Anda di halaman 1dari 14

Hubungan Selektivitas Alat Tangkap Bubu Terhadap Keberlanjutan Ikan

Demersal Ekonomis Pulau Penaah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga


Provinsi Kepulauan Riau

Salawita
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP UMRAH, witaishak@gmail.com

Khodijah
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, khodijah5778@gmail.com

Linda Waty Zen


Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, lindawzen@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui selektivitas alat tangkap bubu,
untuk mengetahui keberlanjutan ikan demersal ekonomis dan mengetahui hubungan
selektivitas alat tangkap bubu terhadap keberlanjutan ikan demersal ekonomis.
Penelitian dilakukan pada bulan April 2016 sampai Agustus 2016. Metode penelitian
yang digunakan mengunakan metode survey, dengan pengamatan langsung terhadap
nelayan bubu dan melakukan wawancara. Hasil penelitian dari tangkap nelayan Pulau
Penaah mendapatkan hasil tangkapan ikan sebanyak 16 jenis ikan demersal. Dari 16
jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi terdiri dari 4 jenis, yang bernilai ekonomis
rendah terdiri dari 9 jenis dan ikan yang tidak memiliki nilai jual terdiri dari 3 jenis.
nilai untuk status keberlanjutan ikan demersal ekonomis di Pulau Penaah berada
dalam kategori kurang yaitu dengan nilai 40,23. Hal ini dapat di tandai dengan
volome tangkapan nelayan yang semakin menurun dari tahun sebelumnya. Ikan yang
tertangkap bubu nelayan Pulau Penaah ada yang berukuran kecil tentu hal tersebut
mengganggu pertumbuhan ikan, sehingga akan menyebabkan ikan tidak bisa
berkembang biak dengan baik dan keberlanjutannya akan terganggu.

Kata kunci : Selektivitas, Status keberlanjutan, Alat tangkap bubu, Ikan


demersal ekonomis
Correlatioan Selectivity Trap of Demersal Fishes Economical Sustainability
Pena'ah Island Lingga Regency Senayang District Of Riau Islands Province

Salawita
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP UMRAH, witaishak@gmail.com

Khodijah
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, khodijah5778@gmail.com

Linda Waty Zen


Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, lindawzen@yahoo.com

Abstract

This research aims to determine the selectivity of fishing gear traps, to


determine the economic sustainability of demersal fish and determine the correlation
of the selectivity of fishing gear on the sustainability of demersal fish traps
economical. The study was conducted in April 2016 to August 2016. The research
method using a survey method, with direct observation of fishing traps and conduct
interviews. The results of the Island fishermen catching fish catches Pena'ah get as
many as 16 species of demersal fish. Of the 16 fish species with high economic value
consists of 4 types, the low economic value consists of 9 species and fish that have no
sale value consists of 3 types. value to the status of economic sustainability of
demersal fish in Pena'ah Island is in a category with a value less than 40.23. It can be
on the mark with volume fisherman declining from the previous year. The fish were
caught fishing traps Pena'ah island there are small of course they affect the growth of
fish, so will cause the fish can not reproduce well and sustainability will be disturbed.

Keywords : Selectivity , Status Sustainability , Trap Fishing Gear , Demersal


Fish Economical
I. PENDAHULUAN selektif agar tidak ada ikan yang bukan
Pulau Penaah memiliki perairan target menjadi sasaran penangkapan.
yang luas dan memiliki sumberdaya Selektifitas adalah fungsi dari alat
perikanan yang terdiri atas berbagai tangkap dalam menangkap organisme
macam jenis ikan (multi spesies), dengan jumlah spesies dan ukuran
terutama untuk jenis ikan demersal. yang terbatas.
Sumberdaya ikan yang beragam di
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pulau Penaah harus di lestarikan
Selektivitas alat tangkap adalah
dengan baik dan alat tangkap yang di
adalah kondisi dimana suatu alat
operasikan harus ramah lingkungan.
tangkap dapat menangkap ikan yang
Sumberdaya ikan, meskipun termasuk
menjadi tujuan penangkapan dan atau
sumberdaya yang dapat dipulih
meloloskan ikan lainnya, menurut
kembali (renewable resources) namun
Spare dan Venema (1999) dalam
bukanlah tidak terbatas. Oleh karena
Syahputra (2012), sifat ini harus
itu harus dikelola secara bertanggung
dipertimbangankan jika ingin
jawab dan berkelanjutan agar
mengestimasi komposisi ukuran (atau
ketersediaannya dialam dapat di
umur) ikan yang sesungguhnya di
pertahankan bahkan di tingkatkan, dan
daerah penangkapan.
hal ini erat kaitannya dengan
Bubu merupakan alat penangkap
pengelolaan operasi penangkapan ikan
ikan yang efektif digunakan diperairan
dan sasaran penangkapan ikan yang
terumbu karang. Alat tangkap ini
dilakukan.
sangat membantu nelayan bermodal
Pulau Penaah memiliki tingkat
kecil karena biaya pembuatannya
keragaman yang tinggi (multi spesies)
relatif murah dan mudah dalam
keistimewaan ini membuat hasil
pengoperasiannya (Ismail dan Nuraini,
tangkapan yang beragam baik spesies
1983 dalam Lucien, 2012).
maupun ukurannya maka perlu
Pengelolaan perikanan tangkap
menggunakan alat tangkap yang
yang sukses haruslah menunjukkan
karakteristik usaha penangkapan yang Lingga Provinsi Kepulauan Riau.
berkelanjutan dan ramah lingkungan
(Monintja dan Yusfiandayani, 2001
dalam Adam, L. 2012). Selanjutnya
dijelaskan bahwa salah satu proses
penangkapan yang ramah lingkungan
adalah tidak membahayakan
keanekaraagaman hayati, tidak
menangkap jenis ikan yang dilindungi, Gambar 1. Lokasi Penelitian
tidak membahayakan kelestarian
sumberdaya ikan target. A. Alat dan Bahan
Ikan demersal adalah kelompok Alat dan bahan yang digunakan
ikan yang mendiami atau mempunyai dalam penelitian ini dapat dilihat pada
habitat berada antara kolom air hingga tabel I dibawah ini:
dekat dasar perairan. Ikan-ikan ini Tabel 1. Alat dan bahan
umumnya aktif mencari makan pada No. ALAT KEGUNAAN
malam hari, dan juga bersifat pasif 1. Kamera Dokumentasi
Digital Penelitian
dalam pergerakannya, karena tidak ada
2. Lembaran Mencari
mobilitas dalam jarak yang jauh. Kuisioner Informasi
3. Alat Tulis Mencatat Data-
Kelompok ikan ini adalah termasuk
data pendukung
4.
jenis-jenis ikan karang (Nelwan, 2004 Penggaris Mengukur Ikan
dalam Nugraheni, 2011).
B. Pengumpulan data
III. METODE Penelitian ini dilakukan dengan
A. Waktu dan Tempat mengunakan metode penelitiaan
Penelitian ini dilaksanakan mulai survey. Dalam metode survey
bulan April 2016 sampai Agustus 2016 melakukan pengamatan langsung
yang berlokasi di Pulau Penaah terhadap nelayan bubu dan melakukan
Kecamatan Senayang Kabupaten wawancara. Data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa data N
n=
primer dan sekunder. Data primer 1 + Ne
keterangan :
dikumpulkan secara langsung dilokasi
n : Jumlah sampel,
penelitian melalui wawancara dengan
N : Jumlah populasi, dan
responden dengan menggunakan
E : Estimasi ketidaktelitian
kuisioner. Sedangkan data sekunder
karena kesalahan pengambilan
dikumpulkan dari hasil publikasi,
sampel yang masih dapat
tulisan atau laporan dari instansi
ditolerir. (misalnya 10 %-
pemerintah atau lembaga terkait serta
20%).
sumber-sumber data lain yang
berhubungan dengan studi ini.
B. Analisis data
1. Keberlanjutan
C. Metode Pengambilan Sampel
a. Prosedur analisis keberlanjutan
Pengambilan sampel responden
nelayan bubu dilakukan dengan Adapun prosedur analisis
menggunakan metode Simple Random keberlanjutan yang dilakukan sebagai
Sampling yakni pengambilan sampel berikut :
anggota populasi dilakukan secara 1. Pengumpulan atribut yang relevan
acak karena anggota populasi dianggap dengan masalah yang sedang
homogen (Ridwan, 2008 dalam diteliti
Usman, R. 2013). Jenis data yang 2. Penetapan skala dari masing
dikumpulkan melalui kuisioner berupa masing atribut
jumlah alat tangkap yang digunakan, 3. Mengajukan pertanyaan kepada
lokasi tangkapan, jumlah hasil responden menggunakan kuisioner
tangkapan, ukuran penangkapan. dan mengelompokkan jawabannya
Penentuan responden berdasarkan sesuai dengan skala yang
perhitungan yang dikemukakan oleh ditetapkan
Slovin (Steph Ellen, 2010) yaitu :
4. Membuat tabulasi Skala yang penangkapan saja. Ada dua macam
diperoleh menggunakan Microsoft selektivitas yang menjadi sub 6riteria
excel. yaitu selektivitas ukuran dan
5. Melakukan analisis keberlanjutan selektivitas jenis. Sub 6riteria ini
sesuai metode yang sudah terdiri dari:
ditetapkan Tabel 2. Selektivitas jenis dan ukuran
6. Mendeskripsikan hasil penelitian No Kriteria Bobot

