-
Detritus :-/-
Perlengketan :-/-
7. Leher : KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
8. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal.

4
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: Statis & dinamis : simetris
simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI
kanan
Auskultasi Vesikuler (+) Normal, Vesikuler (+) normal.
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS V 2 jari medial linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

9. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (+), defans musculer (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

10. Ekstremitas Superior dan Inferior


Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 5

5
STATUS DERMATOLOGIS
Pada regio punggung kanan tampak makula
eritem disertai papul multipel
dengan penyebaran diskret sirkumkrip
ukuran diameter 1-5mm.

DIAGNOSIS :
Miliaria Rubra

DIAGNOSA BANDING :
Prurigo
Insect bite
Folikulitis

MANAJEMEN :
a) Promotif :
Menjelaskan pada ibu pasien mengenai penyakitnya anaknya.
Menjelaskan kepada ibu pasien faktor resiko dari penyakit anaknya
Menjelaskan kepada ibu pasien untuk menjaga kebersihan dan
kelembaban kulit anak

b) Preventif :
Kurangi bermain di luar rumah saat siang hari
Gunakan pakaian yang lembut dan menyerap keringat
Segera keringkan atau lap bagian tubuh anak yang berkeringat banyak
Usahakan kondisi ruangan tempat anak bermain atau istirahat sejuk.
Menjaga daya tahan tubuh dan mengkonsumsi makanan yang bergizi
Potong kuku anak seminggu sekali.
Usahakan anak tidak menggaruk bagian yang gatal terlalu keras
Cuci tangan anak setelah bermain

6
c) Kuratif :
1) Nonfarmakologi:
Gunakan sabun antiseptik saat mandi dan mencuci tangan anak

2) Medikamentosa :
Salicyl Acid Talk 2% 2x 1 (setelah mandi)
CTM 0,35mg/kg/hari 3x tab
Vitamin C 3x tab

d) Rehabilitatif
Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk mempercepat
pemulihan daya tahan tubuh.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Miliaria adalah gangguan umum dari kelenjar keringat ekrin yang sering
terjadi dalam kondisi dimana ada peningkatan panas atau suhu dan kelembaban.
Miliaria dianggap disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat, yang
menyebabkan kebocoran keringat yang keluar dari kelenjar ekrin menuju ke
epidermis atau dermis.

2.2 Klasifikasi
Terdapat 3 jenis miliaria yang diklasifikasikan menurut tingkat di mana
terhalangnya saluran keringat terjadi. Dalam miliaria crystallina, obstruksi duktus
yang paling dangkal, terjadi di stratum corneum. Klinisnya, bentuk penyakit ini
menghasilkan vesikula kecil, rapuh, dan jelas. Dalam Miliaria rubra, penyumbatan
terjadi lebih dalam dari epidermis dan menghasilkan papula erythematous yang
sangat gatal ( pruritic ). Dalam Miliaria profunda, obstruksi duktus terjadi pada
gabungan dermal-epidermal.
Keringat bocor ke papiler dermis dan menghasilkan daging halus
asimtomatik berupa papula berwarna. Ketika pustula berkembang dalam lesi
Miliaria rubra, istilah Miliaria pustulosa digunakan.

2.3 Patofisiologi
Faktor utama yang berperan bagi perkembangan miliaria adalah kondisi
panas tinggi dan kelembaban yang menyebabkan berkeringat berlebihan.
Occlusion kulit karena pakaian, perban, atau lembaran plastik (dalam pengaturan
percobaan) selanjutnya dapat berkontribusi untuk pengumpulan keringat pada
permukaan kulit dan pengeluaran cairan atau keringat berlebih (overhydration)
dari lapisan corneum. Pada orang yang rentan, termasuk bayi, yang relatif belum
matang kelenjar ekrinnya, pengeluaran cairan atau keringat (overhydration) dari

8
stratum corneum dianggap cukup untuk menyebabkan penyumbatan sementara
dari acrosyringium.
Jika kondisi lembab dan panas bertahan, individu terus memproduksi
keringat berlebihan, tetapi dia tidak dapat mengeluarkan keringat ke permukaan
kulit karena penyumbatan duktus. Sumbatan ini menyebabkan kebocoran keringat
dalam perjalanannya ke permukaan kulit, baik di dalam dermis atau epidermis,
dengan anhidrosis relatif.
Ketika titik kebocoran di lapisan corneum atau hanya di bawahnya, seperti
dalam Miliaria crystallina, akan ada sedikit peradangan yang menyertai, dan lesi
tidak menunjukkan gejala. Sebaliknya, pada Miliaria rubra, kebocoran keringat ke
lapisan subcorneal menghasilkan vesikula spongiotic dan sel inflamasi kronis
periductal yang menginfiltrasi di papiler dermis dan epidermis bawah. Pada
Miliaria profunda, keluarnya keringat ke dermis papiler menghasilkan suatu
substansial, menginfiltrasi limfositik periductal dan spongiosis dari duktus intra-
epidermis.
Bakteri seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus,
diperkirakan memainkan peran dalam patogenesis miliaria. Pasien dengan
Miliaria memiliki 3 kali lebih banyak bakteri per satuan luas kulit dibandingkan
subyek kontrol sehat. Agen antimikroba efektif dalam menekan Miliaria akibat
eksperimental. Periodic Acid-Schiff positif bahan tahan diastase telah ditemukan
di sumbatan intraductal yang konsisten dengan substansi polisakarida
ekstraselular stafilokokal (EPS). Dalam pengaturan percobaan, hanya
Staphylococcus epidermidis yang menghasilkan EPS yang dapat menginduksi
miliaria.
Pada akhir tahap Miliaria, hyperkeratosis dan parakeratosis dari
acrosyringium (bagian paling atas dari saluran/duktus kelenjar keringat) dapat
diamati. Sebuah sumbatan hyperkeratotic mungkin muncul untuk menghalangi
saluran ekrin, tetapi sekarang ini diyakini menjadi perubahan akhir dan bukan
penyebab yang mempercepat terjadinya penyumbatan keringat.

9
2.4 Frekuensi
Data terbaik tentang kejadian Miliaria pada bayi baru lahir berasal dari
survei Jepang terhadap lebih dari 5000 bayi. Survei ini mengungkapkan bahwa
Miliaria crystallina muncul pada 4,5% dari neonatus, dengan usia rata-rata 1
minggu. Miliaria rubra muncul pada 4% dari neonatus, dengan rata-rata usia 11-
14 hari. Survei tahun 2006 dari studi dari Iran menemukan sebuah insiden
Miliaria sebanyak 1,3% dari angka kelahiran baru.
Di seluruh dunia, Miliaria adalah yang paling umum terjadi di lingkungan
tropis, terutama di kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke lingkungan
seperti dari daerah beriklim lebih tinggi dalam hal panas dan kelembapan. Miliaria
telah menjadi masalah penting bagi personil militer Amerika dan Eropa yang
bertugas di Asia Tenggara dan Asia Pasifik.

2.5 Mortalitas / Morbiditas


- Miliaria crystallina umumnya bersifat asimtomatik yang sembuh tanpa
komplikasi selama beberapa hari. Ini mungkin terjadi lagi jika panas dan kondisi
lembab bertahan.
- Miliaria rubra juga cenderung untuk sembuh secara spontan ketika pasien
dipindahkan ke lingkungan yang lebih dingin. Tidak seperti pasien dengan
Miliaria crystallina, namun mereka yang menderita Miliaria rubra cenderung
menunjukkan gejala, mereka dapat merasakan gatal dan menyengat. Anhidrosis
berkembang di daerah yang terkena. Pada kondisi umum, anhidrosis dapat
menjadi hyperpyrexia dan panas. Infeksi sekunder adalah komplikasi lain dari
miliaria rubra, ini juga muncul sebagai impetigo atau beberapa abses diskret yang
dikenal sebagai periporitis staphylogenes.
- Miliaria profunda sendiri merupakan komplikasi dari episode berulang dari
Miliaria rubra. Lesi dari miliaria profunda tidak menunjukkan gejala, tetapi
pengeluaran cairan atau keringat berlebih (Hyperhidrosis) dari wajah dan ketiak
dapat berkembang. Ketidakmampuan untuk berkeringat, akibat dari duktal ekrin
yang pecah, dikenal sebagai anhidrotic tropis asthenia, kondisi ini menyebabkan
pasien merasa kelelahan selama dalam iklim hangat .

10
2.6 Faktor Resiko
Ras
Miliaria terjadi pada individu-individu dari semua ras, walaupun beberapa studi
menunjukkan bahwa orang-orang Asia, yang menghasilkan lebih sedikit keringat
dari kulit putih, kurang beresiko memiliki Miliaria rubra.
Jenis Kelamin
Tidak ada kecenderungan terhadap jenis kelamin tertentu. Resiko terhadap laki
laki dibanding perempuan adalah sama.
Usia
Miliaria crystallina dan miliaria rubra dapat terjadi pada orang-orang dari segala
usia, tetapi yang paling umum terjadi adalah pada bayi. Dalam sebuah survei
Jepang lebih dari 5.000 bayi, crystallina Miliaria muncul pada 4,5% dari neonatus,
dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra muncul pada 4% dari neonatus,
dengan rata-rata usia 11-14 hari. Miliaria profunda lebih sering terjadi pada orang
dewasa dibandingkan pada bayi dan anak-anak.

2.7 Gejala Klinis


Miliaria crystallina
- Bentuk ini biasanya menyerang bayi baru lahir (neonatus) yang berusia kurang
dari 2 minggu dan orang dewasa yang menderita demam atau mereka yang
baru saja pindah ke iklim tropis.
- Lesi muncul dalam beberapa hari sampai beberapa minggu dari terpaparnya
cuaca panas dan menghilang dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
- Lesi umumnya asimtomatik.

Miliaria rubra
- Bentuk ini biasanya menyerang neonatus usia 1-3 minggu dan orang dewasa
yang tinggal di tempat yang panas, dan lingkungan yang lembab.
- Lesi dapat terjadi dalam beberapa hari setelah pajanan terhadap kondisi panas,
tetapi lebih cenderung muncul setelah berbulan-bulan setelah terpapar panas
dan lembab.

11
- Lesi sembuh dalam beberapa hari setelah pasien dipindahkan dari kondisi
panas dan lingkungan lembab.
- Lesi menyebabkan gatal atau pruritus intensif dan menyengat yang diperburuk
oleh demam, panas, atau pengerahan tenaga (exertion).
- Pada pasien dapat muncul kelelahan dan intoleransi panas, dan mereka
mungkin akan melihat penurunan atau tidak ada keringat di tempat yang
terkena.

Miliaria profunda
- Bentuk ini terjadi pada individu yang biasanya tinggal di iklim tropis dan
memiliki episode berulang dari Miliaria rubra.
- Lesi berkembang dalam beberapa menit atau jam setelah stimulasi berkeringat.
Lesi ini sembuh dengan cepat, biasanya dalam waktu kurang dari satu jam
setelah stimulus yang menyebabkan berkeringat dihilangkan atau dihindari.
- Lesi tidak menunjukkan gejala.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan produksi keringat di kulit yang tidak
terserang, pembengkakan kelenjar getah bening, hyperpyrexia dan gejala
kelelahan akibat panas, yang mencakup pusing, mual, dyspnea, dan palpitasi.

2.8 Manifestasi Klinis


1. Miliaria crystallina
- Lesi yang jelas, vesikula dangkal yang berdiameter 1-2 mm.
- Lesi yang terjadi sering bertemu (confluent), tanpa eritema sekitarnya.
- Pada bayi, lesi cenderung terjadi pada kepala, leher, dan bagian atas tubuh.
- Pada orang dewasa, lesi terjadi pada tubuh.
- Lesi pecah dengan mudah dan sembuh dengan desquamation dangkal.

2. Miliaria rubra
- Lesi seragam, kecil, vesikula eritem dan veskular papula pada latar belakang
atau dasar eritema.
- Lesi terjadi dalam distribusi nonfollicular dan tidak menjadi konfluen.

12
- Pada bayi, lesi terjadi pada leher dan di pangkal paha dan ketiak.
- Pada orang dewasa, lesi terjadi pada kulit tertutup di mana gesekan terjadi,
daerah ini antara lain leher, kulit kepala, bagian atas tubuh, dan siku atau
persendian.
- Pada tahap akhir, anhidrosis dapat diamati di kulit yang terkena.

3. Miliaria profunda
- Lesi tegas, berwarna daging, papula nonfollicular yang berdiameter 1-3 mm.
- Lesi terjadi terutama pada tubuh, tetapi mereka juga dapat muncul pada
ekstremitas.
- Lesi sementara waktu ada setelah melakukan aktifitas atau rangsangan lain
yang mengakibatkan berkeringat.
- Kulit yang terkena menunjukkan penurunan produksi atau tidak ada keringat.
- Pada kasus yang parah yang menyebabkan kelelahan panas, hyperpyrexia dan
takikardia dapat diamati.

