Anda di halaman 1dari 7

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Gambaran Umum Puskesmas Sosok Kabupaten Sanggau
Kota Kecamatan terletak di jalan raya Pontianak Sanggau dan
merupakan wilayah padat lalu lintas dengan luas wilayah 719,20 Km2
yang terdiri dari 11 Desa pengembangan dan 58 Dusun. Batas batas
wilayah kerja Puskesmas Sosok:
a. Timur : Kecamatan Parindu.
b. Barat : Kabupaten Landak.
c. Utara : Kecamatan Kembayan.
d. Selatan : Kecamatan Batang Tarang.
Adapun Luas Puskesmas Wilayah Sosok sebagai berikut:

Tabel 5.1
Luas Puskesmas Sosok
Jarak Waktu
Luas
ke Tempuh Jumlah
No. Nama Desa Wil.
Puskesmas Ke Pusk KK
Km2
( Km ) ( Jam )
1. Sosok 43.73 0,5 15 menit 2.585
2. Peruan Dalam 37.32 9 30 menit 714
3. Binjai 60.99 9 15 menit 1.104
4. Pandan Sembuat 176.71 12 30 menit 1.160
5. Menyabo 61.14 6 30 menit 671
6. Kedakas 72.42 4 20 menit 535
7. Mandong 46.37 5,5 15 menit 397
8. Janjang 29.96 12 60 menit 436
9. Riyai 47.45 15 90 menit 366
10. Berakak 47.48 27 120 menit 453
11. Engkasan 95.63 34 180 menit 393
JUMLAH 719.20 8.514

31
32

2. Karakteristik
Karakteristik dari hasil pengumpulan data berdasarkan distribusi
frekuensi adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1
Distribusi FrekuensiKarakteristik Responden
Variabel Kategori n %
Usia Ibu 35 tahun 38 88%
> 35 tahun 5 12%
Usia Kehamialn 28 minggu 14 32,5%
> 28 minggu 29 67,5%
Paritas 3 39 90%
>3 4 10%
Distribusi frekuensi usia ibu diklasifikasikan berdasarkan usia
reproduksi sehat. Usia ibu 35 tahun sebanyak 88% dan usia ibu > 35
tahun sebanyak 12%, dengan demikian hasil analisisi menunjukkan bahwa
usia ibu yang 35 tahun lebih banyak dibandingkan usia > 35 tahun.
Distribusi Frekuensi usia kehamilan yang 28 minggu sebanyak
32,5% dan > 28 minggu sebanyak 67,5%, dengan demikian usia
kehamilan >28 minggu lebih banyak.
Distribusi frekuensi paritas yang 3 sebanyak 90% dan yang > 3
sebanyak 10%, dengan demikian hasil analisisi menunjukkan bahwa
paritas 3 lebih banyak dibandingkan dengan paritas > 3.

3. Hasil Analisis
Setelah dilakukan penelitian selama 1 minggu di Wilayah Kerja
Puskesmas Sosok dan dibantu dengan beberapa rekan yang ada di Wilayah
Kerja Puskesmas sosok, maka data langsung dilakukan analisis dengan
menggunakan analisis univariat dan bivariat. Setelah dilakukan analisis
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Berikut hasil analisis:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan pada masing-
masing frekuensi dengan distribusi frekuensi. Analisis ini dilakukan
guna melakukan analisis selanjutnya, berikut distribusi frekuensi yang
akan disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan dalam bentuk
narasi:
33

Tabel 5.2
Distribusi FrekuensiPengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda-Tanda
Bahaya Persalinan di Wilayah Puskesmas Sosok
Kabupaten Sanggau
Pengetahuan n %
Baik 16 37%
Kurang 27 63%
Total 43 100%

Tabel diatas menunjukkan bahwa distribusi frekuensi


pengetahuan berdasarkan nilai mean (53,3) dengan kategori baik
sebanyak 16 (37%), dan kategori kurang sebanyak 27 (63%), dengan
demikian menyatakan sebanyak 27 (63%) sebagaian besar
pengetahuan responden dikategorikan kurang berdasarakan nila mean
(53,3).

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah
Puskesmas SosokKabupaten Sanggau
Pemilihan Penolong n %
Persalinan
Nakes 39 90%
Non Nakes 4 10%
Total 43 100%

Distribusi frekuensi pemilihan penolong persalinan pada Nakes


sebanyak 90%, dan pada Non Nakes sebanyak 10%, dengan demikian
hasil analisis menunjukkan penolong persalinan sebagaina besar oleh
Nakes (nakes) sebanyak 39 (90%).

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Pada
penelitian ini analisis data menggunakan uji chi-square, berikut hasil
analisis yang disajikan dalam bentu tabel dan narasi:
34

Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang TandaTanda
Bahaya Persalinan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di
Wilayah Puskesmas Sosok Kabupaten Sanggau
Pengetahuan tentang Pemilihan Penolong Persalinan p-value
tandatanda bahaya Nakes % Non Nakes % n %
persalinan
Baik 16 37,2 0 0 16 37,2 0.004
Kurang 19 44,2 8 18,6 27 62,8
Total 35 81,4 8 18,6 43 100

Dari hasil tabulasi silang pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa


sebagain besar responden yang mempunyai pengetahuan kurang dan
memilih penolong persalinan nakes 19 (44,2%) responden.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai p-value=0,004 < 0,05 maka Ho ditolak, hal ini menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang tanda-tanda
bahaya persalinan dengan pemilihan penolong persalinan, karena p-
value <0,05 maka hiotesis diterima artinya ada hubungan antara
pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya persalinan dengan
pemilihan penolong persalinan di Wilayah Puskesmas Sosok
Kabupaten Sanggau, dengan demikian semakin baik pengetahuan ibu
hamil tentang tanda-tanda bahaya persalinan maka akan
mempengaruhi ibu untuk memilih penolong persalinan.

