Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abstrak
Pekerjaan adalah pintu gerbang untuk mendapatkan uang. Pekerjaan yang layak akan
memberikan kesejahteraan bagi manusia. Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat dan
sempitnya lapangan pekerjaan kini menjadi masalah, sehingga timbul beberapa pilihan yang
tidak layak seperti menjadi PSK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan
karakteristik PSK di Kabupaten Batang serta tanggapan masyarakat terhadap keberadaan
PSK.
Pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif. Lokasi penelitian dilaksanakan di
Lokalisasi Petamanan dan Penundan. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
Hasil penelitian diperoleh bahwa alasan atau faktor penyebab wanita menjadi PSK di
Kabupaten Batang mayoritas adalah faktor ekonomi, walaupun ada faktor lain seperti frustrasi
ditinggal suami, masalah keluarga, ditipu oleh seseorang yang tidak bertanggungjawab, dan
hura-hura. Rata-rata usia PSK berkisar 27-36 tahun atau sebanyak 56,98%. Pendidikannya
sebagian besar tamatan SD/sederajat dan SMP/sederajat. Warga asli Kabupaten Batang yang
menjadi PSK sebanyak 31 orang dari jumlah keseluruhan yaitu 87 orang, sedangkan 56 orang
berasal dari luar Kabupaten Batang, atau 64,37% adalah pendatang, sedangkan 35,63% adalah
warga Kabupaten Batang. Tanggapan masyarakat Desa Banyuputih dan Desa Penundan lebih
bersikap netral, acuh tak acuh, dan cenderung membiarkan (permisif), yang terpenting adalah
mengikuti aturan yang diberikan oleh desa.
Saran, penggalakan pendidikan, menciptakan bermacam kesibukan, perluasan lapangan
kerja, dan pendidikan seks. Selain itu juga dengan sosialisasi HIV/AIDS,
penyempitan/penyatuan lokalisasi di Kabupaten Batang, pengadaan panti rehabilitasi di
Kabupaten Batang, penerimaan eks-PSK, dan pembersihan warung remang-remang.
frustrasi
14%
ekonomi
68%
40 25 24
11 15 10
20 1
Jumlah
0
17 21 22 - 26 27 - 31 32 - 36 37 - 41 >41
Jumlah
Grafik 3.
3 Tingkat Pendidikan PSK dii Kabupaten Batang
Tingkat Pendidikan PSK di Kabupaten Batang
(Studi Kasus di Lokalisasi Petamanan dan Penundan)
35
40
30 15
20 0 0 2 4 0
10 Jumlah
0
Latar belakang keluarga juga menjadi sudah bercerai dan menghidupi anaknya
salah satu faktor beberapa wanita wani dengan kerja kerasnya sendiri dan dengan
terjerumus
erjerumus ke dunia prostitusi. Latar bekerja
ekerja sebagai PSK, dan hanya satu
belakang keluarga menentukan bagaimana informan saja yang datang dari latar
tingkah laku anggota keluarganya di belakang keluarga yang tidak harmonis.
masyarakat. Dari 10 informan PSK di Sedangkan di Lokalisasi Penundan, ddari
Lokalisasi Petamanan, 9 informan 12 informan PSK di Lokalisasi Petamanan,
mengatakan bahwa mereka
mere datang dari 10 informan mengatakan bahwa mereka
latar belakang keluarga yang harmonis dan datang dari latar belak
belakang keluarga yang
dengan orang tua yang lengkap namun harmonis dan dengan orang tua yang
untuk keluarga dari informan sendiri (yang lengkap namun untuk keluarga dari
sudah pernah menikah) saat ini semuanya informan sendiri (yang sudah pernah
menikah) saat ini semuanya sudah bercerai Kabupaten Batang sebagian besar adalah
dan menghidupi anaknya dengan kerja petani. Selain itu juga dijumpai lingkungan
kerasnya sendiri dan dengan bekerja lainnya seperti buruh, nelayan, usaha
sebagai PSK, satu informan datang dari mebel, dan industri.
