PENDAHULUAN
Kesehatan adalah hal utama yang perlu diperhatikan karena dengan memiliki tubuh
yang sehat akan membuat segala aktivitas berjalan dengan baik seperti dapat bekerja
maksimal serta meningkatkan kerja, dapat belajar dengan baik dan dengan memiliki tubuh
yang sehat akan memiliki interaksi sosial yang baik, tetapi hanya sebagian orang yang
sadar betapa pentingnya hidup sehat sehingga tubuh rentan akan terkena penyakit. Namun
kesehatan manusia banyak mengalami efek negatif disebabkan menghirup emisi polutan
gas yang dihasilkan oleh cat tembok, knalpot kendaraan dan cerobong pabrik industri
seperti Volatile Organic Compound (VOC), Nitrogen oxides (NOx), Amonia, dan lain-lain
[1-4] ataupun dikarenakan mengkonsumsi makanan yang mengadung zat berbahaya seperti
formalin, boraks, Rhodamin B dan Methanil Yellow.
Termasuk ke dalam gas gas berbahaya, formaldehida (juga disebut metanal atau
formalin), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO yang berbentuk gas atau cair
yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau
trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksander Butlerov pada
tahun 1859, namun baru diidentifikasi oleh Hoffman pada tahun 1867. Formaldehida
ditetapkan sebagai zat karsinogen pada manusia oleh US National Toxicology Program
pada tahun 2011. Ketika formaldehida berbentuk gas maka akan menyebabkan beberapa
gejala yang tidak sehat misalnya mengi, batuk dan iritasi kulit [5]. Terlebih lagi banyak
ditemui penyalahgunaan formaldehida pada bahan-bahan makanan seperti pada daging
ayam, mie, ikan, tahu, bakso dan masih banyak lainnya. Sehingga perlu adanya sistem
deteksi formaldehida untuk mencegah penyebaran zat makanan yang sudah tercampur
dengan formaldehida.
Sampai saat ini, metode deteksi formaldehida yang telah digunakan adalah
kromatografi gas dan kolorimetrik [6, 7]. Namun kedua metode tersebut tidak memenuhi
pengujian in-situ (sampel di tempat) dan cepat serta mudah. Baru-baru ini, telah
dikembangkan sensor gas yang berbasis pada oksida logam semikonduktor, reaksi
elektrokimia, polimer, dan hibrida organik-anorganik untuk mendeteksi uap formaldehid
secara real-time [8-12]. Diantara sensor tersebut adalah Quartz Crystal microbalance
(QCM). QCM memiliki kelebihan seperti konsumsi daya yang rendah, portabilitas dan
sensitivitas lebih baik dibandingkan yang lainnya [13]. Untuk dapat digunakan sebagai
sensor formaldehida, QCM harus dimodifikasi pada permukaan elekroda emas QCM
dengan sebuah lapisan tambahan seperti serat polistiren, komposit poliamida-
polietilenimin, nanotube polibopamin, dan lainnya. Namun lapisan-lapisan tersebut masih
memerlukan penambahan bahan atau perlakuan khusus dan rumit dalam fabrikasinya.
Setelah dikaji, diperoleh sebuah material yang potensial digunakan sebagai sensor
formaldehida yaitu senyawa kompleks dari logam tembaga Cu(II) yang mudah disintesis,
[Cu(DDS)2(Cl)2(MeOH)2] dilapiskan pada permukaan atas elektroda emas QCM. Dengan
metode fabrikasi yang mudah dan biaya yang rendah membuat sensor ini akan dianggap
sebagai kandidat yang tepat untuk mendeteksi formaldehida cepat dan tepat.
