PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh
fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus
harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.Perubahan
kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu
terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus
mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil
tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur
rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti tubuhnya. Suhu
membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber vascular yang
sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus.
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik,
pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik
ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta
mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga
lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada
ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada
ketiga unsur tersebut.
Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung
dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas
tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil
tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur
rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti tubuhnya. Suhu
membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber vascular yang
sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik,
pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik
ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta
mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga
lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada
ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada
ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap
kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang termuat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam.
Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator
yang tidak cukup panas, kelalaian terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam
kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya adalah lemah, gelisah,
pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapi yang dilakukan adalah
dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut
kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan
yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan
hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan
yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan
mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen,
dan sebagainya.Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar
harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu tubuh
bayi sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai
suhu tubuh menjadi normal kembali.
Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih
dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, suhu berkisar antara
29,535 derajat Celsius, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan
muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis.
Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan.
Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian
larutan glukosa 10 persen, dan kortikosteroid.
2.3 Penyebab Hipotermi
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah),
relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat
hilang.
Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa hilang melalui
penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban.
Etiologi Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
Jaringan lemak subkutan tipis.
Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan.
Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami
hipotermi.
Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh:
Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan
Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin,
basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti
mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan
aliran udara dan penguapan.
Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang
lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh
dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada
BBLR.
Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensib ro wn fat, misalnya
bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan
anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia
Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekelilingi bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara tepat,terutama pada masa stabilisasi
yaitu:6-12 jam pertama setelah lahir.
Hipotermia juga bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah),
asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat
menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih
banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke
jaringan.
jika suhu inti terancam menurun, sebagai upaya untuk mengatasinya adalah dengan
mengatur produksi panas (tremor otot dan gerak tubuh). Kedinginan yang mengancam akan
memicu perubahan sikap, tergantung penyebab yang mendasarinya (misalnya dengan
melindungi terhadap angin dengan penambahan pakaian, meninggalkan kolam renang,
berkemul, dll). Jika reaksi perubahan sikap ini tidak muncul (tidak dilakukan) dapat terjadi
hipotermia, yakni penurunan suhu inti di bawah 35 drajatC. Hal ini dapat terjadi karena
alasan fisik yang tidak memungkinkan keluar dari situasi tersebut, atau bahaya hipotermia
yang tidak disadari, atau akibat ganggua neurologist, hormon, atau metabolic. Membenamkan
diri di dalam air bersuhu 5 10 drajatC selama 10 menit dapat menimbulkan hipotermia
(tergantung ketebalan lemak). Memakai pakaian basah ditempat dengan hembusan angin
yang kuat bersuhu lingkungan 0 drajatC dapat menyebabkan hipotermia dalam waktu kurang
dari 1 jam.
Risiko hipotermia terutama terdapat pada orang yang sudah tua (rentang pengaturan
suhunya mulai terbatas) dan bayi (terutama bayi baru lahir) karena perbandingan luas
permukaan dengan massa tubuh relatif besar, produksi panas basal yang kurang, dan lapisan
lemak subkutan yang masih tipis. Orang dewasa muda yang tidak berpakaian tetap dapat
mempertahankan suhu inti meskipun suhu lingkungan turun menjadi 27 drajatC karena
produksi panas basalnya cukup. Pada neonatus, hipotermia dapat terjadi pada suhu
lingkungan <34 drajatC.
2.4 GEJALA HIPOTERMI
Gejalanya bisa berupa:
GEJALA HIPOTERMI pada bayi baru lahir
Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang aktif,tidak kuat menghisap
asi,dan menangis lemah
Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung,tungkai dan tangan.
Muka bayi berwarna merah terang
tampak mengantuk
kulitnya pucat dan dingin
lemah, lesu ,menggigil.
kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada
ujung jari tangan dan kaki kebiruan
Bayi tidak mau minum/menyusui
Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema)
Kulitnya pucat dan dingin
Menggigil
.
Indikasi Penyakit Hipotermia
Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.Bila
seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C
- <360C).
Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa.
Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi lamban.
Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.
Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak
terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan tersandung-sandung. Pikiran menjadi kacau,
bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin bila disentuh,
nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban, seringkali menjadi
kram bahkan akhirnya pingsan. Untuk membantu penderita sebaiknya jangan cepat-cepat
menghangatkan korban dengan botol berisikan air panas atau membaringkan di dekat api atau
pemanas. Jangang menggosok-gosok tubuh penderita. Jika korban pingsan, baringkan dia
dalam posisi miring. Periksa saluran pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah
pernafasan buatan dari mulut dan menekan dada.Pindahkan ke tempat kering yang teduh.
Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang hangat, selimuti untuk mencegah
kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan angin, seperti alumunium foil atau plastik
untuk perlindungan lebih lanjut.
Panas tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas
pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman
hangat jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis. Bila kita
melakukan kegiatan luar ruangan (pendakian gunung khususnya) pada musim hujan atau di
daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian hangat (jaket tahan air
dan tahan angin) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan dan topi
ninja juga sangat penting.