latar belakang keluarga yang tidak Karakteristik Pekerja Seks Komersial
harmonis, dan satu informan dating dari (PSK) di Kabupaten Batang (Studi Kasus di
keluarga yang broken home atau ayah dan Lokalisasi Petamanan dan Penundan
ibunya bercerai. Kecamatan Banyuputih) dari umurnya
Kemudian untuk masalah adalah berkisar antara 27-36 tahun atau
keyakinan/agama dari PSK dari data yang sebanyak 56,98%. Pendidikannya sebagian
ada adalah Islam. Peneliti dalam hal ini besar tamatan SD/sederajat dan
tidak ada maksud atau tujuan tertentu, SMP/sederajat. Walau pun mereka datang
menjelekkan suatu suku, agama, ras, dari keluarga yang harmonis, tidak
adat/etnis mana pun. Semua data yang menutup kemungkinan untuk menjadi PSK
diambil adalah sesuai fakta lapangan dan karena faktor lainnya. Kemudian untuk
hanya sebagai data administratif saja, masalah keyakinan/agama dari PSK dari
sebagai bahan mengumpulkan data tanpa data yang ada adalah Islam. Dijelaskan
kepentingan apapun. Keyakinan atau sekali lagi bahwa peneliti dalam hal ini
agama adalah kunci seseorang dalam tidak ada maksud atau tujuan tertentu,
membentuk karakter dirinya. Dari 10 menjelekkan suatu suku, agama, ras,
informan yang diwawancarai, 10 informan adat/etnis mana pun. Semua data yang
memeluk agama Islam. Hal tersebut juga diambil adalah sesuai fakta lapangan dan
dijumpai di Lokalisasi Penundan dari 12 hanya sebagai data administratif saja,
informan juga beragama Islam. Memang sebagai bahan mengumpulkan data tanpa
ada yang secara terang-terangan mengaku kepentingan apapun. Lingkungan terdahulu
Islam KTP, tetapi pada saat melaksanakan para PSK di Kabupaten Batang sebagian
observasi pada tanggal 19 November 2015 besar adalah petani. Selain itu juga
peneliti melihat beberapa alat sholat wanita dijumpai lingkungan lainnya seperti buruh,
yang dijemur di depan rumah-rumah nelayan, usaha mebel, dan industri.
(tempat karaoke sekaligus tempat PSK
tinggal), hal tersebut memperlihatkan sisi Tanggapan Masyarakat Desa
lain dari kehidupan seorang PSK bahwa Banyuputih dan Desa Penundan
sebenarnya PSK tersebut tidak sepenuhnya Kecamatan Banyuputih Kabupaten
buta akan agama, mereka sebenarnya tahu Batang
tetapi karena desakan ekonomi (beberapa Tanggapan masyarakat Desa
informan) mereka harus bekerja untuk Banyuputih dan Desa Penundan terhadap
melacur. adanya lokalisasi di sekitar tempat
Lingkungan di Lokalisasi Petamanan tinggalnya adalah masyarakat cenderung
dan Penundan adalah lingkungan kompleks membiarkan (permisif) adanya lokalisasi
perumahan petak kecil lokalisasi pada dengan alasan tidak mau ikut campur.
umumnya. Lingkungan yang dimaksud Warga pun secara terang-terangan tidak
dalam penelitian ini adalah lingkungan apa-apa asalkan lokalisasi tersebut
tempat tinggal terdahulu dimana seorang mengikuti aturan yang diberikan oleh desa.
PSK tinggal bersama orang tuanya atau Jika masyarakat ingin menutup atau
suaminya. Lingkungan terdahulu PSK di membubarkan lokalisasi dikhawatirkan
selanjutnya adalah praktik prostitusi akan dan tidak sampai ke action atau tindakan,
kembali terjadi seperti pada masa dahulu, dalam arti lain masyarakat masih bisa
yakni para PSK menjajakan dirinya di diatur dan dikendalikan, maka lokalisasi
jalan-jalan pinggir pantura yang tidak elok tetap ada tanpa terjadi perselisihan yang
untuk dipandang khususnya bagi anak-anak cukup berarti. Masyarakat tidak boleh
dan remaja yang masih dalam tahap hanya sekadar menolak tanpa memberikan
perkembangan moralnya. solusi, karena jika lokalisasi ditutup
Dari penelitian yang sudah dilakukan, dampaknya PSK akan menjajakan dirinya
disimpulkan bahwa sebenarnya masyarakat di jalan-jalan. Sebagai dampak bagi
ada sedikit gangguan dari adanya PSK dan masyarakat adalah akan lebih banyak
lokalisasi di sekitar tempat tinggal mereka, kerugiannya seperti merusak pemandangan
tetapi mereka lebih memilih sikap acuh tak kota, mengotori norma kesopanan, susila,
acuh atau netral, karena itu bukan urusan dan agama, serta merusak sendi-sendi
mereka juga selama masih ada koordinasi moral di masyarakat.
