Anda di halaman 1dari 9

REFERAT

KETUBAN PECAH DINI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing:
dr. Heryu R, Sp. OG

Oleh :
Reza Nur Said
J510 1650 48

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

1
REFERAT

KETUBAN PECAH DINI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

Reza Nur Said


J510 1650 48

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim pembimbing stase Ilmu Penyakit Obstetri dan
Ginekologi Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing
dr. Heryu R, Sp.OG (.)

Dipresentasikan dihadapan
dr. Heryu R, Sp.OG (.)

Sekretaris Program Pendidikan Profesi FK UMS

dr. Dona Dewi Nirlawati (.)

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu kasus obstetri yang menjadi
penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD prematur adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 1 jam sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini saat preterm (usia kehamilan < 37 minggu) kejadiannya 2-4%
dari kehamilan tunggal dan 7-10% dari kehamilan kembar. Ketuban pecah dini saat aterm
(usia kehamilan > 37 minggu) kejadiannya 8-10% dari semua persalinan (Yeyeh, 2010).
Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua pesalinan sedangkan pada umur
kehamilan kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4%.
Penyebab terjadinya ketuban pecah dini yaitu infeksi genitalis, servik inkompeten,
overdistensi abdomen, grande multipara, disproporsi sefalopelvik, kehamilan letak lintang
/ sungsang, kelainan bawaan dari selaput ketuban (Manuaba, 2002).
Dampak ketuban pecah dini bisa terjadi pada ibu dan janin. Ketuban pecah dini
sangat berpengaruh pada janin, walaupun ibu belum menunjukkan infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi karena infeksi intrauterin terjadi lebih dulu sebelum gejala
pada ibu dirasakan. Sedangkan pengaruh pada ibu karena jalan lahir telah terbuka maka
akan dijumpai infeksi intrapartal, infeksi puerpuralis, peritonitis dan septikemi serta dry-
labor. Selain itu terjadi kompresi tali pusat dan lilitan tali pusat pada janin. Hal ini akan
meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ketuban pecah dini yaitu
dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil tentang kehamilan,
persalinan dan juga menganjurkan agar ibu hamil secara rutin melakukan ANC (Ante
Natal Care) ke tempat pelayanan kesehatan selama kehamilan berlangsung, disamping itu
ibu perlu hati-hati dalam beraktifitas sehari-hari sehingga persalinannya nanti bisa
berjalan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apabila ibu ada di rumah
sakit maka petugas harus merawat dengan baik dan mengupayakan agar tidak terjadi

3
infeksi yang membahayakan. Dalam penanganan ketuban pecah dini memerlukan
pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi dan komplikasi pada ibu dan janin atau tanda-
tanda persalinan (Saifudin, 2002).
Solusi lain yang bisa dilakukan oleh Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya
ketuban pecah dini adalah menjalin kerjasama lintas program dengan bidan desa agar
lebih optimal dan lebih intensif dalam pelaksanaan Ante Natal Care pada ibu hamil
sehingga bisa mengurangi resiko terjadinya Ketuban Pecah Dini.

A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu apa yang dimaksud dengan ketuban pecah
dini?

B. Tujuan
Tujuan makalah untuk mengetahui mengenai ketuban pecah dini.

C. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang ketuban pech dini.
2. Meningkatkan kesadaran tentang ketuban pecah dini.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum adanya tanda-tanda
persalinan. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu kasus obstetri yang
menjadi penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai akibatnya. Pecahnya
selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan pretem sebelum kehamilan 37 minggu
maupun kehamilan aterm.

B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan ada faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor risiko menurut (Manuaba, 2009)
adalah : infeksi, inkompeten serviks, overdistensi uterus, trauma, kelainan letak janin,
paritas, korioamnionitis, cephalopelvic disproportional, usia ibu yang kurang dari 20
tahun, usia kehamilan.

C. Patogenesis
Prawirohardjo (2011), mengatakan Patogenesis KPD berhubungan dengan hal-
hal berikut:
1. Adanya hipermotilitis rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah
dini. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis, dan vaginitis
terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
3. Infeksi (amnionitis atau koroamnionnitis).
4. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah: multifara,malposisi,
servik inkompeten,dan lain-lain.

