Anda di halaman 1dari 14

ALIRAN KHAWARIJ DAN PERKEMBANGANNYA

A. Pengertian Khawarij
Secara etimologi kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti keluar,
mucul, timbul atau memberontak. Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, khawarij berarti
setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.1[1]
Adapun khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran
pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap
keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam perang siffin pada tahun 37 H/657 M,
dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan
khilafah.2[2]

B. Sejarah lahirnya Khawarij


Sebenarnya awal mula kemunculan pemikiran khawarij, bermula pada saat masa
Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW membagi-bagikan harta rampasan perang di desa
Juronah (pasca perang Hunain) beliau memberikan seratus ekor unta kepada Aqra bin Habis
dan Uyainah bin Harits. Beliau juga memberikan kepada beberapa orang dari tokoh quraisy dan
pemuka-pemuka arab lebih banyak dari yang diberikan kepada yang lainnya. Melihat hal ini,
seseorang (yang disebut Dzul Khuwaisirah) Berkata: Demi Allah ini adalah pembagian yang
tidak adil dan tidak mengharapkan wajah Allah. Atau dalam riwayat lain dia mengatakan
kepada Rasulullah SAW: Berbuat adillah, karena sesungguhnya engkau belum berbuat
adil!.3[3]
Sungguh, kalimat tersebut bagaikan petir di siang bolong. Pada masa generasi terbaik dan
di hadapan manusia terbaik pula, ada seorang yang berani berbuat lancang dan menuduh bahwa
Rasulullah SAW tidak berbuat adil. Mendengar ucapan ini Rasulullah SAW dengan wajah yang
memerah bersabda:

1[1] http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2160989-mazhab-khawarij/#ixzz1t2RvPkiy
2[2] Ibid,.
3[3] http://kalamstai.blogspot.com/2009/03/aliran-khawarij.html.
Siapakah yang akan berbuat adil jika Allah dan rasul-Nya tidak berbuat adil? Semoga
Allah merahmati Musa. Dia disakiti lebih dari pada ini, namun dia bersabar. (HR. Bukhari
Muslim)4[4]
Saat itu Umar bin Khathab r.a meminta izin untuk membunuhnya, namun Rasulullah SAW
melarangnya. Beliau mengabarkan akan munculnya dari turunan orang ini kaum reaksioner
(khawarij) sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikutnya:
Sesungguhnya orang ini dan para pengikutnya, salah seorang di antara kalian akan
merasa kalah shalatnya dibandingkan dengan shalat mereka; puasanya dengan puasa mereka;
mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari buruannya. (HR. al-Ajurri, Lihat
asy-Syariah, hal. 33)5[5]
Demikianlah Rasulullah SAW mensinyalir akan munculnya generasi semisal Dzul
Khuwaisirah (sang munafiq). Yaitu suatu kaum yang tidak pernah puas dengan penguasa
manapun, menentang penguasanya walaupun sebaik Rasulullah SAW.
Dikatakan oleh Rasulullah SAW bahwa mereka akan keluar dari agama ini seperti
keluarnya anak panah dari buruannya. Yaitu masuk dari satu sisi dan keluar dari sisi yang lain
dengan tidak terlihat bekas-bekas darah maupun kotorannya, padahal ia telah melewati darah dan
kotoran hewan buruan tersebut.6[6]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bagus bacaan al-
Qurannya, namun ia tidak mengambil faedah dari apa yang mereka baca.
Sesungguhnya sepeninggalku akan ada dari kaumku, orang yang membaca al-Quran
tapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka akan keluar dari Islam ini sebagaimana
keluarnya anak panah dari buruannya. Kemudian mereka tidak akan kembali padanya. Mereka
adalah sejelek-jelek makhluk. (HR. Muslim). 7[7]
Madzhab Khawarij baru muncul bersamaan dengan madzhab Syiah. Masing-masing
muncul sebagai madzhab pada masa pemerintahan Khalifah Ali Ibn Abi Thalib.8[8]
Madzhab Khawarij untuk pertama kali muncul di kalangan tentara Ali ketika peperangan
memuncak antara pasukan Ali dan pasukan Muawiyah. Ketika merasa terdesak oleh pasukan

4[4] Ibid.
5[5] Ibid.
6[6] Ibid.
7[7] Ibid,
8[8] Prof. DR. Imam Muhammad Abu Zahrah, Alirah Politik dan aqidah dalam Islam, (Jakarta: Logos Publishing
House, 1996), cet. 1, hlm. 63.
Ali, Muawiyah merencanakan untuk mundur, tetapi kemudian terbantu dengan munculnya
pemikiran untuk melakukan tahkim. Tentara Muawiyah mengacung-acungkan al-Quran agar
mereka ber-tahkim dengan al-Quran. Namun, Ali tetap melanjutkan peperangan sampai ada
yang kalah dan menang, maka keluarlah sekelompok orang dari pasukan Ali yang menuntut agar
ia menerima usulan tahkim.9[9]
Dengan terpaksa Ali menerima usulan itu. Kedua belah pihak sepakat untuk mengangkat
seorang hakam dari masing-masing. Muawiyah memilih Amr Ibn Al-Ash. Sementara itu, Ali
pada mulanya hendak mengangkat Abdullah ibn Abbas, tetapi atas desakan pasukannya yang
keluar itu, akhirnya mengangkat Abu Musa Al-ASyari. Upaya tahkim akhirnya berakhir dengan
suatu keputusan, yaitu menurunkan Ali dari jabatan Khalifah dan mengukuhkan Muawiyah
menjadi penggantinya. Hasil tahkim ini lebih menguntungkan para pendukung pemberontak
yang dipimpin Muawiyah.10[10]
Anehnya, kelompok yang semula memaksa Ali untuk menerima tahkim dan menunjuk
orang yang menjadi hakim atas pilihan mereka itu, belakangan memandang perbuatan tahkim
sebagai kejahatan besar. Kemudian mereka menuntut Ali agar bertaubat karena dipandang telah
berbuat dosa besar. Menurut mereka, Ali yang menyetujui untuk bertahkim berarti telah menjadi
kafir, sebagaimana mereka juga telah menjadi kafir, tetapi kemudian bertaubat. Pandangan
kelompok ini kemudian diikuti oleh orang-orang Arab pegunungan. Semboyan mereka yang
terkenal adalah ,tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Mereka kemudian memerangi Ali,
setelah terlebih dahulu berdialog dengan Ali, kemudian mengukuhkan Pendapatnya.11[11]
Demikian watak dasar kelompok ini, yaitu keras kepala dan dikenal kelompok paling keras
memegang teguh prinsipnya. Inilah yang sebenarnya menjadi penyabab utama lahirnya
kelompok ini. Khawarij adalah kelompok yang didalamnya dibentuk oleh mayoritas orang-orang
Arab pedalaman (arbu al-bdiyah). Mereka cenderung primitive, tradisional dan kebanyakan
dari golongan ekonomi rendah, namun keadaan ekonomi yang dibawah standar tidak mendorong
mereka untuk meningkatkan pendapatan. Ada sifat lain yang sangat kontradiksi dengan sifat
sebelumnya, yaitu kesederhanaan dan keikhlasan dalam memperjuangkan prinsip dasar
kelompoknya.12[12]

9[9] Ibid.
10[10] Ibid.
11[11] Ibid, hlm. 64
12[12] Opcit, http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2160989-mazhab-khawarij/#ixzz1t2RvPkiy,
Walaupun keikhlasan itu ditutupi keberpihakan dan fanatisme buta. Dengan komposisi
seperti itu, kelompok ini cenderung sempit wawasan dan keras pendirian. Prinsip dasar bahwa
tidak ada hukum, kecuali hukum Tuhan mereka tafsirkan secara dzohir saja.13[13]