2.8 Contoh Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Kasus
Hipotermi
2. Masalah
a. Nutrisi tidak adequat Dasar : Daya isap bayi terhadap ASI lemah
b. Keterbatasan aktifitas Dasar :
1) Aktifitas lemah
2) Tampak mengantuk tapi masih bisa dibangungkan
3) Menangis lemah
c. Ketidaknyamanan pada bayi Dasar :
1) Bayi menggigil
2) Nadi cepat d. Resiko infeksi Dasar : tali pusat masih basah
3. Kebutuhan
a. Segera hangatkan bayi Dasar :
1) Suhu 35,70 C
2) APGAR Score 6/7
3) Extrimitas membiru
4) Kedua kaki teraba dingin
5) Kulit terdapat bercak merah
6) Menangis lemah
7) Tampak mengantuk tetapi masih bisa dibangunkan
8) Aktivitas lemah
b. Pemberian nutrisi Dasar :
1) Bayi belum mendapatkan asupan nutrisi
2) Turgor kulit jelek
3) Refleks gerak bayi berkurang
4) Bayi menangis lemah
5) Bayi tampak mengantuk
c. Pemenuhan lingkungan yang nyaman Dasar :
1) Bayi belum dibersihkan
2) Bayi menggigil
d. Perawatan tali pusat Dasar : tali pusat masih basah
RENCANA MANAGEMEN
1. Hangatkan tubuh bayi
a. Jelakan pada ibu tentang pentingnya mempertahankan suhu tubuh bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang cara menghangatkan bayi
c. Anjurkan pada ibu utnuk melakukan teknik penghangatan pada bayi baru lahir
d. Observasi kemampuan ibu dalam melakukan teknik penghangatan
e. Libatkan keluarga atau suami dalam membantu ibu melakukan teknik penghangatan
2. Pemberian ASI
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI bagi bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang untuk menyusui yang benar
c. Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
d. Observasi kemampuan ibu dalam membantu ibu menyusui bayinya
e. Libatkan keluarga atau suami dalam membantu ibu menyusui bayinya
VI. PELAKSANAAN
1. Menghangatkan tubuh bayi
a.Bayi dipakaikan topi atau kain untuk menjaga kepala tetap hang b.Menggunakan popok
yang dilapisi plastik sehingga bayi mendapat sumber panas terus menerus
c. Mengganti kain/pakaian/popok yang basah dengan yang kering
d. Kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi diantara bagian tubuh bayi
dengan dada dan perut ibu dalam baju kanguru
2. Melakukan perawatan kebersihan bayi baru lahir
a. Segera mengeringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat
b. Menunda memandikan bayi + 24 jam setelah kelahiran
c. Merawat tali pusat
d. Memandikan dengan mandi kering
3. Membantu ibu menyusui bayinya kepanpun ketika bayi mau menyusui
4. Melakukan pemantauan bati baru lahir
a. Pantau kemampuan menghisap
b. Keaktifan bayi
c. Pantau keadaan umum bayi seperti suhu, BB, nadi
EVALUASI
1. Ibu mau menghangatkan bayinya dengan metode kanguru
2. Bayi mau diberi/mendapatkan ASI meskipun sedikit-sedikit
3. Bayi dalam keadaan bersih
4. Pakaian/popok selalu dalam keadaan kering
5. Tanda-tanda vital
Suhu : 360C
Nadi : 120 x/menit
RR : 40 x/menit
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-2
Tanggal 3-10-2007 jam : 09.00 WIB
S : Ibu mengatakan bayi minum ASI kuat
O : 1. Bayi baru lahir hari ke-2
2. Keadaan umum bayi baik
3. Tali pusat masih basah
4. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 135 x/menit
RR : 40 x/menit
A : 1. Diagnosa
Bayi baru lahir ke-2
Dasar :
a. Bayi baru lahir tanggal 2-10-2007 pukul 09.30 WIB
b. Keadaan umum baik
c. Tali pusat masih basah
d. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 135 x/menit
RR : 40 x/menit
2. Masalah
Potensial terjadi infeksi tali pusat
Dasar : tali pusat masih basah
3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang perawatan tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik
b. Penyuluhan tentang pemberia ASI
c. Penyuluhan tentang personal hygiene/kebersihan tubuh
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPILAN
BAYI BARU LAHIR
Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :
Lahir pada masa gestasi 37 42 minggu
Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram 4000 gram, panjang
badan 48 52 cm, lingkar dada 30 38 cm, lingkar kepala 32 37 cm
Tanda vital dalam batas normal
Tidak ada kelainan / kecacatan
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan shipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh
panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik)
Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis
metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat menggunakan
energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak
oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas layanan kesehatan semakin hari semakin meningkat.
Ini didorong berbagai perubahan mendasar di masyrakat baik ekonomi,pendidikan ,teknologi
dan informasi serta berbagai perubahan lainnya.tidak terkecuali perubahan tuntutan
masyarakat terhadap peningkatan kualitas layanan kesehatan termasuk layanan kebidanan.
Salah satu layanan kebidanan yang memerlukan peningkatan kualitas layanan adalah
pelayanan asuhan terhadap bayi hipotermia.
Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisidari
kehidupan intrautern ke kehidupan ekstrauterin. Slah satu yang menjadi masalah yang
dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia. Hipotermia yaitu penurunan suhu
tubuh bayi dibawah suhu normal.
Hipotermia menggambarkan keadaan di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu yang
kewalahan dalam menghadapi stressor dingin. Hipotermia diklasifikasikan sebagai kebetulan
atau disengaja, primer atau sekunder, dan dengan tingkat hipotermia.
Terkadang hipotermia umumnya hasil dari paparan yang tak terduga pada orang yang tidak
cukup siap; contoh termasuk tempat penampungan tidak memadai untuk seorang tunawisma,
seseorang terjebak dalam badai musim dingin atau kecelakaan kendaraan bermotor, atau
seorang penggemar olahraga outdoor tertangkap basah oleh unsur-unsur. Disengaja
hipotermia adalah sebuah negara diinduksi umumnya diarahkan pada pelindung saraf setelah
situasi berisiko (biasanya setelah serangan jantung, lihat Hipotermia Terapi ). hipotermia
Primer adalah karena paparan lingkungan, dengan tidak ada kondisi medis yang mendasari
menyebabkan terganggunya pengaturan suhu. hipotermia sekunder adalah suhu tubuh yang
rendah akibat penyakit medis menurunkan suhu titik setel.
Banyak pasien telah pulih dari hipotermia parah, sehingga pengenalan dini dan inisiasi
prompt dari pengobatan yang optimal adalah yang terpenting.
