Oleh:
Ilzam Fathoni
41187011150029
2017
PENDAHULUAN
Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan rute dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi
beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia melalui hasi survei
lapangan dan telah di telaah, di analisis serta mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Perencanaan geometrik jalan juga merupakan bagian yang sangat penting, perencanaan jalan biasa
dititik beratkan pada alinymen horizontal dan vertikal sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan
yang memberikan kenyamanan yang optimal pada arus lalu lintas, tikungan, drainase, kelandaian jalan
serta galian.
Oleh karenanya, tujuan dari perencenaan geometrik jalan adalah menghasilkan infrastuktur yang aman,
efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan atau biaya pelaksana
yang nantinya akan dirasakan manfaatnya untuk banyak orang.
PERATURAN TERKAIT REGULASI GEOMETRIK JALAN
Melalui Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, jalan di
kelompokan menjadi 4 hal, yaitu :
Berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya jalan sekunder dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
a. Kelas II A
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi permukaan jalan dari
lapisan aspal beton atau yang setara.
b. Kelas II B
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari penetrasi
berganda atau yang setara dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat
dan kendaraan tak bermotor.
c. Kelas III
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari penetrasi
tunggal, dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan bermotor lambat dan
kendaraan tak bermotor.
Jari-Jari
Lengkung 560 350 210 350 210 115 210 115 50 210 115 50 210 115 50
Min. (m)
Landai
3% 5% 6% 4% 6% 7% 5% 7% 8% 6% 8% 10% 6% 8% 10%
Maksimum
Sumber: Departemen PU
3. Status Jalan
Jalan umum dikelompokkan menjadi 5golongan, yaitu:
a. Jalan Nasional
Jalan yang pengelolaan dan wewenangnya berada di tingkat nasional.
b. Jalan Propinsi
Jalan yang pengelolaan dan wewenangnya berada di tingkat propinsi.
c. Jalan Kabupaten
Jalan yang pengelolaan dan wewenangnya berada di tingkat kabupaten.
d. Jalan Kota
Jalan yang pengelolaan dan wewenangnya berada di tingkat kota.
e. Jalan Kota
Jalan yang pengelolaan dan wewenangnya berada di tingkat desa.
4. Kelas Jalan
Penentuan kelas jalan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan
jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan.
b. Jalan Raya
Jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan
dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 lajur setiap arah, lebar lajur sekurang-kurangnya 3,5
meter.
c. Jalan Sedang
Jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi,
paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah, lebar lajur paling sedikit 7 meter.
d. Jalan Kecil
Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arahdengan
lebar jalur paling sedikit 5,5 meter.
ISI DARI BAGIAN JALAN
Bagian-bagian jalan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 19/PRT/M/2011 menimbang
UU 38 Tahun 2004 dan PP 34 Tahun 2006 tentang jalan, terdapat beberapa bagian antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Badan Jalan
Badan jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, trotoar, median dan bahu
jalan, serta talud/lereng badan jalan, yang merupakan satu kesatuan untuk mendukung beban
lalu lintas yang lewat diatas permukaan jalan.
Badan jalan juga dapat diartikan sebagai jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan
bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki, bahu jalanhanya diperuntukkan bagi layanan lalu lintas
dan angkutan jalan serta pengamanan konstruksi jalan.
2. Ambang Pengamanan
Ambang pengamanan adalah jalur terluar DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan) yang dimaksudkan
untuk mengamankan bangunan konstruksi jalan, terhadap struktur lain, untuk tidak masuk
kawasan jalan.
Ambang pengamanan dapat berupa bidang tanah atau konstruksi bangunan pengaman seperti
tiang-tiang ditepi jalan untuk meminimalisir kecelakaan yang fatal.
6. Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada DAMIJA yang umumnya adalah sejajar
dengan panjang jalan, memiliki ketinggian yang lebih dengan jalan, diberi lapisan permukaan
perkerasan untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki.
7. Drainase / Saluran Tepi
Saluran tepi atau drainase adalah saluran yang dirancang untuk menampung serta mengalirkan
air hujan, limpasan dari permukaan jalan dan daerah disekitarnya. Dengan saluran tepi /
drainase dapat diharapkan bahwan kondisi jalan tidak tergenang air yang dapat menggangu
kenyamanan dan keamanan berlalu lintas.
8. Median
Median adalah bagian jalan yang memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawan arah yang
berfungsi untuk memungkinkan kendaraan bergerak cepat dan aman. Selain dari itu fungsi dari
median jalan adalah ruang lapak tunggu untuk menyebrang jalan, penempatan fasilitas jalan
dan lain-lain.
Jalan memiliki pengelompokan berdasarkan fungsi jalan, tugas dan wewenangnya yang berdasarkan
muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait
dengan besarnya volume lalu lintas yang menggunakan jalan tersebut, besarnya kapasitas jalan serta
pembiayaan pembangunan dan perawatan jalan. Berikut pengelompokan-pengelompkan jalan :
Adapun bagian dari sistem jaringan jalan premier adalah sebagai berikut :
Jalan Arteri Primer, adalah jalan umum yang berfungsi untuk melayani angkutan
utama yang menghubungkan kota jenjang pertama dengan kota kedua yang
berdampingan serta menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
Dengan ciri-ciri : Didesain paling rendah dengan kecepatan 60 km/jam, lebar
badan jalan tidak kurang dari 8m, kapasitas lebih besar daripada volume lalu-
lintas rata-rata.
Jalan Kolektor Primer merupakan jalan yang dikembangkan untuk melayani dan
menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan
lokal atau kawasan-kawasan bersekala kecil, pelabuhan pengumpan regional
dan lokal. Dengan ciri-ciri : Didesain untuk kecepatan rencana paling besar
adalah 40 km/jam, lebar badan jalan tidak kurang dari 7m, jalan kolektor tidak
terputus walalupun memasuki kota.
Jalan Lokal Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau
pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat
kegiatan lingkungan. Dengan ciri-ciri : Didesain untuk kecepatan rencana paling
besar adalah 20km/jam, badan jalan tidak kurang dari 6m, jalan lokal primer
tidak terputus walaupun memasuki desa.
Adapun bagian dari sistem jaringan jalan premier adalah sebagai berikut :
Jalan Arteri Sekunder adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-
ciri perjalanan jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi seefisien,dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat
dalam kota. Didaerah perkotaan juga disebut sebagai jalan protokol. Dengan
ciri-ciri : didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 30 km/jam, lebar jalan
tidak kurang dari 8m, persimpangan jalan dengan pengaturan tertentu harus
memenuhi kecepatan tidak kurang dari 30 km/jam.
2. Berdasarkan Wewenang
Menurut wewenang pembinaan jalan dikelompokkan menjadi Jalan Nasional, Jalan Propinsi,
Jalan Kabupaten, Jalan Kotamadya dan Jalan Khusus (Direktorat Jenderal Bina Marga: 2006)
a. Jalan Nasional
Yang termasuk kelompok jalan nasional adalah jalan arteri primer, jalan kolektor primer
yang menghubungkan antar ibukota propinsi, dan jalan lain yang mempunyai nilai
strategis terhadap kepentingan nasional. Penetapan status suatu jalan sebagai jalan
nasional dilakukan dengan Keputusan Menteri.
d. Jalan Kotamadya
Yang termasuk kelompok Jalan Kotamadya adalah jaringan jalan sekunder di dalam
Kotamadya. Penetapan status suatu ruas jalan arteri sekunder dan atau ruas jalan
kolektor sekunder sebagai Jalan Kotamadya dilakukan dengan keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I atas usul Pemerintah Daerah Kotamadya yang bersangkutan.
Penetapan status suatu ruas jalan lokal sekunder sebagai jalan Kotamadya dilakukan
dengan Keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
e. Jalan Khusus
Yang termasuk kelompok jalan khusus adalah jalan yang dibangun dan dipelihara oleh
instansi/badan hukum/perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing.
Penetapan status suatu ruas jalan khusus dilakukan oleh instansi/badan
hukum/perorangan yang memiliki ruas jalan khusus tersebut dengan memperhatikan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.