Beberapa prinsip Aliran-aliran Khawarij


Prinsip-prinsip yang disepakati aliran-aliran Khawarij, yaitu:
Pertama, dan ini yang paling tegas, adalah pengangkatan khalifah akan sah hanya jika
berdasarkan pemilihan yang benar-benar bebas dan dilakukan oleh semua umat Islam tanpa
diskriminasi. Seorang Khalifah tetap pada jabatannya selama ia berlaku adil, melaksanakan
Syariat, serta jauh dari kesalahan dan penyelewengan. Jika ia menyimpang, ia wajib dijatuhkan
dari jabatannya atau dibunuh.
Kedua, jabatan Khalifah bukan hak khusus keluarga Arab tertentu, bukan monopoli suku
Quraisy sebagaimana dianut golongan lain, bukan pula khusus untuk orang Arab dengan
menafikan bangsa lain, melainkan semua bangsa mempunyai hak yang sama. Khawarij bahkan
mengutamakan non-Quraisy untuk memegang jabatan Khalifah.
Ketiga, yang berasal dari aliran Najdah, pengangkatan Khalifah tidak diperlukan jika
masyarakat dapat menyelesaikan masalah-masalah mereka.jika masyarakat berpendapat bahwa
masalah mereka tidak dapat diselesaikan dengan tuntas tanpa seorang imam (khalifah) yang
dapat membimbing masyarakat ke jalan yang benar, maka ia boleh di angkat.
Keempat, orang yang berdosa adalah kafir. Mereka tidak membedakan antara satu dosa
dengan dosa yang lain, bahkan kesalahan dalam berpendapat merupakan dosa, jika pendapat itu
bertentangan.14[14]

C. Ide-ide Pemikiran aliran Khawarij


a. Menganggap kafir orang-orang yang berseberangan dengan mereka, terutama yang terlibat
dalam Perang Shiffin. Karenanya, tidak ada istilah damai untuk penentang Khawarij, mengingat
yang dimaksud ishlah dalam QS. Al-Hujurat: 9 adalah sesama orang Islam, tidak dengan orang
kafir.

13[13] Opcit, http://kalamstai.blogspot.com/2009/03/aliran-khawarij.html,


14[14] Opcit, Prof. DR. Imam Muhammad Abu Zahrah, hlm. 69.
b. Orang Islam yang berbuat dosa besar, seperti berzina dan pembunuh adalah kafir dan selamanya
masuk neraka.

c. Hak khilafah tidak harus dari kerabat nabi atau suku Quraisy khususnya, dan orang Arab
umumnya. Seorang khalifah harus dipilih oleh kaum Muslimin melalui pemilihan yang bebas.
Khalifah yang taat kepada Tuhan wajib ditaati. Sebaliknya, khalifah yang mengingkari Tuhan
dan umat yang durhaka kepada khilafah yang wajib ditaati, boleh diperangi dan dibunuh.

d. Orang musyrik adalah yang melakukan dosa besar, tidak sepaham dengan mereka, atau orang
yang sepaham tetapi tidak ikut hijrah dan berperang bersama mereka. Orang musyrik itu halal
darahnya. Nasib mereka bersama anak-anaknya akan kekal di neraka.

e. Mereka menganggap bahwa hanya daerahnya yang disebut dar al-Islam, dan daerah orang yang
melawan mereka adalah dar al-harb. Karenanya, orang yang tinggal dalam wilayah dar al-harb,
baik anak-anak maupun wanita, boleh dibunuh.

f. Ajaran agama yang harus diketahui hanya ada dua, yakni mengetahui Allah dan rasul-Nya.
Selain dua hal itu tidak wajib diketahui.

g. Melakukan taqiyyah (menyembunyikan keyakinan demi keselamatan diri), baik secara lisan
maupun perbuatan adalah dibolehkan bila keselamatan diri mereka terancam.

h. Dosa kecil yang dilakukan secara terus menerus akan berubah menjadi dosa besar dan pelakunya
menjadi musyrik.

i. Imam dan khilafah bukanlah suatu keniscayaan. Tanpa imam dan khilafah, kaum muslimin bisa
hidup dalam kebenaran dengan cara saling menasihati dalam hal kebenaran.15[15]

D. Aliran-aliran Khawarij
Kaum khawarij terpecah belah menjadi beberapa golongan/aliran, diantaranya yaitu:
a. Azariqah
Aliran ini dipimpin oleh Nafi ibn al-Azraq yang berasal dari bani hanifah. Khalifah pertama
yang mereka pilih ialah Nafi sendiri dan kepadanya mereka beri gelar Amir al-Muminin.
Mereka merupakan pendukung terkuat madzhab Khawarij yang paling banyak anggotanya dan

15[15] Ibid, hlm. 66.


paling terkemuka di antara semua aliran madzhab ini. Daerah kekuasaan mereka terletak di
perbatasan Irak dengan Iran.16[16]

Prinsip yang membedakan aliran Azariqah dari aliran lain adalah:


1) Mereka memandang orang yang berbeda pendapat dengan mereka tidak hanya bukan mumin,
tetapi juga musyrik, kekal dineraka serta halal diperangi dan dibunuh.
2) Mereka berpendapat bahwa anak-anak dari orang yang berbeda paham dengan Azariqah adalah
kekal dineraka.
3) Dalam bidang fiqh, mereka tidak mengakui adanya hokum rajam. Alas an mereka, dalam al-
Quran tidak ditemukan hukuman bagi pelaku zina kecuali hokum jild (cambuk seratus kali);
tidak pula dikenal dalam Sunnah Nabi.17[17]
Menurut paham yang ekstrim ini hanya merekalah yang sebenarnya orang islam. Orang
islam yang di luar lingkungan mereka adalah kaum musyrik yang harus diperangi. Oleh karena
itu kaum al-Azariqah, sebagai disebut Ibn Al-Hazm, selalu mengadakan istirad yaitu bertanya
tentang pendapat atau keyakinan seseorang. Siapa saja yang mereka jumpai dan mengaku orang
islam yang tak termasuk dalam golongan al-Azariqah, mereka dibunuh.18[18]
b. Al-Muhakkimah
Golongan khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Ali, disebut golongan al-
Muhakkimah. Bagi mereka, Ali, Muawiyah, kedua pengantara Amr Ibn al-Ash dan Abu Musa
al-Asyari dan semua orang yang menyetujui arbitrase bersalah dan menjadi kafir. Selanjutnya
hukum kafir ini mereka luaskan artinya sehingga termasuk ke dalamnya tiap orang yang berbuat
dosa besar.19[19]
Berbuat zina dipandang sebagai salah satu dosa besar, maka menurut paham golongan ini
orang yang mengerjakan zina telah menjadi kafir dan keluar dari islam. Begitu pula membunuh
sesama manusia tanpa sebab yang sah adalah dosa besar.20[20]

c. Najdah

16[16] Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta:UI Press, 1986), CET.
5, HLM. 16.
17[17] Prof. DR. Imam Muhammad Abu Zahrah, Opcit, hlm. 78.
18[18] Harun Nasution, Opcit, hlm. 17.
19[19] Ibid, hlm. 16.
20[20] Ibid,
Sekte ini dinamakan al-Najdah karena dinisbatkan kepada pimpinan terpilihnya, yaitu
Najdah Ibn Amir al-Hanafi dari Yamamah di Arabia Tengah. Terpilihnya Najdah sebagai
pemimpin sekte ini tidak terlepas dari sumbangan Abu Fudaik dan kawan-kawannya yang pada
awalnya adalah pengikut al-Azraq dari sekte al-Zariqah juga. Para pendiri sekte ini pergi
meninggalkan al-Zariqah disebabkan karena mereka tidak dapat menerima beberapa ajaran yang
ekstrem dari al-Zariqah. Di antaranya tentang orang yang tidak mau berhijrah ke lingkungan al-
Zariqah adalah musyrik. Dan ajaran yang membolehkan membunuh anak dan isteri orang-orang
Islam yang tidak sepaham dengan mereka.21[21]

Bagi mereka orang yang tidak secara aktif mendukung mereka tidaklah dianggap kafir,
tetapi hanya sekedar munafik. Mereka memberikan wewenang kepada anggotanya untuk hidup
di wilayah lain, sekalipun di luar wilayah kekuasaan Khawarij. Mereka membolehkan
anggotanya untuk melakukan taqiyah (yaitu suatu sikap yang menyembunyikan pandangan ke-
Najdahannya).22[22]

Penganut aliran Najdah berpendapat bahwa mengangkat imam bukan wajib karena syariat
telah menggariskannya, tetapi karena kemaslahatan. Dengan kata lain, jika kaum muslimin telah
dapat saling mengingatkan tentang kebenaran dan melaksanakannya, maka mereka tidak
membutuhkan adanya imam (khalifah).23[23]

d. Shafriyyah
Penamaan sekte ini juga dinisbatkan kepada tokoh utamanya, yaitu Zaid Ibn al-Asfar. Aliran
ini juga dianggap ekstrem seperti al-Zariqah. Di antara pendapat-pendapat mereka juga ada yang
terkesan lebih lunak terutama untuk hal-hal berikut ini:
1) Orang Sufriah yang tidak berhijrah tidaklah dipandang kafir.
2) Mereka tidak sependapat dengan pendapat yang boleh membunuh anak-anak orang kafir
(musrik).
3) Mereka membagi dosa besar menjadi dua, yaitu:
a) Dosa besar yang ada sangsinya di dunia seperti berzina, membunuh, dan mencuri.
b) Dosa besar yang tidak ada sangsinya di dunia seperti meninggalkan shalat dan puasa.
4) Cakupan dar al-harb (daerah yang harus diperangi) juga dibatasi.