Hipotermia sistemik juga dapat disertai oleh luka dingin lokal
Peran bidan sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko hipotermia pada
bayi.seorang bidan itu harus memiliki pengetahuan yng luas,sikap dan keterampilan dalam
melakukan asuhan untuk mencengah terjadinya hal yang tidak diinginkan.
Bayi yang mengalami hipotermia mempunyai risiko tinggi terhadap kematian sehingga
memerlukan pengawasan oleh perawatan yang ketatdari tenaga kesehatan yang
berpengalaman dan berkualitas tinggi.
Berdasarkan latar belakang di atas,maka kami tertarik utuk membahas tentang masalah
hipotermia pada bayi dan mengenai asuhan kebidanan pada hipotermia.
1.2 Angka Kejadian
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%) dari lima
juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu
terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti:
sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare. (Imral chair, 2007)
Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000
kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka
kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi
meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi
Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis
neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering
timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi,
hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007)
Di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya angka morbiditas dan mortalitas Bayi
Baru Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama. Penyebab utama mortalitas
BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan nafas, infeksi, serta
komplikasi hipotermi. Di Indonesia sekitar 70% persalinan terjadi di pedesaan dan di tolong
oleh dukun bayi, mungkin pula ditolong oleh mertua, anggota keluarga yang lain atau
tetangga. Faktor utama yang memberikan peluang terjadinya kematian neonatus di rumah
adalah kegagalan untuk mengenal faktor resiko tinggi pada kehamilan, persalinan, periode
neonatus dan tidak merujuk pada saat yang tepat. Upaya perawatan BBLR dengan praktek
metode botol panas dan bedong serta praktek tradisional lainnya yang bersifat pendekatan
supernatural, terbukti tidak dapat membantu bahkan seringkali memberikan dampak buruk
terhadap kondisi fisik bayi, seperti kasus luka bakar akibat teknologi pemanasan dengan
lampu petromaks. (Bangun lubis, 2008).Menurut dr. Imral Chair SpA(K) dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia dan ketua I Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinsia)
dalam seminar Orientasi Metode Kanguru yang diselenggarakan Forum Promosi Kesehatan
Indonesia, bayi premature maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan rendah,
terutama di bawah 2000 gram, terancam kematian akibat hipotermi yaitu penurunan suhu
badan di bawah 36,50c disamping asfiksia dan infeksi. (Imral Chair,2007)
Untuk mengetahui kematian perinatal diperlukan tindakan bedah mayat, karena bedah mayat
sangat susah dilakukan di Indonesia maka kematian janin dan neonatus hanya didasarkan
pada pemeriksaan klinik laboratorium. Dengan dasar pemeriksaan itu, sebab utama kematian
perinatal di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta adalah infeksi, asfiksia
neonatorum, trauma, kelahiran, cacat bawaan, penyakit yang berhubungan prematuritas,
immaturitas, dan lain-lain. (Sarwono, 2002)
Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya morbiditas dan
mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi
baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan. (Rachma, 2005)
Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian
utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan
neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput
lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih
rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. Bayi
dengan BBLR lebih mudah terkena sepsis neonatorum. Tindakan invasif yang dialami
neonatus juga meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial. (Surasmi, 2003)
BAB II
Tinjauan Kasus
2.1 Definisi Hipotermia
Beberapa definisi hipotermia dari beberapa sumber
1. Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001),bayi hipotermia adalah bayi
dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu normal pada neonatus adalah 36,5o-37,5o
C. Gejala awal pada hipotermi apabila suhu <36o C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang
(suhu 320-36o C). Disebut hipotermia berat bila suhu <32o C diperlukan termometer ukuran
rendah yang dapat mengukur sampai 25o C.
2. Menurut Indarso F( 2001),disamping sebagai suatu gejala,hipotermia merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian.
3. Menurut Sandra M.T (1997),hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun
sampai dibawah 35o C.
2.2 Patofisiologi Hipotermia
Suhu inti tubuh diatur secara ketat dalam "zona thermoneutral" antara 36,5 C dan 37,5 C,
di luar yang biasanya tanggapan thermoregulatory diaktifkan. Tubuh mempertahankan suhu
inti yang stabil melalui produksi menyeimbangkan panas dan kehilangan panas. Pada saat
istirahat, manusia menghasilkan 40-60 kilokalori (kkal) dari panas per meter persegi luas
permukaan tubuh melalui generasi oleh metabolisme sel, yang paling menonjol di hati dan
jantung. Meningkatkan produksi panas dengan kontraksi otot lurik, menggigil meningkatkan
laju produksi panas 2-5 kali.
Kehilangan panas terjadi melalui beberapa mekanisme, yang paling signifikan yang di
bawah kondisi kering, adalah radiasi (55-65% dari kehilangan panas). Konduksi konveksi
dan account untuk sekitar 15% dari kehilangan panas tambahan, dan respirasi dan account
penguapan untuk sisanya. Konduktif dan kehilangan panas konvektif, atau transfer langsung
dari panas ke benda atau sirkulasi udara, masing-masing adalah penyebab paling umum dari
hipotermia disengaja. Konduksi adalah mekanisme sangat signifikan kehilangan panas
menenggelamkan / perendaman kecelakaan sebagai konduktivitas termal air hingga 30 kali
dari udara.
Hipotalamus mengontrol termoregulasi melalui konservasi panas meningkat (vasokonstriksi
perifer dan tanggapan perilaku) dan produksi panas (menggigil dan meningkatkan tingkat
tiroksin dan epinefrin). Perubahan dari SSP dapat mengganggu mekanisme ini. Ambang batas
untuk menggigil adalah 1 derajat lebih rendah dari vasokonstriksi dan dianggap mekanisme
upaya terakhir oleh tubuh untuk menjaga suhu. Mekanisme untuk pelestarian panas dapat
kewalahan dalam menghadapi stres dingin dan suhu inti bisa drop sekunder untuk kelelahan
atau glikogen deplesi.
Hipotermia mempengaruhi hampir semua sistem organ. Mungkin efek paling signifikan
terlihat pada sistem kardiovaskular dan SSP. Hipotermia menyebabkan depolarisasi
penurunan sel pacu jantung, menyebabkan bradikardi. Karena bradikardia ini tidak vagally
dimediasi, dapat refrakter terhadap terapi standar seperti atropin. Berarti tekanan arteri dan
penurunan curah jantung, dan elektrokardiogram (EKG) mungkin menunjukkan karakteristik
gelombang J atau Osborne (lihat gambar di bawah). Sementara umumnya terkait dengan
hipotermia, gelombang J mungkin varian normal dan terlihat kadang-kadang dalam sepsis
dan iskemia miokard.
Aritmia atrium dan ventrikel dapat hasil dari hipotermia; detak jantung dan fibrilasi ventrikel
telah dicatat untuk mulai secara spontan pada suhu inti di bawah 25-28 C.
Hipotermia semakin menekan SSP, SSP metabolisme menurun secara linear sebagai inti tetes
suhu. Pada suhu inti kurang dari 33 C, aktivitas otak listrik menjadi abnormal; antara 19 C
dan 20 C, sebuah electroencephalogram (EEG) mungkin muncul konsisten dengan
kematian otak. Jaringan mengalami penurunan konsumsi oksigen pada suhu yang lebih
rendah, itu tidak jelas apakah hal ini karena penurunan tingkat metabolisme pada suhu lebih
rendah atau afinitas hemoglobin yang lebih besar untuk oksigen digabungkan dengan
ekstraksi oksigen gangguan jaringan hipotermia.
Istilah "inti suhu setelah drop" mengacu pada penurunan lebih lanjut dalam suhu inti dan
kerusakan klinis yang terkait pasien setelah rewarming telah dimulai. Teori saat ini fenomena
didokumentasikan adalah bahwa sebagai jaringan perifer hangat, vasodilatasi memungkinkan
darah dingin pada ekstremitas untuk mengedarkan kembali ke inti tubuh. Mekanisme lain
mungkin sedang berlangsung juga. Beberapa percaya bahwa turun setelah paling mungkin
terjadi pada pasien dengan radang dingin atau hipotermia lama.
2.3 Etiologi Hipotermia
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1. Jaringan lemak subkutan tipis.
2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4. Bayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
5. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko tinggi mengalami
hipotermia.
6. Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir.
7. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.
8. Tempat melahirkan yang dingin.
9. Bayi asfiksia,hipoksia,resusitasi yang lama,sepsis,sindrom dengan pernapasan,hipoglikemia
perdarahan intra kranial.
Faktor pencetus hipotermia menurut Depkes RI,1992 :
a) Faktor lingkungan.
b) Syok.
c) Infeksi.
d) Gangguan endokrin metabolik.
e) Kurang gizi
f) Obat-obatan.
g) Aneka cuaca.
Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu :
1. Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke objek yang dingin. Misal
BBL diletakkan ditempat yang dingin.
2. Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin. Misal popok atau celana basah tidak langsung diganti.
3. Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. Misal BBL diletakkan
dekat pintu atau jendela terbuka.
4. Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit bayi misalnya cairan
amnion pada bayi.
2.4 Tanda dan Gejala
Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :
1. Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
2. Bayi tidak mau minum atau menetek.
3. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
4. Tubub bayi teraba dingin.
5. Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras (sklerema).
6. Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
7. Lebih diam dari biasanya.
8. Hilang kesadaran.
9. Pernapasannya cepat.
10. Denyut nadinya melemah.
11. Gangguan penglihatan.
12. Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
Berikut adalah tanda terjadinya hipotermia
Tanda-tanda hipotermia sedang :
a) Aktifitas berkurang,letargis.
b) Tangisan lemah.
c) Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata).
d) Kemampuan menghisap lemah.
e) Kaki teraba dingin.
f) Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.
Tanda-tanda hipotermia berat :
a) Aktifitas berkurang,letargis.
b) Bibir dan kuku kebiruan.
c) Pernafasan lambat.
d) Bunyi jantung lambat.
e) Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik.
f) Risiko untuk kematian bayi.
Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia :
a) Muka,ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
b) Bagian tubuh lainnya pucat.
c) Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung,kaki dan
tangan(sklerema).
2.5 Komplikasi
1. Hipotermia berat.
2. Ikterus.
2.6 Penatalaksanaan Umum
1. Penanganan hipotermia secara umum untuk bayi
Pengaturan suhu tubuh bayi belumlah terkendali dengan baik. Bayi bisa kehilangan suhu
tubuh secara cepat dan terkena hipotermi dalam kamar yang dingin. Bayi yang mengalami
hipotermi harus dihangatkan secara bertahap. Berikut beberapa cara penanganan hipotermia
untuk bayi :
a) Hangatkan bayi secara bertahap. Bawalah ia ke ruangan yang hangat. Bungkuslah tubuhnya
dengan selimut tebal.
b) Pakaikan topi dan dekaplah si kecil agar ia menjadi hangat oleh panas tubuh anda.
2. Penanganan hipotermia secara umum untuk balita
a) Jika ia mampu melakukannya,minta anak berendam air hangat. Bila warna kulitnya telah
kembali normal,segera keringkan dan bungkus tubuhnya dengan handuk tebal atau selimut.
b) Kenakan pakaian tebal dan baringkan anak di tempat tidur. Pakaikan selimut yang cukup
banyak. Tutupi kepalanya dengan topi atau pastikan suhu dalam ruangan cukup hangat.
Temani anak.
c) Berikan anak minuman hangat dan makanan penuh energi,misalnya cokelat. Jangan
tinggalkan anak sendirian,kecuali anda yakin warna kulit dan suhu tubuhnya telah kembali
normal.
Dan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
1. Jangan menempelkan sumber panas langsung,seperti botol berisi air panas ke kulit anak.
Anak harus menjadi hangat secara bertahap.
2. Jika anak hilang kesadaran,bukalah saluran udaranya dan periksa pernapasannya. Jika anak
bernapas,baringkan ia pada posisi pemulihan,jika tidak bernapas,mulailah bantuan
pernapasan dan kompresi dada. Telepon Ambulans.
2.7 Penatalaksanaan oleh bidan di desa
Suhu normal pada neonatus berkisar 360-37,50 C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermia ialah
apabila suhu > 36o C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba
dingin,maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang ( suhu 32o-<36oC) . Disebut
hipotermia kuat bila suhu tubuh < 32o C. Untuk mengukur suhu pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur samapai 25o C.
Di samping sebagai suatu gejala,hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang dapat
berakhir kematian.
2.7.1 Ada prinsip dasar untuk mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir,yaitu :
a) Mengeringkan bayi segera setelah lahir
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela/pintu yang
terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas
tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal
hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena
kontrol suhunya masih belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermia
seringkali tidak terdeteksi oleh ibu atau keluarga bayi atau penolong persalinan.
Untuk mencengah terjadinya serangan dingin setiap bayi lahir harus segera dikeringkan
dengan handuk yang kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih
dahulu). Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat.dimulai dari kepala
kemudian seluruh tubuh bayi. Handuk yang basah harus diganti dengan handuk lain yang
kering dan hangat.
b) Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut,diberi tepi atau tutup kepala,kaos
tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan
kehangatan dari dekapan ibu.
c) Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang rooting
refleks dan bayi mendapat kalori.
d) Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu merujuk.
e) Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.
f) Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan.
g) Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.
Untuk mencengah terjadinya serangan dingin ibu atau keluarga dan penolong persalinan
harus menunda memandikan bayi
1. Pada bayi lahir sehat yaitu lahir cukup bulan,berat>2.500 gram,langsung menangis
kuat,memandikan bayi ditunda selama kurang lebih 24 jam setelah kelahiran. Pada saat
memandikan bayi gunakanlah air hangat.
2. Pada bayi lahir dengan risiko (tidak termasuk kriteria di atas),keadaan umum bayi lemah atau
bayi dengan berat lahir < 2.000 gram sebaiknya bayi jangan dimandikan ditunda beberapa
hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh bayi stabil,bayi sudah lebih kuat
dan dapat menghisap ASI dengan baik.
h) Tindakan pada hipotermia bayi baru lahir
1. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran
lampu.
2. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar
terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga bayi tetap hangat,tubuh ibu dan
bayi harus berada di dalam 1 pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai
metode Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
3. Bila tubuh bayi masih dingin,gunakanlah selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih
dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai
tubuh bayi hangat.
4. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-
sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak mengisap beri infus glukosa 10 % sebanyak 60-80
ml/kg per hari.
BAB III
Penerapan Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan Neonatus
I. PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal 2 Oktober 2007
A. Identitas Bayi
Nama Anak : Bayi Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 2 Oktober 2007
Jam : 09.30 WIB
Anak : Kedua
Alamat : Jalan Sudirman no 220 RT 02/RW 04
Identitas Ibu dan Bapak
Nama Ibu : Ny. H Nama Ayah : Tn.S
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
S: 35,7o C RR : 60 x/menit
BB : 2900 gram N : 130 x/menit
Aktivitas : lemah
Daya hisap : lemah
Ekstrimitas : membiru
Refleks : lemah
APGAR SCORE
Menit I A:1 Menit V A:1
P:2 P:2
G:1 G:2
A:1 A:1
R:1 R:2
Jumlah 6 7
4. Kepala
a. UUB : rata, berdenyut
b. UUK : cembung
c. Moulage : tidak ada
d. Caput succedeneum : tidak ada
e. Bentuk kepala : bulat, simetris
5. Mata
a. Bentuk : simetris kanan kiri
b. Strabismus : tidak ada
c. Pupil mata : peka terhadap rangsang cahaya
d. Skelera : tidak ikterik
e Keadaan : bersih
f. Bulu mata : ada
g. Konjungtiva : agak pucat
6. Hidung
a. Bentuk : simetris kanan-kiri
b. Luka hidung : bersih, tidak ada pengeluaran sekret
c. Pernapasan cuping hidung : tidak ada
7. Mulut
a. Bentuk : simetris
b. Palatum : tidak ada palotoskisis
c. Gusi : licin, agak pucat
d. Refleks hisap : lemah
e. Bibir : tidak ada skisis
8. Telinga
a. Posisi : simetris
b. Keadaan : bersih tidak ada pengeluaran serumen
9. Leher
Pergerakan leher : leher tampak ekstensi bila badan diangkat
10. Dada
a. Posisi : simetris
b. Mamae : ada
c. Suara nafas : tidak ada ronchi dan hwezing pernapasan belum teratur
11. Perut
Bentuk : normal, tidak ada pembesaran, tali pusat masih basah
12. Genetalia
a. Jenis kelamin : perempuan
b. Anus : ada
13. Ekstremitas
a. Bentuk : simetris, ujung-ujung membiru
b. Jari kaki : lengkap
c. Jari tangan : lengkap
d. Aktivitas : lemah, tampat mengantung
14. Kulit : turgor jelek, berwarna tidak rata (cutis marviorata)
15. Refleks
a. Menghisap (sucking) : lemah
b. Menggenggam (graping) : ada
c. Refleks kaki (staping) : ada
d. Refleks moro : ada
16. Ukuran antropometri
BB : 2900 gram PB : 45 cm
Lila : 8 cm LK : 33 cm
LD : 30 cm
2. Masalah
a. Nutrisi tidak adequat
Dasar : Daya isap bayi terhadap ASI lemah
b. Keterbatasan aktifitas
Dasar :
1) Aktifitas lemah
2) Tampak mengantuk tapi masih bisa dibangungkan
3) Menangis lemah
c. Ketidaknyamanan pada bayi
Dasar :
1) Bayi menggigil
2) Nadi cepat
d. Resiko infeksi
Dasar : tali pusat masih basah
3. Kebutuhan
a. Segera hangatkan bayi
Dasar :
1) Suhu 35,70 C
2) APGAR Score 6/7
3) Ektrimitas membiru
4) Kedua kaki teraba dingin
