REFRESHING Mata Merah Visus Menurun Atika
REFRESHING Mata Merah Visus Menurun Atika
Oleh:
TAHUN 2017
MATA MERAH
Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar. Keluhan ini timbul
akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang sebelumnya berwarna putih menjadi
merah. Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui
bagian konjungtiva dan kapsul tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva
terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran
darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah
konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara konjungtiva dan sklera makan akan terlihat
warna merah pada mata yang sebelumnya berwarna putih.
Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada
peradangan mata akut, misalnya pada keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan
melebar, pada iritis dan glaukoma akut kongestif, pembuluh darah arteri perikornea yang
letak lebih dalam akan melebar, sedangkan pada konjungtivitis pembuluh darah superfisial
yang melebar, maka bila diberi epinefrin topikal akan terjadi vasokonstriksi sehingga mata
akan kembali putih.
Bila terjadi pelebaran pembuluh pembuluh darah diatas maka akan terjadi mata merah.
Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah dapat juga terjadi akibat pecahnya salah satu
dari kedua pembuluh darah diatas, dan darah tertimbun dibawah jaringan konjungtiva.
Keadaan ini disebut sebagai perdarahan subkonjungtiva.
INJEKSI KONJUNGTIVA
Melebaranya pembuluh darah arteri posterior atau injeksi konjungtiva ini dapat etrjadi akibat
pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.
- Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva posterior
melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah lepas dari dasar
sklera.
- Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan di daerah
forniks.
- Ukuran pembuluh darah makin bsar di daerah perifer, karena asalnya dari bagian
perifer atau arteri siliar anterior
- Berwarna merah segar
- Dengan teteasan adrenalin 1 : 1000 injeksi akan lenyap sementara
- Gatal
- Fotofobia (-)
- Pupil ukuran normal dengan reaksi normal
INJEKSI SILIAR
Melebarnya pembuluh darah perikornea (arteri siliar anterior) atau injeksi siliar atau injeksi
perikkornea terjadi akibat radang kornea, tukak kornea, bend asing pada ornea, radang
jaringan uvea, glaukoma, endooftlamitis / panoftalmitis.
Mata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi konjungtiva dapat mmeberikan gejala
bersama sama dengan keluhan dan gejala tambahan lain :
PENGLIHATAN MENURUN
- Keratitis
- Uveitis
- Glaukoma Akut
I. KERATITIS
Definisi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalananpembentukan bayangan di retina. Karena itu kornea harus tetap jernih dan
permukaannya rata agar tidak menghalangi proses pembiasan sinar. Kelainan yang bisa
merusak bentuk dan kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat,
terutama bila letaknya di sentral (daerah pupil), bila kelainan ini tidak diobati maka dapat
terjadi kebutaan.
Kelainan kornea yang paling sering ditemukan adalah keratitis. Keratitis merupakan
suatu proses peradangan kornea yang dapat bersifat akut maupun kronis yang disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain bakteri, jamur, virus atau karena alergi.
Etiologi
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
4. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlamps. Hubungan ke sumber
cahaya yang kuat lainnya
5. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya
pembentukan air mata
7. Adanya benda asing di mata
8. Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti debu,
serbuk sari, jamur, atau ragi
9. Efek samping obat tertentu, seperti kortikosteroid
10. Reaksi konjungtivitis menahun
11. Trauma dan kerusakan epitel
12. Herpes genital
Klasifikasi
Keratitis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan kedalaman lesi pada
kornea (tempatnya), penyebab dan bentuk klinisnya.Infeksi pada kornea bisa mengenai
lapisan superficial yaitu pada lapisan epitel atau membran bowman dan lapisan profunda jika
sudah mengenai lapisan stroma.
1. Keratitis Bakteri
2. Keratitis Jamur
3. Keratitis Virus
4. Keratitis Herpetik
a. Keratitis Infeksi Herpes Zoster
b. Keratitis Infeksi Herpes Simpleks :
Keratitis Dendritik dan Keratitis Disiformis
5. Keratitis Alergi
a. Keratokonjungtivitis
b. Keratokonjungtivitis epidemi
c. Tukak atau ulkus fliktenular
d. Keratitis fasikularis
e. Keratokonjungtivitis vernal
6. Keratitis Acanthamoeba
7. Fotokeratitis
Berdasarkan bentuk klinisnya, keratitis diklasifikasikan menjadi:
1. Keratitis Flikten
2. Keratitis Sika
3. Keratitis Neuroparalitik
4. Keratitis Numuralis
Gejala umum keratitis adalahmata merah, mata berair dan kotor, rasa silau, merasa ada
benda asing di matanya, lesi di kornea dan visus menurun.Gejala khususnya tergantung dari
jenis-jenis keratitis yang diderita oleh pasien. Gambaran klinik masing-masing keratitis pun
berbeda-beda tergantung dari jenis penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di kornea,
jika keratitis tidak ditangani dengan benar maka penyakit ini akan berkembang menjadi suatu
ulkus yang dapat merusak kornea secara permanen sehingga akan menyebabkan gangguan
penglihatan bahkan dapat sampai menyebabkan kebutaan.
A. Keratitis Pungtata
Keratitis yang terkumpul di daerah Bowman, dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak
haluspada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi virus
antara lain virus herpes, herpes zoster, dan vaksinia, trakoma, radiasi, dan dry eyes,
lagoftalmos, dll. Keratitis pungtata biasanya bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihat
kelainan konjungtiva ataupun tanda akut.
a. Keratitis Pungtata Superfisialis
Merupakakan keratitis superfisial dengan adanya inflitrat berbentuk bintik-bintik
putih multiple, kecil pada permukaan kornea.Terjadi pada kornea superfisial, dan
hijau saat pewarnaan fluoresein. Penyebabnya di antaralain adalah infeksi bakteri,
devisien vitamin B2, infeksi virus, trauma kimia dan sinar UV, blefaritis, sindrom dry
eye, keratopati lagoftalmus, pemakaian kontak lensa dan keracunan obat topikal.
Pasien akan mengeluh sakit, silau, mata merah, dan merasa kelilipan.
Pengobatan yang bisa diberikan adalah air mata buatan, tobramisisn tetes mata, dan
siklopegik.
b. Keratitis Pungtata Subepitel
Keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman.Biasanya bilateral dan kronis,
tanpa terlihatnya gejala kelainan konjungtiva, ataupun tanda akut.
B. Keratitis Marginal
Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus.Penyakit infeksi
lokal konjungtiva dapat menyebabkan keratitis kataral atau keratitis marginal ini.Keratitis
marginal kataral biasanya terdapat pada pasien setengah umur dengan adanya
blefarokonjungtivitis.
Penderita akan mengeluh sakit seperti kelilipan, lakrimasi, disertai fotofobia berat. Pada mata
akan terlihat blefarospasme pada satu mata, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang
memanjang, dangkal unilateral dapat tunggal atau multiple, sering disertai neovaskularisasi
dari arah limbus.
C. Keratitis Interstitial
Keratitis ini terjadi pada jaringan kornea lebih dalam, merupakan keratitis nonsupuratif
profunda yang disertai dengan neovaskularisasi.Keratitis interstitial adalah kondisi serius
dimana masuknya pembuluh darah ke dalam kornea dan dapat menyebabkan hilangnya
transparansi kornea.Keratitis interstitial dapat berlanjut menjadi kebutaan.Sifilis adalah
penyebab paling sering dari keratitis interstitial.
Pasien biasanya akan mengeluhkan fotofobia, keluar banyak air mata, kelopak meradang,
sakit dan penurunan visus. Kelainan ini biasanya bilateral.
Seluruh kornea keruh, sehingga iris susah dilihat. Permukaan kornea seperti permukaan kaca.
Terdapat injeksi siliar disertai pembuluh darah ke arah dalam sehingga memberikan
gambaran merah pucat salmon patch. Pada keratitis akibat sifilis akan ditemukan trias
Hutchinson, sadlenose, dan serologik positif terhadap sifilis.
Pengobatan yang dapat diberikan berupa tetes mata sulfas atropin untuk mencegah sinekia
dan kortikosteroid tetes mata. Steroid dapat memperburuk gejala dan proses penyakit.