dan mematuhi aturan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Batang
desa warga tidak keberatan. juga tidak menutup mata dengan adanya
Bapak Ahmad Nafis (staf ahli LSM prostitusi di Kabupaten Batang. Dalam hal
FKPB) ketika ditanya mengenai tanggapan penanggulangan prostitusi di Kabupaten
masyarakat di lingkungan Lokalisasi Batang, Pemerintah Daerah Kabupaten
Petamanan dan Penundan terkait adanya Batang telah membuat Peraturan Daerah
prostitusi di wilayah tersebut Kab. Batang No. 6 Tahun 2011 tentang
mengungkapkan: Pemberantasan Pelacuran di Wilayah
Sebenarnya masyarakat itu menolak, Kabupaten Batang, Bab VIII Pasal 16 ayat
dalam hati kecil mereka menolak kalau 1 sampai 3. Selain itu dari Dinas Sosial
desanya itu ada prostitusi. Tak kira Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
ditanya menanyakan tokoh masyarakat,
Batang dan LSM FKPB Kabupaten Batang
tokoh agama, siapa pun akan menolak,
akan tetapi mereka berpikir ulang juga turut berpartisipasi dalam hal
kalau mau dibubarkan itu kan bukan penanggulangan pelacuran di Kabupaten
solusi nanti juga tidak akan Batang. Berikut adalah ungkapan bapak
menyelesaikan masalah, tambah Suwandi, S.E selaku staf ahli Dinas Sosial
masalah mereka akan menjajakan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
dirinya di jalan-jalan bahkan di alun- Batang:
alun bahkan ada di suatu kota
Program Dinas Sosial tadi awal sudah
dibubarkan malah nongkrongnya
dikatakan dari setiap kegiatan baik dari
(mangkalnya) di pendopo kabupaten
LSM maupun Dinas Kesehatan setiap
kan tambah banyak masalah sehingga
ada pertemuan dinas sosial selalu
masyarakat sekitar juga berpikir ulang
memberikan motivasi kepada calon
karena mereka juga punya kepentingan
atau baik yang eks (sudah berhenti)
di situ, masyarakat sekitar juga banyak
maupun yang masih aktif dan yang
yang mencari rezeki di situ.
ingin kembali ke masyarakat akan
diarahkan ke panti sosial (Solo) untuk
Keberadaan PSK dan lokalisasi pada mendapatkan pelayanan selama 6
suatu daerah selalu menimbulkan bulan dalam bentuk seperti tata boga,
tanggapan yang pro dan kontra, namun penjahitan, rias pengantin. Semua
masyarakat yang kontra atau tidak setuju dalam bentuk gratis baik asrama
dengan keberadaan PSK atau lokalisasi di maupun makan nanti selama 6 bulan
Petamanan dan Penundan masih terkendali itu akan dapat modal.
Kemudian terkait program rehabilitasi goyah dan masuk dalam dunia prostitusi.
dari Dinsosnakertans Kabupaten Batang, Alasan mengapa faktor ekonomi sebagai
berikut adalah pernyataan dari Bapak faktor utama adalah karena rendahnya
Suwandi, S.E: tingkat pendidikan dari para PSK tersebut.
Dinas Sosial saat ini masih Pendidikan yang hanya tamat SD/sederajat
rehabilitasi, kemudian setiap dan SMP/sederajat tentu sulit jika harus
minggunya atau setiap bulannya adalah mencari pekerjaan. Apalagi dengan tamat
tes kesehatan untuk memberikan
SD/sederajat dan SMP/sederajat tersebut
suntikan IMS. Jadi setiap bulan di
lokalisasi ini diadakan suntikan. Dinas tidak dibekali dengan skill atau
Sosial untuk programnya itu hanya keterampilan tertentu, pasti sangat
merehabilitasi saja manakala yang mau menyulitkan seseorang untuk mendapatkan
kembali ke masyarakat, kita katakan pekerjaan. Kesadaran akan pendidikan
lagi Dinas Sosial siap untuk menerima yang masih rendah dan ketidakmampuan
dan menyalurkan untuk dikirim ke orang tua untuk melanjutkan sekolah anak-
panti rehabilitasi sosial di Solo.
