E Procurement
E Procurement
Manfaat e-procurement
Manfaat :
Proses pengadaan barang/jasa menjadi lebih mudah;
Menghemat biaya administrasi pengadaan, serta biaya penggunaan bahan habis pakai;
Mempercepat proses pengadaan barang/jasa;
Mendapatkan harga dan produk barang/jasa yang lebih kompetitif dengan semakin banyaknya
peserta yang mendaftarkan diri mengikuti pelelangan;
Meningkatkan transparansi dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
Masalah yg mungkin dihadapi :
Keharusan memilih harga terendah seringkali membuat banyak lembaga pemerintah justru
berpotensi menerima barang/ jasa yang tidak sesuai standar. Selain itu proses lelang seringkali
diikuti oleh peserta (perusahaan) yang banting harga.
Pengadaan barang/ jasa yang bersifat sulit diukur (intangible) seperti biaya konsultasi, belanja
perangkat lunak (software/ aplikasi), berpotensi menimbulkan dugaan korupsi dari lembaga
penyidik/ anti korupsi seperti BPK, KPK, Polisi dan Kejaksaan. Pemahaman dalam menentukan
harga barang/ jasa yang layak sesuai spesifikasi atau kelas seringkali masih menjadi
perdebatan antara panitia lelang dan lembaga penyidik.
Begitu besarnya sorotan publik (masyarakat dan lembaga penyidik) dan makin banyaknya
peserta lelang, menimbulkan efek keengganan untuk menggunakan anggaran lelang adakan
menjadi panitia lelang.
Belum adanya peraturan hukum yang memayungi proses e-procurement. Akibatnya belum ada
standar baku mengenai standar proses e-procurement, waktu, penggunaan teknologi informasi,
sumber daya manusia, keabsahan hukum dan sebagainya.
Rendahnya komitmen pemimpin lembaga pemerintah untuk mengadakan barang/ jasa secara
transparan baik secara konvensional atau elektronik.