2.9 Penyebab
- Ketidakmatangan dari saluran ekrin, neonatus diperkirakan saluran ekrin yang
belum matang yang mudah pecah ketika berkeringat, ini mengarah pada
Miliaria.
- Kurangnya aklimatisasi. Miliaria adalah umum terjadi pada individu yang
bergerak dari iklim sedang ke iklim tropis. Kondisi biasanya sembuh setelah
individu telah tinggal di panas, kondisi lembab selama berbulan-bulan sebagai
bentuk akhir dari adaptasi.
- Panas, kondisi lembab: iklim tropis, inkubator pada neonatal, dan penyakit
demam dapat menimbulkan atau mempercepat terjadinya Miliaria.
- Aktifitas. Setiap rangsangan berkeringat dapat memicu atau memperburuk
Miliaria.
- Tipe I pseudohypoaldosteronism. Gangguan ini menyebabkan resistensi
mineralokortikoid kehilangan garam berlebihan melalui sekresi kelnjar ekrin
dan berhubungan dengan episode berulang dari Miliaria rubra menjadi pustula.

13
- Morvan sindrom: Miliaria rubra telah dilaporkan dalam gangguan autoimun
langka ini ditandai oleh neuromyotonia, insomnia, halusinasi, rasa sakit, berat
badan, dan hyperhidrosis.
- Obat-obatan: Bethanechol, obat yang meningkatkan produksi keringat, telah
dilaporkan dapat menyebabkan Miliaria, begitu juga clonidine dan
neostigmine. Isotretinoin, obat yang mempengaruhi diferensiasi folikel, juga
telah dilaporkan menyebabkan miliaria. Kasus tunggal dari Miliaria crystallina,
doksorubisin juga dilaporkan menjadi penyebab miliaria.
- Bakteri. Staphylococcus berhubungan dengan Miliaria, dan antibiotik
mencegahMiliaria.
- Radiasi ultraviolet: Beberapa peneliti menemukan bahwa Miliaria crystallina
kadang terjadi pada kulit yang terpapar Ultra Violet.

2.10 Diferensial Diagnosis


- Kandidiasis Kutaneus
- Pityrosporum folikulitis
- Chickenpox
- Pseudomonas Folliculitis
- Erythema Toxicum Neonatorum
- Folliculitis
- Herpes Simplex
- Infantile acne
- Viral exanthem

2.11 Pemeriksaan
Pemeriksaan Laboratorium
Miliaria secara klinis berbeda, karena itu, beberapa tes laboratorium diperlukan.
Dalam Miliaria crystallina, pemeriksaan sitologi vesikuler gagal untuk
mengungkapkan isi sel atau multinuklear peradangan sel raksasa (seperti yang
diharapkan pada vesikula herpes).

14
Dalam Miliaria pustulosa, pemeriksaan sitologi dari pustula mengungkapkan isi
sel-sel inflamasi. Tidak seperti eritema toxicum neonatorum, eosinofil tidak
menonjol. Pewarnaan Gram dapat mengungkapkan cocci gram positif (misalnya,
staphylococci).

Temuan histologis
Dalam Miliaria crystallina, subcorneal vesikula atau intracorneal berkomunikasi
dengan kelenjar keringat eccrine, tanpa sel-sel peradangan sekitarnya.
Terhalangnya saluran eccrine dapat diamati di stratum corneum. Dalam Miliaria
rubra, spongiotic vesikula dan spongiosis diamati dalam lapisan Malphigi,
bekerjasama dengan keringat eccrine duktus. Peradangan Periductal juga muncul.
Pada awal luka di Miliaria profunda, yang didominasi infiltrasi limfositik
periductal muncul dalam papiler dermis dan epidermis bawah. Sebuah PAS-
positif eosinofilik diastase-resistant cast dapat dilihat dalam lumen duktus. Pada
lesi selanjutnya, sel-sel peradangan mungkin ada yang muncul lebih rendah di
dalam dermis, dan limfosit dapat memasuki saluran ekrin. Spongiosis di sekitar
epidermis dan parakeratotic hyperkeratosis dari acrosyringium dapat diamati.

2.12 Pengobatan
- Tidak ada alasan kuat untuk mengobati Miliaria crystallina karena kondisi ini
asimtomatik dan merupakan self-limited disease (sembuh sendiri tanpa
pengobatan).
- Miliaria rubra dapat menyebabkan rasa yang sangat tidak nyaman, dan Miliaria
profunda dapat menyebabkan kelelahan akibat panas. Pengobatan kondisi ini
dibenarkan.
- Pencegahan dan pengobatan Miliaria terutama mengendalikan kondisi panas
dan kelembaban sehingga produksi keringat tidak terangsang. Langkah
mungkin melibatkan mengobati penyakit demam, menghilangkan pakaian yang
menyerap panas, membatasi kegiatan, menyediakan AC, atau sebagai pilihan
terakhir pasien pindah ke iklim yang lebih dingin.

15
- Perawatan topical yang telah dianjurkan melibatkan lotion yang mengandung
losio, asam borat, atau mentol, kompres sejuk basah-kering, sering mandi
dengan sabun (walaupun beberapa tidak menyarankan penggunaan sabun yang
berlebihan), topikal kortikosteroid dan antibiotik topikal.
- Anhidrat lanolin topikal telah menghasilkan perbaikan dramatis pada pasien
dengan Miliaria profunda.
- Miliaria yang profilaksis dengan antibiotik oral dilaporkan. Pasien juga telah
diobati dengan oral retinoid, vitamin A, dan vitamin C, dengan variabel
keberhasilan. Percobaan telah dilakukan untuk menunjukkan efektivitas dari
setiap terapi sistemik ini.
- Agen antimikroba efektif dalam menekan Miliaria akibat eksperimental.

Aktivitas
Karena aktifitas meningkat menyebabkan berkeringat, yang akan sangat
memperburuk Miliaria, pasien harus disarankan untuk membatasi kegiatan
mereka, terutama pada cuaca panas, sampai Miliaria sembuh atau hilang.
Pasien dengan Miliaria profunda adalah risiko yang sangat tinggi mengalami
kelelahan akibat panas saat beraktifitas pada cuaca panas, karena kemampuan
mereka untuk menghantarkan panas dengan cara penguapan keringat terganggu.

Medikasi
Tujuan dari perawatan Miliaria rubra dan Miliaria profunda adalah memberikan
bantuan dan mencegah gejala hyperpyrexia dan kelelahan akibat panas. Para
penulis tahu tidak ada bukti kuat yang menunjukkan efektivitas dengan obat-
obatan sistemik, karena itu, obat-obatan topikal lebih disukai.

Topikal terapi
Lanolin anhydrous diyakini untuk mencegah penyumbatan duktus, membiarkan
keringat mengalir ke permukaan kulit. Calamine memberikan gejala pendinginan
setelah Miliaria berkembang.

16
2.13 Pencegahan
- Pasien harus menghindari paparan kondisi panas tinggi dan kelembaban.
- Ketika pasien berada dalam iklim tropis, mereka harus memakai pakaian yang
ringan, menghindari aktivitas, gunakan tabir surya, dan tinggal di gedung ber-
AC sebanyak mungkin.
- Pada pasien dengan riwayat Miliaria, aplikasi topikal anhydrous lanolin
sebelum latihan dapat membantu mencegah pembentukan lesi baru.

2.14 Komplikasi
Yang paling umum Miliaria adalah komplikasi dari infeksi sekunder dan
intoleransi panas.
- Infeksi sekunder dapat muncul sebagai impetigo atau karena beberapa abses
terpisah dikenal sebagai periporitis staphylogenes.
- Intoleransi panas yang paling mungkin untuk berkembang pada pasien dengan
Miliaria profunda; itu dikenal dengan anhidrosis kulit yang terkena,
kelemahan, kelelahan, pusing, dan bahkan roboh. Dalam bentuk yang paling
parah, intoleransi panas ini dikenal sebagai anhidrotic tropis asthenia.

17
BAB III
ANALISIS KASUS

a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :


Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, akhirnya didapatkan diagnosa
penyakit yang diderita pasien yaitu Miliaria Rubra
Disini tidak terdapat hubungan antara kondisi rumah dengan penyakit
yang diderita pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga


Di dalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis pasien tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien.

c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis


penyebab terjadinya Miliaria Rubra pada pasien adalah kelembaban kulit
pasien saat berkeringat.

18

Anda mungkin juga menyukai