Anda di halaman 1dari 19

MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA

YANG MAJU DAN MANDIRI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia telah dikenal dunia sebagai negara kepulauan (Archipelagic


state) terbesar yang memiliki kondisi konstelasi geografis yang sangat strategis,
karena wilayah Indonesia terletak pada posisi silang dunia yaitu di antara dua
benua dan dua samudera, sehingga dengan posisi geografis tersebut
menyebabkan laut di antara pulau-pulau menjadi alur laut yang sangat penting
artinya bagi lalu lintas pelayaran nasional maupun internasional. Disamping itu
Indonesia memiliki 17.499 pulau, dengan luas perairan lautnya mencapai 5,9 juta
km2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km 2. Kondisi tersebut menjadikan
Indonesia sebagai center of gravity kawasan Asia Pasifik. Bahkan banyak
cendekiawan internasional menyebutkan, bahwa kawasan perairan Indonesia
merupakan salah satu kawasan perairan tropis yang berdaya dukung alam tinggi
dengan kemampuan Mega Biodiversity, sehingga tidak dapat dipungkiri hal itu
menarik keinginan (interest) negara-negara asing untuk masuk ke perairan
Indonesia. Pemahaman bangsa Indonesia tentang konstelasi geografi negara
Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan seperti saat ini sangat penting,
sebab pengakuan dunia internasional kepada bentuk negara kepulauan bagi
Indonesia membutuhkan perjuangan dan sejarah yang panjang. Sejak konferensi
hukum laut PBB (United Nations Convention On The Law Of The Sea) ke-3 pada
tahun 1982, telah disepakati pengaturan rezim hukum laut.
Salah satu keputusan terpenting bagi Indonesia yaitu pengakuan terhadap
bentuk negara kepulauan dengan pengaturan hak dan kewajibannya. Pengakuan
tersebut resmi diterima oleh 117 negara dalam sidang terakhirnya di Montego Bay
Jamaika tanggal 10 Desember 1982, dan oleh Indonesia ditindaklanjuti dengan
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan
konvensi PBB tentang hukum laut, 28 tahun setelah Deklarasi Djuanda tanggal 13
Desember 1957. Sejak saat itu Indonesia memiliki hak dan kewajiban untuk

1
melaksanakan hukum laut PBB 1982. Konvensi ini juga dapat digunakan sebagai
pedoman dalam penyusunan instrumen hukum nasional untuk menjamin
penerapannya secara keseluruhan.
Perkembangan luas wilayah laut ini harus dipandang sebagai tantangan
nyata untuk dikelola, dijaga dan diamankan bagi kepentingan Indonesia. Laut
telah berkembang menjadi aset nasional, sebagai wilayah kedaulatan, ekosistem,
sumber daya yang digunakan sebagai sumber energi, sumber makanan serta
berperan sebagai media perhubungan antar pulau, kawasan perdagangan,
pertukaran sosial budaya dan berperan sebagai media wilayah pertahanan
sekaligus media untuk membangun pengaruh kepada pihak asing. Namun
demikian sebagai konsekuensi bertambahnya luas wilayah laut Indonesia,
bertambah pula potensi ancaman terutama pada era globalisasi saat ini. Ancaman
di wilayah laut pada era globalisasi telah menjelma menjadi sangat kompleks,
beragam dan terus berubah seiring dengan dinamika perkembangan lingkungan
strategis global, regional maupun nasional. Perkiraan ancaman dan gangguan
lainnya yang mungkin dihadapi Indonesia ke depan antara lain meliputi kejahatan
lintas negara (misalnya penyeludupan, pelanggaran ikan ilegal), pencemaran dan
perusakan ekosistem, imigrasi gelap, pembajakan/perampokan, aksi radikalisme,
konflik komunal dan dampak bencana alam.
Presentase ancaman ini menjadi semakin tinggi karena posisi geografi
Indonesia berada pada lalu lintas perdagangan dunia. Setiap hari ratusan bahkan
ribuan kapal baik kapal dagang maupun militer melintas di perairan Indonesia
melalui Sea Lanes of Communication (SLOC) serta Sea Lines of Oil Trade
(SLOT). Laut Indonesia memiliki arti yang sangat penting bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yaitu, laut sebagai media pemersatu bangsa, laut
sebagai media perhubungan, laut sebagai media sumber daya, laut sebagai
media pertahanan dan keamanan, serta laut sebagai media diplomasi. Konsep
pemikiran tersebut sangat diperlukan bangsa Indonesia agar tidak menjadikan
dan menganggap laut sebagai rintangan, kendala atau hambatan sebagaimana
dihembuskan oleh pihak-pihak asing yang tidak menginginkan kemajuan bagi
bangsa dan negara Indonesia.
Oleh karena itu Indonesia harus memiliki kemampuan yang dapat
menjamin keamanan wilayah laut agar seluruh kekayaan alam yang terdapat di