yang diperoleh dengan metode 1Alat menangkap lebih


dari tiga spesies dengan
dekskriptif kualitatif. ukuran yang berbeda
jauh setiap jenis
2 Alat menangkap paling
2. Kriteria Berkelanjutan banyak tiga spesies
dengan ukuran yang
Aktivitas penangkapan ikan juga berbeda jauh setiap jenis 4
3 Alat menangkap lebih
harus berjalan berkelanjutan. Monintja dari tiga spesies dengan
ukuran yang kurang
(1997 dalam Lucien 2012) lebih sama setiap jenis
menyatakan bahwa kriteria aktivitas 4 Alat menangkap satu
spesies saja dengan
penangkapan ikan yang berkelanjutan ukuran yang kurang
lebih sama setiap jenis
yaitu: Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan
2006 dalam Lucien 2012
1) Menerapkan teknoligi yang ramah
lingkungan; 2) Jumlah tangkapan
1. Hasil tangkapan sampingan
tidak melebihi kuota/tangkapan
yang terbuang.
yang terbuang minimum; 3).
Alat tangkap tidak dapat
Menguntungkan; 4) Rendah
menangkap satu jenis spesies ikan
investasi
tertentu walaupun dengan target
penangkapan hanya satu jenis ikan,
2) Pembobotan
sehingga kemungkinan ghost fishing
1. Selektivitas Jenis dan Ukuran
akan terjadi dan berdampak pada
Alat tangkap tersebut diupayakan
keberlanjutan spesies tertentu untuk itu
hanya dapat menangkap ikan / 6riteria
harus mengurangi hasil tangkapan
lain yang menjadi sasaran
sampingan yang terbuang dari alat budaya di suatu tempat. Suatu alat
tesebut dengan pembobotan. diterima secara sosial oleh masyarakat
Tabel 3. Hasil tangkapan sampingan bila: (1) biaya investasi murah, (2)
No Kriteria Bobot
menguntungkan secara ekonomi, (3)
1 Hasil tangkapan sampingan
terdiri dari 3 jenis yang tidak bertentangan dengan budaya
tidak laku di jual di pasar
2 Hasil tangkapan sampingan
setempat, (4) tidak bertentangan
terdiri dari 3 jenis dan 1 dengan peraturan yang ada.
jenis laku di jual dipasr
3 Hasil tangkapan sampingan 2 Pembobotan kriteria ditetapkan dengan
kurang dari 3 jenis dan laku
dijual di pasar menilai kenyataan di lapangan bahwa:
4 Hasil tangkapan kurang
dari 3 jenis dan berharga Tabel 5. Penerimaan masyarakat
tinggi di pasar
No Kriteria Bobot
Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan
2006 dalam Lucien 2012 1 Alat tangkap memenuhi
satu dari empat butir
persyaratan diatas
1. Kualitas fisik hasil tangkapan 2 Alat tangkap memenuhi dua
dari empat butir
Tingkat kualitas ikan ditentukan persyaratan di atas 1
berdasarkan kondisi hasil tangkapan 3 Alat tangkap memenuhi tiga
dari empat butir
secara morfologis (bentuknya), dengan persyaratan di atas
4 Alat tangkap memenuhi
pembobotan: semua persyaratan di atas
Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan
Tabel 4. Kualitas fisik hasil tangkapan 2006.dalam Lucien 2012
No Kriteria Bobot
1 Ikan mati dan busuk
2. Analisis skoring
2 Ikan mati, segar, dan Alat tangkap yang mendukung
cacat fisik 3
3 Ikan mati dan segar keberlanjutan sumberdaya ikan harus
4 Ikan hidup mempunyai tingkat selektivitas yang
Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan
tinggi. Dilihat berdasarkan jumlah
2006 dalam Lucien 2012
spesies yang tertangkap pada alat
1. Penerimaan Masyarakat tangkap karena teknologi yang
Penerimaan masyarakat terhadap digunakan harus ramah lingkungan
suatu alat tangkapan sangat tergantung dan berkelanjutan sehingga tidak
pada kondisi sosial, ekonomi, dan membahayakan nelayan itu sendiri
dalam mengoperasikan alat Tabel 6. Penentuan atribut dan analisis
skoring
tangkapnya. No Atribut Kriteria Skor
Tahap pertama menghitung nilai Alat menangkap lebih 1
dari tiga spesies dengan
rata-rata skor dari beberapa variabel ukuran yang berbeda
1 Selektivitas jauh setiap jenis
yang diteliti dengan pernyataan rumus tinggi Alat menangkap paling 2
banyak tiga spesies
: dengan ukuran yang
berbeda jauh setiap
jenis
Alat menangkap kurang 3
dari tiga spesies dengan
ukuran yang kurang
Keterangan : lebih sama setiap jenis
Alat menangkap satu 4
(Bobot x Skor) : Jumlah skor yang spesies saja dengan
ukuran yang kurang
diperoleh lebih sama setiap jenis
2 Hasil Hasil tangkapan 1
N : Jumlah Responden tangkapan sampingan terdiri dari 3
yang terbuang jenis yang tidak laku di
Minimum jual di pasar
Hasil tangkapan 2
Setelah memperoleh rataan skor sampingan terdiri dari 3
jenis dan 1 jenis laku di
dari masing-masing pertanyaan jual dipasr
Hasil tangkapan 3
kemudian skor rataan akhir dengan sampingan kurang dari
3 jenis dan laku dijual
rumus : di pasar
Hasil tangkapan kurang 4
dari 3 jenis dan
berharga tinggi di pasar
3 Menghasilkan Ikan mati dan busuk 1
ikan yang Ikan mati, segar, dan 2
Selanjutnya dilakukan bermutu cacat fisik
Ikan mati dan segar 3
perhitungan indeks keberlanjutan Ikan hidup 4
4 Alat tangkap Alat tangkap memenuhi 1
dengan cara normalisasi data diterima satu dari empat butir
secara social persyaratan diatas
menggunakan rumus : Alat tangkap memenuhi 2
dua dari empat butir
persyaratan di atas
Alat tangkap memenuhi 3
tiga dari empat butir
persyaratan di atas
Alat tangkap memenuhi 4
semua persyaratan di
atas
Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan
2006.dalam Lucien 2012
Hasil normalisasi yang diperoleh dan jarak Desa Penaah ke Ibukota
merupakan nilai indeks keberlanjutan Provinsi adalah 4 jam.
dari keberlanjutan ikan demersal
2. Kondisi Sumberdaya Perikanan
ekonomis di Pulau Penaah. Posisi
Pulau Penaah merupakan
status keberlanjutan terletak antara 0-
daerah pesisir yang menjadi pusat bagi
100
para nelayan untuk melakukan
Tabel 7. Status keberlanjutan
aktivitas perikanan seperti
No. Indeks Status
Keberlanjutan penangkapan. Area penangkapan para
1 00,00 25,00 Buruk
2 25,01 50,00 Kurang nelayan di Pulau Penaah yaitu pada
3 50,01- 75, 00 Cukup
4 75,01 100,0 Baik area terumbu karang. Karena memiliki
Sumber : Suyitman, et.al. 2009 dalam perairan yang luas Pulau Penaah
Latuconsina, 2014
memiliki potensi sumberdaya ikan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN yang beragam ( multi spesies), hal ini
A. KONDISI UMUM PULAU di lihat dari jenis hasil tangkapan
PENAAH nelayan Pulau Penaah dari ikan yang

1. Letak geografis memiliki nilai ekonomis tinggi hingga

Desa Penaah yang terletak di jenis ikan yang tidak laku dijual.

wilayah Kecamatan Senayang


B. Responden Pengamatan
Kabupaten Lingga yang memiliki luas
Jumlah responden yang diambil
wilayah keselurahanya mencakup
dalam penelitian ini adalah sebanyak
kurang + 27.853 KM2 yang terdiri
22 responden dengan perhitungan
dari luas daratan 397 KM2 dan 27.456
menggunakan rumus slovin yang
KM2 lautan. Jarak Desa Penaah ke
diambil secara acak dari 200 orang
Ibukota Kecamatan adalah 26 KM
nelayan bubu. Penentuan responden
dengan waktu tempuh 2,5 jam, jarak
yakni dengan mengacak nama
Penaah ke Ibukota Kabupaten adalah
responden yang telah di data
30 KM dengan waktu tempuh 3 jam
berdasarkan Kartu Tanda Penduduk.
nama yang terpilih maka akan lakukan menurut (Scoot 2007 dalam Astadiana
wawancara dan di berikan lembaran 2014) ukuran ikan dewasa 45,72 cm.
kuisioner untuk mendapatkan Dari hasil tangkapan dapat dikatakan
informasi yang di butuhkan dalam bahwa alat tangkat bubu merupakan
penelitian. alat tangkap yang tidak selektif,karena
hasil tangkapan sampingan lebih
C. Atribut Pengamatan
banyak dari hasil tangkapan utama(
1. Selektivitas Jenis dan Ukuran
target). Selain itu juga ikan ekonomis
Berdasarkan kuisioner penelitian
yang berukuran kecil juga ikut
dari 22 responden, nelayan banyak
tertangkap, hal ini di pengaruhi oleh
memilih kreteria yang pertama yakni
mesh size bubu yang hanya berukuran
alat menangkap lebih dari tiga spesies
11/4 inchi.
dengan ukuran yang berbeda jauh
antar jenis. Hasil tangkapan nelayan 2. Hasil Tangkapan Sampingan
Pulau penaah terdiri dari 16 jenis ikan Dari hasil penelitian dapat
demersal. diketahui bahwa dari 16 spesies, 9
Berdasarkan pada informasi diantaranya memiliki nilai jual rendah
nelayan, bahwa ikan tangkapan utama seperti ikan Pasir (Pentapodus
adalah ikan kerapu Sunu (Epinephelus trivittatus), ikan Kakap Tanda
coiodeshamilton) yang layak jual (Lutjanus coeruleolineatus), ikan
memiliki body girth (lingkar tubuh) kapas-kapas (Gerres filamentosus),
berkisar antara 4 - 6 cm. dan panjang kepe-kepe (Chaetodon octofasciatus),
rata-rata maksimium 35 cm, Untuk timun tanda (Hujanus carponutatus),
kerapu Sunu (Epinephelus ikan Ketarap (Choerodon anchorago),
coiodeshamilton) ukuran paling kecil ikan Lambai (Siganus doliatus) ikan
yaitu dengan berat 0,7 kg untuk ukuran Tokak (Scarus quoyi), dan ikan Mata
paling besar bisa mencapai 3 kg. Belo (Scolopsis ciliate). Sedangkan 3
Panjang rata-rata ikan yang tertangkap spesies lainnya seperti ikan Malong
adalah 15 35 dan dibandingkan (Gnathophis mystrom), ikan Buntal
(Tetraodontidae spp.), dan ikan terhadap alat tangkap bubu sosial
Krosok (Diodon sp.) merupakan hasil yaitu:
tangkapan buangan karena permintaan 1. Biaya investasi murah.
untuk mengkonsumsi ikan tersebut 2. Menguntungkan secara ekonomi.
sangat sedikit sehingga tidak memiliki 3. Tidak bertentangan dengan
nilai jual. budaya setempat.
4. Tidak bertentangan dengan
3. Kualitas Fisik Hasil Tangkapan
peraturan yang ada
Dari hasil penelitian, hasil
Berdasarkan penelitian, ditinjau
tangkapan nelayan pulau Penaah pada
dari keempat syarat tersebut
saat pengangkatan bubu dalam
penerimaan masyarakat terhadap alat
keadaan hidup, hal ini disebabkan
tangkap bubu secara sosial, nelayan
karena teknik penggunaan bubu yang
pulau Penaah hanya memenuhi 3
bersifat memerangkap ikan. Akan
persyaratan kecuali biaya investasi
tetapi karena jarak tempuh dari area
murah. Hal ini disebabkan, karena
penangkapan menuju bagan
dalam proses pembuatan bubu
pendaratan cukup jauh, maka nelayan
memerlukan biaya yang cukup tinggi
menggunakan es batu untuk menjaga
yang dilihat dari bahan dasar yang
kualitas ikan agar ikan sampai ke
digunakan yaitu kawat. Harga satu
bagan pendaratan ikan dalam kondisi
bubu yang biasa digunakan nelayan
segar. Lamanya waktu yang
pulau penaah memerlukan biaya
dibutuhkan untuk sampai ke bagan
sebesar Rp. 300.000- 500.000. bubu
pendaratan memungkinkan ikan
ini memiliki daya tahan 6-8 bulan.
sampai dalam kondisi mati dan segar.
Desain dan kontruksi bubu