5
D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala ketuban pecah dini yang terjadi adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina, aroma ketuban berbau amis dan tidak berbau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat
dan bergaris warna darah, cairan ini tidak akan berhenti atau kering kerana terus
diproduksi sampai kelahiran tetapi bila duduk atau berdiri kepala janin yang sudah
terletak dibawah biasanya mengganjal dan mencegah kebocoran untuk sementara,
demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat, merupakan tanda infeksi yang terjadi.

E. Penegakan diagnosis
Menurut Prawirohardjo (2011) cara menentukan terjadinya KPD dengan :
1. Anamnesa : kapan keluar cairan, warna, bau, adakah partikel-partikel di dalam cairan
(lanugo serviks)
2. Palpasi: bila fundus di tekan atau bagian terendah digoyangkan, keluar cairan dari
ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior
3. Periksa dalam : ada cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi
4. Pemeriksaan laboratorium :
Kertas lakmus : reaksi basa (lakmus berubah menjadi biru ), Mikroskopik : tampak
lanugo, verniks kaseosa (tidak selalu dikerjakan )

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien KPD harus dilakukan perawatan untuk diperiksa lebih
lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk
rawat jalan. Bila KPD terjadi pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan
yang komprehensif.
Penatalaksaan pada pasien KPD dilakukan observasi tanda vital ibu, observasi
denyut jantung janin, HIS, pemberian cairan manitenance RL 20 tetes/menit, injeksi
ampicilin 1g/ 8 jam IV dan direncanakan untuk terminasi per vaginam. Observasi dan
pemantauan terhadap pasien tetap dilakukan sampai pembukaan lengkap. Penggunaan
antibiotik diberikan pada keadaan ketuban pecah lebih dari 6 jam untuk mencegah
terjadinya infeksi dalam kandungan. Pilihan antibiotik golongan penicillin, seperti
ampicillin merupakan pilihan pertama pada kasus kasus infeksi dalam kehamilan.

6
Antibiotik alternatif dapat diberikan golongan cepalosporin seperti cefotaxime atau
ceftriaxone dapat mencegah dan mengatasi terjadinya infeksi sistemik.

G. Komplikasi
Komplikasi pecahnya ketuban terhadap ibu dan bayi dapat meningkatkan
mortalitas dan morbiditas perinatal. Komplikasi ketuban pecah dini pada bayi adalah
persalinan prematur, hipoksia/asfiksia, sindrom deformitas janin, dan infeksi
antenatal. Selain itu terjadi kompresi tali pusat dan lilitan tali pusat pada janin. Hal ini
akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal. Komplikasi pada ibu adalah
infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia.

H. PROGNOSIS
Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada usia
kehamilan, ada tidaknya infeksi atau sepsis, faktor resiko atau penyebab,dan
ketepatan diagnosis awal dan penatalaksanaannya. Prognosis dari KPD pada janin
tergantung pada waktu terjadinya KPD, waktu terjadinya persalinan. Bagaimanapun,
umumnya bayi yang lahir antara 34 sampai 37 minggu mempunyai prognosis lebih
baik dibandingkan prematur.

7
BAB III
KESIMPULAN

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu kasus obstetri yang menjadi penyebab
terbesar persalinan prematur dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini memerlukan
adanya penanganan yang tepat sehingga komplikasi yang membahayakan ibu dan janin dapat
dicegah. Pemeriksaan yang teliti perlu dilakukan sehingga dapat mendeteksi komplikasi
dengan baik. Jika terjadi komplikasi janin maupun pada ibu maka pilihanya terbaik adalah
terminasi kehamilan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti dan Aina Oktariana. 2012. Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini antara
Primipara dan Multipara.
Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info
Media.
Khadijah,et. al., 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah
Dini di RSUD H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
Manuaba, I.B.G. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo
Saifudin . 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal Dan Neonatal, Jakarta : YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai