PENDAHULUAN
1
b. Kelurahan Bangunharjo
c. Kelurahan Kranggan
1.4 Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1.4.1 Identifikasi masalah
Masalah yang timbul pada daerah Kawasan jalan K.H Wahid Hasyim dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
a. Timbulnya banjir akibat kapasitas saluran existing tidak mampu
menampung air buangan. Hal ini berkaitan dengan beban aliran yang harus
dialirkan melebihi beban aliran pada perencanaan sebelumnya.
b. Timbulnya sedimentasi pada dasar saluran mengurangi kapasitas saluran
dan menaikkan muka air saluran.
c. Adanya tumpukan sampah pada saluran akibat kurang sadarnya masyarakat
dalam menjaga kebersihan saluran dapat mengganggu aliran air sehingga
pada saat terjadi hujan, air pada saluran yang ada meluap.
d. Semakin berkurangnya daerah resapan air hujan yang disebabkan oleh
pertumbuhan kota dan perkembangan industri tanpa memperhatika n
konservasi dan keseimbangan tata guna lahan dalam proses infiltra s i,
sehingga presipitasi yang terjadi akan langsung menjadi aliran permukaan
yang menambah beban aliran pada saluransaluran daerah hilir.
1.4.2 Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan Tugas ini permasalahan dibatasi pada :
a. Analisis dimensi saluran drainase
b. Penggunaan saluran dan fasilitas pompa
2
BAB II
Data maksimum tahunan yaitu tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang
berpengaruh pada analisis selanjutnya. Data seperti ini dikenal dengan data maksimum
( maximum annual series ). Jumlah data akan sama dengan panjang data yang tersedia.
3
2.3 Perhitungan Dispersi
Dari perhitungan curah hujan maksimum tahunan perlu ditentukan kemungk ina n
terulangnya curah hujan maksimum harian guna menentukan debit banjir rencana.
Untuk menentukan curah hujan yang akan dipakai dalam menghitung besarnya debit
banjir rencana berdasarkan analisa distribusi curah hujan awalnya dengan pengukura n
dispersi dilanjutkan dengan pengukuran dispersi dengan logaritma dan pengujia n
kecocokan sebaran.
Pada pengukuran dispersi tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau
sama dengai nilai rata-ratanya akan tetapi ada nilai yang lebih besar atau lebih kecil
daripada nilai rata-ratanya. Besarnya derajat dari sebaran nilai disekitar nilai rata-
ratanya disebut dengan variasi atau dispersi suatu data sembarang variabel hidrologi.
Beberapa macam cara untuk mengukur dispersi diantaranya adalah :
a. Standar Deviasi ( Sd )
Perhitungan standar deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
1
1
Sd = [1 ( Xi Xrt )2 ] 2
b. Koefisien kemencengan ( Cs )
Perhitungan koefisien kemencengan ( coeffisien of skewness ) digunakan rumus
sebagai berikut :
Cs = ( =1 [ Xi Xrt ]3
1)( 2)
4
Tabel 2.2 Perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan Normal
RH
Rencana
(Xi - (Xi - (Xi -
NO TAHUN Xi - Xrt
mm Xrt)2 Xrt)3 Xrt)4
Xi
Xrt 121,28
Standart Deviasi S= 22,25
Koef. Skewness CS= 0,64
Peng. Kortosis CK= 1,26
Koef. Variasi CV= 0,18
Log Xi (Log Xi
No Tahun Log - Log - Log (Log Xi - Log (Log Xi -
X Xi Xrt Xrt)2 Xrt)3 Log Xrt)4
5
4 1999 106 2,03 -0,0513 0,002632 -0,000135 0,000007
1,2936 Memenuhi
Dari tabel 2.4 ditinjau persyaratan parameter statistik yang mendekati adalah metode
Log Pearson Tipe III untuk memastikan ketepatan dalam pemilihan distribusi tersebut
6
perlu dilakukan perbandingan hasil perhitungan statistik dengan plotting data pada
kertas probabilitas dan uji Smirnov-Kolmogorov.
2.5 Plotting Data
Plotting Data pada kertas probabilitas dilakukan dengan cara mengurutkan data dari
besar ke kecil atau sebaliknya. Kemudian data yng telah dirangking di plotting pada
kertas probabilitas. Dalam kertas probabilitas simbol titik merupakan nilai Rmax
terhadap P(Xm), sedang garis lurus merupakan simbol untuk curah hujan dengan
periode ulang tertentu. Dari gambar pada kertas probabilitas dicari jarak penyimpa nga n
setiap titik data terhadap kurva teoritis. Jarak penyimpangan terbesar merupakan nila i
maks. Untuk mengetahui ketepatan distribusi probabilitas data hidrologi dapat
menggunakan cara data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah didesain
khusus atau menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi distribusi.
Persamaan Weibull :
= 100 (%)
+1
P(x) =
m Xi m/(n+1) %
1 96 0,167 17
2 106 0,333 33
3 108,4 0,500 50
4 146 0,667 67
5 150 0,833 83
2.6 Pengujian Kecocokan Sebaran Smirnov-Kolmogorov
Dari gambar pada kertas probabilitas dicari jarak penyimpangan setiap titik data
terhadap kurva teoritis. Jarak penyimpangan terbesar merupakan nilai maks. Nilai
maks harus lebih kecil dari kritis (diambil N = 5 , = 0,1 ) seperti diberikan dalam
tabel berikut :
Tabel 2.6 Nilai kritik untuk uji Smirnov-Kolmogorov
7
Derajad kepercayaan ( )
n
0.2 0.1 0.05 0.01
Distribusi terbaik adalah yang memberikan nilai maks terkecil. Dari gambar 2.1
sampai 2.4 sebaran data pada kertas probabilitas, diperoleh :
Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa data hujan mengikuti distribus i
Distribusi Log-Pearson III
8
Gambar 2.1 Kurva Distribusi Gumbel
9
Gambar 2.3 Kurva Distribusi Log pearson III
10
Hubungan k dengan periode ulang dan nilai Cs = 0,5 ( tabel log pearson III )
Periode Ulang
Kemencengan
(Cs)
10
0,5 1,323
Y= log Xrt + (k. S log X)
Xt = R24 = Y10
Tabel 2.7 Perhitungan curah hujan rencana berdasarkan Metode Log Pearson Tipe III
Peluang S log
Periode (%) X log X Cs k Y Xt
10 10 0,08 2,076610 0,5 1,323 2,180541 151,5449
Sehingga dapat diketahui curah hujan pada periode ulang 10 tahun adalah 152 mm.
Dimana :
I = intensitas hujan ( mm/jam )
R24 = hujan maksimum dalam 24 jam ( mm )
t = durasi hujan ( jam )
11
Tabel 2.9 Perhitungan Intensitas
durasi I
menit jam mm/jam
5 0,08 276,2
10 0,17 174,0
15 0,25 132,8
20 0,33 109,6
45 0,75 63,8
60 1 52,7
120 2 33,2
180 3 25,3
240 4 20,9
300 5 18,0
300.0
250.0
200.0
I ( mm/jam)
150.0
100.0
50.0
0.0
0 50 100 150 200 250 300 350
menit
12
2.8 Perhitungan Masa Hujan
Kurva masa hujan untuk periode ulang 2 tahun dapat dihitung dengan rumus:
R= I .t
Tabel 2.9 Perhitungan Masa Hujan
durasi I R
menit jam mm/jam mm
5 0,08 276,2 23,02
10 0,17 174,0 29,00
15 0,25 132,8 33,20
20 0,33 109,6 36,54
45 0,75 63,8 47,88
60 1 52,7 52,70
120 2 33,2 66,39
180 3 25,3 76,00
240 4 20,9 83,65
300 5 18,0 90,11
100.00
y = 16.65l n(x) + 57.7
90.00
80.00
70.00
R ( mm )
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
t ( jam )
13
BAB III
L
td = 60x V
tc = to + td
No to Vs L td tc
1 8 0,9 1508,59 27,94 35,94
2 8 0,9 1201,61 22,25 30,25
3 8 0,9 1229,13 22,76 30,76
4 8 0,9 1519,11 28,13 36,13
5 8 0,9 1519,11 28,13 36,13
6 8 0,9 1499,54 27,77 35,77
7 8 0,9 1269,94 23,52 31,52
14
3.3 Perencanaan Saluran Drainase Utama Menggunakan Prosedur Slope Normal
Bentuk saluran yang digunakan untuk saluran drainase perkotaan yaitu empat persegi
panjang ( dinding tegak ). Tinggi jagaan ( W ) tergantung pada besarnya debit banjir
yang dilewat, klasifikasi saluran ( primer, sekunder, dan tersier ) dan daerah yang dilalui
apakah memerlukan tingkat keamanan yang tinggi, sedang atau rendah, maka besarnya
nilai tinggi jagaan untuk daerah pemukiman adalah 30 cm.
C = 0,75
Cs = 1
R24 24 2/3
I= ( )
24 t
Asumsi V
L
td = 60x V
tc = to + td
Q = 0,00278x C x Cs x I x A
F = ( B + m.H )x H
P = B + 2x( 1+ m2 )0,5 x H
B = 1,3 H
m= 1,5
F
R=P
15
Q = n -1 x R2/3 x S xF
n= 0,035
V=Q/F
panjang td to tc
Saluran (m) V (m/s) (menit) (menit) (menit)
A-B 513,69 0,6 14,27 35,937 50,21
B-C 553,08 0,5 18,44 36,132 54,57
C-D 848,46 0,86 16,54 36,132 52,67
D-E 66,80 1,38 0,81 31,517 32,32
I
Saluran C Cs A (ha) Q (m3 /s)
(mm/jam)
A-B 52,32 0,75 1 57,37 6,26
B-C 49,49 0,75 1 93,57 9,65
C-D 50,67 0,75 1 132,09 13,95
D-E 70,16 0,75 1 157,80 23,09
Saluran F (m2 ) P (m) R (m) Q (m3 /s) H (m) B (m) F (m) V (m/s)
A-B 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 1,09 H8/3 1,9 2,5 10,41269 0,60
B-C 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 0,74 H8/3 2,6 3,4 19,2186 0,50
C-D 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 1,34 H8/3 2,4 3,1 16,26615 0,86
D-E 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 2,13 H8/3 2,4 3,2 16,72736 1,38
Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope normal diatas pada saluran A-B dan B-
C mempunyai V < Vmin, maka perhitungan dilanjutkan menggunakan asumsi Smin.
16
3.4 Perencanaan Saluran Drainase Utama Menggunakan Prosedur Slope Minimum
C = 0,75
Cs = 1
R24 24 2/3
I= ( )
24 t
L
td =
60x V
tc = to + td
Q = 0,00278x C x Cs x I x A
F = ( B + m.H )x H
P = B + 2x( 1+ m2 )0,5 x H
B = 1,3 H
m= 1,5
F
R=
P
Q = n -1 x R2/3 x S xF
n= 0,035
V=Q/F
17
Tabel 3.6 Perhitungan Nilai tc Saluran Utama Prosedur Minimum
panjang td to tc
Saluran (m) V (m/s) (menit) (menit) (menit)
A-B 513,69 0,7 12,23 35,937 48,17
B-C 553,08 0,7 13,17 36,132 49,30
C-D 848,46 0,7 20,20 36,132 56,33
D-E 66,80 0,7 1,59 31,517 33,11
A Q
Saluran I C Cs F H B P R S
(ha) (m/s)
A-B 53,8 0,75 1 57,4 6,4 9,2 1,8 2,4 8,9 1,0 0,00057
B-C 53,0 0,75 1 93,6 10,3 14,8 2,3 3,0 11,3 1,3 0,00042
C-D 48,4 0,75 1 132,1 13,3 19,1 3,0 3,9 14,7 1,3 0,00043
D-E 69,1 0,75 1 157,8 22,7 32,5 3,4 4,4 16,7 1,9 0,00025
Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope minimum diatas memenuhi syarat
bahwa Smin > So, maka perencanaan dimensi dapat digunakan.
18
BAB IV
L
td = 60x V
tc = to + td
No to Vs L td tc
8 8 0,9 1384,65 25,64 33,64
9 8 0,9 2357,39 43,66 51,66
4.2 Perhitungan Slope
Besarnys nilai Slope dapat dihitung dengan rumus :
elevasi elevasi
Saluran hulu hilir panjang slope
A-B 1,6 1 513,69 0,0012
Bentuk saluran yang digunakan untuk saluran drainase perkotaan yaitu empat persegi
panjang ( dinding tegak ). Tinggi jagaan ( W ) tergantung pada besarnya debit banjir
yang dilewat, klasifikasi saluran ( primer, sekunder, dan tersier ) dan daerah yang dila lui
apakah memerlukan tingkat keamanan yang tinggi, sedang atau rendah.
19
Vmin = 0,7 m/det
C = 0,75
Cs = 1
R24 24 2/3
I= ( )
24 t
Asumsi V
L
td =
60x V
tc = to + td
Q = 0,00278x C x Cs x I x A
F = ( B + m.H )x H
P = B + 2x( 1+ m2 )0,5 x H
B = 1,3 H
m= 1,5
F
R=P
Q = n -1 x R2/3 x S xF
n= 0,035
V=Q/F
20
Tabel 4.3 Perhitungan Nilai tc Saluran Kolektor
panjang td to tc
Saluran (m) V (m/s) (menit) (menit) (menit)
F-E 2557,359 0,6 71,03775 51,66 122,69
I Q
Saluran C Cs A (ha)
(mm/jam) (m/s)
F-E 28,84 0,75 1 20,63 1,24
Saluran F P R Q h B F V
F-E 2,8H2 4,91H 0,57H 1,88 H8/3 0,9 1,1 2,0 0,6
Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope normal diatas pada saluran F-E
mempunyai V < Vmin,, maka perhitungan dilanjutkan menggunakan asumsi Smin.
C = 0,75
Cs = 1
R24 24 2/3
I= ( )
24 t
L
td = 60x V
21
tc = to + td
Q = 0,00278x C x Cs x I x A
F = ( B + m.H )x H
P = B + 2x( 1+ m2 )0,5 x H
B = 1,3 H
m= 1,5
F
R=P
Q = n -1 x R2/3 x S xF
n= 0,035
V=Q/F
panjang td to tc
Saluran (m) V (m/s) (menit) (menit) (menit)
F-E 2557,359 0,7 60,8895 51,66 112,54
A Q
Saluran I C Cs F H B P R S
(ha) (m/s)
F-E 30,54 0,75 1 20,63 1,31 1,88 0,8 1,1 4,0 0,5 0,0017
Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope minimum diatas memenuhi syarat
bahwa Smin > So, maka perencanaan dimensi dapat digunakan.
22
BAB V
Komponen drainase sistem polder terdiri dari pintu air, kolam retensi, dan stasion
pompa. Pintu air berfungsi untuk mengisolasi atau memproteksi daerah tangkapan (
catchment area ) sistem polder terhadap masuknya air banjir dari luar. Station pompa
berfungsi mengendalikan muka air didalam daerah tangkapan sistem polder pada saat terjadi
banjir atau hujan lokal. Station pompa digunakan untuk menyalurkan debit banjir akibat
hujan lokal keluar daerah tangkapan sistem polder. Berhubung debit banjir yang masuk lebih
besar dari pada debit atau kapasitas pompa banjir, maka diperlukan kolam retensi untuk
menampung kelebihan debit banjir tersebut. Besarnya volume tampungan kolam retensi
tergantung pada luas kolam dan beda tinggi muka air maksimum dan minimum dikolam,
sehingga kedudukan muka air dikolam retensi harus dijaga selalu minimum.
Qp = 0,00278.C.Ip.A
= 0,00278.0,75.17,590.178,43
= 6,544 m3 /detik
23
Untuk menghitung volume tampungan akan ditinjau dalam dua kondisi.
Kondisi 1:
Dihitung berdasarkan hidrograf banjir yang masuk ke pompa dan kolam retensi.
Dimana:
Qmak = debit banjir maksimum = 22,7 m3 /detik
Qp = kapasitas pompa = 6,544 m3 /detik
n=2
tc = 33,11 menit = 33,11 x 60 = 1986,6 detik
Kondisi 2:
Dihitung berdasarkan hujan komulatif yang terjadi didaerah tangkapan sistem
polder.
Dimana:
t= waktu pengeringan = 3,3 jam
24
R3,3 = I.t = 17,8 mm/jam. 3,3 jam = 58,48 mm
Dari Tabel 2.9
y1 = 12,488ln(x) + 43,275
y2 = Ip.x
Rmak = y1 y2
Tabel 5.1 Perhitungan Rmak
t y1 y2 Rmak
0,5 34,619 8,795 25,824
0,6 36,896 10,554 26,342
0,7 38,821 12,313 26,508
0,8 40,488 14,072 26,416
0,9 41,959 15,831 26,128
Vt = 10 x C x Rmak x A
= 10 X 0,75 x 26,508 x 178,43
= 35474 m3
25
Digunakan hasil volume tampungan ( Vt ) yang terbesar yaitu pada perhitunga n
kondisi 1 = 22843 m3 < kondisi 2 = 35474 m3 , maka Vt = 35474 m3 .
Vt = A . H
Dimana : A = Luas kolam ( m2 )
H = Beda tinggi antara muka air maksimum dan minimum ( m )
Vt
At =
(hmakhmin)
35474
= = 12232 m2 = 1,2 Ha
(3,40,5)
26