Anda di halaman 1dari 6

34

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Puskesmas Sosok Kabupaten Sanggau
Kota Kecamatan terletak di Jalan Raya Pontianak Sanggau dan
merupakan wilayah padat lalu lintas dengan luas wilayah 719,20 Km2
yang terdiri dari 11 Desa pengembangan dan 58 Dusun. Batas batas
wilayah kerja Puskesmas Sosok:
a. Timur : Kecamatan Parindu.
b. Barat : Kabupaten Landak.
c. Utara : Kecamatan Kembayan.
d. Selatan : Kecamatan Batang Tarang.

Berikut Struktur Organisasi Puskesmas sebagai berikut:


Tabel 5.1
Struktur Organisasi Puskesmas Sosok

N Jumlah
o Jabatan
1 Kepala Puskesmas 1 orang
2 Ka Subbag Tata Usaha 1 orang
3 Dokter 1 orang
4 Bidan 22 orang
5 Perawat 17 orang
6 Perawat Gigi (PNS) 1 orang
7 Asisten Apoteker PNS 2 orang
8 Sanitarian (PNS) 2 orang
9 Nutrisionis (PNS) 1 orang
10 Analisis Kesehatan (PNS) 1 orang
11 Pekarya Kesehatan (PNS) 1 orang
12 Tenaga Kebersihan (Honda) 1 orang
13 Tenaga Kebersihan( Magang ) 1 orang
14 Sopir Ambulan( Magang) 1 orang
15 Tenaga Administrasi (Magang) 1 orang

Jumlah Ketenagaan 58 orang

Melihat dari jumlah tenaga kesehatan yang ada jika dibandingkan


dengan jumlah penduduk, berarti 1(satu) orang tenaga kesehatan melayani
sekitar 605 orang penduduk.

2 Karakteristik Responden
35

Karakteristik dari hasil pengumpulan data berdasarkan distribusi


frekuensi adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Variabel Kategori n %
Usia Ibu 20 7 16
20-35 tahun 26 61
> 35 tahun 10 23
Usia Kehamialn Trimester I 5 12
Trimester II 29 67
Trimester III 9 21
Paritas Primipara 10 23
Multipara 27 63
Grande multipara 6 14

Distribusi frekuensi usia responden sebagian besar 26 (61%) berusia


20-35 tahun. Distribusi Frekuensi usia kehamilan sebagian besar 29 (67%)
trimester III. Distribusi frekuensi paritas sebagian besar 27 (63%) dengan
paritas multipara.
3 Hasil Analisis
Setelah dilakukan penelitian selama 3 hari di Wilayah Kerja
Puskesmas Sosok dan di wilayah kerja Puskesmas Sosok, maka data
langsung dilakukan analisis dengan menggunakan analisis univariat dan
bivariat. Setelah dilakukan analisis selanjutnya disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi. Berikut hasil analisis:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan pada masing-
masing frekuensi dengan distribusi frekuensi. Analisis ini dilakukan
guna melakukan analisis selanjutnya, berikut distribusi frekuensi yang
akan disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan dalam bentuk
narasi:

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi
36

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang TandaTanda Bahaya Persalinan


dan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah Puskesmas
Sosok Kabupaten Sanggau
Variabel Kategori n %
Pengetahuan tanda-tanda Baik 16 37%
bahaya persalinan Kurang 27 63%
Pemilihan penolong Nakes 39 90%
Persalinan Non Nakes 4 10%

Tabel diatas menunjukkan bahwa distribusi frekuensi


pengetahuan berdasarkan nilai mean (53,3) sebagaian besar 27 (63%)
pengetahuan responden dengan kategori kurang. Distribusi frekuensi
pemilihan penolong persalinan hampir seluruh responden 39 (90%) di
tolong oleh Nakes.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Pada
penelitian ini analisis data menggunakan uji chi-square, berikut hasil
analisis yang disajikan dalam bentu tabel dan narasi:

Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang TandaTanda
Bahaya Persalinan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di
Wilayah Puskesmas Sosok Kabupaten Sanggau
Pengetahuan Pemilihan Penolong p-value
tentang tanda- Persalinan n %
tanda bahaya Nakes % Non %
persalinan Nakes
Baik 16 37,2 0 0 16 37,2 0.018
Kurang 19 44,2 8 18,6 27 62,8
Total 35 81,4 8 18,6 43 100

Dari hasil tabulasi silang pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa


sebagain besar responden yang mempunyai pengetahuan kurang dan
memilih penolong persalinan nakes 19 (44,2%) responden.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji chi-square diperoleh
p-value=0,018< 0,05 maka Ho ditolak, hal ini menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang tanda-tanda
bahaya persalinan dengan pemilihan penolong persalinan, sehingga
37

pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya persalinan mempengaruhi


ibu dalam pemilihan penolong persalianan.

B. Pembahasan
Distribusi frekuensi pengetahuan responden menunjukkan bahwa
sebagian besar kurang yaitu sebanyak 63%, dengan demikian menunjukkan
hasil analisis bahwa pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya persalinan
lebih banyak pada kategori kurang. Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan
ibu tentang tanda-tanda bahaya persalinan sangat penting, karena dapat
membantu ibu dalam mengambil keputusan dalam pemilihan penolong
persalinan. Pengetahuan dapat diberikan pada ibu dalam bentuk penyuluhan,
leaflat atau jelaskan tanda-tanda bahaya yang ada dalam buku KIA, media
sosial maupun media masa. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera
penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2011).
Distribusi frekuensi pemilihan penolong persalinan pada Nakes
sebanyak 90%, dan pada Non Nakes sebanyak 10%, dengan demikian hasil
analisis menunjukkan bahwa ibu-ibu rencana akan melahirkan lebih memilih
penolong persalinan pada Nakes. Pemilihan penolong persalinan sangat
penting karena berkaitan dengan kompetensi seseorang pada saat pelaksanaan
pertolongan persalinan. Jika yang menolong persalinan kompeten maka pada
saat menghadapi komplikasi yang muncul akan segera ditangani (Kemenkes,
2013). Hasil analisis menggunakan uji chi-square menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya persalinan
dengan pemilihan penolong persalinan dengan nilai dan p-value =0,018< 0,05,
yang artinya uji hipotesis signifikan dengan demikian Ho ditolak.
Tidak jauh beda dengan penelitian Yeni, dkk (2008) Ada hubungan
antara fasilitas kesehatan dengan pelayanan poly obgyn dengan nilai Sig < a
(0.000 <0.05) and chi-square count 20,432 > chi-square tabel (df = 1 = 3.481).
38

Yenita (2011) dari hasil multivariat faktor yangpaling dominan terhadap


pemilihan tenaga penolong persalinan adalah persepsi manfaat (p=0,000).
Dewi (2012) ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda
kehamilan dan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kebumen I dengan nilai
CI 95% dan p-value =0,027OR:17,713. Pada penelitian ini lebih ke
pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya persalinan dengan pemilihan
penolong persalinan.
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang
yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan
negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2011).
Pengetahuan yang baik maka pada proses persalinan akan di tolong
oleh tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sementara tenaga sejak
dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan
persalinan. Dalam lingkungannya dukun beranak merupakan tenaga
terpercaya. Dukun beranak adalah masyarakat pada umumnya wanita yang
dapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara
tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan secara turun
temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah
peningkatan keterampilan namun tidak memperhatikan kemungkinan
komplikasi yang terjadi, hal ini dapat meningkatkan AKI (Kemenkes, 2013).
Menurut Notoatmodjo (2011) Cara baru atau modern dalam
memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah.
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut
39

metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula-mula


dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung,
dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
objek yang diamati. Pengamatan yang dilakukan oleh individual dapat
membuat orang berpikir dan terjadi perubahan perilaku sehingga dapat
menentukan pemilihan penolong persalinan.
Penelitian Rahmadani (2015) menyatakan subjek di desa dengan
kematian ibu berpengetahuan lebih baik dibandingkan dengan subjek tanpa
kematian ibu. Uji Mann Whitney, menunjukkan nilai p=0.005, ada perbedaan
rata-rata pengetahuan pada peserta kelas ibu hamil di desa dengan kematian
ibu desa tanpa kematian ibu.
Hasil penelitian Ejawati (2015) menunjukan bahwa 34 (65,4%) ibu
memilih fasilitas kesehatan sebagai tempat persalinan dan 18 (34,6%) ibu
memilih non fasilitas kesehatan sebagai tempat persalinan. Tidak ada
hubungan bermakna antara pendapatan (p=0,891) dengan pemilihan tempat
persalinan, dan ada hubungan bermakna antara akses ke fasilitas
kesehatan(p=0,000) dan dukungan keluarga (p=0,000) dengan pemilihan
tempat persalinan.
Hasil penelitian Amalia (2015) diperoleh nilai p-value pendidikan ibu
0.000, pengetahuan ibu 0.000, jarak ke tempat pelayanan kesehatan 0.004,
sosial budaya 0.010 dan pendapatan keluarga 0.005. Simpulan ada pengaruh
antara tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, Jarak ke tempat pelayanan
kesehatan sosial budaya, dan pendapatan keluarga dengan pemilihan penolong
persalinan.

Anda mungkin juga menyukai