4. Penerimaan Masyarakat nelayan pulau Penaah di warisi oleh

Syarat-syarat penggunaan bubu nelayan nelayan terdahulu yang terus

menurut penerimaan masyarakat menerus di ikuti oleh nelayan sampai


saat ini. Kontruksi bubu nelayan Pulau
Penaah yang biasa di gunakan Perhitungan indek keberlanjutan
nelayan dapat dilihat pada Gambar 4. terdapat pada lampiran 6.
Tabel 11. Status Keberlanjutan
No. Indeks Status Keberlanjutan
1 00,00 25,00 Buruk

2 25,01 50,00 Kurang

3 50,01- 75, 00 Cukup

4 75,01 100,0 Baik

Sumber : Suyitman, et.al. 2009 dalam Latuconsina, 2014

Berdasarkan tabel 7 nilai rata-


rata untuk status keberlanjutan ikan
demersal ekonomis di Pulau Penaah
150
cm berada dalam kategori kurang yaitu
dengan nilai 40,23. hal ini dapat di
100cm
38 cm
tandai dengan hasil tangkapan nelayan
merupakan ikan yang sudah layak
untuk di jual namun volume hasil
1 inci tangkapannya menurun dari tahun ke
Gambar 4. Desain bubu kawat nelayan tahun.
PulauPenaah
Kategori kurang berkelanjutan
Nelayan menggunakan bubu
menunjukkan bahwa sumberdaya ikan
dengan jumlah yang banyak yaitu
di Pulau Penaah berada pada kondisi
masing-masing nelayan memiliki 50-
kritis, dimana jika tidak di dilakukan
100 unit bubu.meskipun demikian
perbaikan penangkapan dikhawatirkan
tidak semua bubu yang digunakan
sumberdaya ikan di Pulau Penaah
nelayan mendapatkan hasil tangkapan.
akan mengalami penurunan, sehingga
Dari penelitian yang di lakukan
nelayan Pulau Penaah akan
maka di dapat nilai indek
kehilangan mata pencaharian, karena
keberlanjutan ikan demersal ekonomis
hasil tangkapan yang semakin
Pulau Penaah yaitu 40,23.
berkurang dari tahun ketahun.
F. Hubungan Selektivitas Terhadap dengan volume ikan yang berkurang
Keberlanjutan dari tahun ke tahun.
Secara Deskriptif dapat di ketahui 3. Selektivitas alat tangkap
hubungan selektivitas alat bubu memberikan pengaruh terhadap
terhadap keberlanjutan ikan demersal keberlanjutan ikan demersal, karena
ekonomis. Ikan yang tertangkap bubu selektivitas dan keberlanjutan saling
nelayan Pulau Penaah ada yang berhubungan. Alat tangkap yang
berukuran kecil tentu hal tersebut selektif tentu akan menghasilkan
mengganggu pertumbuhan ikan, tangkapan yang sudah layak tangkap,
sehingga akan menyebabkan ikan tidak jika demikian maka, sumberdaya ikan
bisa berkembang biak dengan baik dan tidak akan terganggu dan akan terus
keberlanjutannya akan terganggu. berkelanjutan dan lestari.

V. PENUTUP B. SARAN
A. KESIMPULAN Perlu di kembangkan dan
Dari hasil penelitian dapat ditarik sosialisasi kembali alat tangkap yang
kesimpulan bahwa : selektif dan ramah lingkungan. Alat
1. Alat tangkap bubu termasuk tangkap bubu merupakan alat tangkap
alat tangkap yang tidak selektif karena Yang tidak selektif maka di sarankan
ukuran mata bubu berukuran 11/4 ( 2,5 kepada nelayan pulau penaah agar
cm). Hasil tangkapan ada yang tidak menggunakan alat tangkap bubu
berukuran kecil dan banyak sebagai alat tangkap utama karena di
menghasilkan tangkapan sampingan. khawatirkan sumberdaya ikan di Pulau
2. Berdasarkan analisis data dapat Penaah tidak bisa di manfaat secara
diketahui nilai untuk status potensial dimsa yang akan datang.
keberlanjutan ikan demersal ekonomis
di Pulau Penaah berada dalam
kategori kurang keberlanjutan yaitu
dengan nilai 40,23 hal ini di tandai
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Maluku Tengah.
Laporan Penelitian. UNHAS.
Makassar.
Adam Lukman. 2012. Kebijakan
Http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/
Pengembangan Perikanan
files.pdf
Berkelanjutan (Studi Kasus:
Kabupaten Wakatobi, Provinsi Lucien PS, 2012. Pengembangan
Sulawesi Tenggara dan Perikanan Bubu untuk
Kabupaten Pulau Moroatai Keberlanjutan Usaha Nelayan
Provinsi Maluku Utara). Sibolga. Disertasi Intitut
Jurnal Perikanan dan Pertanian Bogor. Bogor.
Kelautan. Vol. 4. No. 2. Hal.
115-126. Jakarta 2012. Diakses Nugraheni, Adita Dwi. 2011.
Pada tanggal 9 Januari 2016. Hubungan antara Distribusi
Http://jurnal.untirta.ac.id/index. Ikan Demersal
php/jpk/article/download/28/17 Makrozoobenthos dan Substrat
di Perairan Selat Malaka.
Astadiana, Siska 2014. Status Skripsi:Institut Pertanian Bogor
Keberlanjutan Ikan Kakap (IPB).
Merah (Lutjanus malabarics)
berdasarkan Pendekatan Syahputra, Fauzi. 2012. Teknologi
Penangkapan Ikan
Ekosistem di Kelurahan Bajoe,
Bertanggungjawab. Laporan
Kecamatan Tanete Riattang Penlitian. Institut Pertanian
Timur, Kabupaten Gone. Bogor. Bogor.
Skripsi. UNHAS. Makassar
Usman, R. 2013. Efektivitas
Ellen, Stephanie, 2010, Slovin Kemitraan Antara Koperasi
Formula Sampling Techniques, dengan Kelompok Tani
(Online), Penyuling Minyak Kayu Putih
(http://www.ehow.com/way_54 (Studi Kasus Koperasi atau
75547_slovins- Mandiri di Nam Leu
formulsampingtechnique.html) Kabupaten Buru. Jurnal
diakses 24 April 2014). Agribisnis Kepulauan. Vol. 2.
No. 2. Maluku Utara. 2013.
Latuconsina, Fadhli, Syamsu Alam Http//:ejurnal.unpati.ac.id/ppr.it
dan Sudirman. 2014. Status eminfo.ink.php?id=380
Keberlanjutan Ikan Lompa
(THRYSSA BAELAMA) pada
Kawasan Sasi Negeri Haruku,

Anda mungkin juga menyukai