Anda di halaman 1dari 7

HASIL

Gambar 1. Ringkasan hasil survei yang berkaitan dengan dampak PPH pada
patisipan. Secara keseluruhan, 1,2% dari semua wanita yang melahirkan
didiagnosis dengan PPH. Tabel 1. Menunjukkan karakteristik partisipan survei
mulai dari ibu, persalinan, dan institusi pada kejadian PPH. Secara umum,
perempuan dengan PPH cenderung terjadi pada usia lebih tua, memiliki paritas
yang lebih tinggi, dan dengan umur kehamilan lebih rendah dibandingkan wanita
tanpa PPH. Wanita dengan PPH juga biasanya lebih sering melewati persalinan
dengan cara induksi, SC, maupun rujukan dari fasilitas kesehatan lain. Ada
beberapa perbedaan yang menonjol dalam insidensi PPH, termasuk secara
geografis , dimana Afrika dan Timur Tengah lebih merepresentasikan,
dibandingkan dengan kasus non-PPH. Sedangkan di Asia, Amerika Latin dan
Kepulauan Karibia kurang merepresentasikan.
Tabel 2 Menyajikan karakteristik partisipan penelitian berdasarkan dengan
penerimaan profilaksis uterotonik. Secara keseluruhan, 95,3% wanita menerima
uterotonik untuk pencegahan PPH. Ada beberapa perbedaan dalam cakupan
pemberian profilaksis berdasarkan usia, status perkawinan, dan paritas. Partisipan
yang tidak menerima profilaksis uterotonik cenderung pada usia yang lebih muda,
paritas yang lebih tinggi, dan mereka yang tidak mempunyai pasangan.
Gambar 2 Ringkasan penggunaan profilaksis dengan jenis uterotonik untuk wanita
dengan PPH dan tanpa PPH. Sekitar 5% dari semua wanita tidak menerima
profilaksis, namun di antara mereka yang diberikan oksitosin yang merupakan jenis
uterotonik paling banyak digunakan. Mereka yang menggunakan oksitosin, secara
signifikan tidak memiliki riwayat PPH (72 banding 56%), sedangkan mereka yang
didiagnosis dengan PPH kemungkinan dua kali lebih besar menerima lebih dari satu
uterotonis untuk profilaksis (35 banding 19%).
Tabel 3. Menyajikan hasil dari analisis regresi logistik dari prediktor diagnosis
PPH. Faktor yang terkait dengan peningkatan kemungkinan meningkatnya
diagnosis PPH meliputi , umur 35 tahun (OR 1,42; 95% CI 1,26-1,60); Nuliparitas
(OR 1,12; 95% CI 1,01-1,25); Paritas tiga atau lebih (OR1,32; 95% CI 1,09-1,59);
Usia kehamilan saat melahirkan <37 minggu atau> 41 minggu, dibandingkan
dengan 37-41 minggu (Masing-masing OR adalah 2,63; 95% CI 2,28-3,04 dan 1,56;
95% CI 1.02-2.38); Induksi persalinan (OR 1,55; 95% CI 1.20-2.00); Operasi
caesar (OR 1,46; 95% CI 1,20-1,79); dan tinggal di daerah Timur Tengah
dibandingkan dengan Afrika (OR 1,79; 95% CI 1,20-2,67).
Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, 17,6% kejadian PPH terjadi pada
SMO: 14,5% dianggap hampir ketinggalan beberapa penanda disfungsi organ, dan
3,1% mengalami kematian ibu. Tabel 4 merangkum pelaksanaan pengobatan PPH
pada SMO. Hampir 93% dari semua kasus PPH menerima uterotonik untuk
pengobatan PPH, 32,5% menerima produk darah, dan 23,1% mendapat terapi
antibiotik intravena. Selain itu, kurangnya pelaporan intervensi termasuk
penghilangan atau mempertahankan produk konsepsi, pemindahan plasenta
manual, laparotomi, ligasi atau emboliasi arteri, dan balon atau condom tamponade
Seperti yang diharapkan, penyediaan paling banyak intervensi jauh lebih tinggi di
kalangan wanita dengan SMO, sekitar dua-pertiga di antaranya menerima produk
darah dan seperempatnya menerima transfusi secara masif dan / atau histerektomi.
Tabel 5 Ringkasan hubungan antara SMOs pada wanita dengan PPH. Ada
perbedaan signifikan secara Demografi [usia, pendidikan, dan HDI] serta variabel
klinis (paritas, usia kehamilan saat melahirkan, anemia, penerimaan uterotonik
profilaksis, dan penerimaan uterotonika untuk pengobatan PPH). Seperti duaan
sebelumnya, kejadian SMOs itu juga jauh lebih tinggi di kalangan partisipan yang
merupakan rujukan dari fasilitas kesehatan lainnya (30,1 banding 2,6%). Gambar 3
merangkum kejadian SMOs di antara kasus PPH menurut pengelompokkan HDI.
Yang paling terdapat perbedaan mencolok terjadi pada kematian ibu, yang memiliki
frekuensi terbesar pada pengelompokkan HDI rendah dan menengah.
Penerimaan intervensi obstetrik di antara kasus PPH dengan SMO
ditunjukkan pada Gambar 4 berdasarkan pengelompokkan HDI. Pada semua
pkelompok HDI, intervensi yang sering diberikan adalah uterotonik untuk
pengobatan PPH dan penyediaan produk darah. Intervensi lain, seperti berbagai
tindakan bedah, lebih sering terjadi pada kelompok HDI yang tinggi dan kelompok
HDI yang sangat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai