Anda di halaman 1dari 8

Pasal 39 dari UU Rumah Sakit No 44 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa dalam penyelenggaraan

rumah sakit harus dilakukan audit, dapat berupa audit kinerja dan audit medis. Lebih lanjut bagi RS yang
menerapkan PPK-BLUD berdasarkan Permendagri No. 61 Tahun 2007, Bab XIV Pasal 123 menegaskan
bahwa pengawasan operasional BLUD dilakukan oleh pengawas internal atau auditor internal yang
berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLUD.

Sebenarnya, fungsi pengendalian internal RS adalah untuk membantu manajemen RS dalam hal:
a. pengamanan harta kekayaan;
b. menciptakan akurasi sistem informasi keuangan;
c. menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan
d. mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan praktek bisnis yang sehat.
BAGIAN I Profesi & Organisasi Auditor Internal di Rumah Sakit
4.1 Profesi Auditor Internal di Rumah Sakit

4.2 Auditor Internal sebagai Pilar Good Corporate Governance

4.3 Standar Profesional Auditor Internal & Pedoman Audit

BAGIAN II PERENCANAAN & PERSIAPAN AUDIT INTERNAL


4.4 Penerimaan & Persiapan Penugasan

4.5 Metodologi Risk Based Audit (RBA) dalam Perencanaan Audit

4.6 Analisa Resiko Pengendalian & Uji SPI

4.7 Penentuan Strategi & Program Audit

BAGIAN III PROSEDUR AUDIT & PEKERJAAN LAPANGAN


4.8 Audit Keuangan

4.9 Audit Operasional

4.10 Audit Kepatuhan (Compliance)

BAGIAN IV PELAPORAN, KOMUNIKASI HASIL AUDIT DAN MONITORING


4.11 Pelaporan & Komunikasi Audit

4.12 Monitoring & Follow Up

Kegiatan SPI antara lain sebagai berikut:


melakukan peninjauan ulang dan evaluasi terhadap proses pengendalian kegiatan Unpad;
melakukan penilaian terhadap pengelolaan risiko;
melakukan pemeriksaan terhadap seluruh unit kerja di lingkungan Unpad;
memberikan konsultasi kepada unit kerja yang membutuhkan;
memberikan rekomendasi untuk meningkatkan proses pengelolaan organisasi;
mendampingi petugas pemeriksa eksternal (BPK, BPKP, Itjen dan Akuntan Publik);
memonitoring tindak lanjut temuan pemeriksa eksternal (BPK, BPKP, Itjen dan Akuntan
Publik);
Kegiatan lain sesuai instruksi Rektor

Laporan SPI Satuan Pengawas Internal Rumah Sakit


Islam Periode III
San Wijaya

decent, SPI

Kamis, 27 Juni 2013


1. Unit Kerja IGD:
Di Unit kerja IGD kejadian tidur bersama-sama masih dijumpai 6 kali kejadian sementara frekuensi di periode
lalu 7 kali kejadian. Terjadi kekosongan perawat 1 kali dikarenakan sedang membantu atau berada di ruangan
lain. Kejadian yang negatif lain ialah dijumpai 2 kali yakni ruangan kotor, sampah kasa berserakan sementara
perawat dan CS tidak ada koordinasi. Kejadian tidur di lantai dua / tempat lain yang tersembunyi sehingga
mempersulit pelayanan tatkala keadaan darurat membutuhkan tenaga yang siap sedia masih seringkali terjadi
dan sudah disampaikan ke HRD untuk tindak lanjut.

2. Unit Kerja RM
Tidur masih bersama-sama, tidak ada pergantian sehingga dalam menerima pasien dalam keadaan tidak siaga
sama sekali. Seringkali pula dijumpai tidur di lantai dua sehingga mempersulit pelayanan ketika dibutuhkan.
3. IBS
IBS sering dijumpai operasi selesai sebelum jam 12 malam tetapi sedikit sekali dari perawat-perawat tersebut
yang bisa melaksanakan sholat shubuh berjamaah di masjid. Dan beberapa kali malah perawat keluyuran ke
warung di depan untuk menonton bola dan lainnya. Pada malam hari pernah pula kejadian musik dangdut
terdengar di ruangan OK yang mana hal tersebut sudah berkali-kali diingatkan tentang haramnya musik.
4. ICU
Di ICU sering terjadi kekurangan tenaga dikarenakan perawat tidak hadir dengan alasan sakit dan kurang
terkoordinirnya pelayanan di ICU dikarenakan belum adanya koordinator, hal ini semoga sudah bisa teratasi
dengan ditunjuknya beberapa penanggung jawab dan koordinator ICU.
Kunci ICU senantiasa terkunci sehingga tidak bisa dideteksi apakah perawat sedang tidur atau tidak. Hal ini
penting diperhatikan karena SPI membutuhkan kewenangan untuk mengontrol.

5. Jamkesmas
- Kekurangan tenaga, sering terjadi jaga malam perawat hanya 1 orang dalam keadaan pasien cukup banyak.
Solusinya ialah dengan mobilisasi perawat atau ditambah SDM perawat nya.
- Permasalahan yang lain ialah dengan trend pasien jamkesmas yang kian hari kian bertambah, hendaknya
masalah SDM ini mendapat perhatian.
- Perawat wanita IGD sering dijumpai pada malam hari tidur di Jamkesmas, solusinya ialah perawat IGD wanita
diharuskan berkumpul di ruang ICU kecuali atas tugas Supervisi keperawatan harus membantu di ruangan selain
ICU.

6. Tulip
- Jadwal standby sudah mulai hilang kembali, sehingga tidur bersama-sama kembali terjadi di ruangan IRNA
Tulip.
- Pembagian tanggung jawab pasien di ruangan kepada perawat (primary care) perlu ditegakkan kembali.

7. Chrisan
- Pintu ruangan dikunci terkadang terjadi sehingga mempersulit kontrol apakah perawat terjaga ataukah tidur
dengan nyamannya. Bahkan pernah juga perawat tidur di bed pasien.
- Jadwal standby sudah tidak ada lagi di papan tulis.

8. Lili / Aster
- Beberapa kali terjadi perawat-perawat yang senior tidur di ruangan yang tidak ada pasien sementara perawat-
perawat baru ditempatkan di ruangan

9. Security
Pengamanan sekurity di waktu malam dipandang sudah cukup terkoordinir dengan baik, kelesuan pada bulan-
bulan yang lalu sudah bisa dikaver oleh ekstra food (kopi) di waktu malam. Tidak pernah pula ada kejadian
satpam tidur pada saat bekerja kecuali sakit, dan itupun satpam tersebut tidak tidur hanya duduk di dalam
ruangan supaya tidak terkena angin.
Keluhan serupa dari petugas satpam yang lain ialah ketiadaan pos satpam yang dirasa sangat penting. Karena
satpam yang banyak frekuensi kerjanya di luar ruangan pada waktu malam rawan terkena serangan cuaca dingin
pada sekitar jam 2 4 dini hari. Hal ini bisa memperburuk kualitas pengamanan, sehingga pengadaan pos
satpam sekedar melindungi petugas dari angin malam perlu diusulkan kepada pihak manajemen dan
perencanaan.

10. Kasir, Laborat, Apotik, Radiologi


Secara umum gambaran kinerja Kasir, Laborat, Apotik, Radiologi di waktu malam tidak ada masalah dikarenakan
walaupun sedang tidak berjaga / beristirahat, karyawan di ruangan tersebut selalu mudah dibangunkan bila
sewaktu-waktu diperlukan.
Akan tetapi jika dicermati lebih lanjut, pada waktu dini hari hampir tidak ada aktifitas atau bisa dikatakan tingkat
produktifitas rendah. Diusulkan untuk menganalisa beban kerja, perbaikan protap kerja.

11. Cleaning Service & Laundry


Kinerja cleaning service sudah lebih baik semenjak ada supervisi CS, akan tetapi ada saran bahwa supervisi
laundry untuk saat ini lebih dibutuhkan.

12. Dapur
Ada ucapan-ucapan tidak terjaga dari lisan para juru masak di dapur pada saat menyiapkan makanan pada
waktu dini hari. Perlu diusulkan pada tim asatidzah untuk pembenahan akhlak petugas-petugas dapur, selain
daripada pengadaan supervisi / pengawas untuk pengamanan aset dapur milik rumah sakit.

I. PEMECAHAN MASALAH DAN TINDAK LANJUT


Pemecahan masalah diartikan sebagai upaya untuk melakukan evaluasi dengan melakukan analisa secara pro-
aktif terhadap laporan SATUAN PENGAWASAN INTERNAL yang ada untuk dilakukan pemecahan masalah dari
dampak masalah yang ditimbulkan.
Penyebaran informasi permasalahan tersebut di atas kepada masing-masing ruangan sebagai bahan
muhasabah, untuk kemudian ditindak lanjuti penyelesaiannya secara bersama antara manajemen dan
koordinator melalui pertemuan / rapat koordinasi.

II. PENUTUP
1. Semoga dengan adanya Program SATUAN PENGAWASAN INTERNAL ini dapat menggugah kesadaran
setiap personal di masing-masing unit pelayanan untuk menjunjung tinggi etika profesi dan standar pelayanan
minimal yang berlaku, terbuka dan jujur dalam melaksanakan tugas. Sehingga program SATUAN
PENGAWASAN INTERNAL RSU ini bisa menjadi upaya peningkatan mutu kualitas pelayanan kesehatan di
masa yang akan datang.
2. Berdasarkan pantauan terhadap petugas SPI, maka diusulkan kepada nama-nama berikut ini untuk tidak
direkomendasikan lagi sebagai petugas SPI, dikarenakan kesibukan kerja, seringnya tugas ke luar kota, dan
sering tidak melakukan tugas jaga sesuai yang dijadwal.

Satuan Pengawas Intern


Satuan Pengawasan Intern (SPI) adalah penyelenggara salah satu unsur pengendalian intern
yang penting, yaitu merupakan aparat pemeriksa/pengawas intern Rumah Sakit.

Sebenarnya makna pengawasan ini meliputi semua kegiatan baik yang bersifat medis maupun
non me dis/administratif, namun karena untuk hal-hal yang bersifat medis tehnis sudah
ditangani oleh Komite Medik, maka tugas atau ruang lingkup tugas SPI hanya pada masalah
administratif manajerial.

A.TUGAS POKOK SPI


Adapun tugas pokok Satuan Pengawasan Intern adalah melakukan pengawasan terhadap pe
laksanaan tugas semua satuan kerja, baik struktural, fungsional maupun yang non struktural
seperti panitia, tim dan sebagainya, agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan peraturan
perundangan yang berlaku.

B. FUNGSI SPI

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, SPI mempunyai fungsi:

1. Pemeriksaan, meliputi:

Pelaksanaan kegiatan opersional, termasuk kegiatan pelayanan, namun hanya aspek


manajerial/administratif saja.

Penyelenggaraan Administrasi Umum seperti Logistik, Perleng-kapan, Kesekretariatan


dan Perencanaan.

Pengelolaan Kepegawaian

Pengelolaan Keuangan.

2. Pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan.

3 Penilaian, Pengujian dan Pengusutan terhadap laporan, baik yang berasal dari satuan
kerja/perorangan maupun dari masyarakat. Laporan dari satuan kerja dapat bersifat
reguler/rutin maupun yang insidentil.

C. ORGANISASI SPI

Kedudukan Satuan Pengawasan Intern adalah dibawah dan bertanggung jawab langsung
dibawah Direktur, dan dipimpinn oleh seorang Kepala, bukan Ketua (Istilah ini sering rancu
penggunaannya).

Kepala SPI dibantu oleh beberapa Pemeriksa dan petugas yang mengurusi Tata Usaha.

D. HUBUNGAN KERJA

Meskipun tugas pokok SPI adalah pengawasan, namun dalam pelaksanaannya tidak terlepas
dari fungsi pembinaan dan yang terpenting adalah bahwa kehadiran SPI adalah
membantu memecahkan masalah kearah peningkatan kinerja dan efisiensi. Dengan
demikian maka sudah sewajarnya bila SPI harus mampu bertindak sebagai konsultan bagi
obyek yang diperiksa untuk masalah pelaksanaan tugas diluar medis tehnis.

E. MEKANISME KERJA

Ada dua program utama SPI, yaitu:

1. Program Pemeriksaan Rutin, yaitu pemeriksaan yang direncanakan untuk kurun waktu
satu tahun, yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pemeriksaan Tahunan, yang
disahkan Direktur.

2. Program Pemeriksaan Khusus, yaitu pemeriksaan diluar rencana, yang sifatnya


mendadak atas perintah Direktur.