anaknya adalah alasan klasik yang sering
LSM FKPB Kabupaten Batang, bapak terdengar mengapa tingkat pendidikan
Ahmad Nafis terkait program untuk masih rendah, hal tersebut pula yang terjadi
menangani prostitusi di Kabupaten Batang pada sebagian besar PSK di Lokalisasi
adalah sebagai berikut: Petamanan dan Lokalisasi Penundan
LSM itu kan dipendampingan, Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang.
pendampingan itu artinya kita Sulitnya mencari pekerjaan di wilayah
mendampingi mereka bagaimana pantura yang jauh dari kota dan pabrik-
mereka itu, satu, intinya mereka sehat, pabrik yang menyerap tenaga kerja banyak
artinya mereka sehat itu ya sehat juga menjadi salah satu alasan wanita terjun
jasmani sehat rohani. Jasmaninya dia dalam dunia prostitusi. Seperti yang
di situ harus sehat karena tidak
diungkapkan Bapak Ahmad Nafis, staf ahli
mungkin cari uang kalau tidak sehat,
yang kedua rohaninya, harapannya dari LSM FKPB Kabupaten Batang bahwa
mereka itu ya setelah mungkin kerja di sudah biasa ketika seorang suami
situ bisa menabung dan segera pulang mengantarkan istrinya untuk berangkat
ke kampung halaman. Kita LSM juga melacur pada sore hari dan menjemputnya
mengusahakan kepada mereka adanya pada pagi hari, itu dikarenakan tujuan dari
pelatihan-pelatihan, harapannya
pelacur tersebut mempunyai suami hanya
mereka punya skill pulang dari situ dia
mau pulang di rumah punya wirausaha, untuk mendapatkan status di sini, yaitu
punya skill asalkan kita ajak mereka KTP. Hal tersebut juga dibenarkan oleh
untuk pelatihan jahit, pelatihan salon, Resos Penundan.
pelatihan tata boga, dengan harapan Kartono (dikutip Kristanto dalam
setelah dilatih skill nanti pulang bisa Prastiwi, 2007) bahwa setidaknya ada 5
bekerja, seperti itu. faktor wanita masuk dunia pelacuran, dan
faktor yang pertama adalah faktor ekonomi.
PEMBAHASAN
Juga sejalan dengan apa yang dipaparkan
Latar belakang Pekerja Seks Komersial
La Pona (dalam Aprilianingrum, 2006: 39)
(PSK) di Kabupaten Batang (Studi Kasus di
dalam penelitiannya faktor pendorong
Lokalisasi Petamanan dan Penundan
memilih berprofesi sebagai PSK
Kecamatan Banyuputih) sebagian besar
mengemukakan bahwa alasan paling utama
karena faktor ekonomi. Sulitnya ekonomi
untuk menjadi PSK adalah terbatasnya
dan kemiskinan membuat beberapa wanita
lapangan pekerjaan dan sulitnya walaupun hanya kadang-kadang.
memperoleh pendapatan yang memadai. Lingkungan terdahulu para PSK tersebut
Kemudian untuk umur para PSK di sebagian besar adalah petani. Sebagai
Lokalisasi Petamanan dan Lokalisasi seorang anak petani mereka mengakui
Penundan paling banyak berkisar 20-30 kesulitan dalam hal ekonomi. Susah untuk
tahun, tetapi ada juga yang usia lebih dari memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan
30 tahun masih melayani tamu. Alasannya temannya selalu berganti-ganti gadget,
adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup berbelanja ini-itu, dan bersenang-senang.
dan merawat ibu asuhnya (mucikari/germo; Mereka pun ingin hidup senang seperti itu,
satu informan di Lokalisasi Petamanan) tetapi dengan pendidikan yang rendah,
yang sedang sakit terkena stroke. Usia kemampuan yang minim, dan tidak adanya
kisaran 20-30 tahun tersebut memang usia modal untuk usaha membuat mereka
yang sangat menjual bagi seorang PSK mencari jalan pintas yakni dengan terpaksa
karena pada dasarnya seorang PSK hanya menjadi PSK.
menjual kecantikannya. Pendidikannya pun Prostitusi di tengah masyarakat tersebut
rata-rata sekadar tamat SD/sederajat dan tentu akan timbul berbagai tanggapan pro
SMP/sederajat, maka jelas bahwa dengan dan kontra. Warga masyarakat baik dari
tingkat pendidikan tamatan SD/sederajat Desa Banyuputih atau pun Desa Penundan
dan SMP/sederajat tentu akan sangat sulit dengan adanya prostitusi dan lokalisasi di
jika harus mencari pekerjaan. Tamatan sekitar tempat tinggalnya lebih bersikap
SD/sederajat dan SMP/sederajat belum netral, acuh tak acuh dan cenderung
dilatih skill atau keterampilan tertentu, membiarkan (permisif), walaupun
ketrampilan dan keahlian yang mereka sebenarnya dalam hati kecil mereka
miliki hanya sekadarnya saja. Melihat latar menolak. Sudah seyogyanya jika
belakang keluarga, mereka sebagian besar masyarakat menolak adanya praktik
menjawab datang dari latar belakang prostitusi, bukan berarti tidak ada
keluarga yang harmonis walaupun dengan penolakan dari warga, tetapi karena itu
keadaan ekonomi yang sulit. Keyakinan terjadi sudah sangat lama dan lokalisasi
atau agama mereka kesemuanya adalah yang ada di di Dusun Petamanan juga
Islam, walaupun dengan malu-malu mereka berdiri di atas tanah milik Pemerintah
katakan bahwa Islamnya adalah Islam KTP. Daerah. Sebab itulah warga Dusun
Sekali lagi, peneliti dalam hal ini tidak ada Petamanan Desa Banyuputih memilih
maksud atau tujuan tertentu, menjelekkan bersikap netral, acuh tak acuh, dan
suatu suku, agama, ras, adat/etnis mana cenderung membiarkan (permisif) dengan
pun. Semua data yang diambil adalah adanya lokalisasi di sekitar tempat
sesuai fakta lapangan dan hanya sebagai tinggalnya. Kemudian untuk Lokalisasi
data administratif saja, sebagai bahan Penundan, sama dengan Lokalisasi
mengumpulkan data tanpa kepentingan Petamanan bahwa lokalisasi sudah ada
apapun. PSK tersebut tahu tentang apa terlebih dahulu, jadi masyarakat kesulitan
yang mereka kerjakan, tetapi keyakinannya apabila ingin membubarkannya. Mensikapi
tertutupi demi memperoleh makan, hal tersebut, di Desa Penundan terdapat
mempertahankan hidup, dan yang lebih Peraturan Desa yang mengisyaratkan
penting adalah demi anak yang mereka bahwa lokalisasi hanya bisa atau terdapat
hidupi sendiri tanpa ada ayahnya. Bahkan dalam 1 Rukun Tetangga saja yaitu RT 01
mereka masih menjalankan kewajibannya RW 01 Desa Penundan.
Lokalisasi yang berada di dekat Narwoko dan Suyanto (2006:107)
permukiman warga memang sedikit banyak menjelaskan bahwa perilaku menyimpang
menimbulkan gangguan seperti suara musik adalah tindakan atau perilaku yang
yang sangat keras sampai tengah malam menyimpang dari norma-norma, dimana
dan juga sampai pada kekhawatiran terkait tindakan-tindakan tersebut tidak disetujui
perkembangan moral anak dan remaja di atau dianggap tercela dan akan
sekitar. Pemerintah Desa Banyuputih pun mendapatkan sanksi negatif dari
menanggulanginya dengan aturan-aturan masyarkat.
yang diberikan oleh desa sendiri seperti Jelas bahwa pelacuran adalah perilaku
musik hanya boleh sampai pukul 24:00 menyimpang. Hubungan seks yang sesuai
WIB dan membuat kegiatan rutin dengan norma adalah hubungan seks
keagamaan agar anak-anak dan remaja melalui status perkawinan yang sah.
tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang Pelacuran yakni antara PSK dan
salah demi sedikit menutupi rasa pelanggannya tidak ada status perkawinan
kekhawatiran para orang tua dan tentunya yang sah. PSK hanya bermotif menjual jasa
bagi penerus mereka warga Desa dan pelanggan hanya sekadar memenuhi
Banyuputih. kebutuhan biologis dan setelahnya adalah
Kartono (2013: 258) menyatakan selesai dalam arti tidak ada hubungan lagi.
bahwa reaksi sosial itu bersifat menolak Maka pelacuran adalah tindakan yang
sama sekali dan mengutuk keras serta menyimpang dan melanggar norma karena
memberikan hukuman berat sampai pada melakukan hubungan seks di luar status
sikap netral, masa bodoh dan acuh tak acuh pernikahan yang sah. Dimana tindakan atau
serta menerima dengan baik. perilakunya menyimpang dari norma-
Prostitusi di pantura Banyuputih sudah norma dan tidak disetujui atau dianggap
ada sejak dulu, bahkan dulu PSK tercela oleh masyarakat, namun norma-
mangkal di jalan-jalan dan membuat norma tersebut terpaksa dilanggar oleh para
pemandangan yang tidak baik. Seiring PSK karena demi memenuhi kebutuhan
perkembangannya, terdapat pangkalan truk hidup. Akibatnya adalah faktor-faktor
di Desa Banyuputih dan Desa Penundan internal seperti pikiran dan hati nurani pun
dan membuat warga berinisiatif untuk akan dikalahkan dengan tekanan-tekanan
membuat tempat peristirahatan yang (ekonomi dan sebagainya) tersebut.
nyaman bagi para pelancong, dan seiring Dari empat norma yang ada yakni
perkembangan pangkalan truk tersebut norma agama, hukum, kesopanan, dan
maka di situ lah para PSK diorganisir kesusilaan, sudah tentu PSK melanggar
secara rapi dan tertib dan dilokalkan agar norma-norma tersebut. Norma agama, jelas
tidak terlihat jelas oleh masyarakat umum. bahwa melakukan hubungan seks tanpa ada
Baik masyarakat Desa Banyuputih maupun ikatan perkawinan (suami istri) adalah
Desa Penundan lebih bersikap membiarkan haram dan masuk dalam kategori berzina.
dengan adanya lokalisasi tersebut. Bukan Norma hukum, khusunya di Kabupaten
berarti melegalkan prostitusi, tetapi Batang dengan ditetapkannya Peraturan
lokalisasi adalah salah satu solusi dari pada Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang
harus ada prostitusi di jalan-jalan yang Pemberantasan Pelacuran di Wilayah
tentunya akan lebih mengkhawatirkan Kabupaten Batang maka jika masih ada
bahkan terlihat jelas oleh anak-anak dan PSK berarti hal tersebut adalah melanggar
remaja. norma hukum. Kemudian norma
kesopanan, norma kesopanan bersumber tanpa aturan karena adanya perubahan pada
dari tata kehidupan atau budaya yang lembaga sosial tertentu. Desa Banyuputih
berupa kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan Desa Penundan adalah desa dengan
dalam mengatur kehidupan kelompoknya. faktor agama yang cukup kuat, prostitusi
Tata kehidupan atau budaya yang menjadi yang ada di sekitar tempat tinggal mereka
kebiasaan-kebiasaan masyarakat Desa masih bisa dikontrol hanya pada ruang
Banyuputih pada dasarnya adalah baik lingkup lokalisasi saja, tidak merambah
seperti masyarakat Indonesia pada masuk ke lingkungan warga masyarakat.
umumnya yang menolak pelacuran, tetapi Pemerintah desa baik Desa Banyuputih
kemudian terdapat lokalisasi yang secara maupun Desa Penundan selalu berperan
tidak langsung melegalkan pelacuran. aktif dalam menangani masalah lokalisasi
Lokalisasi di Dusun Petamanan dan yang terdapat di desanya. Peran pemerintah
Penundan adalah salah satu solusi untuk desa di sini adalah sebagai penyeimbang
menanggulangi pelacuran di kawasan dan penyalur aspirasi antara Pemerintah
pantura khususnya Kabupaten Batang. Jadi, Daerah Kabupaten dan warga masyarakat.
jelas bahwa PSK melanggar norma Selalu dilakukan koordinasi antara warga
kesopanan. Norma kesusilaan adalah norma masyarakat, warga kompleks lokalisasi, dan
yang bersumber dari hati nurani manusia Pemerintah Daerah Kabupaten Batang agar
agar manusia selalu berbuat kebaikan. PSK masalah prostitusi ini dapat ditanggulangi
yang melakukan hubungan seks di luar dengan solusi terbaik. Penanggulangan
perkawinan yang sah adalah salah satu dengan membubarkan lokalisasi bukan
contoh perbuatan tercela. Maka PSK selain solusi terbaik, karena dampaknya prostitusi
melanggar norma agama, norma hukum, justru akan menyebar luas dan tidak
norma kesopanan, juga melanggar norma terkontrol.
kesusilaan. Penanggulangan pelacuran di
Moral berarti bagaimana manusia Kabupaten Batang sudah baik. Sudah
menyebut manusia lainnya dalam tindakan terdapat dasar hukum yakni undang-undang
yang memiliki nilai positif, sedangkan tentang pemberantasan pelacuran.
penilaian terhadap moral diukur dari Peraturan Daerah Kab. Batang No. 6 Tahun
kebudayaan masyarakat setempat. 2011 tentang Pemberantasan Pelacuran di
Dijelaskan sekali lagi bahwa adanya Wilayah Kabupaten Batang, Bab VIII Pasal
lokalisasi di Desa Banyuputih dan Desa 16 ayat 1 sampai 3 adalah salah satu cara
Penundan adalah sebagai solusi dari untuk menangani pelacuran di Kabupaten
maraknya PSK-PSK yang menjajakan Batang yang semakin berkembang. Cara
dirinya di pinggir jalan pantura yang terjadi lain menanggulangi pelacuran di
sudah cukup lama. Tindakan melacurkan Kabupaten Batang adalah dengan cara
dirinya sendiri adalah contoh tindakan yang rehabilitasi dari Dinsosnakertrans
tidak bermoral dan tidak menghargai Kabupaten Batang dan pendampingan
dirinya sendiri. (memberi motivasi dan keterampilan) dari
Akhirnya karena prostitusi sudah LSM FKPB. Dinas Sosial Tenaga Kerja
dianggap biasa karena terjadi berulang- dan Transmigrasi Kabupaten Batang
ulang dan terus menerus, maka akan merehabilitasi dengan cara menyalurkan
memperkuat penyimpangan (dalam hal ini para PSK atau eks PSK ke panti sosial yang
prostitusi) dan yang ditakutkan adalah ada di Solo. Selama 6 bulan PSK tersebut
menjadi disorgnisasi sosial atau keadaan akan diberi keterampilan harapannya agar
sepulang dari panti sosial PSK tersebut di Kabupaten Batang (Studi Kasus di
dapat kembali ke masyarakat dan hidup Lokalisasi Petamanan dan Penundan
lebih produktif. LSM FKPB pun jelas Kecamatan Banyuputih) dapat ditarik
bahwa dalam pendampingannya juga kesimpulan sebagai berikut:
memasukkan adanya program pelatihan 1. Latar belakang beberapa wanita memilih
keterampilan kepada PSK-PSK yang ada di pekerjaan menjadi Pekerja Seks
Kabupaten Batang. Komersial (PSK) di Lokalisasi
Cara menanggulangi prostitusi di Petamanan dan Lokalisasi Penundan
Kabupaten Batang yang sudah umum Kecamatan Banyuputih Kabupaten
adalah melalui lokalisasi. Dalam bentuk Batang di antaranya adalah karena faktor
lokalisasi semuanya terkontrol dengan baik. ekonomi, frustrasi ditinggal suami,
Mulai dari adminitrasi (keanggotaan) masalah keluarga,
hingga kesehatannya. Sebenarnya, dengan dijebak/ditipu/dibohongi seseorang yang
maraknya lokalisasi di Kabupaten Batang tidak bertanggungjawab, dan hanya
membuat warga sekitar resah akan ingin bersenang-senang atau hura-hura.
perkembangan moral anak-anak dan Mayoritas PSK di Lokalisasi Petamanan
remaja, khususnya di Desa Banyuputih dan dan Lokalisasi Penundan adalah karena
Desa Penundan. Lokalisasi yang alasan atau faktor ekonomi.
berdekatan langsung dengan warga 2. Karakteristik Pekerja Seks Komersial
membuat orang tua resah apabila anak-anak (PSK) di Kabupaten Batang (Studi
mereka ikut terjerumus dalam pergaulan Kasus di Lokalisasi Petamanan dan
yang tidak baik. Orang tua harus Penundan Kecamatan Banyuputih) dari
memberikan perhatian ekstra kepada anak- umurnya adalah berkisar antara 27-36
anaknya agar perkembangan moralnya baik tahun. Pendidikannya tamatan
dan sesuai dengan tuntunan agama. SD/sederajat dan SMP/sederajat, hanya
Tujuan akhir dari semua ini adalah para sebagan kecil tamat SMA/sederajat.
PSK diharapkan mampu menjadi manusia Walau pun mereka datang dari keluarga
normal di masyarakat dengan tidak yang harmonis, tidak menutup
melakukan perilaku menyimpang yaitu kemungkinan untuk menjadi PSK
melakukan hubungan seks di luar status karena faktor lainnya. Kemudian untuk
perkawinan yang sah lagi. Para PSK juga masalah keyakinan/agama dari PSK dari
telah diberi pelatihan dan keterampilan data yang ada adalah Islam. Peneliti
sebagai bekal awal untuk bekerja dan dalam hal ini tidak ada maksud atau
memenuhi kebutuhan hidupnya. Tentu tujuan tertentu, menjelekkan suatu suku,
harus ada kerja sama antar masyarakat agar agama, ras, adat/etnis mana pun. Semua
para eks-PSK ini dapat diterima kembali data yang diambil adalah sesuai fakta
dan hidup berdampingan di masyarakat. lapangan dan hanya sebagai data
Masyarakat harus menerima para eks-PSK administratif saja, sebagai bahan
dengan tangan terbuka sehingga tercipta mengumpulkan data tanpa kepentingan
masyarakat yang damai dan harmonis. apapun. Lingkungan terdahulu para PSK
di Kabupaten Batang sebagian besar
SIMPULAN DAN SARAN adalah petani. Selain itu juga dijumpai
Berdasarkan hasil penelitian dan lingkungan lainnya seperti buruh,
pembahasan mengenai latar belakang dan nelayan, usaha mebel, dan industri.
karakteristik Pekerja Seks Komersial (PSK)
3. Tanggapan masyarakat Desa Banyuputih Dreyfus, Tom. 2013. Sex, Work, Law and
dan Desa Penundan terhadap adanya Sex Work Law: Towards a
lokalisasi di sekitar tempat tinggalnya Transformative Feminist Theory. An
Online Feminist Journal. Vol. 4, Issue
adalah baik masyarakat Desa
1. Melbourne: University of
Banyuputih dan Desa Penundan Melbourne.
cenderung membiarkan (permisif)
adanya lokalisasi dengan alasan tidak Kartono, Kartini. 2013. Patologi Sosial-
mau ikut campur. Warga pun secara Jilid 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
terang-terangan tidak apa-apa asalkan
lokalisasi tersebut mengikuti aturan Koentjoro dan Sugibastuti. 1999. Pelacur,
Wanita Tuna Susila, Pekrja Seks, dan
yang diberikan oleh desa dan tidak
Apa Lagi: Stigmatisasi Istilah.
saling mengganggu atau mengusik satu Jurnal Humaniora, No. 11 Mei
sama lain. Agustus 1999. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Adapun saran yang diberikan oleh
peneliti di antaranya mencakup 2 hal, yakni Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto.
preventif dan represif. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar &
Terapan. Jakarta: Kencana.
1. Preventif
Saran preventif di antaranya: Peraturan Daerah Kabupaten Batang. 2011.
penggalakan pendidikan bagi generasi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun
muda, menciptakan bermacam 2011 tentang Pemberantasan Pelacuran
kesibukan bagi generasi muda (karang di Wilayah Kabupaten Batang. Batang.
taruna, ikatan remaja masjid, dan lain-
Prastiwi, Agnes Novita Andy. 2007.
lain), perluasan lapangan kerja (BLK,
Kebutuhan-Kebutuhan Psikologis
pinjaman modal, dan sebagainya), dan Perempuan Pekerja Seks (Studi Kasus
pendidikan seks bagi generasi muda Di Komplek Wisata Bandungan
sekaligus pendidikan bahaya dari seks Ambarawa). Skripsi. Semarang:
bebas hingga penularan virus Universitas Katolik Soegijapranata.
HIV/AIDS.
2. Represif
Cara ini bisa dilakukan di
antaranya dengan sosialisasi
HIV/AIDS bagi PSK,
penyempitan/penyatuan lokalisasi di
Kabupaten Batang, pengadaan panti
rehabilitasi di Kabupaten Batang,
penerimaan eks-PSK, dan pembersihan
warung remang-remang.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilianingrum, Farida. 2006. Faktor
Risiko Kondiloma Akuminata Pada
Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus
pada PSK Resosialisasi Argorejo Kota
Semarang). Tesis. Semarang:
Universitas Diponegoro.