TINJAUAN PUSTAKA
Menurut M. Ghufran (2005) sumber oksigen terlarut lainnya adalah aliran air baru
yang masuk ke dalam perairan.
Menurut Ellis (1989), faktor-faktor yang mempengaruhi oksigen terlarut
adalah kadar garam, tekanan udara dan temperatur. Oksigen terlarut akan berbanding
terbalik dengan kadar garam dan temperatur, dan berbanding lurus dengan tekanan.
2.2 Difusi
Difusi merupakan perpindahan zat yang terjadi karena adanya gerak acak
molekul zat dan adanya perbedaan konsentrasi zat (Jorgensen, 2001). Pada
umumnya, zat yang berdifusi bergerak dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke
daerah yang konsentrasinya rendah (Giancoli, 2001).
Misalkan sebuah tabung dengan luas penampang lintang A yang berisi
molekul dengan konsentrasi C1 disebelah kiri dan konsentrasi C2 di sebelah kanan
seperti pada Gambar 2.1. Dengan C1 lebih besar daripada C2 . Anggap bahwa
molekul-molekul bergerak acak. Misalkan sebagian kecil tabung dengan panjang ∆x
yang terletak dibagian tengah tabung yaitu antara daerah 1 dan daerah 2 seperti pada
Gambar 2.1. Karena konsentrasi molekul daerah 1 lebih besar dari konsentrasi
molekul di daerah 2 dan adanya gerak acak molekul, maka ada aliran molekul dari
daerah 1 ke daerah 2. Aliran berhenti ketika konsentrasi molekul di daerah 1 sama
dengan konsentrasi molekul di daerah 2.
∆x
daerah 1 daerah 2
A
Gambar 2.1
∆VC
= AK L (C s − C )
∆t
∆C
V = AK L (Cs − C )
∆t
Untuk ∆t → 0 maka
dC
V = AK L (C s − C ) (2.3)
dt
dengan V adalah volume air. Dari persamaan (2.3) diperoleh kecepatan reaerasi
yaitu
dC A
= K L (C s − C ) (2.4)
dt V
persamaan (2.4) dapat dituliskan sebagai berikut
dC
= K ' (C s − C ) (2.5)
dt
Persamaan (2.5) merupakan persamaan reaerasi, dengan K ' adalah konstanta
reaerasi.
k1
S + E ← → SE
k3
→P+ E (2.6)
k2
dengan k1 , k2 , dan k3 adalah parameter konstan laju reaksi atau tetapan laju reaksi.
tunggal (→) menyatakan reaksi satu arah. Secara keseluruhan mekanisme reaksi
adalah mengubah subsrat S melalui katalis enzim E menjadi produk P . Dengan
kata lain, satu molekul S bergabung dengan satu molekul E membentuk sebuah
komplek SE yang akhirnya menghasilkan satu molekul P dan satu molekul E .
Hukum aksi massa menyatakan bahwa laju reaksi sama dengan hasil kali
konsentrasi reaktan dan tetapan laju (Petruci, 1985). Misalkan konsentrasi masing-
masing reaktan dinotasikan dengan
s = [ S ] , e = [ E ] , c = [SE ] , p = [ P ]
de
= −k1es + ( k 2 + k 3 )c (2.8)
dt
diperoleh
dc
= k1es − (k 2 + k 3 )c (2.9)
dt
ds
= −k1es + k 2 c
dt
de
= −k1es + ( k 2 + k 3 )c
dt
(2.11)
dc )
= k1es − (k 2 + k 3 )c
dt
dp
= k3c
dt
Dalam mekanisme reaksi (2.6), enzim E adalah sebuah katalis yang hanya
memfasilitasi reaksi tetapi enzim tidak mengalami perubahan kimia, sehingga
konsentrasi total enzim yaitu enzim bebas ditambah dengan enzim yang telah
berkombinasi dengan substrat, adalah konstan (Oxtoby, 2001). Sehingga diperoleh
e + c = e0
⇔ e = e0 − c (2.12)
de dc (2.13)
⇔ =−
dt dt
Berdasarkan persamaan (2.13) dapat dilihat bahwa persamaan kedua dari sistem
persamaan differensial (2.11) identik dengan persamaan ketiga dari sistem persamaan
differensial (2.11), sehingga diperoleh sistem persamaan differensial berikut
ds
= −k1es + k 2 c
dt
dc
= k1es − (k 2 + k 3 )c (2.14)
dt
dp
= k3c
dt
ds
= −k1e0 s + (k1 s + k 2 )c
dt
dc
= k1 e 0 s − ( k1 s + k 2 + k 3 ) c (2.15)
dt
dp
= k3c
dt
dc
=0
dt
⇔ k 1 e 0 s − ( k1 s + k 2 + k 3 ) c = 0
k1 e 0 s (2.16)
⇔ c=
k1 s + k 2 + k 3
dp
= k3c
dt
dp k3 k1e0 s
⇔ = (2.17)
dt k1s + k2 + k3
dp
v= (2.18)
dt
atau
ds
v=−
dt
k1k3e0 s
v=
k1s + k2 + k3
k1k3e0 s
k1
⇔ v=
k1s + k2 + k3
k1
k3e0 s
v=
⇔ k +k
s+ 2 3
k1
Vs (2.16)
⇔ v=
s + km
k2 + k3
v merupakan fungsi dari dari s , dengan V = k3e0 dan km = . Persamaan
k1