LARUTAN
(PELARUT ORGANIK, LARUTAN ASAM BASA DAN
GARAM, BUFER DAN INDIKATOR DAN pH)
Kelompok 11
Wafa Almulki G84140072
Adella Cempaka G84150025
Fatmawati G84150029
Rian Hidayat G84150055
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
PENDAHULUAN
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,
Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain
yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang
juga disebut pelarut organik. Pelarut ini bersifat inert, memiliki titik didih yang
rendah serta dapat melarutkan dengan cepat dan sempurna. Namun, penggunaan
pelarut organic beracun dalam proses pengolahan makanan harus dibatasi.
penggunaan pelarut organik dalam fraksinasi suhu rendah adalah untuk membantu
pemisahan fraksi cair dan mengikat lebih banyak komponen terlarut sehingga
dihasilkan produk konsentrat dengan konsentrasi yang tinggi. Semakin banyak
jumlah pelarut organik yang digunakan dalam proses ekstraksi maka semakin tinggi
jumlah komponen terlarutnya (Susanti et all. 2014).
Indikator alami merupakan indikator alternatif yang lebih baik. Pewarna alami
pada tanaman memberikan perubahan warna pada variasi pH. Terdapat beberapa
indikator alami yang diekstrak dari buah-buahan, dedaunan maupun bunga-bungaan.
Indikator alami yang dapat digunakan sebagai indikator mempunyai karakteristik
yaitu senyawa memberikan perubahan warna terhadap perubahan suasana pH larutan.
Perubahan warna dapat terjadi melalui proses keseimbangan bentuk molekul dan ion
dari senyawa indikator tersebut (Pratama 2013). Indikator adalah zat yang warnanya
berbeda dalam lingkungan asam dan lingkungan basa. Dengan indikator, kita dapat
mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa. Beberapa indikator tersebut
terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga beberapa indikator yang dibuat
secara sintetis di laboratorium. beberapa jenis tanaman dapat dijadikan sebagai
indikator alami, Syarat dapat tidaknya suatu zat dijadikan indikator asam basa adalah
terjadinya perubahan warna apabila suatu indicator diteteskan pada larutan asam dan
larutan basa (Lestari 2016).
Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang bersifat mempertahankan
pH-nya, karena jika asam dan basa dicampur maka akan terbentuk larutan yang selalu
bersifat netral. Larutan penyangga tidak akan berubah pH nya karena memiliki
komponen yang saling mempertahankan harga pH. Komponen tersebut antara lain
adalah komponen asam yang menahan kenaikan pH dan komponen basa yang
menahan penurunan pH. Larutan penyangga merupakan campuran asam lemah
dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam konjugasinya
(Yunitasari et all. 2013).
Asam dan basa merupakan golongan zat kimia yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori Arrhenius, zat dalam air yang
menghasilkan ion H+ disebut asam, sedangkan zat dalam air yang menghasilkan ion
OH- disebut basa (Fraky 2011). pH merupakan derajat keasaman atau kebasaan yang
dimiliki oleh suatu larutan. Air murni bersifat netral dengan pH sebesar 7,0 pada suhu
25oC. Larutan pH kurang dari tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH
lebih dari tujuh dikatakan bersifat basa . Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pH meter universal. Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan
kertas pH pada permukaan sampel, kemudian perubahan warna pada kertas pH
disesuaikan dengan warna indikator pH (Waryani et al. 2014).
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui sifat kepolaran dari masing-
masing pelarut organic serta mengetahui kestabilan pencampuran dua pelarut yang
memiliki indeks kepolaran berbeda, mengetahui cara pembuatan larutan asam, basa,
serta garam dari sediaan (stok), mengetahui cara pembuatan buffer dan bahan yang
digunakan, mampu mencari dan membuat indicator alami dari bahan umbi atau buah
yang ada di lingkungan serta mampu membuat trayek pH dari indicator alami
tersebut.
METODE
Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 8-22 Mei 2017 pukul 08.00 -11.00
WIB bertempat di Laboratorium Pendidikan Biokimia I, Lantai 5, Gedung Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Alat yang digunakan yaitu peralatan gelas dan pH universal. Bahan yang
digunakan berupa akuades, etanol, metanol, kloroform, n-heksana, etil asetat, aseton,
eter, HCl pekat, asam asetat glasial, NaCl, NH4OH, NaOH, bufer amonia, bufer
asetat, dan bahan alam.
Prosedur Percobaan
Percobaan pertama adalah uji kelarutan pelarut organik dalam air. Pada
percobaan uji larutan yang bertujuan untuk mengetahui kelarutan zat organik dalam
beberapa pelarut dan golongan suatu zat organik berdasarkan kelarutannya. Ada
beberapa zat organik yang akan kkita uji diantaranya etanol, methanol, klorofom, n-
heksana, etil asetat, aseton, dan eter. Semua zat organik tersebut di uji dengan air,
dimana air didini bertindak sebagai penentu kepolaran suatu senyawa/ zat organik
yang diuji.
Tabel 1 Kelarutan pelarut organik dalam air
Pelarut Kelarutan dalam Kepolaran Gambar
air
Etanol + Polar
Metanol + Polar
Aseton + Polar
Ket: (+): larut dalam air (-): tidak larut dalam air
Terdapat tiga konfigurasi penggunaan pelarut organik sebagai media reaksi,
yaitu sistem ko-pelarut satu fase, sistem dua fase, dan sistem mikroakueus (Al-
ashary et all. 2010). Pemilihan pelarut berdasarkan pada polaritasnya akan sangat
krusial dalam menentukan kemampuan substrat dalam berpartisi ke sistem akueus
dan produk dalam berpartisi ke sistem organik. Perolehan senyawa kimia ini
didasarkan pada keasaman sifat kepolaran terhadap pelarut yang digunakan. Pelarut
polar akan melarutkan solute yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solute
yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solute yang non polar atau disebut
dengan like dissolve like (Sudaryanto 2016). Berdasarkan Tabel 1 didapat hasil
methanol dan etanol larut sempurna dalam air, ini menandakan bahwa methanol dan
etanol bersifat polar sama seperti air. Aseton, metanol dan etanol merupakan pelarut
polar. Aseton merupakan pelarut polar-aprotik yang tidak dapat memberikan ion OH,
sedangkan metanol dan etanol merupakan pelarut polar-protik yaitu yang dapat
memberikan ion OH-, sehingga lebih mudah berinteraksi dengan gugus fungsional
yang polar (Marnoto et all. 2012).
Percobaan kedua adalah pencampuran air dan etanol dengan perbandingan
volume 5ml etanol dan 5 ml air didalam labu ukur. Berdasarkan tabel 2 etanol dapat
tercampur sempurna dengan air, tanpa adanya perubahan volume dengan kata lain
volume tetap yaitu 10 ml. Etanol merupakan salah satu pelarut yang umum dan
banyak digunakan oleh industri, memiliki titik didih rendah dan cenderung aman
digunakan. Etanol mempunyai titik didih 70oC (Susanti et all. 2014). Etanol bersifat
miscible terhadap air dan dengan kebanyakan larutan organik, termasuk larutan non-
polar seperti aliphatic hydrocarbons. Lebih jauh lagi penggunaan etanol digunakan
sebagai solvent untuk melarutkan obat-obatan, penguat rasa, dan zat warna yang tidak
mudah larut dalam air. Gugus OH dalam etanol membantu melarutkan molekul polar
dan ion-ion dan gugus alkilnya CH3CH2- dapat mengikat bahan non-polar. Dengan
demikian etanol dapat melarutkan baik non maupun polar (Aziz et all. 2009).
Etanol merupakan pelarut yang serbaguna, dapat menyatu dengan air dengan
sebagian besar bahan organik yang bersifat cair termasuk zat cair, termasuk zat cair
nonpolar seperti hidrokarbon alifatik. Etanol juga digunakan sebagai pelarut dalam
melarutkan bahan obat-obatan. Etanol (etil alkohol) mempunyai rumus kimia
C2H5OH,mudah terbakar, memiliki titik cair -114,30C dan titik didih 78,40C Hasil
yang diperoleh berbeda dengan literature, karena volume etanol tetap tidak berubah,
sementara pada literature sifat fisik dari etanol adalah mudah menguap, sehingga
akan terjadi pengurangan jumlah volume pada tabung ukur.
Tabel 2 Volume hasil pencampuran air dan etanol
Volume air Volume etanol Volume campuran Gambar
(mL) (mL) (mL)
5 5 10
Tabel 3 pH larutan asam, basa, garam dan buffer
Larutan pH terukur pH teoritis
HCl 1 2
CH3COOH 3 3,4
Buffer Asetat 4 5
NaCl 7 7
Buffer Amoniak 9 9
NH4OH 10 10,6
NaOH 12 12
Percobaan ketiga yaitu menentukan membuat larutan asam, basa, garam dan
buffer. Penggolongan larutan dapat juga didasarkan atas sifatnya. Suatu larutan dapat
memiliki sifat asam, basa atau netral. Sifat asam, basa atau netral suatu larutan dapat
diidentifikasi dengan menggunakan suatu indikator. Asam merupakan zat yang dapat
menghasilkan ion hidrogen (H+) dalam air. Asam akan terionisasi menjadi ion
hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Asam dikelompokkan atas dua
golongan, yaitu asam organic dan anorganik. Asam organik umumnya bersifat asam
lemah, korosif dan terdapat di alam. Asam anorganik umumnya bersifat asam kuat
dan korosif. Basa merupakan senyawa yang jika dilarutkan dalam air (larutan) dapat
melepaskan ion hidroksida (OH-) (Laksono 2014). Garam adalah suatu senyawa yang
terbentuk dari reaksi antara asam dan basa. Reaksinya disebut reaksi netralisasi.
Percobaan pembuatan larutan asam, basa, garam dan buffer untuk mengetahui pH
menggunakan pH indicator sehingga menghasilkan nilai pH terukur yang tidak jauh
berbeda dengan pH teoritis (Waryani et al. 2014).
Percobaan terakhir adalah menentukan trayek pH dari indikator alami, indikator
alami yang digunakan adalah cabai, jeruk, dan kunyit. Berdasarkan tabel 4 dengan
variasi nilai pH dari berbagai sampel dari mulai 1-12. Data pertama yang didapat dari
indicator cabai, pada suasana asam pH 1-7 tidak terjadi perubahan warna (tetap tidak
berwarna), sedangkan suasana basa dari pH 9-12 terjadi perubahan warna menjadi
kuningan. Pada indicator cabai menghasilkan trayek pH 7-9. Data kedua pada
indicator jeruk, pada suasana asam pH 1-7 akan menunjukan perubahan dari tidak
berwarna menjadi kuning seulas atau kekuningan, sedangkan pasa suasana basa pH 9-
10 menunjukan perubahan warna kuning. Trayek pH yang dihasilkan dari indicator
jeruk adalah 1-7. Data ketiga dengan menggunakan indikator alam kunyit, pada
suasana asam pH 1-7 menunjukan perubahan warna dari tidak berwarna sampai
kuning seulas, pada suasana basa pH 9-12 menunjukan perubahan warna menjadi
kuning sampai merah gelap. Trayek yang dihasilkan dari indikator kunyit adalah 7-
12. Hasil analisis trayek pH dari bahan alam tersebut memberikan perubahan warna
yang menyatakan bahwa bahan ini dapat dimanfaatkan sebagai indikator alami untuk
menentukan asam dan basa (Novitriani et all. 2017). Indikator alami yang di uji pada
praktikum kali ini di ambil dari tiga bahan alami. Menurut Lestari (2016), suatu
bahan alam dapat dijadikan sebagai indikator jika menghasikan warna yang
signifikan. Pewarna alami pada tanaman memberikan perubahan warna pada variasi
pH.
Tabel 4 Trayek pH indikator alami
Sampel Larutan pH Warna Gambar Trayek
1-7
Asam asetat 3 Kuning pucat
Jeruk
HCl 0.01M 1 Kuning pucat
NH4OH 10 Kuning
NH4OH 10 Kuning
DAFTAR PUSTAKA