Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No.

2, 2010, 47 - 53

PENGARUH PENGGUNAAN RAGI ROTI, VITAMIN B12 DAN


VITAMIN C SEBAGAI BAHAN PENGKAYA PAKAN TERHADAP
PERTAMBAHAN POPULASI Brachionus plicatilis

Effect of Bakers Yeast, Vitamin B12, and Vitamin C as Nutritional Improvement of Food
on The Density Production of Brachionus plicatilis

Diana Chilmawati1, dan Suminto1

1
Program Studi Budidaya Perairan
Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No. 4A Semarang 50241

Diserahkan : 13 Oktober 2009; Diterima : 15 Desember 2009

ABSTRAK

Faktor penting yang menunjang usaha pembenihan adalah pakan alami yang berkualitas. Salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas pakan alami Brachionus plicatilis adalah pengkayaan pakannya agar
produksi larva budidaya menghasilkan kualitas yang baik.. Chlorella sp sebagai pakannya dapat
dikombinasikan dengan ragi roti, vitamin B12 dan vitamin C sehingga meningkatkan pertumbuhan dan
kandungan nutrisi Brachionus plicatilis yang nantinya digunakan sebagai pakan larva. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbandingan peningkatan populasi dan pertumbuhan Brachionus plicatilis
dengan pengkayaan pakan yang berbeda dan mengetahui komposisi susunan pengkayaan pakan yang
tepat untuk pertumbuhan Brachionus plicatilis. Penelitian bersifat eksperimental laboratoris dengan padat
tebar awal 10 ind./ml pada wadah 5 liter. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Keempat perlakuan tersebut adalah A (Chlorella
sp), B (Chlorella sp + ragi roti), C (Chlorella sp + ragi roti + vitamin B12) dan D (Chlorella sp + ragi roti
+ vitamin B12 + vitamin C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ragi roti, vitamin B12 dan
vitamin C berpengaruh sangat nyata (p<0,01) masing-masing terhadap pertambahan populasi dengan
perlakuan terbaik D dimana konstanta pertumbuhan spesifik 0,661; puncak populasi 530,4 individu/ml
dan kepadatan akhir 381,7 individu/ml.

Kata Kunci: Bahan Pengkaya, Populasi, Brachionus plicatilis

ABSTRACT

The important factor of seedling production is live food with good quality. One way to improve quqlity of
live food, Brachionus plicatilis, to gain a high quality of larvae in seedling production, is through
implementing food enrichment. Chlorella sp, which is its live food, can be enriched by combination of
bakers yeast, vitamin B12 and vitamin C, which then given, in order to increase Branchionus plicatilis
growth and nutrition content. Purpose of this study is to acknowledge comparative population growth and
improvement of Brachionus plicatilis with different kinds of foods enrichment, to understand the right
food enrichment composition for Brachionus plicatilis growth. This research are laboratory
experimental, with 10 ind/ml early spread density on 5 litres capacity container. The experiment using a
Completely Randomize Design with 4 treatment and 3 repetitions. That four treatments included A
(Chlorella sp), B (Chlorella sp + bakers yeast), C (Chlorella sp + bakers yeast + vitamin B12), D
(Chlorella sp + bakers yeast + vitamin B12 + vitamin C). Result from the research shows that
implementation of food enrichment, which using bakers yeast, vitamin B12 and vitamin C, brings about a
great significant differences (p<0,01) in each treatment to population growth. D is the best treatment with
specific growth rate of 0,661, maximal density of 530,4 ind/ml and final density of 381,7 ind/ml.

Key Words: Elements of Food Enrichment, Population, Brachionus plicatilis

47
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 2, 2010, 47 - 53

PENDAHULUAN Brachionus plicatilis dan mengetahui sususnan


pengkayaan pakan yang tepat untuk
Usaha pengembangan budidaya laut tidak pertumbuhan Brachionus plicatilis.
dapat terlepas dari tahap pembenihan. Faktor
penting yang menunjang usaha pembenihan METODE PENELITIAN
adalah pakan alami yang berkualitas.
Brachionus plicalitis banyak digunakan sebagai Hewan uji yang digunakan adalah
pakan alami dalam produksi larva budidaya Brachionus plicatilis diambil dari kultur pakan
karena memiliki beberapa keunggulan yaitu alami Loka Budidaya Air Payau (LBAP)-
ukuran sesuai bukaan mulut larva, perenang Situbondo, Jawa Timur yang disaring dengan
lambat, mudah mengapung di kolom perairan, planktonnet mesh size 80 m dengan tujuan
dapat dibudidayakan dalam kepadatan tinggi untuk mendapatkan bibit berukuran lebih besar.
dan tingkat reproduksinya tinggi. Umumnya Pakan uji, Chlorella sp, dikultur dengan
balai benih ikan atau laboratorium pakan alami menggunakan media Walne. Bahan pengkaya
menggunakan fitoplankton sebagai pakan pakan Brachionus plicatilis yang digunakan
Brachionus plicatilis, seperti Chlorella sp, adalah ragi roti = 1 gram/106 individu/hari (Yu
Nannochloropsis oculata, Tetraselmis chuii atau et al., 1989; Kongkeo, 1991 dalam Fulks dan
Chlamydomonas. Dari keempatnya jenis Main, 1991), Vitamin B12 = 1,4 g/ml dan
fitoplankton tersebut ternyata beberapa strain vitamin C = 4 g/ml (Hirayama dan Satuito,
Chlorella sp mampu menyerap vitamin B12 1991a) dalam Fulks dan Main, 1991). Perlakuan
yang terdapat dalam media kultur lebih banyak dalam penelitian ini meliputi:
dari jenis lainnya (Yu et al., 1994). Namun 1. Perlakuan A (Chlorella sp = kontrol)
kemampuan Chlorella sp untuk mendukung 2. Perlakuan B (Chlorella sp + ragi roti)
kebutuhan vitamin B12 Brachionus plicatilis 3. Perlakuan C (Chlorella sp + ragi roti +
kurang mencukupi sehingga perlu didukung vitamin B12)
oleh penambahan vitamin tersebut ke dalam 4. Perlakuan D (Chlorella sp ragi roti +
medianya. vitamin B12 + vitamin C)
Pengkayaan merupakan salah satu input Metode penelitian yang digunakan dalam
dalam sistem budidaya pakan alami yang harus penelitian ini adalah metode eksperimen yang
diperhatikan susunannya. Bila susunan tidak dilakukan secara laboratories. Rancangan
tepat, akan menyebabkan kekurangan nutrisi percobaan yang digunakan adalah Rancangan
atau bahkan malah kelebihan zat-zat yang justru Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3
berbahaya. Bahan pengkaya yang sering kali ulangan. Penanaman bibit Brachionus
ditambahkan bersama Chlorella sp sebagai plicatilis dengan kepadatan awal 10 individu/ml
pakan Brachionus plicatilis antara lain adalah dalam volume media 5 liter. Sebelum pakan
ragi roti, vitamin B12 dan vitamin C. Brachionus diberikan perlu dilakukan pergantian air media
plicatilis yang diberi pakan ragi roti saja 50% dengan menggunakan selang kecil dan
pertumbuhannya tidak stabil dan nilai gizinya menyaringnya dengan planktonnet mesh size 40
rendah sehingga tidak mendukung pertumbuhan m. Brachionus plicatilis mulai diberi pakan
larva. Yu et al. (1994) menyatakan bahwa ragi Chlorella sp setelah inokulasi dengan kepadatan
roti tanpa tanpa penambahan suplemen 1,5 x 106 sel/ml (Pourriot dalam Fulks dan
(vitamin) akan mengurangi kualitas nutrisi Main, 1991). Pemberian pakan untuk hari
untuk pertumbuhan populasi Brachionus selanjutnya dilakukan dengan cara menghitung
plicatilis. Vitamin meskipun dibutuhkan dalam sisa Chlorella sp dalam wadah penelitian
jumlah kecil, juga sangat penting untuk dengan rumus menurut Erlina dan Hastuti
kelangsungan hidup Brachionus plicatilis. (1983):
Ketersediaan vitamin B12 dalam media kultur V1 x N1 = V2 x N2
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Dimana :
populasi dan penetasan telur Brachionus V1 = volume yang dikehendaki untuk
plicatilis. Sedangkan vitamin C diperlukan menambah pakan (ml)
untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Oleh V2 = volume air media kultur Brachionus
karena itu perlu dilakukan uji susunan plicatilis (ml)
pengkayaan pakan yang tepat untuk N1 = kepadatan stok (sel/ml)
meningkatkan pertumbuhan Brachionus N2 = kepadatan yang dikehendaki (sel/ml)
plicatilis. Data pertumbuhan Brachionus plicatilis yang
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah dikumpulkan meliputi data konstanta
mengkaji pengaruh pengkayaan pakan yang pertumbuhan spesifik (r = SGR / Specific
berbeda terhadap pertambahan populasi Growth Rate), puncak populasi dan kepadatan

48
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 2, 2010, 47 - 53

akhir. Konstanta pertumbuhan spesifik dihitung hingga mencapai puncak populasi. Kepadatan
dengan rumus menurut Hagiwara et al., 1993 pada perlakuan A mencapai maksimal pada hari
sebagai berikut: ke-7. Sedangkan kepadatan pada perlakuan B,C
r = 1 / T Ln NT / N0 dan D mencapai maksimal pada hari yang sama
Dimana : yaitu hari ke-6. Puncak populasi terbesar
r = populasi pertumbuhan Brachionus dicapai pada perlakuan D (530,4 individu/ml),
plicatilis diikuti perlakuan C (424,9 individu/ml),
T =hari yang diperlukan untuk mencapai perlakuan B (301,8 individu/ml) dan perlakuan
pertumbuhan maksimal A (178,9 individu/ml). Sebelum mencapai
NT =kepadatan Brachionus plicatilis pada hari T puncak populasi, pertambahan populasi terjadi
N0 =kepadatan awal Brachionus plicatilis dengan cepat, terutama pada perlakuan yang
dikultur dengan ragi roti. Pertambahan populasi
HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi dua kali lipat pada perlakuan C dan D,
terjadi pada hari ke-2 dan ke-3. Keadaan
Pertambahan populasi Brachionus plicatilis tersebut juga terjadi pada perlakuan A dan B,
yang diukur dari nilai konstanta pertumbuhan yaitu pada hari ke-4 dan ke-5.
spesifik (r), puncak populasi dan kepadatan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
akhir dapat dilihat dari Tabel 1, sedangkan perbedaan bahan pengkaya berpengaruh sangat
grafik pertumbuhan Brachionus plicatilis dapat nyata (p<0,01) terhadap konstanta pertumbuhan
dilihat pada Gambar 1. spesifik (Tabel 2), puncak populasi (Tabel 3)
Dari grafik terlihat bahwa kepadatan dan kepadatan akhir (Tabel 4) Brachionus
Brachionus plicatilis terus meningkat tiap hari plicatilis.

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Brachionus plicatilis dengan Berbagai Perlakuan Bahan Pengkaya Pakan

Tabel 1. Pola Pertumbuhan Brachionus plicatilis Dengan Perbedaan Bahan Pengkaya Pakan

Pola Pertumbuhan
Perlakuan KonstantaPertumbuhan Populasi Puncak Kepadatan Akhir
Spesifik (SGR) (x 102 individu/ml) (x 102 individu/ml)
A 0,405 0,056 1,789 0,629 0,492 0,085
B 0,565 0,038 3,018 0,695 1,238 0,264
C 0,624 0,017 4,249 0,428 2,626 0,555
D 0,661 0,021 5,304 0,649 3,817 0,359

49
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 2, 2010, 47 - 53

Tabel 2. Analisis Ragam Konstanta Pertumbuhan Spesifik Brachionus plicatilis


ANOVA

SGR
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .115 3 .038 28.782 .000
Within Groups .011 8 .001
Total .126 11

Tabel 3. Analisis Ragam Puncak Populasi Brachionus plicatilis


ANOVA

puncak populasi
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 208331.6 3 69443.862 18.753 .001
Within Groups 29624.693 8 3703.087
Total 237956.3 11

Tabel 4. Analisis Ragam Kepadatan Akhir Brachionus plicatilis


ANOVA

kepadatan akhir
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 196155.7 3 65385.228 50.935 .000
Within Groups 10269.567 8 1283.696
Total 206425.2 11

Tabel 5. Uji Wilayah Ganda Duncan Konstanta Pertumbuhan Spesifik Brachionus plicatilis
SGR
a
Duncan
Subset for alpha = .01
perlakuan N 1 2
1 3 .40500
2 3 .56467
3 3 .62400
4 3 .66100
Sig. 1.000 .015
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

50
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 2, 2010, 47 - 53

Tabel 6. Uji Wilayah Ganda Duncan Puncak Populasi Brachionus plicatilis


puncak populasi
a
Duncan
Subset for alpha = .01
perlakuan N 1 2 3
1 3 178.90000
2 3 301.76667 301.76667
3 3 424.90000 424.90000
4 3 530.43333
Sig. .039 .038 .066
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Tabel 7. Uji Wilayah Ganda Duncan Kepadatan Akhir Brachionus plicatilis


kepadatan akhir
a
Duncan
Subset for alpha = .01
perlakuan N 1 2 3
1 3 49.23333
2 3 123.76667
3 3 262.56667
4 3 381.66667
Sig. .034 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Uji wilayah ganda Duncan konstanta Chlorella sp saja mudah mengalami penurunan
pertumbuhan spesifik (Tabel 5), puncak atau fluktuasi kandungan B12 dalam tubuhnya
populasi (Tabel 6) dan kepadatan akhir (Tabel (Hirayama dan Maruyama, 1993 dalam
7) menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah Sumiarsa et al., 1996).
perlakuan D. Setelah mencapai puncak populasi,
Dari hasil pengamatan selama 12 hari, kepadatan pada masing-masing perlakuan
kepadatan Brachionus plicatilis terus meningkat berangsur-angsur turun. Hal ini menunjukkan
tiap hari hingga mencapai puncak populasi. bahwa media kultur sudah mencapai batas
Meningkatnya kepadatan tersebut karena jenis optimal dimana terjadi persaingan untuk
pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan secara mendapatkan sumber daya yang tersedia,
optimal untuk pertumbuhan dan terutama pakan dan oksigen. Penurunan
kelangsunganhidup. Ukuran pakan yang kepadatan setelah puncak populasi pada
diberikan lebih kecil dari bukaan mulut ikan dan perlakuan yang menggunakan ragi roti lebih
nutrisi yang terkandung juga sesuai dengan besar dari kontrol karena ketidakstabilan yang
yang dibutuhkan sehingga selain mendukung mengakibatkan kerusakan media kultur yang
pertumbuhan juga reproduksi secara optimal. terjadi dengan cepat, terutama tingginya kadar
Dalam kondisi media yang optimum, organisme NH3 yang bersifat racun sehingga menurunkan
mampu beradaptasi dengan cepat dan pertumbuhan Brachionus plicatilis (James et al.,
pertambahan populasi juga terjadi dengan cepat 1987). Untuk menghindari hal itu, perlu
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Pencapaian dilakukan pergantian air (Fushimi, 1989 dalam
puncak populasi menjadi lebih cepat karena Fulks dan Main, 1991).
didukung oleh pakan yang mengandung nutrisi Campuran alga dan ragi roti akan
optimal untuk pertumbuhannya. meningkatkan pertumbuhan Brachionus
Pada perlakuan A, adanya pembentukan plicatilis (Hirayama dan Funamoto, 1983 dalam
vitamin B12 dalam media kultur Chlorella sp James et al., 1987). Tetapi pada kultur
mengakibatkan kepadatan menjadi dua kali lipat Brachionus plicatilis terutama yang diberi
sejak inokulasi pertama. Walaupun demikian pakan ragi roti baik sebagai pakan tunggal atau
Brachionus plicatilis yang hanya diberi pakan campuran, konsentrasi pakan harus diusahakan

51
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 2, 2010, 47 - 53

tetap stabil atau serendah mungkin karena hasil menunjukkan bahwa dengan pemberian ragi
eksresi pakan menyebabkan kontaminasi cilia roti, vitamin B12 dan vitamin C dapat
atau bakteri serta kerusakan media kultur meningkatkan nilai nutrisi pakan Brachionus
(James et al., 1987). Di lain pihak, bakteri plicatilis sehingga tingkat pertumbuhan juga
dapat berfungsi sebagai pakan, penghasil tinggi.
vitamin B12, penghasil asam lemak EPA (Eicosa Pertumbuhan yang buruk akan menurunkan
Pentaenoic Acid) yang sangat esensial untuk efisiensi penyerapan pakan termasuk juga
pertumbuhan dan sebagai probiotik untuk vitamin B12 yang sangat esensial untuk
melawan bakteri pathogen (Hoff dan Snell, pertumbuhan. Hal ini karena masih terdapat
1987). Menurut Reguera (1984) dalam Fulks residu vitamin B12 dalam media masing-masing
dan Main (1991), kontaminasi Cilia akan perlakuan jika kultur dilakukan secara
menurunkan pertumbuhan Brachionus plicatilis. berkesinambungan (Sumiarsa, 1996). Vitamin
Pada masing-masing media kultur penelitian ini B12 yang terkandung dalam tubuhnya akan
ditemukan organisme bersilia, yaitu Euplotes berkurang. Seperti halnya organisme akuatik
sp. Organisme ini ikut memanfaatkan pakan lainnya, hilangnya material organik dan nutris
yang sebenarnya diberikan untuk Brachionus dalam tubuh Brachionus plicatilis akan
plicatilis. Di antaranya terjadi persaingan menyebabkan penurunan berat sehingga
sehingga memperngaruhi pertumbuhan mengakibatkan penurunan tingkat pertumbuhan
Brachionus plicatilis. Pada kondisi ini, dan bahkan kematian. Pada kondisi ini,
diperlukan vitamin C untuk meningkatkan keberadaan vitamin C penting untuk
kekebalan terhadap infeksi bakteri dan mengurangi stress akibat perubahan lingkungan
menanggulangi pengaruh merugikan akibat media.
stress lingkungan sehingga tidak menurunkan
produktifitas (Wanasuria, 1993). KESIMPULAN
Hirayama dan Funamoto (1983) dalam
Hirayama dan Satuito (1991) menyatakan 1. Penggunaan ragi roti, vitamin B12 dan
bahwa ragi roti yang nilai nutrisinya rendah vitamin C sebagai bahan pengkaya pakan
(menurut Imada (1980) mengandung 1,3% 3- Brachionus plicatilis berpengaruh sangat
HUFA, lebih rendah dibanding Chlorella sp, nyata terhadap pertambahan populasi (yang
yaitu 29%) mampu meningkatkan pertumbuhan digambarkan oleh parameter pertumbuhan
Brachionus plicatilis jika diberikan bersamaan yaitu konstanta pertumbuhan spesifik,
dengan vitamin B12. Fungsi utama \asam lemak puncak populasi dan kepadatan akhir).
esensial adalah berhunungan dengan 2. Pemberian pakan alami Chlorella sp yang
peranannnya sebagai fosfolipid. Asam lemak diperkaya dengan ragi roti (dosis 1 g/ml),
esensial terdapat dalam konsentrasi tinggi pada vitamin B12 (dosis 1,4 g/ml) dan vitamin C
fosofolipid dan berperan penting dalam (dosis 4 g/ml) terhadap Brachionus
mempertahankan fleksibilitas dan permeabilitas plicatilis memberikan hasil pertambahan
membran biologi,transport lipid, dan aktifitas populasi yang tinggi.
enzim tertentu (Kanazawa, 1980 dalam Lewis et
al., 1998). UCAPAN TERIMA KASIH
Pada perlakuan B, pertumbuhan lebih tinggi
dari perlakuan A, karena didukung oleh Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pemberian ragi dan persediaan vitamin B12. Krisna Perwarini, Ir. Titik Susilowati, MS atas
Ragi roti juga mengandung vitamin B12 semua kritik dan saran, Kepala dan semua staf
walaupun sedikit (Hirayama, 1987). Dilaporkan Loka Budidaya Air Payau (LBAP) Situbondo
oleh Yu et al. (1989) bahwa kandungan vitamin Jawa Timur yang telah membantu dalam
B12 dalam ragi roti sebesar 0,12 g/kg berat pelaksanaan penelitian ini. Dan semua pihak
kering. Ragi roti selain dapat membantu yang telah membantu yang tidak dapat
penguraian karbohidrat di dalam saluran disebutkan satu persatu.
pencernaan juga merangsang kerja dari amylase
dan sebagai profein sehingga akan memperkaya DAFTAR PUSTAKA
kandungan protein dari Brachionus plicatilis.
Fungsi lain ragi roti adalah membentuk zat-zat Erlina, A. dan Hastuti, W.S. 1983. Cara
anti bakteri dan bermanfaat bagi pertumbuhan Mengkultur Alga. INFIS (Indonesia
asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh Information System)
bakteri fotosintetik dan bahan organik.
Pertumbuhan Brachionus plicatilis terbaik Fulks, Wendy and Kevan L. Main. 1991.
didapatkan pada perlakuan D. Hal ini Rotifer and Microalgae Culture System.