B. Pembahasan
Distribusi frekuensi pada pengetahuan kurang yaitu sebesar 63%
responden menunjukkan bahwa sebagian besar respondendengan kategori
kurang, dengan demikian menunjukkan hasil analisisi bahwa pengetahuan ibu
tentang tanda-tanda bahaya persalinan lebih banyak pada kategori kurang.
Sama dengan penelitian Ejawati (2015) menunjukan bahwa 34
(65,4%) ibu memilih fasilitas kesehatan sebagai tempat persalinan dan 18
(34,6%) ibu memilih non fasilitas kesehatan sebagai tempat persalinan. Tidak
ada hubungan bermakna antara pendapatan (p=0,891) dengan pemilihan
tempat persalinan, dan ada hubungan bermakna antara akses ke fasilitas
35

kesehatan(p=0,000) dan Non Nakesgan keluarga (p=0,000) dengan pemilihan


tempat persalinan.
Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan ibu tentang tanda-tanda
bahaya persalinan sangat penting, karena dapat membantu ibu dalam
mengambil keputusan dalam pemilihan penolong persalinan. Pengetahuan
dapat diberikan pada ibu dalam bentuk penyuluhan, leaflat atau jelaskan
tanda-tanda bahaya yang ada dalam buku KIA, media social maupun media
masa. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)
(Notoatmodjo, 2011).
Distribusi frekuensi pemilihan penolong persalinan pada Nakes
sebanyak 90%, dan pada Non Nakes sebanyak 10%, dengan demikian hasil
analisis menunjukkan bahwa ibu-ibu rencana akan melahirkan lebih memilih
penolong persalinan pada Nakes. Pemilihan penolong persalinan sangat
penting karena berkaitan dengan kompetensi seseorang pada saat pelaksanaan
pertolongan persalinan. Jika yang menolong persalinan kompeten maka pada
saat menghadapi komplikasi yang muncul akan segera ditangani (Kemenkes,
2013).
Hasil analisis menggunakan uji chi-square menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya
persalinan dengan pemilihan penolong persalinan dengan nilai dan p-
value=0,016< 0,05, yang artinya uji hipotesis signifikan dengan demikian Ho
ditolak.
Tidak jauh beda dengan penelitian Yeni, dkk (2008) Ada hubungan
antara fasilitas kesehatan dengan pelayanan poly obgyn dengan nilai Sig < a
(0.000 <0.05) and Chi Square count 20,432 > Chi Square table (df = 1 =
3.481). Sri Yenita (2011) dari hasil multivariat faktor yangpaling dominan
terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan adalah persepsi manfaat
(p=0,000). Ratna Dewi (2012) ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil
tentang tanda-tanda kehamilan dan persalinandi wilayahkerja Puskesmas
Kebumen I dengan nilai CI 95% dan p-value =0,027OR:17,713. Pada
36

penelitian ini lebih ke pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya persalinan


dengan pemilihan penolong persalinan.
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang
yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan
negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2011).
Pengetahuan yang baik maka pada proses persalinan akan di tolong
oleh tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
Nakesg kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan di Nakesg kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sementara tenaga sejak
dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan
persalinan. Dalam lingkungannya Non Nakes beranak merupakan tenaga
terpercaya. Non Nakes beranak adalah masyarakat pada umumnya wanita
yang dapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan
secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan secara turun
temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah
peningkatan keterampilan namun tidak memperhatikan kemungkinan
komplikasi yang terjadi, hal ini dapat meningkatkan AKI (Kemenkes, 2013).
Menurut Notoatmodjo (2011) Cara baru atau modern dalam
memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah.
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut
metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung,
dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
objek yang diamati. Pengamatan yang dilakukan oleh individual dapat
membuat orang berpikir dan terjadi perubahan perilaku sehingga dapat
menentukan pemilihan penolong persalinan.
37

Penelitian Rahmadani (2015) menyatakan subjek di desa dengan


kematian ibu berpengetahuan lebih baik dibandingkan dengan subjek tanpa
kematian ibu. Uji Mann Whitney, menunjukkan nilai p=0.005, ada perbedaan
rata-rata pengetahuan pada peserta kelas ibu hamil di desa dengan kematian
ibu desa tanpa kematian ibu.
Hasil penelitian Amalia (2015) diperoleh nilai p value pendidikan ibu
0.000, pengetahuan ibu 0.000, jarak ke tempat pelayanan kesehatan 0.004,
sosial budaya 0.010 dan pendapatan keluarga 0.005. Simpulan ada pengaruh
antara tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, Jarak ke tempat pelayanan
kesehatan, sosial budaya dan pendapatan keluarga dengan pemilihan penolong
persalinan.

Anda mungkin juga menyukai