21[21] salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/aliran-khawarij/.
22[22] Opcit, Prof. DR. Imam Muhammad Abu Zahrah, hlm. 80.
23[23] Ibid,
5) Kufr tidaklah selamanya keluar dari agama Islam.
6) Taqiyah hanya boleh dalam bentuk perkataan dan tidak dalam bentuk perbuatan.
7) Untuk keamanan diri, seorang wanita muslim boleh kawin dengan satu lelaki kafir, di daerah
bukan Islam.24[24]

e. Ajaridah
Aliran ini dipimpin oleh Abdul Karim ibn Ajrad, salah seorang pengikut Athiyyah ibn al-
Aswad al- Hanafi yang keluar dari aliran Najdah bersama beberapa pengikutnya dan pergi ke
Sijistan. Karena mereka merupakan pecahan dari aliran Najdah, maka banyak paham mereka
yang berdekatan dengan paham aliran Najdah.25[25]
Diantara pendapat mereka ialah boleh mengangkat seseorang menjadi pemimpin jika
diketahui bahwa orang tersebut adalah penganut Khawarij yang bertakwa walaupun ia tidak turut
perang. Dalam hal ini pandangan mereka berbeda dengan pandangan aliran Azariqah yang
mewajibkan jihad secara terus menerus. Menurut mereka berhijrah hanya merupakan kebajikan.
26[26]
Selanjutnya kaum Ajaridah ini mempunyai paham puritanisme. Surat Yusuf dalam al-
Quran membawa cerita cinta dan al-Quran, sebagai kitab suci, kata mereka, tidak mungkin
mengandung cerita cinta. Oleh karena itu mereka tidak mengakui surat Yusuf sebagai bagian dari
al-Quran.27[27]
Sebagai golongan Khawarij lain, golongan Ajaridah ini juga terpecah belah menjadi
golongan-golongan kecil, ini disebabkan adanya perbedaan pendapat disekitar masalah daya
yang terdapat didalam diri manusia dan masalah status anak-anak dari orang yang berbeda
paham dengan mereka. Perdebatan yang terjadi diantara mereka biasanya bermula dari hal-hal
kecil, kemudian meluas kepada masalah-masalah yang lebih besar, dan akhirnya menimbulkan
perpecahan ke dalam banyak kelompok. Diantara mereka, yaitu golongan al-Maimuniah,
menganut paham qadariyah. Bagi mereka semua perbuatan manusia, baik dan buruk, timbul dari
kemauan dan kekuasaan manusia sendiri. Golongan al-Hamziah juga mempunyai paham yang
sama. Tetapi golongan al-Syuaibiah dan al-Hazimiah menganut paham sebaliknya. Bagi mereka

24[24] Opcit, Harun Nasution, hlm. 21.


25[25] Opcit, Prof. DR. Imam Muhammad Abu Zahrah, hlm. 82
26[26] Ibid,.
27[27] Opcit, Harun Nasution, hlm. 20.
tuhanlah yang yang menimbulkan perbuatan-perbuatan manusia. Manusia tidak dapat menentang
kehendak Allah. 28[28]
f. Ibadhiyyah
Sekte ini juga dinisbatkan kepada pimpinannya, yaitu Abdullah Ibn Ibad. Sebelumnya, Ibn
Ibad adalah pengikut al-Zariqah. Karena tidak bisa menerima pendapat-pendapat ekstrem al-
Zariqah, maka ia kemudian memisahkan diri dari kelompok ekstrem itu.29[29]
Aliran Ibadhiyyah merupakan penganut paham khawarij yang paling moderat, adil dan
luwes.30[30]
Sebagian pendapat fiqh mereka diadopsi oleh perundang-undangan Mesir, khususnya
dalam masalah kewarisan, yaitu tentang pewarisan karena memerdekakan seseorang.
Beberapa pendapat mereka yang menonjol ialah:
1) Orang yang tidak sepaham dengan mereka bukanlah mukmin dan bukanlah musrik, tetapi kafir,
yaitu kafir akan nikmat, bukan kafir dalam keyakinan, karena orang tersebut tidak mengingkari
adanya Allah, tetapi hanya lengah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
2) Daerah orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka bukanlah dar al-harb, tetapi tetap dar al-
tauhid.
3) Pelaku dosa besar masih tetap muwahhid, yaitu orang yang meng-Esa-kan Tuhan.
4) Yang boleh dirampas dalam perang hanyalah kuda, senjata, dan perlengkapan perang
lainnya.31[31]

g. Aliran-aliran yang dipandang keluar dari Islam


Yazidiyah
Aliran ini semula adalah pengikut aliran al-Ibadiah, tetapi kemudian berpendapat bahwa
Allah akan mengutus seorang rasul dari kalangan luar Arab yang akan diberi kitab yang akan
menggantikan syariat Muhammad.32[32]
Maimuniyah
Aliran ini dipimpin oleh Maimun al-Ajradi. Aliran ini membolehkan seseorang menikahi
cucu-cucu perempuan dari anak laki-laki dan anak perempuan dari saudara laki-laki dan saudara

28[28] Ibid,.
29[29] salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/aliran-khawarij/, opcit.
30[30] Opcit, Prof. DR. Imam Muhammad Abu Zahrah, hlm. 83.
31[31] Ibid, hlm. 84
32[32] Ibid, hlm. 85
perempuan. Mereka juga mengingkari surat Yusuf dalam al-Quran dan tidak mengakuinya
sebagai bagian dari al-Quran, karena menurut mereka surah itu berisi kisah porno, sehingga
tidak pantas dinisbahkan kepada Allah. Dengan pendapat itu mereka sebenarnya telah mencela
Allah karena keyakinan mereka yang salah.33[33]
Sifat-sifat Khawarij
1. Mencela dan Menyesatkan
Orang-orang Khawarij sangat mudah mencela dan menganggap sesat Muslim lain, bahkan
Rasul saw. sendiri dianggap tidak adil dalam pembagian ghanimah. Kalau terhadap Rasul
sebagai pemimpin umat berani berkata sekasar itu, apalagi terhadap Muslim yang lainnya, tentu
dengan mudahnya mereka menganggap kafir. Mereka mengkafirkan Ali, Muawiyah, dan sahabat
yang lain. Fenomena ini sekarang banyak bermunculan. Efek dari mudahnya mereka saling
mengkafirkan adalah kelompok mereka mudah pecah disebabkan kesalahan kecil yang mereka
perbuat.
2. Buruk Sangka
Fenomena sejarah membuktikan bahwa orang-orang Khawarij adalah kaum yang paling
mudah berburuk sangka. Mereka berburuk sangka kepada Rasulullah saw. bahwa beliau tidak
adil dalam pembagian ghanimah, bahkan menuduh Rasulullah saw. tidak mencari ridha Allah.
Mereka tidak cukup sabar menanyakan cara dan tujuan Rasulullah saw. melebihkan
pembesar-pembesar dibanding yang lainnya. Padahal itu dilakukan Rasulullah saw. dalam
rangka dakwah dan taliful qulub. Mereka juga menuduh Utsman sebagai nepotis dan menuduh
Ali tidak mempunyai visi kepemimpinan yang jelas.
3. Berlebih-lebihan dalam ibadah
Ini dibuktikan oleh kesaksian Ibnu Abbas. Mereka adalah orang yang sangat sederhana,
pakaian mereka sampai terlihat serat-seratnya karena cuma satu dan sering dicuci, muka mereka
pucat karena jarang tidur malam, jidat mereka hitam karena lama dalam sujud, tangan dan kaki
mereka kapalan. Mereka disebut quro karena bacaan Al-Qurannya bagus dan lama. Bahkan
Rasulullah saw. sendiri membandingkan ibadah orang-orang Khawarij dengan sahabat yang
lainnya, termasuk Umar bin Khattab, masih tidak ada apa-apanya, apalagi kalau dibandingkan
dengan kita. Ini menunjukkan betapa sangat berlebih-lebihannya ibadah mereka.
4. Keras terhadap sesama Muslim dan memudahkan yang lain

33[33] Ibid,
Hadits Rasulullah saw. menyebutkan bahwa mereka mudah membunuh orang Islam, tetapi
membiarkan penyembah berhala.
Ada suatu peristiwa pada saat mereka di kebun kurma dan ada satu biji kurma yang jatuh
kemudian salah seorang dari mereka memakannya, tetapi setelah yang lain mengingatkan bahwa
kurma itu bukan miliknya, langsung saja orang itu memuntahkan kurma yang dimakannya. Dan
ketika mereka di Kuffah melihat babi langsung mereka bunuh, tapi setelah diingatkan bahwa
babi itu milik orang kafir ahli dzimmah, langsung saja yang membunuh babi tadi mencari orang
yang mempunyai babi tersebut, meminta maaf dan membayar tebusan.
5. Sedikit pengalamannya
Hal ini digambarkan dalam hadits bahwa orang-orang Khawarij umurnya masih muda-muda
yang hanya mempunyai bekal semangat.
6. Sedikit pemahamannya
Disebutkan dalam hadits dengan sebutan Sufahaa-ul ahlaam (orang bodoh), berdakwah pada
manusia untuk mengamalkan Al-Quran dan kembali padanya, tetapi mereka sendiri tidak
mengamalkannya dan tidak memahaminya. Merasa bahwa Al-Quran akan menolongnya di
akhirat, padahal sebaliknya akan membahayakannya.
7. Nilai Khawarij
Orang-orang Khawarij keluar dari Islam sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw.,
Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari busurnya.
8. Fenomena Khawarij
Mereka akan senantiasa ada sampai hari kiamat. Mereka akan senantiasa keluar sampai
yang terakhir keluar bersama Al-Masih Ad-Dajjal
9. Kedudukan Khawarij
Kedudukan mereka sangat rendah. Di dunia disebut sebagai seburuk-buruk makhluk dan di
akhirat disebut sebagai anjing neraka.34[34]
Ibroh (Pelajaran) yang dapat di ambil:
1. Berhati-hati supaya tidak terjatuh pada Khawarijisme
Secara sosial politik Khawarij bisa muncul kapan saja. Kemunculan pertama Khawarij
dimulai dari ketidakpercayaan (adamuts tsiqah) sebagian mereka kepada pemimpin kaum
Muslimin, yaitu Utsman bin Affan yang mereka anggap tidak adil, nepotisme, dan mengangkat

34[34] http://www.dakwatuna.com/2008/10/1295/khawarij-dan-sifat-sifatnya/#ixzz1swVgS6cG
orang-orang dekatnya. Ditambah ada sosok lain yang tidak suka dengan Islam, yaitu Abdullah
bin Saba, yang sangat besar pengaruhnya dalam memecah belah umat Islam. Melihat sejarah
awal munculnya Khawarij, sekarang ini fenomena itu tampaknya ada.

2. Bertaubat jika sudah terjatuh


Sejarah pun telah membuktikan banyak umat Islam yang sudah terjatuh pada fitnah
Khawarijisme. Di Mesir pada tahun 60-an banyak kelompok yang keluar dari jamaah yang
benar dan menuduh pemimpinnya lemah, bahkan menuduh sesama muslim sebagai kafir. Untuk
menghadapi orang-orang yang sudah terjatuh pada Khawarij minimal dibutuhkan tiga cara: (1)
memilih orang yang cocok untuk menghadapi mereka, (2) cara yang benar, (3) memeranginya
jika diperlukan.

3. Mensyukuri pemahaman yang benar


Kalau kita melihat betapa orang yang ibadahnya sangat rajin, pandai bahasa Arab, masih
bisa salah dalam memahami Islam bahkan dicap oleh Rasul sebagai anjingnya ahli neraka, ini
menunjukkan betapa besarnya nikmat pemahaman yang benar yang diberikan Allah pada
kita.35[35]

Keistimewaan Khawarij

Orang-orang Khawarij mempunyai keikhlasan yang sempurna terhadap akidahnya. Mereka


keras sekali beribadat dan teguh benar-benar mempertahankan sifat kebenaran dan kesetiaan
serta berlepas diri dari orang-orang yang berdusta dan mengerjakan maksiat yang nyata. Dan
mereka juga mempunyai keberanian yang luar biasa dalam menghadapi musuh dan berterus
terang dalam mempertahankan kebenaran.36[36]