5) Kulit terdapat bercak merah
6) Menangis lemah
7) Tampak mengantuk tetapi masih bisa dibangunkan
8) Aktivitas lemah
b. Pemberian nutrisi
Dasar :
1) Bayi belum mendapatkan asupan nutrisi
2) Turgor kulit jelek
3) Refleks gerak bayi berkurang
4) Bayi menangis lemah
5) Bayi tampak mengantuk
c. Pemenuhan lingkungan yang nyaman
Dasar :
1) Bayi belum dibersihkan
2) Bayi menggigil
d. Perawatan tali pusat
Dasar : tali pusat masih basah
2. Hipoglikemi
Dasar : Bayi belum mendapat asupan nutrisi
V. RENCANA MANAGEMEN
1. Hangatkan tubuh bayi
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya mempertahankan suhu tubuh bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang cara menghangatkan bayi
c. Anjurkan pada ibu untuk melakukan teknik penghangatan pada bayi baru lahir
d. Observasi kemampuan ibu dalam melakukan teknik penghangatan
e. Libatkan keluarga atau suami dalam membantu ibu melakukan teknik penghangatan
2. Pemberian ASI
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI bagi bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang untuk menyusui yang benar
c. Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
d. Observasi kemampuan ibu dalam membantu ibu menyusui bayinya
e. Libatkan keluarga atau suami dalam membantu ibu menyusui bayinya
3. Menjaga personal hygiene bayi
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya pemeliharaan kebersihan bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang cara memandikan bayi
c. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan bayinya
d. Observasi kemampuan ibu dalam menjaga kebersihan bayinya
e. Libatkan keluarga atau suami dalam membantu ibu menjaga kebersihan bayinya.
4. Pemantauan bayi baru lahir
a. Jelaskan pada ibu mengenai tanda bahaya bayi baru lahir
b. Ajarkan pada ibu tentang penanganan dini terhadap tanda bahaya bayi baru lahir
c. Libatkan anggota keluarga lainnya dalam memantau keadaan bayi baru lahir
VI. PELAKSANAAN
1. Menghangatkan tubuh bayi
a. Bayi dipakaikan topi atau kain untuk menjaga kepala tetap hangat
b. Menggunakan popok yang dilapisi plastik sehingga bayi mendapat sumber panas terus
menerus
c. Mengganti kain/pakaian/popok yang basah dengan yang kering
d. Kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi diantara bagian tubuh bayi dengan dada dan
perut ibu dalam baju kanguru
2. Melakukan perawatan kebersihan bayi baru lahir
a. Segera mengeringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat
b. Menunda memandikan bayi kira-kira 24 jam setelah kelahiran
c. Merawat tali pusat
d. Memandikan dengan mandi kering
3. Membantu ibu menyusui bayinya kepanpun ketika bayi mau menyusui
4. Melakukan pemantauan bati baru lahir
a. Pantau kemampuan menghisap
b. Keaktifan bayi
c. Pantau keadaan umum bayi seperti suhu, BB, nadi, pols
5. Menjelaskan tanda dan bahaya pada bayi baru lahir
a. Pernapasan sulit (lebih dari 60 x/menit), < 30 x/mnt, > 60 x/mnt.
b. Suhu tubuh terlalu rendah ( < 36 0C)
c. Warna kulit terutama 24 jam pertama, biru/pucat
d. Menghisap lemah, banyak muntah, mengantuk berlebihan
e. Aktivitas (bayi menggigil, menangis lemah, badan lemas dan kejang)
VII. EVALUASI
1. Ibu mau menghangatkan bayinya dengan metode kanguru
2. Bayi mau diberi/mendapatkan ASI meskipun sedikit-sedikit
3. Bayi dalam keadaan bersih
4. Pakaian/popok selalu dalam keadaan kering
5. Tanda-tanda vital
Suhu : 36 0 C
Nadi : 120 x/menit
RR : 40 x/menit
P:
1. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara ekslusif selama 6 bulan
2. Beritahu pada ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada BBL
3. Evaluasi cara perawatan kebersihan bayi baru lahir
4. Libatkan keluarga dalam menjaga kestabilan suhu badan bayi baru lahir
P:
1. Pantau keadaan umum bayi
2. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksluif selama 6 bulan dan melakukan
pencegahan infeksi pada bayi baru lahir
3. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dan perawatan bayi baru lahir
4. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI setiap mau menyusui
BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun sampai dibawah 35o C.
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1. Jaringan lemak subkutan tipis.
2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4. Bayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
5. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko tinggi mengalami
hipotermia.
6. Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir.
7. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.
8. Tempat melahirkan yang dingin.
9. Bayi asfiksia,hipoksia,resusitasi yang lama,sepsis,sindrom dengan pernapasan,hipoglikemia
perdarahan intra kranial.
Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu :
Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke objek yang dingin.
Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin.
Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.
Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit bayi
Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :
1. Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
2. Bayi tidak mau minum atau menetek.
3. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
4. Tubub bayi teraba dingin.
5. Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras (sklerema).
6. Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
7. Lebih diam dari biasanya.
8. Hilang kesadaran.
9. Pernapasannya cepat.
10. Denyut nadinya melemah.
11. Gangguan penglihatan.
12. Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
Ada prinsip dasar untuk mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir,yaitu :
1. Mengeringkan bayi segera setelah lahir
2. Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut,diberi tepi atau tutup
kepala,kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk
mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
3. Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang rooting
refleks dan bayi mendapat kalori.
4. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu merujuk.
5. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.
6. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan.
7. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.
