Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
(WHO) pada tahun 2013, setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare
dengan angka kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Pada negara berkembang,
anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada
anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak berusia dibawah 5 tahun.
Berdasarkan data United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada tahun 2013, secara global terdapat dua juta anak
Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang
masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab
(kekurangan cairan). Inilah yang harus selalu diwaspadai karena sering terjadi
terjadi pada bayi ataupun anak akan cepat menjadi parah. Hal ini disebabkan
karena seorang anak berat badannya lebih ringan daripada orang dewasa. Maka
cairan tubuhnya pun relatif sedikit, sehingga jika kehilangan sedikit saja cairan
dapat mengganggu organ-organ vitalnya. Apalagi sang anak juga belum mampu
1
Universitas Sumatera Utara
2
akan semakin parah jika ditambah dengan keluhan lain seperti mencret dan panas
karena hilangnya cairan tubuh lewat penguapan. Kasus kematian balita karena
bahwa angka nasional prevalensi diare adalah 9,0%. Prevalensi diare berdasarkan
kelompok umur pada balita (1-4 tahun) terlihat tinggi menurut hasil Riskesdas
(2007), yaitu 16,7%. Demikian pula pada bayi (<1 tahun), yaitu 16,5%
Biasa (KLB). KLB diare sering terjadi terutama di daerah yang pengendalian
faktor risikonya masih rendah. Cakupan perilaku hygiene dan sanitasi yang rendah
sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare (Kemenkes RI, 2011).
signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada
tahun 2013. KLB diare pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan penderita
terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus. Sedangkan angka
kematian (CFR) akibat KLB diare tertinggi terjadi di Sumatera Utara yaitu sebesar
11,76%. CFR diare yang terjadi di Sumatera Utara Tahun 2013 mengalami
kenaikan dibandingkan Tahun 2012, yaitu dari 1,22% menjadi 11,76% (Profil
jumlah kasus diare yang tercatat ada sebanyak 285.183 kasus, yang ditemukan dan
ditangani sebanyak 223.895 kasus (78,5%), sehingga angka kesakitan (IR) diare
per 1.000 penduduk mencapai 16,80. Capaian ini mengalami kenaikan dari tahun
dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini
jauh di bawah target program yaitu 214 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR
memenuhi syarat tahun 2012) ada sebanyak 1.821.173 unit (54,27%). Proporsi
penduduk atau rumah tangga yang yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi
layak (dikatakan layak apabila sarana tersebut milik sendiri atau bersama, kloset
jenis leher angsa dan pembuangan akhir tinjanya ke tangki septik atau SPAL)
provinsi sebesar 84,2%, dan proporsi RT yang ber-PHBS baik sebesar 24,6%,
penyakit, terutama lalat. Lalat merupakan salah satu vektor yang dapat membawa
bakteri penyebab diare pada balita. Menurut Depkes (2001), jarak terbang lalat
perorangan) ibu juga sangat berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita.
Perilaku ibu berkontribusi meningkatkan kasus diare pada balita. Ibu merupakan
orang terdekat dengan balita yang mengurus segala keperluan balita seperti mandi,
seperti tidak mencuci tangan pada saat memberi makan anak, tidak mencuci
bersih peralatan masak dan makan, dapat menyebabkan balita terkena diare.
Personal hygiene ibu dan sanitasi lingkungan perumahan yang baik bisa terwujud
apabila didukung oleh perilaku masyarakat yang baik (Depkes RI, 2008).
Daerah dengan jumlah diare yang cukup tinggi di Sumatera Utara adalah
Sibolga. Sibolga merupakan salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara yang
timur, selatan, dan barat. Sibolga merupakan satu-satunya kota pantai sebagai
pusat pelayanan primer di pantai barat Sumatera Utara dengan fungsi utama
sebagai pusat pemerintahan kota, pusat perdagangan barang dan jasa, pusat
mengalami diare selama tahun 2010. Pada tahun 2011-2013 penderita diare di
sibolga mengalami penurunan masing-masing tiap tahun menjadi 1737, 1712, dan
1307 orang. Akan tetapi pada tahun 2014, jumlah penderita diare kembali
Kota sibolga terdiri dari beberapa lingkungan, yaitu lingkungan aek habil,
pelabuhan, sambas, dan pintu angin. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang
lingkungan lain. Jumlah penderita diare dari tahun 2010-2014 di lingkungan pintu
angin masing-masing tiap tahunnya 705, 694, 655, 514, dan 589 orang.
Kelurahan Sibolga Hilir ada 756 balita yang terdiri dari 429 laki-laki dan 327
didapatkan data Kelurahan Sibolga Hilir sebagai daerah dengan jumlah penderita
diare pada balita yang tertinggi dibandingkan kelurahan yang lain. Jumlah balita
dari Kelurahan Sibolga Hilir yang mengalami diare dan berkunjung di Puskesmas
Pintu Angin pada Bulan Januari hingga Bulan Juli 2015 ada 68 balita dan pada
Bulan Agustus hingga Bulan Desember 2015 ada 120 balita yang terdiri dari 52
balita dan Bulan Februari 2016 terdapat 25 balita yang mengalami diare dan
berkunjung di Puskesmas.
angka kejadian diare pada balita. Jumlah keluarga yang bertempat tinggal di
Kelurahan Sibolga Hilir sekitar 1512 keluarga. Dari jumlah keluarga tersebut,
yang memiliki jamban hanya 769 keluarga dan yang memiliki jamban sehat hanya
487 keluarga. Sementara untuk penyediaan tempat sampah hanya dimiliki oleh
897 keluarga dan yang memiliki tempat sampah sehat 627 keluarga. Untuk
pengelolaan air limbah dimiliki oleh 769 keluarga dan yang memiliki pengelolaan
air limbah sehat hanya 487 keluarga (Profil Kesehatan Puskesmas Pintu Angin
Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pada
Lingkungan Pintu Angin yang sebagian besar berada di tepi laut dengan akses
sanitasi yang kurang serta personal hygiene ibu yang memiliki peranan penting
dalam mencegah terjadinya penyakit diare pada balita, sehingga peneliti tertarik
Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita di Lingkungan Pintu
Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun
2016.
ibu dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan
pada balita.
balita.
pada balita.
pada balita.
6. Mengetahui hubungan kebiasaan cuci tangan oleh ibu dengan kejadian diare
pada balita.
1. Bagi Institusi
a. Dinas Kesehatan
2. Bagi Masyarakat
Sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang
hubungan sanitasi lingkungan dan personal hygiene ibu dengan kejadian diare
pada balita.