E. Aliran Khawarij Pada saat ini


Secara formal, Khawarij sudah tidak ada, tetapi secara substansi paradigma pemikiran dan
ciri-ciri alirannya masih hidup dan berkembang hingga sekarang.
Pada masa sekarang, pemberontakan bersenjata dan praktik mengafirkan orang Islam telah
terjadi di wilayah Arab bagian timur laut pada peralihan abad ke-19 seperti yang ditulis oleh para
cendekiawan Islam: Istilah Khawarij berlaku bagi kelompok yang bersimpang jalan dengan

35[35] Ibid,
36[36] Teungku M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, (Yogyakarta: PT Pustaka
Rizki Putra, 2012), hlm. 166
orang-orang Islam dan menganggap mereka sebagai orang-orang kafir, seperti yang terjadi pada
zaman sekarang ini dengan para pengikut Ibn Abd al-Wahhb yang muncul di Najd dan
menyerang dua tempat suci umat Islam.37[37]
Belakangan ini, beberapa ulama mengritik aliran Wahabi atau salaf sebagai kelompok
yang secara politik tidak benar. Praktik mengafirkan menjadi ciri utama yang bisa dikenali dari
kelompok neo-Khawarij pada masa modern ini. Mereka kelompok yang senang menghantam
orang-orang Islam dengan tudingan kafir, bidah, syirik, dan haram, tanpa bukti atau pembenaran
selain dari hawa nafsu mereka sendiri, dan tanpa memberikan solusi selain dari sikap tertutup
dan kekerasan terhadap siapa pun yang berbeda pendapat dengan mereka.38[38]

Mereka sama sekali tidak ragu-ragu menjatuhkan hukuman mati terhadap orang-orang yang
mereka tuduh kafir, sehingga mereka benar-benar telah meremehkan kesucian jiwa dan
kehormatan saudara-saudara mereka sendiri. Imam al-Nawaw berkata, Orang-orang ekstrem
merupakan kelompok fanatik yang sudah melampaui batas, dalam ucapan maupun perbuatan,
dan keras pendirian. Melakukan praktik takfr terhadap sesama muslim merupakan ciri
kelompok Khawarij, entah mereka menyebut diri sebagai kelompok salafi, Syiah, atau
sufi.39[39]

Mereka mencampuradukkan berbagai hal menurut selera mereka, asalkan sesuai dengan
kepentingan mereka. Bahkan, mereka tidak memiliki latar belakang ilmu-ilmu keislaman sedikit
pun, dan mereka menggunakan ayat-ayat Al-quran mengenai orang-orang kafir keluar dari
konteksnya, dan menerapkannya kepada orang-orang Islam. Seperti yang disebutkan
sebelumnya, orang-orang Khawarij tidak terbatas pada masa tertentu, tetapi merupakan karakter
yang melekat pada kelompok atau orang yang keluar dari batas-batas agama, dengan menuduh
orang Islam sebagai kafir.40[40]

Inilah metode yang dikembangkan oleh kelompok Khawarij, dulu dan kini, dan kemunculan
anak-anak muda Khawarij yang menyesatkan itu telah disinggung 1400 tahun yang lalu oleh
Nabi Muhammad saw. Kelompok Khawarij dewasa ini terdiri dari para pengikut aliran Wahabi
atau Salafi. Mereka sangat aktif menyebarluaskan kepalsuan ajaran mereka dengan
propaganda besar-besaran, melalui ceramah di masjid, internet, televisi, atau penyebarluasan

37[37] http://syamsuri149.wordpress.com/2011/12/26/syeikh-hisyam-kabbani-wahabi-salafi-neo-khawarij/
38[38] Ibid,.
39[39] Ibid,.
40[40] Ibid,.
video, koran, buku, majalah, dan brosur. Sementara itu, mereka menekan dan menyembunyikan
kebenaran ajaran-ajaran Islam klasik yang menjadi arus utama umat Islam, dan berkomplot
untuk membungkam siapa pun yang menentang sikap ekstrem mereka.41[41]

41[41] ibid,.

Anda mungkin juga menyukai