52
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 2, 2010, 47 - 53

Proceedings of a U.S. Asia Workshop. James M., Charles, P. Dias and Assad E.
The Oceanic Institute Makapuu Point Salman. 1987. The use of marine yeast
P.O. Box 25280 Honolulu, Hawai - (Candida sp) and bakers yeast
96825. (Saccharomyces cerevisae) in
combination with Chlorella sp for mass
Hagiwara, A, K. Hamada, A Nishi, K. Imaizumi culture of the rotifer Brachionus
and K. Hirayama. 1993. Dietary value of plicatilis. In: Linda May, Wallace R. and
neonates from rotifer Brachionus Herzig, A. (eds.). Rotifer Symposium IV.
plicatilis. Nippon Suisan Gakkaishi. 59 Dr.W. Junk Publishers, Dordrecht
(1) : 99 104 printed in Netherland. p. 375-378.

Hirayama, K. 1987. A consideration of why Lewis, T., P.D. Nichols, Piers R.H., D.S.
mass culture of the Brachionus plicatilis Nichols and T.A. Mc Meckin. 1998.
with bakers yeast is unstable. In : Linda Enrichment of rotifers Brachionus
May, Wallace, R. and Herzig, A. (eds.). plicatilis with eicosapentainoic acid and
Rotifer Symposium IV. Dr. W. Junk docosahexaenoic acid produced by
Publishers, Dordrecht printed in bacteria. Journal of the world
Netherland. p. 269-270. aquaculture society. 29 (3) : September
1998.
Hirayama, K. and C.G. Satuito, 1991. The
nutritional improvement of bakers yeast Sumiarsa, G.S., Dahlan Makatutu dan Ibnu
for the growth of the rotifer, Brachionus Rusdi. 1996. Pengaruh vitamin B12 dan
plicatilis. In : Wendy Fulks and Kevan pengkayaan fitoplankton kepadatan
L. Main. Rotifer and Microalgae Culture tinggi terhadap kepadatan dan kualitas
System. Proceedings of a U.S. Asia. rotifer (Brachionus rotundiformis).
The Oseanic Institute Makapuu Point Jurnal Penelitian Periakanan Indonesia.
P.O. Box 25280 Honolulu, Hawai Vol. 2 No. 2 Tahun 1996. (Edisi
96825. Khusus).

Hoff, H. Frank and Terry W. Snell. 1987. Wanasuria, Suharja. 1993. Vitamin C untuk
Plankton culture Manual Fourth Edition. pakan akuakultur. Primadona Edisi
Published by Florida Aqua Farms, Inc., Oktober 1993. Halaman 12 16.
Florida.
Yu, Jian-Ping, K. Hirayama, A. Hino. 1994. The
Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik role of bacteria in mass culture of the
Kultur Phytoplankton dan Zooplankton rotifer Brachionus plicatilis. Bull. Natl.
sebagai Pakan Alami. Penerbit Kanisius, Res. Inst. Aquqculture. Suppl. 1 : 67-70.
Yogyakarta.

Imada, O. 1980. The yeast supplemented with


fish liver oil as feeds for rotifer.
Zoshoku: 17 (5): p. 123 - 125

53

Anda mungkin juga menyukai