Pertemuan 2
Pertemuan 2
kekayaan intelektual (HAKI) atau intellectual property rights (IPR). Setidaknya banyak
orang pernah mendengar soal hak cipta, merek, atau paten. Beberapa mungkin sudah paham
bahwa ketiga hal tersebut dapat digunakan untuk melindungi karya atau usaha. Sayangnya,
tidak sedikit yang keliru dalam memahami apa itu hak cipta, merek, atau paten, dan
bagaimana bentuk perlindungannya terhadap suatu usaha.
Secara hukum, Indonesia telah mengatur ketujuh macam HAKI di atas. Dalam kesempatan
kali ini, kami hanya akan membahas tiga macam HAKI yang paling umum digunakan dalam
melindungi sebuah bisnis, yaitu hak cipta, merek, dan paten. Ketiga hal ini melindungi aspek
yang berbeda dalam bisnis.
Pengertian
Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata (lihat Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta). Sedangkan merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (lihat Undang-undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek).
Paten sendiri adalah hak eksklusif yang diberikan kepada inventor atas hasil invensinya di
bidang teknologi (lihat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten).
Sebagai contoh, bayangkan Apple, yang telah berhasil mempopulerkan gadget satu tombol,
seperti yang kita bisa lihat pada iPhone, iPod, dan iPad. Apple terkenal dengan logo apel
digigitnya. Logo tersebut ditempel di seluruh produk mereka. Logo itu merepresentasikan
perusahaan dan dagangan mereka sedemikian rupa, sekali kita melihat apel tergigit, kita
teringat Apple, dan tidak ada orang lain yang dapat menggunakan logo dan nama yang sama.
Dalam hal ini, nama Apple dan logo apelnya adalah merek.
Untuk menjalankan teknologinya, Apple juga menulis dan menyusun serangkaian kode yang
menjadi basis dari software-nya. Kode tersebut dilindungi oleh hak cipta. Apple juga
menemukan cara yang lebih mudah dalam menggunakan gadget, yaitu gunakan satu tombol
saja, selebihnya touch screen. Penemuan ini dilindungi oleh paten.
Dari ilustrasi di atas, maka jelas bukan, perbedaan antara hak cipta, merek, dan paten?
Semoga sesudah ini, tidak ada lagi yang mengatakan, Saya ingin mendaftarkan hak cipta
untuk merek. Hal itu sudah pasti tidak nyambung, karena hak cipta dan merek adalah dua
hal yang berbeda. Tidak bisa pula kita bilang mematenkan merek, karena binatangnya tidak
sama.
Seluruh pendaftaran hak cipta, merek, paten, atau jenis-jenis HAKI lainnya, dapat dilakukan
di Direktorat Jenderal (Dirjen) HAKI yang berada di bawah Kementerian Hukum dan HAM.
Pendaftaran HAKI memakan biaya tentunya, yang mana jumlahnya dapat dilihat di
http://dgip.go.id, situs resmi Dirjen HAKI.
Sekilas mungkin biayanya yang 1-5 juta terkesan mahal, apalagi untuk startup dengan modal
terbatas. Namun perlindungan HAKI mencapai sepuluh tahun (dapat diperpanjang), dan
perlindungan itu memastikan tidak ada orang lain yang dapat mengeksploitasi karya anda
secara komersil tanpa izin anda. Apa dasar Microsoft melarang orang menggunakan produk-
produk bajakannya? Mereka mendaftarkan dan melindungi produk mereka secara resmi, dan
pembajaknya dapat ditindak secara hukum berdasarkan pendaftaran tersebut.
An IT company is only as strong as its IP. Hari gini banyak orang pintar yang dapat
mencontek ciptaan atau temuan oran lain dengan mudah. Nilai komersil produk anda tentu
akan menurun jika banyak produk serupa di pasaran. HAKI adalah salah satu cara untuk
melindunginya.
Prinsip Ekonomi, yang akan memberikan keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan. 2.
Prinsip Kebudayaan, yang akan meningkatkan taraf kehidupan, peradaban dan martabat manusia
yang akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, bangsa, dan negara. 4.
Pengaturan hukum terhadap hak kekayaan intelektual di Indonesia dapat ditemukan dalam: 1.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta; 2.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu