Anda di halaman 1dari 5

UJI ZONA HAMBAT EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN ALPUKAT

(Persea americana Mill.) TERHADAP PERTUMBUHAN


BAKTERI Staphylococcus aureus

Cut Riska Andriani, Frida Oesman dan Risa Nursanty

Abstrak. Ekstrak etil asetat daun alpukat telah diujikan terhadap Staphylococcus aureus
dengan konsentrasi, 15; 20; 25; 30; dan 35%,. Kontrol positif dan negatif masing-masing
menggunakan streptomisin dan pelarut etil asetat. Pembuatan ekstrak etil asetat daun
alpukat dilakukan dengan metode maserasi. Pengujian zona hambat dilakukan
menggunakan metode difusi agar. Ekatrak etil asetat daun alpukat memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan S. aureus. Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh masing-
masing ekstrak etil asetat daun alpukat (15; 20; 25; 30; dan 35%,) sebesar 7,18; 8,11; 9,15;
11,25 dan 12,45 mm. (JKS 2016; 1:1-5)

Kata kunci: Daun alpukat, etil asetat, Staphylococcus aureus, zona hambat

Abstract. Ethyl acetate extract of avocado leaf has been tested against Staphylococcus
aureus with concentrations 15; 20; 25; 30; and 35%. The positive and negative control
used streptomycin and ethyl acetates. Ethyl acetate extract of avocado was producing used
maceration method. The zones of growth inhibition was done using agar diffusion method.
Ethyl acetate extract of avocado leaf have exhibited considerable inhibitory effects agains
S. aureus. Zones of growth inhibition with concentration 15; 20; 25; 30 and 35% were
17,8; 8,11; 9,15; 11,25 and 12,45 mm respectively. (JKS 2016; 1:1-5)

Key words: Avocado leaf, ethyl acetate, Staphylococcus aureus, inhibition zone

1. Pendahuluan1 alpukat dapat menyembuhkan penyakit


Indonesia merupakan negara tropis yang kencing batu, radang gusi, disentri, dan
memiliki berbagai macam jenis tanaman nyeri haid2. Hasil penelitian Zuraidhah
khususnya yang berkhasiat sebagai obat. (2008) tentang kearifan lokal masyarakat
Senyawa metabolit sekunder yang dimiliki Pidie menemukan adanya pemanfaatan
oleh berbagai tanaman telah banyak diteliti daun alpukat untuk mengobati penyakit
karena dapat memberikan efek fisiologi dan darah tinggi dan sakit kepala3.
efek farmakologi1. Hal ini mengakibatkan
penggunaan produk alami sebagai obat dan Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa
jamu meningkat sejalan dengan himbauan daun alpukat memiliki kemampuan
pemerintah untuk kembali ke alam (back to menghambat pertumbuhan mikroba.
nature). Penelitian yang dilakukan oleh Ismiyati
(2004), ekstrak air daun alpukat konsentrasi
Tanaman alpukat (Persea americana Mill.) 35% dapat menghambat pertumbuhan
merupakan salah satu tanaman berkhasiat Staphyloccocus aureus yang menghasilkan
yang dapat menyembuhkan penyakit. diameter zona hambat sebesar 9 mm4.
Bagian organ tanaman alpukat yang Perasan daun alpukat yang diuji ke
banyak dimanfaatkan adalah daunnya. Daun Pseudomonas sp pada konsentrasi 100; 80;
60; 40 dan 20% menghasilkan diameter
Cut Riska Andriani dan Frida Oesman adalah zona hambat masing-masing sebesar 23;
Dosen Bagian Jurusan Farmasi Fakultas 20; 16; 14 dan 11 mm5. Menurut Nilda,
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dkk. (2011) kemampuan antibakteri yang
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,
dimiliki oleh daun alpukat dimungkinkan
Risa Nursanty adalah Dosen Bagian Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu karena adanya metabolit sekunder, seperti
Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala Banda alkaloid, flavonoid dan, saponin6.
Aceh

1
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 1 April 2016

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya 3. Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun


terlihat adanya potensi antibakteri yang Alpukat
dimiliki daun alpukat, sehingga pada Simplisia daun alpukat sebanyak 200 g
penelitian ini bermaksud untuk mengkaji direndam dengan 1,5 L etil asetat selama 5
lebih lanjut kemampuan ekstrak etil asetat hari dan sesekali diaduk, selanjutnya
daun alpukat dalam menghambat disaring. Ampas yang dihasilkan kembali
pertumbuhan S. aureus. direndam dengan 1,5 L etil asetat selama 2
hari dengan sesekali diaduk, kemudian
2. Bahan dan Metode disaring. Hasil maserat digabung,
kemudian dipekatkan dengan rotary
2.1. Alat dan Bahan evaporator sampai didapat ekstrak etil
Alat-alat yang digunakan pada asetat daun alpukat.
penelitian ini diantaranya alat-alat gelas,
timbangan analitik, batang pengaduk, 4. Penyiapan Suspensi Bakteri
kertas saring, autoklaf, hot plate, oven, S. aureus diambil sebanyak satu jarum
cawan petri, pipet tetes, jarum inokulasi, inokulasi kemudian dilarutkan dalam 5 mL
bunsen, botol kaca, jangka sorong, larutan NaCl 0,9%. Suspensi bakteri ini
spektrofotometer dan tabung reaksi. selanjutnya dihomogenkan menggunakan
vortex selama 15 detik kemudian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini dimasukkan dalam kuvet sebanyak 750
diantaranya pelarut etil asetat, media L dan diukur absorbansinya menggunakan
Mueller Hinton Agar (MHA), cotton bud spektofotometer pada panjang gelombang 625
steril, Nutrien Agar (NA), kertas cakram nm, setara dengan standar McFarland 0,5
kosong, kertas cakram antibiotik (108 CFU/mL)7.
streptomisin, dan isolat bakteri S. aureus.
5. Uji Zona Hambat Ekstrak Etil Asetat Daun
2.2. Metode Kerja Alpukat Menggunakan Metode Difusi
1. Persiapan Simplisia Kertas Cakram
Tanaman alpukat diindentifikasi di LIPI, Sebanyak 0,1 mL suspensi Staphylococcus
Bogor. Tujuan dari diindentifikasi ini aureus disebarkan dalam cawan berisi
untuk mengetahui taksonomi daun alpukat media MHA menggunakan swab steril.
yang digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya dalam masing-masing cawan
Teknik pengambilan daun alpukat secara diletakkan kertas cakram yang telah
proposive sampling. Sampel daun alpukat mengandung ekstrak etil asetat daun
berasal dari Saree, Aceh Besar. Daun alpukat sebanyak 20 L dengan
alpukat yang dipilih adalah daun yang konsentrasi 15; 20; 25; 30 dan 35%,
berwarna hijau tua. kontrol negatif pelarut etil asetat dan
kontrol positif menggunakan streptomisin
2. Pembuatan Simplisia 30 g. Semua perlakuan dilakukan
Daun alpukat sebanyak 2 kg disortasi sebanyak empat ulangan. Masing-masing
basah agar terhindar dari kontaminan yang cawan kemudian diinkubasi pada suhu
tidak diinginkan. Daun alpukat di cuci 37oC selama 24 jam. Setalah 24 jam, diukur
dibawah air mengalir. Daun alpukat diameter zona hambat menggunakan jangka
dikeringanginkan selama 21 hari sampai sorong dalam satuan millimeter (mm).
daun alpukat menjadi kering yang
selanjutnya dicacah halus kemudian diayak 6. Uji Fitokimia terhadap Ekstrak
dengan mesh no. 40 (BPOM, 2013). 6.1 Uji Flavonoid
Ekstrak etil asetat daun alpukat ditimbang
2 g dan ditambahkan dengan 10 mL n-
heksan selama 10 menit kemudian

2
Cut Riska Andriani, Frida Oesman dan Risa Nursanty, Uji Zona Hambat Ekstrak Etil
Asetat Daun Alpukat (Persea americana Mill.)

disaring. Residu yang terbentuk Tabel 3.1. Hasil pengamatan rata-rata


selanjutnya ditambahkan 10 mL metanol diameter zona hambat ekstrak
dan di diamkan selama 15 menit. etil asetat daun alpukat
Kemudian ditambahkan 0,5 g serbuk Mg Perlakuan Rata-rata diameter
dan 5 mL HCl. Jika larutan berubah zona hambat (mm)
menjadi warna kuning menunjukkan P0 (Kontrol 00,0 mm
adanya flavonoid. negatif)
P1 (Ekstrak etil 7,18 mm
6.2. Uji Alkaloid asetat daun alpukat
Sebanyak 500 mg ekstrak etil asetat daun konsentrasi 15%)
alpukat ditimbang serta ditambahkan 1 mL P2 (Ekstraketil 8,11 mm
asam klorida 2 N dan 9 mL aquades. asetat daun
Dipanaskan di atas penangas air selama 2 alpukat
menit, didinginkan dan disaring. Filtrat konsentrasi 20%)
dipindahkan ke dalam 3 tabung reaksi, P3 (Ekstrak etil 9,15 mm
masing-masing tabung reaksi ditambahkan asetat daun alpukat
2 tetes larutan pereaksi Mayer, Bouchardat konsentrasi 25%)
dan Dragendorf. P4 (Ekstrak etil 11,25 mm
asetat daun alpukat
Sampel positif alkaloid jika tabung reaksi konsentrasi 30%)
yang ditambahkan larutan pereaksi Mayer P5 (Ekstrak etil 12,45 mm
akan membentuk endapan putih atau asetat daun alpukat
kuning. Selanjutnya tabung reaksi yang konsentrasi 35%)
ditambahkan larutan pereaksi Bouchardat P6 (Streptomisin 21,1 mm
akan membentuk endapan warna coklat 30 g)
sampai hitam. Begitu juga tabung reaksi
yang ditambahkan larutan pereaksi Hasil pengamatan pada Tabel 4.2.
Dragendorf akan membentuk endapan memperlihatkan bahwa semakin tinggi
kuning jingga. konsentrasi ekstrak etil asetat daun alpukat
maka semakin besar diameter zona hambat
6.3. Uji Saponin yang dibentuk. Namun penggunaan
Ekstrak etil asetat daun alpukat ditimbang konsentrasi tertinggi ekstrak etil asetat
0,5g dimasukkan kedalam tabung daun alpukat memiliki rata-rata diameter
reaksi. Selanjutnya di tambahkan 10 zona hambat lebih kecil dibandingkan
mL akuades panas, kemudian didinginkan diameter zona hambat menggunakan
dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik. antibiotik streptomisin (21,1 mm). Tetapi
Jika terbentuk buih tidak kurang dari 10 hasil pengujian pada konsentrasi 35%
menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm, memiliki diameter zona hambat lebih besar
ditambahkan 1 tetes HCl 2 N jika buih yakni 12,45 mm dibandingkan penelitian
tidak hilang maka ekstrak pekat daun Ismiyati4 yang hanya menghasilkan 9,00
alpukat tersebut positif adanya saponin. mm saat menguji S. aureus menggunakan
ekstrak infusa daun alpukat. Perbedaan
3. Hasil dan Pembahasan hasil ini dimungkinkan karena pelarut yang
digunakan pada kedua penelitian tersebut
3.1. Uji Zona Hambat Ekstrak Etil Asetat berbeda. Sehingga menyebabkan adanya
Daun Alpukat perbedaan metabolit sekunder yang
Hasil uji zona hambat ekstrak etil asetat diperoleh setelah proses maserasi.
daun alpukat dapat dilihat pada tabel
berikut.

3
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 1 April 2016

Diameter hambat yang diperoleh dari hasil


penelitian ini dimungkinkan karena ekstrak Tabel 3.2 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etil
etil asetat daun alpukat mengandung Asetat Daun Alpukat
senyawa yang berpotensi sebagai Senyawa Pereaksi Hasil
antimikroba. Hasil tersebut dapat diukur Alkaloid Meyer Endapan positif
karena di sekitar kertas cakram memperlihatkan putih
terbentuknya area ataupun zona bening. Ini Bouchardat Endapan positif
didukung oleh Lay (1994) yang menyatakan coklat
bahwa ada beberapa faktor penyebab Dragendrof Endapan positif
jingga
terjadinya penghambatan pertumbuhan
Flavonoid Mg dan Larutan positif
bakteri. Salah satunya adalah kepekaan
HCl jingga
terhadap bahan antimikroba8. Zona hambat Saponin Air dan Busa positif
yang dibentuk akibat pemberian ekstrak dikocok 10 setingga
etil asetat daun alpukat selengkapnya dapat detik 5 cm
dilihat pada gambar berikut. ditambah
HCl 2 N
busa
tidak
hilang

Senyawa-senyawa metabolit sekunder


seperti flavonoid, alkaloid dan saponin
memiliki potensi sebagai bahan
antimikroba. Ini dikuatkan oleh Heinrich
(2009) yang menyatakan bahwa senyawa
Gambar 3.1. Zona hambat yang terbentuk flavonoid mempunyai aktivitas antibakteri
akibat pemberian ekstrak dengan merusak membran dan dinding sel
etil asetat daun alpukat bakteri sehingga menyebabkan kematian9.
terhadap S. aureus Menurut Jawezt et al., (2005) dinding sel
berfungsi sebagai pengatur sistem
Keterangan gambar: reproduksi pada bakteri sedangkan
P0 : Kontrol negatif membran sel berfungsi untuk melindungi
P1 : Ekstrak etil asetat daun alpukat bagian dalam bakteri, oleh sebab itu jika
konsentrasi 35% kedua organ ini rusak maka bakteri akan
P2 : Ekstrak etil asetat daun alpukat mengalami kematian10. Alkaloid memiliki
konsentrasi 30% aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram
P3 : Ekstrak etil asetat daun alpukat positif dan negatif dengan cara menghambat
konsentrasi 25% sintesis DNA bakteris. Senyawa saponin
P4 : Ekstrak etil asetat daun alpukat memiliki mekanisme kerja dalam
konsentrasi 20% menghambat bakteri dengan cara berikatan
P5 : Ekstrak etil asetat daun alpukat pada senyawa kompleks polisakarida di
konsentrasi 15% dinding sel, sehingga terjadi kerusakkan
P6 : Antibiotik streptomisin 30 g dinding sel dari bakteri tersebut11.

Daun alpukat mengandung senyawa 4. Kesimpulan


metabolit sekunder. Hasil uji fitokimia Ekstrak etil asetat daun alpukat memiliki
memperlihatkan bahwa ekstrak etil asetat kemampuan dalam menghambat
daun alpukat memiliki senyawa alkaloid, pertumbuhan S. aureus
flavonoid dan saponin. Selengkapnya hasil
fitokimia dapat dilihat pada berikut.

4
Cut Riska Andriani, Frida Oesman dan Risa Nursanty, Uji Zona Hambat Ekstrak Etil
Asetat Daun Alpukat (Persea americana Mill.)

5. Saran terhadap Pseudomonas sp Metode


Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Invitro. Skripsi. Akademi Analis
untuk mengisolasi senyawa aktif yang Kesehatan. Banda Aceh. 2012.
berpotensi dalam menghambat 6. Nilda, A. P,. Nurhayati, B., Nita, S.
Isolasi dan Karakteristik Senyawa
pertumbuhan S. aureus.
Alkaloid dari Daun Alpukat (Persea
americana Mill.). Jurusan Pendidikan
Daftar Pustaka Kimia Fakultas MIPA. Universitas Negeri
1. Ibrahim, S. Pemeriksaan Kandungan Gorontalo. 2011.
Kimia Aktif Tanaman Kacang-Kacangan. 7. WHO. Manual for the Laboratory
Disunting oleh T.S. Kusuma dalam Kimia Identification and Antimicrobial
dan Lingkungan. Pusat Penelitian Universitas Susceptibility Testing of Bacterial
Andalas. Padang. 1988. Pathogens of Public Health Importance in
2. Letje, W., Rini, M., Bayu, F. P., dan Dian, Developing Word. Switzerland. 2003.
F. Gambaran Serum Ureum dan Kreatinin 8. Lay, B., W. Analisis Mikroba di
pada Tikus Putih yang Diberi Fraksi Etil Laboratorium. Rajawali Press. Jakarta
Asetat Daun Alpukat. Jurnal Veteriner. 9. Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S. &
2012. 13 (1): 57-62. Williamson, E. M. 2009. Farmakognosi
3. Zuraidhah. Etnofarmakologi Tumbuhan dan Fitoterapi. Diterjemahkan oleh
Oleh Masyarakat Pesisir Di Kabupaten Syarief, W. R., Aisyah, C., Elviana, E., &
Pidie. Skripsi. Fakultas Ilmu Pengetahuan Fidiasari, E. R. Penerbit Buku Kedokteran
dan Matematika Unibersitas Syiah Kuala. EGC. Jakarta. 1994.
Banda Aceh. 2008. 10. Jawetz,. Melrick,. and Adelberg,.
4. Ismiyati, N. Pengembangan Formulasi Mikrobiologi Kedokteran edisi 23.
Masker Ekstrak Air Daun Alpukat Terjemahan dari Medicals Microbiology.
(Persea americana Mill.) Sebagai Twenty Third Edition oleh Hartanto.
Antibakteri Staphylococcus aureus Untuk Penerbit EGC. Jakarta. 2005.
Pengobatan Jerawat. Skripsi. Farmasi 11. Dzulkarnain, B., D. Sondari. dan A,
Poltekkes Bhakti Setya Indonesia. Chozin. Tanaman Obat Bersifat
Yogyakarta. 2014. Antibakteri di Indonesia. Cermin Dunia
5. Safwan, H. Uji Sentivitas Perasan Daun Kedokteran. 1996. 110: 35-48.
Alpokat (Persea americana Mill.)

Anda mungkin juga menyukai