Tindakan pada hipotermia bayi baru lahir
1. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran
lampu.
2. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar
terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga bayi tetap hangat,tubuh ibu dan
bayi harus berada di dalam 1 pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai
metode Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
3. Bila tubuh bayi masih dingin,gunakanlah selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih
dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai
tubuh bayi hangat.
Daftar Pustaka
1. Hapsari,RW.2009.Makalah Termoregulasi Pada Bayi Baru Lahir (Perlindungan Termal).
Jakarta : http://superbidan.wordpress.com (diakses tanggal 13 oktober 2011 jam 12.05 WIB)
2. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Hipotermi Sedang Terhadap Bayi.
Jakarta : http://d3kebidanan.blogspot.com (diakses tanggal 15 oktober 2011 jam 16.53 WIB)
3. 2011. Hipotermia .Jakarta : http//www.scrib.com(diakses tanggal 13 Oktober 2011 jam 20.05
WIB).
4. Getty.2011.Bila Bayi Alami Hipotermia. Jakarta : http://lifestyle.okezone.com (diakses
tanggal 15 Oktober 20011 jam 17.00 WIB)
5. www.indonesiaindonesia.com (diakses tanggal 15 Oktober 2011 jam 17.24 WIB).
6. Ronaldo.2009.Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak (terjemahan). Jakarta (halaman
90-91)
7. Penanganan Esensial dasar Kegawat-Daruratan Obstetri dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
(halaman 75-76)
8. Saifudin,Abdul Bari,George Adriaansz,Gulardi Hanifa Wiknjosastro,Djoko
Waspodo.2009.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta
(halaman372-374).
9. Wiknjosastro,Gulardi H,George Adriaansz,Omo Abdul Madjid,R.Soerjo Hardjono,J.M.Seno
Adjie.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta( Halaman 123-126).
10. Maslichah.2011.Hipertermi dan hipotermi. Bandung :
http//maslichah05.wordpress.com(diakses tanggal 18 Oktober 2011 jam 17.25 WIB).
Hipotermia
2.1 Definisi
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti
(suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh
(Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya
reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu
tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer)
sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit
yang berakhir dengan kematian
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada
bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan
salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan
kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin.
Selain itu ada beberapa definisi mengenai hipotermia antara lain:
a. Keadaan dimana seorang individu gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan normal
36-37,5C.
b. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu
tubuh terus-menerus dibawah 35, 5C per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap
faktor-faktor eksternal.
c. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu
tubuh terus-menerus dibawah 35, 5C per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap
faktor-faktor eksternal.
2.3 Penyebab
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
1. Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah), relatif
lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang.
Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa hilang melalui
penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban.
2. Jaringan lemak subkutan tipis.
3. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
4. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
5. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan.
6. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami
hipotermi.
7. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
8. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luasTubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan
menyimpan panas.
9. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan
10. Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin,
basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti
mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan
aliran udara dan penguapan.
11. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang
lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh
dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar
padaBBLR.
12. Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensib ro wn fat, misalnya
bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan
anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia
13. Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekelilingi bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara tepat,terutama pada masa stabilisasi
yaitu:6-12 jam pertama setelah lahir.
2.4 Etiologi
Perinatal ada;ah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan
diri dari kehidupan intera uterin ke kehidupan ekstra uterin selama 28 hari. Empat aspek
transisi pada bayi baru lahir dimasa perinatal yang cepat berlangsung adalah sistem
pernapasan, sirkulasi, dan kemampuan menghasilkan sumber glukosa. (Rukiyah dkk,
2010:2).
Penyebab terjadinya hipotermi pada BBL di masa perinatal yaitu:
1. jaringan lemak subkutan tipis,
2. perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar,
3. bayi baru lahir tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan,
4. asfiksia yang hebat,
5. resusitasi yang ekstensif,
6. lambat sewaktu mengeringkan bayi,
7. distress pernapasan,
8. sepsis,
9. pada bayi prematur atau bayi kecilmemiliki cadangan glukosa yang sedikit.
Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh:
1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
2. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
4. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan
5. Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin,
basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti
mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan
aliran udara dan penguapan.
6. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang
lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh
dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar
pada BBLR.
7. Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensi brown fat,
misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan
dengan anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia.
2.6 Penatalaksanaan
1. Penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada,
untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di
ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
2. Radiant Warner adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk
tindakan-tindakan.
3. Servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan
mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
4. Melakukan tujuh rantai hangat, yaitu menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering,
bersih, penerangan cukup.
5. Mengeringkan tubuh bayi segera ssetelah lahir dengan handuk kering dan bersih
6. Memberi ASI sedini mungkin dalam waktu 30 menit setelah melahirkan agar bayi
memperoleh kalori.
7. Mempertahankan kehangatan pada bayi.
8. Memberi perawatan bayi baru lahir yang memada
9. melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan / perawatan bayi baru lahir
10. Menunda memandikan bayi baru lahir :
a. pada bayi normal tunda memandikannya sampai 24 jam.
b. pada bayi berat badan lahir rendah tunda memandikannya lebih lama lagi.
11. Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi
harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi
ditempatkan dibawah cahaya penghangat.Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru
lahir harus tetap berada dalam keadaan hangat.
12. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat
penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.
13. Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan tutup kepala
diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi kontak kulit
langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan selimu.
14. Pada bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau dihangatkan diatas
tungku.
15. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang diletakkan pada jarak
setengah meter diatas bayi.
16. Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi hipotermia, yaitu jalan nafas harus
tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotermia
http://nurramayanti.blogspot.com/2012/12/hipotermi-pada-bayi-baru-lahir.html
http://uswahnia-healthcare.blogspot.com/2011/05/hipotermi-pada-bayi-baru-lahir.html
Ronaldo.2009.Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak (terjemahan). Jakarta (halaman 90-91)
Saifudin,Abdul Bari,George Adriaansz,Gulardi Hanifa Wiknjosastro,Djoko Waspodo.2009.Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta (halaman372-374).