1.2.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proses fabrikasi QCM [Cu(DDS)2(Cl)2(MeOH)2]
2. Mengetahui sensitivitas dan selektivitas QCM [Cu(DDS)2(Cl)2(MeOH)2] pada
formaldehida
3. Mengetahui respon QCM [Cu(DDS)2(Cl)2(MeOH)2] pada formaldehida
BAB III
LANDASAN TEORI
QCM (quartz crystal microbalance) adalah sensor massa (density) yang sangat
sensitive dengan keluaran berupa frekuensi. QCM menggunakan bahan yang berupa kuarsa
dengan elektroda yang biasanya digunakan Ag, Cu, Cr, Ni, dan Pt, penambahan massa
pada SiO2 (kuarsa) sebanding dengan pergeseran frekuensi Kristal. Kristal SIO2 (kuarsa)
yang diapit oleh elektroda akan menghasilkan potensial listrik sebagai respon terhadap
tekanan mekanik yang diberikan (Johannsmann, 2015). QCM dapat digunakan untuk
mengukur selain density yaitu viscositas dan kelembapan.
202
= (3.1)
BAB IV
METODE PENELITIAN
Bahan-bahan :
Elektroda emas QCM dibersihkan terlebih dahulu dengan aseton selama 25 menit,
kemudian dicuci dengan etanol anhidrat (AR) selama 25 menit, dan dikeringkan dengan
N2 dengan tingkat kemurnian tinggi setelah dibilas oleh air. Lapisan film tembaga dengan
ketebalan sekitar 100 nm itu dilapiskan pada elektroda emas QCM dengan metode PVD.
Kemudian, larutan metanol (1 L) yang mengandung CuCl22H2O (0,1 mol/L) dituangkan
ke permukaan tembaga, dan ditempatkan di udara selama 15 menit. Larutan metanol (1 L)
mengandung DDS (0,1 mol/L) juga dituangkan ke pelarut QCM tembaga (II) klorida yang
telah dilapiskan pada langkah sebelumnya selama 35 menit. Setelah menguapkan pelarut
sepenuhnya, sensor QCM buatan yang dilapisi dengan kompleks [Cu(DDS)2(Cl)2
(MeOH)2] berhasil dibuat.
JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2017 sampai Januari 2018 di
Laboratorium Material dan Intrumentasi FMIPA dan LPPT UGM untuk proses sintesis
Cu(DDS)2(Cl)2(MeOH)2, Laboratorium Fisika Inti FMIPA UGM untuk proses coating,
dan LPPT UGM untuk karakterisasi material. Berikut ini adalah rencana jadwal penelitian :
[3] J. Yoon, S.K. Chae, J.M. Kim, Colorimetric sensors for volatile organic
compounds (VOCs) based on conjugated polymer-embedded electrospun
bers, J. Am. Chem. Soc. 129 (2007) 30383039.
[5] J.H.E. Arts, M.A.J. Rennen, C.D. Heer, Inhaled formaldehyde: evaluation
of sensory irritation in relation to carcinogenicity, Regul. Toxicol. Pharm.
44 (2006) 144160.
[6] L. Feng, C.J. Musto, K.S. Suslick, A simple and highly sensitive
colorimetric detection method for gaseous formaldehyde, J. Am. Chem.
Soc. 132 (2010) 40464047.
[7] R.K. Beasley, C.E. Hoffmann, M.L. Rueppel, J.W. Worley, Sampling
of formaldehyde in air with coated solid sorbent and determination by
high performance liquid chromatography, Anal. Chem. 52 (1980) 1110
1114.
[11] X.G. Li, X.X. Li, J. Wang, S.W. Wang, Highly sensitive and selective
room-temperature formaldehyde sensors using hollow TiO2 microspheres,
Sens. Actuators BChem. 219 (2015) 158163.
[12] L. Zhao, X.G. Li, B.J. Wang, P.J. Yao, P.J. Yao, S.A. Akbar, Detection of
formaldehyde in mixed VOCs gases using sensor array with neural networks,
IEEE. Sens. J. 16 (2016) 60816086.
[16] Weili Hu, Shiyan Chen, dkk, Formaldehyde sensors based on nanofibrous
polyethyleneimine/bacterial cellulose membranes coated quartz crystal
microbalance, Sensors and Actuators B 157 (2011) 554-559.