Dalam melakukan pemeriksaan, pemeriksa selalu membawa Surat Tugas yang ditan
datangani oleh Kepala Satuan Pengawasan Intern. Meskipun pemeriksaan rutin itu terencana,
namun pelaksanaannya dilakukan secara mendadak, dalam arti obyek pemeriksaan tidak
diberithu terlebih dahulu.

F. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

Karena sifat pengawasan juga bermakna pembinaan, maka dalam membuat Laporan Hasil
Pemerik-saan, baik yang bersifat Rutin maupun Khusus, harus mencakup:

1. Temuan, yaitu masalah yang ditemuai di lapangan yang menjelaskan dan menguraikan
penyim pangan yang terjadi

2. Penyebab timbulnya masalah, agar diketahui pokok permasalahan serta melibat kan
siapa saja dalam penyimpangan yang terjadi.

3. Akibat yang ditimbulkan dengan adanya masalah tersebut, serta masalah apa saja
yang akan terjadi jika hal itu tidak dipecahkan.

4. Saran pemecahan masalah, yaitu berupa saran tindak yang harus dilaksanakan oleh
pihak-pihak yang berkompeten dalam menangani masalah tersebut.
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) diserahkan kepada Direktur dan Wakil Direktur yang
berkepentingan, untuk segera ditindak lanjuti secara kedinasan sesuai kewenangan.

Dimasa mendatang untuk Rumah Sakit Pemerintah, LHP juga ditembuskan ke Inspektorat
Jenderal atau aparat pengawasan Pemerintah Daerah setempat, hal ini dimaksudkan agar
kegiatan SPI secara keseluruhan akan terpantau dalam meningkatkan pengawasan intern
Departemen, selain juga dimaksudkan agar independensi SPI terjamin.

G. PERSONALIA SPI

Mengingat tugas SPI cukup berat maka petugas pemeriksa SPI harus mempunyai klasifikasi
sebagai berikut :

1. Minimal berpendidikan S1 bidang kesehatan. Untuk yang non kesehatan diutamakan


dari Ekonomi/Akuntansi, dan sudah berpengalaman kerja di Rumah Sakit

2. Menguasai (bukan harus ahli) pengelolaan Keuangan dan Perlengkapan serta Kepe-
gawaian.

3. Memahami kegiatan operasional Pelayanan Medik Rumah Sakit

4. Mempunyai kredibilaitas dan integritas yang cukup baik

5. Khusus untuk jabatan Kepala SPI, seyogyanya yang berpendidikan bidang Kese-
hatan/Kedokteran dan telah mendapat pendidikan tambahan atau berpengalaman
dalam manajemen Rumah Sakit.

H. SARANA DAN PRASARANA

Agar pelaksanaan tugas SPI dapat berjalan dengan baik, maka beberapa sarana dan
prasarana diperlukan, antara lain:

1. Ruang Investigasi/Khusus, yaitu sejenis ruang diskusi yang digunakan untuk membahas
materi pemeriksaan dengan obyek pemeriksaan secara tertutup. Khususnya dalam
rangka penyidikan atau wawancara khusus untuk mendapatkan kejelasan tentang
duduk persoalan yang sebenarnya, agar didapat penyebab terjadinya penyimpangan
secara proporsional.
2. Peralatan Kerja laimnya, seperti komputer, telepon intern/keluar, filling cabinet kalku-
lator dsb.

3. Peralatan dokumentasi untuk merekam kejadian, gambar ataupun percakapan:

Kamera

Handycam

Tape Recorder.

I. REWARD & PUNISHMENT


Agar petugas SPI dapat bersifat independent, maka reward and punishment haruslah memadai.
Incentif dan fasilitas kesejahteraan perlu dipikirkan, dengan konsekuensi hukuman bagi tindak
penyim-pangan petugas SPI juga harus lebih berat

J. P E N U T U P
Upaya pemeberdayaan SPI adalah merupakan upaya yang sangat tepat untuk mempercepat
peningkatan dan penyempurnaan kinerja manajeman Rumah Sakit. Namun hal ini sangat
tergantung dan terpulang kepada Pimpinan Rumah Sakit, karena pengawasan tanpa diikuti
dengan tindak lanjut berupa tindakan koreksi, adalah merupakan pekerjaan yang sia sia.

Anda mungkin juga menyukai