Warih BP, Abubakar M. 1992. Fisiologi pada Neonatus. dalam : Kumpulan makalah Konas III IDSAI. Surabaya.
Survival Stresses Hipothermia penebar maut Alap2 S-00166 TMS-7 Yogya 1988
Ilmu Kebidanan & Kesehatan
Donderdag 23 Mei 2013
A.Pengertian Hipotermi
Pengertian hipotermi pada bayi baru lahir Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal(2002:M-122) Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh
dibawh 36,5oC pengukuran dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu tubuh dibawah normal (kurang dari 36,50C).
Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan
berat badan kurang dari 2,5 Kg.
Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis
metabolik (keasaman darah) Yang tinggi) dan kematian. Karena tubuh dengan cepat menggunakan
energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen.
Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
Sudarti (2012: 96) menjelaskan tentang pengertian hipotermi pada bayi baru lahir atau
neonatus adalah sebagai berikut:
Bayi dengan suhu badan di bawah normal biasa di sebut dengan bayi hipotermia.Hipotermia ini
biasaya menyerang bayi yang baru saja lahir. Pada bayi neonatus suhu normalnya adalah 63,5 37,5
derajat Celsius (suhu ketiak). Apa bila suhu < 36 derajat Celsius, kedua kaki dan tangan terasa dingin
kita mesti mewaspadainya karena ini merupakan gejala awal hipotermia.Bila suhu bayi 32 36
derajat Celsius ini biasa disebut hipotermi sedang. Bila suhu < 32 derajat Celcius biasa disebut
hipotermi berat, pada hipotermi berat ini biasanya diperlukan termometer ukuran rendah yang
dapat mengukur sampai 25 derajat Celsius.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi
neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu
penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg
Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin.
Berdasarkan kejadianya kejadiannya hipotermia pada bayi baru lahir dibedakan menjadi tiga
bagian yaitu:
1.Hipotermia Akut
Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6 -12 jam. Umumnya terjadi pada
bayi yang lahir di ruang bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelaian terhadap
bayi yang akan lahir, misalnya diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata masih hidup. Gejalanya
biasanya lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Langkah
awal yang harus dilakukan adalah dengan cara memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya
telah di atur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan
teliti.
2.Hipotermia Sepitas
Merupakan penurunan suhu tubuh 1 -2 derajat celcius sesudah lahir. Suhu tubuh akan
menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4 8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-
baiknya.
3.Hipotermia Sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh
sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia,
perdarahan intrakranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat. Pengobatan bisa
dilakukan dengan cara memberikan antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya.
Biasanya terjadi pada bayi yang terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih dari 12 jam).
Gejalanya adalah lemah, tidak mau minum, badan dingin, suhu berkisar antara 29,5 35 derajat
celsius, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi
dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi
infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatan bisa dilakukan dengan memanaskan secara
perlahan-lahan, pemberian antibiotik, pemberian larutan glukosa 10 persen, dan kartikosteroid.
B.Jenis-Jenis Hipotermi
1. Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35c.>
2. Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap udara dingin pada
orang yang sebelumnya sehat
(seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya sih di usim dingin (salju) dan iklim dingin.
C. Penyebab Hipotermi
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi baru lahir :
1. Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat dimandikan, tidak segera diberi
pakaian, tutup kepala, dan dibungkus, diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak segera
didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
2. Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg atau bayi
dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan tanda-tanda otot lembek, kulit
kerput.
3. Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
7. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
8. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi.
D. Gejala Hipotermi
1. Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada
2. Aktivitas berkurang
3. Kemampuan menghisap lemah
4. Tangisan lemah
5. Ujung jari tangan dan kaki kebiruan
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal(2002: M- 122)
Penurunan suhu tubuh pada bayi terjadi melaluiEvaporasi (menguapnya cairan dari kulit bayi yang
basah).Radiasi (memancarnya panas tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih dingin)Konduksi
(pindahnya panas tubuh apabila kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin)
G.DIAGNOSA
H.Pengobatan Hipotermi
Mengatasi hipotermi pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan cara :
1. Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan tutup kepala
diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi kontak kulit
langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan selimut.
2. Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau dihangatkan diatas
tungku.
3. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang diletakkan pada jarak
setengah meter diatas bayi.
4. Ganti pakain yang dingin dan basah dengan pakain yang hangat dan kering, memakai topi
dan selimut yang hangat.
5. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi
diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
6. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang
digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat.
Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar.
7. Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan
sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per
hari.
8. Periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian, bila suhu naik pada batas normal (36,5-37,5o C), berarti
usaha meenghangatkan berhasil.
9. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain
yang memerlukan pengawasan, bayi tidak perlu dirujuk.
I.Pencegahan Hipotermi
Pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan tujuh rtujuh rantai
hangat, yaitu :
DAFTAR PUSTAKA
Balita.Yogyakarta:Nuha Medika.
Blogargief
2013 (17)
o May (17)
suspensi
Etika Kebidanan
Makalah Herpes dan varicella pada ibu hamil
MAKALAH TETANUS NEONATURUM
Denver Development Stress Test ( DDST) Pada Anak ...
Makalah Milliaris
CHECK LIST RESUSITASI BBL DENGAN VTP
Makalah Bercak Monggol
makalah Anensefalus
Makalah tromboflebitis
Makalah hipotermia pada bayi
Makalah hipertensi kronik dalam kehamilan
Anemesa pada ibu Hamil
CHEKLIST RESUSITASI LANGKAH AWAL
Manajemen SUMBER DAYA MANUSIA
MAKALAH BENDUNGAN AIR SUSU IBU
Askeb ANENSEFALUS
Meer oor my
Ayu Fatmawati
Saya seorang Mahasiswi Salah satu universistas swasta diyogyakarta