2
perairan Indonesia dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
seluruh rakyat Indonesia. Disamping itu, pemerintah juga perlu menjamin
keselamatan dan keamanan pelayaran seluruh pengguna laut, khususnya yang
melintas di perairan yurisdiksi nasional Indonesia, sesuai dengan hak dan
kewajiban yang ada pada hukum laut PBB.
Mencermati dinamika konteks tersebut di atas, maka dilaksanakannya
Perumusan Kebijakan Strategi Pengamanan Wilayah Nasional, yang bertujuan
untuk merumuskan kebijakan strategi pengamanan wilayah nasional, terutama
laut, sebagai negara kepulauan yang mempunyai posisi geostrategis sangat
unggul di lintasan jalur pelayaran manca negara. Sasaran yang ingin dicapai dari
perumusan kebijakan ini adalah tersusunnya kebijakan strategi pengamanan
wilayah nasional, yang dapat dijadikan masukan dalam perumusan operasional
strategi pertahanan keamanan dan pengembangan wilayah Negara maritim yang
tangguh.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan Negara Maritim?
2. Apa makna dan fungsi laut bagi Indonesia ?
3. Apa yang menjadi syarat sebagai Negara Maritim?
4. Apa saja potensi kemaritiman Indonesia?
5. Bagaimana Pemahaman tentang Ketahanan Nasional di Laut ?
6. Apa Tugas dan Peran TNI AL dalam mempertahankan kedaulatan NKRI ?
7. Bagaimanakah Stabilitas Ketahanan Nasional di Indonesia ?

3
PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara Maritim

Pemahaman Negara Maritim diawali dengan Deklarasi Djoeanda pada


tanggal 13 Desember 1957, yang kemudian ditindak lanjuti dengan adanya
konsep wawasan nusantara, UU No 4/60 tentang Perairan dan UNCLOS 1982. Isi
Deklarasi "Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan
pulau-pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak
memandang luas dan lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan
Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian dari pada
perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan
Negara Republik Indonesia. Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis-
garis yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik
Indonesia akan ditentukan dengan Undang-Undang".
Pada tanggal 18 Desember 1996 di Makassar dicanangkan Deklarasi
Negara Maritim Indonesia, dengan tindak lanjut Konsep Pembangunan Negara
Maritim Indonesia, Dewan Kelautan Nasional. Substansinya adalah menyebut
Negara Kesatuan RI beserta perairan nusantara, laut wilayah, zona tambahan,
ZEE, dan landas kontinennya sebagai Negara Maritim Indonesia.
Perkembangan Wawasan dan Pembangunan Kelautan. Pada tanggal 26
September 1998 kembali dicanangkan Deklarasi Bunaken dengan tindak lanjut
The Ocean Charter. Isi Deklarasi tersebut anatara lain : Mulai saat ini visi
pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus juga berorientasi laut.
Semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga memberikan
perhatian untuk pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan potensi
kelautan Indonesia. Visi Kelautan terus berkembang hingga era reformasi dengan
Pembangunan Maritim Indonesia (1998-2004) mencakup aspek : Perikanan,
Pehubungan laut, Industri Maritim, Pertambangan dan Energi, Wisata Bahari,
Pembangunan SDM, IPTEK dan Kelembagaan Maritim. Berdirinya Kabinet
Gotong Royong dan Kabinet Persatuan (1999-2004) dengan tindak lanjut
dibentuknya Departemen Eksplorasi Laut yang akhirnya menjadi Departemen
Kelautan dan Perikanan. Beberapa waktu yang lalu telah dilaksanakan World

4
Ocean Conference 2009 di Menado yang juga telah menunjukan peran dan
wawasan kelautan bangsa Indonesia kepada dunia Internasional.
Gagasan Negara Maritim Indonesia sebagai aktualisasi wawasan
nusantara untuk memberi gerak pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak
bangsa Indonesia secara bulat dalam aktualisasi wawasan nusantara.
Pengembangan konsepsi negara maritim Indoensia sejalan dengan upaya
peningkatan kemampuan bangsa kita menjadi bangsa yang modern dan mandiri
dalam teknologi kelautan dan kedirgantaraan bagikesejahteraan bangsa dan
negara. Bumi maritim Indonesia adalah bagian dari sistem planet bumi yang
merupakan satu kesatuan alami antara darat dan laut di atasnya tertata secara
unik, menampilkan ciri-ciri negara dengan karakteristik sendiri yang menjadi
wilayah yurisdiksi Negara Republik Indonesia.
Pengembangan negara maritim Indonesia berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945 karena dalam prikehidupan kebangsaan Indonesia Pancasila pada
hakekatnya disusun secara serasi dan seimbang untuk mewadahi seluruh aspirasi
bangsa Indonesia. Landasan konsepsionalnya adalah wawasan nusantara dan
ketahanan nasonal. Dengan wawasan nusantara bangsa Indonesia memandang
wilayah nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, social budaya dan
keamanan. Pada hakekatnya negara maritim Indonesia merupakan
pengembangan dari konsepsi ketahahan nasional, maka konsepsi negara maritim
Indonesia perlu dijadikan pedoman dan rangsangan serta dorongan bagi bangsa
kita dan upaya pemanfaatan dan pendayagunaan secara terpadu, terintegrasi dan
berkelanjutan.
Jadi, negara maritim adalah sebuah negara yang tulang punggung
eksistensinya, pengembangannya, kebesaran dan kejayaannya tertumpu pada
kekuatan maritim. Artinya, negara mampu memanfaatkan dan menjaga wilayah
lautnya. Namun disayangkan bahwa sebagai negara kepulauan terbesar di dunia,
Indonesia belum mampu memanfaatkan potensi sumber daya laut tersebut secara
maksimal sehingga diperlukan konsep dan strategi untuk membangun Indonesia
menjadi sebuah negara maritim yang tangguh dan berdaulat.

5
II. Makna dan Fungsi Laut Bagi Bangsa Indonesia

Berbeda dengan daratan, laut tidak dapat diduduki secara permanen,


dipagari atau dikuasai secara mutlak, laut hanya dapat dikendalikan dalam jangka
waktu yang terbatas. Perairan Indonesia memiliki karakterisktik yang khas yaitu
Laut Terbuka, merupakan perairan yang berhubungan langsung dengan
Samudera Hindia dan Samudera Atlantik, Laut Setengah Tertutup, merupakan
perairan Indonesia yang salah satu sisinya berhubungan langsung dengan laut
terbuka namun di sisi lainnya berbatasan dengan daratan, selanjutnya Laut
Tertutup, merupakan seluruh perairan kepulauan (archipelagic waters).
Karakteristik laut Indonesia inilah yang akan mempengaruhi strategi pengamanan
wilayah laut Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, laut merupakan bagian integral dari wilayah negara
yang tidak dapat dibagi-bagi, namun dapat dibedakan menurut rezim hukum yang
mengaturnya. Laut dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan
bangsa Indonesia, namun negara lain juga memiliki hak pemanfaatan
sebagaimana diatur dalam The United Nations Convention on The Law of The
Sea 1982 (UNCLOS 1982).

Gambar 1. Peta Konstelasi Indonesia

6
Fungsi laut bagi bangsa Indonesia :
1. Media Pemersatu Bangsa
2. Media Perhubungan
3. Media Penggalian SDA
(Peran Pemerintah dan Institusi lainnya)
4. Media Hankam
5. Media Membangun Pengaruh
(Peran TNI AL)
TNI AL melaksanakan tugas-tugas secara optimal
Peran diplomasi TNI AL

III. Syarat Sebagai Negara Maritim

Menurut Alfred Thayer Mahan, dalam buku The Influence of Sea Power
Upon History tahun 1660-1783 , terdapat enam syarat utama sebuah negara
disebut sebagai negara maritim, yaitu :
1) Geographical position (posisi geografis)
2) Physical conformation (Kondisi fisik wilayah)
3) Extent of territory (luasnya wilayah)
4) Number of population (jumlah penduduk)
5) National character (karakter bangsa)
6) Character of government (karakter pemerintah).
Indonesia telah dikenal sebagai Negara maritim dan konsekuensi
menyandang predikat sebagai negara maritim adalah Indonesia harus
mengembangkan aktifitas pelayarannya, hal ini karena salah satu penunjang
perekonomian Indonesia adalah sektor pelayaran, ini juga didukung oleh letak
strategis Negara Indonesia yang berada di daerah persilangan dunia yang juga
membuat indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan
laut.

7
IV. Potensi Kemaritiman Indonesia

Indonesia yang disebut sebagai negara maritim, tentu saja memiliki banyak
potensi baik itu sebagai penunjang maupun penyedia fasilitas yang sangat
membantu perekonomian. Potensi sumberdaya maritim yang cukup besar ini
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Potensi nilai ekonomi kelautan dari bidang-
bidang maritim utama sangat besar. Dari perikanan, termasuk perikanan tangkap,
budidaya, dan pengolahan sebesar US$ 47 milyar per tahun. Sedangkan dari
pariwisata bahari mencapai US$ 29 milyar per tahun yang tersebar di 241
kabupaten/kota.
.Dari energi terbarukan sebesar US$ 80 milyar per tahun yang terdiri dari
energi arus laut, pasang surut, gelombang, biofuel alga, panas laut. Sementara
biofarmasetika laut sebesar US$ 330 milyar per tahun.
Sedangkan dari sektor transportasi laut ada potensi US$ 90 milyar per
tahun. Sementara minyak bumi dan gas off shore senilai US$68 milyar, sebanyak
70% dari produksi minyak dan gas bumi berasal dari pesisir dengan 40 dari 60
cekungan potensial mengandung migas terdapat di lepas pantai, 14 di pesisir, dan
hanya enam di daratan.
Dalam mengolah dan membangun sumberdaya maritim tersebut diperlukan
adanya kearifan lokal. Kata kearifan berasal dari kata arif yang berarti bijaksana,
cerdik, pandai, berilmu, paham, serta mengerti.Kata kearifan juga berarti
kebijaksanaan, kecendekiaan.Berdasarkan pengertian tersebut, di sini kearifan
lokal diartikan sebagai kebijaksanaan atau pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat dalam rangka mengelola lingkungan, yaitu pengetahuan yang
melahirkan perilaku hasil adaptasi mereka terhadap lingkungan, yang implikasinya
adalah kelestarian dan kelangsungan lingkungan untuk jangka panjang.
Dalam kearifan lokal terkandung pula kebudayaan lokal, hal ini
menyebabkan pembangunan pada daerah-daerah tidak boleh menghilangkan
unsur budaya dari daerah tersebut. Seharusnya pembangunan di suatu daerah
harus melihat terlebih dahulu kondisi sosial-budayanya, sehingga dapat mengolah
sumber daya dengan baik tanpa merugikan penduduk yang pada akhirnya akan
memajukan perekonomian daerah dan nasional.

8
Indonesia seperti yang telah dijelaskan merupakan negara kemaritiman,
dimana kondisi Indonesia yang lebih banyak daerah perairan dari pada daerah
daratan. Kondisi inilah yang membentuk budaya indonesia menjadi budaya yang
lebih merujuk pada budaya kemaritiman, yang masyarakat lebih banyak berprofesi
sebagai nelayan pada daerah pesisir.
Budaya Indonesia sebagai budaya kemaritiman, maka pembangunan yang
dilaksanakan di indonesia haruslah berparadigma kemaritiman, dimana maritim
menjadi pusat pembangunan bangsa. Hal ini dapat diwujudkan melalui
pembangunan berkelanjutan kemaritiman yang dirancang oleh pemerintahan
seperti; penangkapan ikan alami; pelestarian daerah pesisir, pengolahan energi
alam di bawah laut menggunakan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan), dan penangkaran/ pelestarian biota laut yang dianggap punah, dan
membangun pariwisata bahari.
Namun pada kenyataannya banyak penelitian yang mengungkapkan
perilaku penangkapan ikan pada zaman modern lebih senang menangkap ikan
menggunakan peralatan yang dapat menyebabkan kerusakan pada kelestarian
biota laut, seperti contohnya Bom yang digunakan oleh para nelayan memiliki efek
destruktif pada kehidupan bawah laut, hal ini disebabkan bom tersebut
mengandung zat kimia yang dapat melumpuhkan biota-biota laut.

V. Pemahaman Ketahanan Nasional di Laut

Ketahanan nasional merupakan gambaran dari kondisi sistem (tata)


kehidupan nasional dalam berbagai aspek pada saat tertentu. Tiap-tiap aspek
relatif berubah menurut waktu, ruang dan lingkungan terutama pada aspek-aspek
dinamis sehingga interaksinya menciptakan kondisi umum yang sulit dipantau
karena sangat kompleks.
Konsepsi ketahanan nasional akan menyangkut hubungan antar aspek
yang mendukung kehidupan, yaitu:
1. Aspek alamiah/Trigatra (Statis)
a. Geografi
b. Kependudukan
c. Sumber kekayaan alam

9
2. Aspek sosial/Pancagatra (Dinamis)
a. Ideologi
b. Politik
c. Ekonomi
d. Sosial budaya
e. Ketahanan keamanan
Ketahanan Nasional sebagai kondisi. Perspektif ini melihat ketahanan
Nasional sebagai suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya dipenuhi.
Keadaan atau kondisi ideal demikian memungkinkan suatu negara memiliki
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga mampu menghadapi
segala macam ancaman dan gangguan bagi kelangsungan hidup bangsa yang
bersangkutan Ketahanan Nasional sebagai pendekatan/metode/cara menjalankan
suatu kegiatan khususnya pembangunan negara. Sebagai suatu pendekatan,
ketahanan nasional menggambarkan pendekatan yang integaral. Integral dalam
arti pendekatan yang mencerminkan antara segala aspek/ isi, baik pada saat
membangun maupu pemecahan masalah kehidupan. Dalam hal
pemikiran, pendekatan ini menggunakan pemikiran kesisteman.
Jadi dapat dimaknai bahwa Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis
yang merupakan integrasi dari setiap aspek kehidupan bangsa dan Negara .
pada hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu
bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan
bangsa dan Negara. Berhasilnya pembangunan nasional akan
meningkatkan ketahanan nasional. Selanjutnya ketahanan nasional yang
tangguh akan mendorong pembangunan.
Jika ketahanan Nasional dapat diatasi dengan baik oleh bangsa Indonesia,
maka tercapailah suatu keadaan yang dinamakan ketahanan nasional untuk
mencapai keadaan tersebut, terdapat suatu pemahaman yang dinamakan
"geostrategi" secara umum, geostrategi merupakan upaya untuk memperkuat
ketahanan diberbagai bidang yaitu bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, militer, kehidupan beragama dan pembangunan. Lingkungan laut atau
maritim mempunyai lima dimensi strategi Militer yang saling berhubungan meliputi
:

10
1. Dimensi ekonomi. Penggunaan laut sebagai media perhubungan,
transportasi dan perdagangan telah dimanfaatkan sejak dahulu hinga
sekarang, dan hampir 99,5 % pergerakan roda perekonomian di dunia
adalah melewati jalur laut, volume muatan meningkat delapan kali sejak
tahun 1945 dan kecenderungan semakin meningkat sampai sekarang. Telah
diyakini bahwa perdagangan lewat laut yang terpadat adalah melalui Selat
Malaka atau melalui jalur alternatif ALKI I,II,III.
2. Dimensi Politik. Perubahan dimensi politik dari lingkungan maritim
berkembang sangat tajam semenjak tahun 1970-an. Bagi sejumlah besar
Negara pantai, khususnya bagi dunia ketiga, perairan yang berbatasan
dengan pantai memberikan prospek satu- satunya untuk perluasan. Tuntutan
kedaulatan sering merupakan tindakan politik untuk mendapatkan
konsekuensi ekonomi daripada sekedar perhitungan jangka panjang tentang
untung dan ruginya. Perselisihan atas perbatasan laut seringkali lebih
dimotivasi oleh simbol politik dari perhitungan biaya dan manfaatnya.
3. Dimensi Hukum. Basis dimensi hukum dalam lingkungan maritim adalah
Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982).
Kecenderungan dari penekanan hukum di laut sekarang lebih banyak
dipokuskan pada masalah lingkungan hal mana dapat berakibat pembatasan
gerakan kapal dan mengurangi hak Negara bendera, disamping itu ada
kebutuhan untuk penertiban lebih efektif atas rezim yang ada khususnya
yang berhubungan masalah perikanan dan perdagangan narkoba secara
illegal.
4. Dimensi Militer. Di laut dimensi militer selalu berkembang mengikuti
perkembangan teknologi, sehingga profesionalisme Angkatan Laut suatu
Negara selalu dikaitkan dengan penguasaan dan penggunaan teknologi
yang mutakhir. Filosofi Angkatan Laut adalah "senjata yang diawaki",
berbeda dengan filosofi "manusia yang dipersenjatai".
5. Dimensi Fisik. Pemahaman terhadap lingkungan fisik menyeluruh dimana
kekuatan maritim akan beroperasi sangat penting, seperti kondisi geografi,
hidro oseanografi. Daerah Operasi kekuatan maritim mulai dari perairan
dalam laut bebas (Blue Waters) ke perairan yang lebih dangkal (Green
Waters) sampai ke perairan pedalaman, muara dan sungai (Brown Waters).

11
Corong strategis berbatasan atau dimiliki oleh negara-negara pantai yang
berdekatan. Seperti selat Malaka, dimiliki oleh Indonesia, Malaysia dan
Singapura. Oleh karena itu konsep "Joint Security" akan mudah diterima dan
diterapkan di antara negara-negara pantai tersebut.

Dari berbagai dimensi tersebut diatas apabila disinergikan secara baik


maka akan dapat menciptakan suatu kekuatan laut yang tangguh (sea power),
dimana parameternya mengarah pada tiga elemen operasional yaitu unsur
kekuatan militer (fighting instruments), penggerak roda perekonomian di laut
(merchant shipping) dan pangkalan atau pelabuhan (bases).

VI. Fungsi dan Peran TNI AL dalam mempertahankan kedaulatan NKRI

Fungsi TNI AL
TNI AL memiliki dua fungsi dasar yaitu Pengendalian Laut dan Proyeksi
Kekuatan. Dua fungsi ini saling berhubungan satu dengan lainnya. Tingkat
pengendalian di laut sangat ditentukan dengan tersedianya kekuatan yang
diproyeksikan. Sebaliknya, kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan dibuat
untuk mendukung pengendalian laut.
1. Pengendalian Laut
Pada dasarnya pengendalian laut bertujuan untuk menjamin kepentingan
nasional di dan lewat laut, dan bertujuan agar mampu secara optimal
memanfaatkan potensi laut yang dimilikinya untuk kepentingan bangsa sendiri,
serta mampu mencegah atau menghambat pemanfaatan oleh bangsa lain yang
dapat merugikan kepentingan sendiri.
2. Proyeksi Kekuatan, terbagi ke dalam :
Proyeksi kekuatan sebagai bagian dari pengendalian laut. Adalah
penggunaan dari kapal-kapal TNI AL dan pasukan Marinir untuk
memastikan pengendalian dan terpeliharanya keamanan di laut dan daerah
penting lainnya.
Proyeksi kekuatan untuk mendukung kampanye kekuatan darat dan udara.
Spektrum yang lebih luas ini meliputi operasi amfibi, penggunaan pesawat

12
angkut udara, bantuan tembakan kapal terhadap sasaran di darat, dalam
mendukung kampanye udara dan darat.

Peran TNI AL
1. Peran Militer (Military/Defence)
Peran Militer TNI AL dilaksanakan dalam rangka menegakkan kedaulatan
negara di laut dengan cara pertahanan negara dan penangkalan ; menyiapkan
kekuatan untuk persiapan perang, menangkal setiap ancaman militer melalui laut,
menjaga stabilitas kawasan maritim, melindungi dan menjaga perbatasan laut
dengan negara tetangga. Selanjutnya dalam upaya pertahanan negara dan
penangkalan ini dilaksanakan kegiatan ataupun operasi untuk ; melindungi
segenap aktifitas negara dalam eksplorasi dan eksploitasi laut, melindungi
kehidupan, kepentingan dan kekayaan laut nasional baik dari ancaman luar
maupun dalam negeri, menyiapkan sistem pertahanan laut yang handal,
membangun kekuatan tempur laut yang siap untuk perang, membangun
pangkalan-pangkalan dan fasilitas labuh bagi kapal-kapal, serta menunjukan
iktikad damai terhadap negara tetangga.
Peran militer dalam keadaan perang ataupun konflik bersenjata pada
hakekatnya adalah penggunaan kekuatan secara optimal untuk memenangkan
perang atau konflik bersenjata. Penggunaan kekuatan tersebut tergantung kondisi
geografi dan intensitas konflik bersenjata yang dihadapi. Penggunaan kekuatan
diarahkan untuk menghadapi setiap agresi militer melalui laut, mencegah musuh
untuk menggunakan laut untuk kepentingannya, mengendalikan laut untuk
kepentingan nasional, mengamankan dan melindungi penggunaan laut bagi lalu
lintas manusia dan barang, menggunakan laut untuk proyeksi kekuatan ke darat,
serta mendukung operasi pemeliharaan perdamaian PBB.
2. Peran Polisionil (Constabulary)
Peran Polisionil TNI AL dilaksanakan dalam rangka menegakkan hukum di
laut, melindungi sumber daya dan kekayaan laut nasional, memelihara ketertiban
di laut, serta mendukung pembangunan bangsa, dalam hal ini memberikan
kontribusi terhadap stabilitas dan pembangunan nasional. Peran polisionil ini
dilaksanakan di seluruh perairan laut yurisdiksi nasional yang secara umum untuk
memelihara ketertiban di laut. Peran untuk melaksanakan tugas penegakkan dan

13
hukum di laut diselenggarakan secara mandiri atau gabungan dengan komponen
kekuatan laut lainnya.
Pelaksanaan penegakan hukum dan pemeliharaan keamanan laut dengan
cara menggelar operasi laut di kawasan strategis dan operasi laut sehari-hari.
Menegakkan hukum dan memelihara ketertiban di laut dilaksanakan dalam upaya
melindungi pemanfaatan kekayaan laut secara legal, mencegah penyelundupan
dan imigran gelap serta mencegah pelanggaran-pelanggaran di laut lainnya.
Sedangkan untuk keamanan jalur lintas laut internasional, diselenggarakan dalam
rangka mendukung dan melaksanakan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
Internasional di wilayah laut yurisdiksi nasional.

3. Peran Dukungan Diplomasi (Diplomacy Supporting)


Peran Dukungan Diplomasi oleh TNI AL merupakan peran yang sangat
penting seperti halnya setiap angkatan laut di seluruh dunia. Peran ini dahulu
dikenal sebagai Unjuk Kekuatan Angkatan Laut yang telah menjadi peran
tradisional angkatan laut. Dukungan diplomasi adalah penggunaan kekuatan laut
sebagai sarana diplomasi dalam mendukung kebijaksanaan luar negeri
pemerintah, dan dirancang untuk kmempengaruhi kepemimpinan negara atau
beberapa negara dalam keadaan damai atau pada situasi yang bermusuhan.
Secara tradisional, angkatan laut menunjukan kehadirannya di laut dengan
melaksanakan kunjungan kapal-kapal perang ke luar negeri untuk mengingatkan
dan menunjukan kemampuan dan kekuatannya di laut. Di samping itu untuk
mempengaruhi pandangan negara-negara yang dikunjungi terhadap kebesaran
bangsa, dan mempromosikan di dunia internasional. Kehadiran di laut itu tidak
didasarkan atas adanya ancaman, namun lebih merupakan sebagai duta bangsa
yang berperan untuk membentuk opini dan membangun kepercayaan antar
negara (Confidence Building Measures/CBM). Kapal perang yang melaksanakan
tugas diplomasi ini harus memiliki kesiapan tempur yang prima, mudah
dikendalikan, memiliki mobilitas yang tinggi, memiliki kemampuan proyeksi
kekuatan ke darat, serta mampu untuk menampilkan sosok angkatan laut yang
kuat dan berwibawa sebagai simbol dari kekuatan, dan memiliki daya tahan
operasi yang tinggi.

14
4. Peran Lainnya
Disamping tiga peran di atas, TNI AL juga memiliki peran yang tidak kalah
pentingnya yaitu peran untuk melaksanakan operasi lain selain perang (Military
Operations Other Than War) dalam rangka memanfaatkan kekuatan TNI AL bagi
kepentingan bangsa dan negara. Peran tersebut mencakup tugas-tugas
kemanusiaan dan penanggulangan bencana, search and rescue, operasi
perdamaian dan operasi bantuan lainnya yang dibutuhkan.

VII. Stabilitas Ketahanan Nasional di Indonesia


Ancaman tehadap wilayah pantai di Indonesia juga dapat datangnya dari
bencanan alam gempa bumi dan diiukuti oleh tsunami. Bencana akibat gempa
bumi dan tsunami ini terjadi karena adanya gerakan tektonik di bawah dasar laut.
Oleh karena itu, pantai- pantai yang rawan gempa bumi dan tsunami adalah
pantai-pantai yang berhadapan dengan daerah penunjangan (subduksi) antara
dua lempengan taktonik Eurausia dan Australia disebelah barat Sumatera,
diselatan Jawa, Bali, NTB, dan NTT, maupun pantai- pantai di sebelah Utara dan
Timur dari Indonesia bagian Timur, sebagai akibat subduksi antara lempengan
Pasifik dan Eurasia.
Pemanfaatan Data dan Informasi Sumber Daya Pesisir dan Kelautan dalam
Aspek Sistem Pertahanan Laut. Dalam rangka Sistem Pertahanan Laut, data dan
Informasi kelautan diperlukan untuk menunjang fungsi-fungsi pertahanan di
wilayah laut. Fungsi- fungsi tersebut adalah sebagai fungsi Intelejen Maritim dan
fungsi Pengamatan dan penelitian laut.
Kebijakan dan Strategi Pembangunan Wilayah Maritim untuk Mencapai
Ketahanan Nasional. Dalam kaitannya dengan pembangunan sumber daya laut,
pemerintah dan bangsa Indonesia membuat satu kebijakan yang strategis dan
antisipatif yaitu dengan menjadikan matra laut sebagai sektor tersendiri. Kebijakan
ini perlu ditindak lanjuti dengan penepatan kebijakan dan strategi pembangunan
yang mantap dan berkesinambungan untuk mencapai ketahanan nasional,
argument ini paling tidak didasarkan pada dua alasan pokok.
1. Pembangunan wilayah maritim adalah pembangunan seluruh wilayah perairan
Indonesia dengan segenap sumber daya alam terkandung di dalamnya untuk
kesejahteraan bangsa Indonesia. Alasan ini membawa implikasi bahwa

15
kebijakan dan strategi ketahanan nasional yang diterapkan harus bersifap
menyeluruh (holistik) dan terpadu antara sumber daya alam dan sumber daya
manusianya.
2. Bahwa dengan diterapkannya kebijakan dan strategi pembangunan wilayah
maritim yang mantap dan berkesinambungan, maka semakin terbukti bahwa
Negara mampu mencapai ketahanan nasional secara mandiri untuk
mengelola sumber daya alamnya dengan baik sesuai dengan tujuan
pembangunan nasional.

Setiap bangsa mempunyai cita-cita yang luhur dan indah yang ingin dicapai
yang lazim dinamakan tujuan nasional. Dalam usaha mencapai tujuan nasional
tersebut setiap bangsa akan menghadapi tantangan, ancaman dan gangguan
yang harus ditangani. Untuk itu suatu bangsa harus mempunyai kekuatan,
kemampuan, daya tahan dan keuletan yang dinamakan ketahanan
nasional. Upaya kesejahteraan sosial bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
yang kerta raharja dalam suasana demokratis, adil dan merata, dengan kata lain,
berkembangnya masyarakat madani Indonesia (Indonesian civil society).
Kemantapan keamanan nasional dan adanya masyarakat yang madani
akan menjamin dapat dikembangkannya kesejahteraan nasional. Sebaliknya
kemantapan kesejahteraan nasional akan menjamin terciptanya stabilitas
nasional. Dengan meningkatnya kemantapan kesejahteraan nasional dan diikuti
oleh meningaktnya kemantapan nasional, maka melalui pemerataan
pembangunan yang konsepsional dapat dicapai stabilitas nasional yang dinamis.
Dalam dinamika inilah ketahanan nasional harus diwujudkan dengan
menggunakan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dan pendekatan
keamanan (security approach). Ketahanan nasional mencakup dua aspek, yaitu
aspek alamiah dan aspek kemasyarakatan.
Aspek alamiah meliputi : Kondisi georafis Negara, keadaan dan kekayaaan
alam serta keadaan dan kemampuan penduduk. Sedangkan aspek
kemasyarakatan: Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan
keamanan, aspek-aspek tersebut tidak ditinjau secara terpisah-pisah melainkan
memiliki korelasi secara keseluruhan merupakan suatu konfigurasi yang
menimbulkan daya tahan nasional.

16
PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara Maritim adalah sebuah Negara yang tulang punggung
eksistensinya, pengembangannya, kebesaran dan kejayaannya tertumpu pada
kekuatan maritim. Artinya, Negara Kepulauan ini harus dilihat secara geografis
dan non geografis.
Kebijakan Kelautan Nasional merupakan kebijakan pemerintah Republik
Indonesia yang menyangkut pengelolaan laut yurisdiksi nasional secara terpadu
dan komprehensif. Hal tersebut akan bertumpu pada tiga bidang pokok, yaitu
Politik, Ekonomi dan Pertahanan Keamanan, oleh karena itu langkah awal yang
harus dilakukan adalah penciptaan ocean governance guna mewujudkan
ketahanan nasional.
Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi
dari setiap aspek kehidupan bangsa dan Negara. Pada hakikatnya ketahanan
nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat
menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan bnagsa dan Negara.
Berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan ketahanan nasional.
Selanjutnya ketahanan nasional yang tangguh akan mendorong pembangunan .
Dari berbagai dimensi tersebut (politik, ekonomi, sosial, budaya) , apabila
disinergikan secara baik maka akan dapat menciptakan suatu kekuatan laut yang
tangguh (sea power), dimana parameternya mengarah pada tiga elemen
operasional yaitu unsur kekuatan militer (fighting instruments), penggerak roda
perekonomian di laut (merchant shipping) dan pangkalan atau pelabuhan (bases).

B. Saran
Keamanan laut merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai warga
negara, kita harus ikut berperan serta dalam menjaga keamanan dan kedaulatan
wilayah NKRI . Namun yang mempunyai tanggung jawab utama dalam menjaga
keamanan dan pertahanan wilayah Negara khususnya bagi NKRI yaitu Tentara
Negara Indonesia (TNI), khususnya untuk wilayah laut yaitu TNI AL . Untuk
mengarahkan Indonesia sebagai Negara Kepulauan Indonesia untuk menjadi satu
Negara Maritim, bukan sekedar Negara Maritim, tapi Negara Maritim Indonesia

17
yang besar, kuat, dan makmur, serta mandiri. Besar sudah jelas, kuat belum,
makmur apalagi. Bicara tentang kuat dan makmur inilah perlu adanya kebijakan
yang tepat Untuk Membangun Negara Maritim Yang Tangguh Dalam Perspektif
POLITIK, EKONOMI, SOSIAL-BUDAYA, PERTAHANAN DAN KEAMANAN.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, bungnovan.wordpress.com/2013/01/09/maritim-potensi-ekonomi-masa-depan-
indonesia/

Anonim, http://asfarsyafar.blogspot.com/2013/10/makalah-wawasan-sosial-budaya-
maritim.html

Anonim, http://siradel.blogspot.com/2011/03/tentara-nasional-indonesia-angkatan.html

Anonim , http://zeyacute.blogspot.com/2013/07/makalah-ketahanan-nasional.html

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2010. Statistik Indonesia 2010. Jakarta: Badan Pusat
Statistik Republik Indonesia
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral [DESDM]. 2007. Publikasi Media.
http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/.

http://www.cmi.no/publications/file/ 3699-unpacking-the-concept-of-political-will-
to.pdf(Oleh: Amelia Rahmawaty, S. H. Int.)

Kusumoprojo, Wahyono Suroto. 2009. Indonesia Negara Maritim. Mizan Publika.


Indonesia.Jakarta

m.beritasatu.com/ekonomi/144599-mewujudkan-indonesia-sebagai-negara-maritim-yang-
maju.html

Marsetio. (2015). Aktualisasi Peran Pengawasan Wilayah Laut Dalam Mendukung


Pembangunan Indonesia Sebagai Negara Maritim Yang Tangguh. pada acara
Kuliah Umum di hadapan Civitas Akademika Universitas Sumatera Utara di Medan,
Januari 2015

Marsetio. (2014). Sea Power Indonesia. Jakarta: Universitas Pertahanan.

Muhamad, Simela Victor. (2014). Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia dalam Info
Singkat Hubungan Internasional, Vol. VI, No. 21/I/P3DI/November/2014.

19

Anda mungkin juga menyukai