A. Keratitis Bakteri
1. Faktor Risiko
Setiap faktor atau agen yang menciptakan kerusakan pada epitel kornea adalah potensi
penyebab atau faktor risiko bakteri keratitis, beberapa faktor risiko terjadinya keratitis bakteri
diantaranya:
Penggunaan lensa kontak
Trauma
Kontaminasi pengobatan mata
Riwayat keratitis bakteri sebelumnya
Riwayat operasi mata sebelumnya
Perubahan struktur permukaan kornea
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
Pasien keratitis biasanya mengeluh kelopak mata lengket setiap bangun pagi, mata merah,
berair, nyeri pada mata yang terinfeksi, penglihatan silau, adanya sekret dan penglihatan
menjadi berkurang. Pada pemeriksaan bola mata eksternal ditemukan hiperemis perikornea,
blefarospasme, edema kornea, infiltrasi kornea
Reaksi injeksi konjungtiva dan kamera okuli anterior dapat cukup parah. Untuk menegakkan
diagnosis klinik dapat dipakai pedoman berikut :
Terapi
Obat-obat anti jamur yang dapat diberikan meliputi:
C. Keratitis Virus
Virus yang dapat mengakibatkan infeksi pada kornea adalah virus herpes simpleks dan virus
herpes zoster. Kelainan pada kornea didapatkan sebagai keratitis pungtata superfisial
memberikan gambaran seperti infiltrat halus bertitik titik pada dataran depan kornea.
Keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman. Biasanya bilateral dan berjalan kronis
tanpa terlihatnya gejala kelainan konjungtiva, ataupun tanda akut.
1. Keratitis Infeksi Herpes Simpleks
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus tersering pada
kornea.Virus herpes simpleks menempati manusia sebagai host, merupakan parasit
intraselular obligat, dapat ditemukan pada mukosa, rongga hidung, rongga mulut,
vagina dan mata.Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan jaringan
mata, rongga hidung, mulut, alat kelamin yang mengandung virus.
Patofisiologi keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk :
Pada epitelial : kerusakan terjadi akibat pembiakan virus intraepitelial
mengakibatkan kerusakan sel epitel dan membentuk tukak kornea superfisial.
Pada stromal : terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang menyerang
yaitu reaksi antigen-antibodi yang menarik sel radang ke dalam stroma. Sel radang
ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus tetapi juga akan merusak
stroma di sekitarnya.
Gejala berupa terbentuknya pembuluh darah yang halus pada mata, mengeluh nyeri,
fotofobia, penglihatan kabur, mata berair, mata merah, tajam penglihatan turun
terutama jika bagian pusat yang terkena, jaringan parut dan glaukoma.
Pengobatan :
IDU merupakan obat antiviral yang murah, bersifat tidak stabil. Bekerja dengan
menghambat sintesis DNA virus dan manusia, sehingga bersifat toksik untuk epitel normal
dan tidak boleh dipergunakan lebih dari 2 minggu. Terdapat dalam larutan 1% dan diberikan
setiap jam. Salep 0,5% diberikan setiap 4 jam. Vibrabin sama dengan IDU, akan tetapi hanya
terdapat dalam bentuk salep.
Trifluorotimidin (TFT) sama dengan IDU, diberikan 1% tip 4 jam. Acyclovir, bersifat
selektif terhadap sintesis DNA virus. Dalam bentuk 3% yang diberikan setiap 4 jam.
3. Keratitis Disiformis
Keratitis membentuk kekeruhan infiltrat yang bulat atau lonjong di dalam jaringan
kornea. Biasanya merupakan keratitis profunda superfisial, terjadi akibat infeksi virus
herpes simpleks.
Bila cabang oftalmik yang terkena, maka terjadi pembengkakan kulit di daerah dahi,
alis, dan kelopak mata disertai kemerahan yang dapat disertai vesikel, dapat
mengalami supurasi, yang bila pecah akan menimbulkan sikatriks.
Gejala yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan
berasa hangat. Penglihatan berkurang dan merah. Pada kelopak akan terlihat vesikel
dan infiltrat pada kornea.
D. Keratitis Alergi
Etiologi
Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, biasanya penderita sering
menunjukkan gejala alergi terhadap tepung sari rumput-rumputan.
Manifestasi Klinis
Bentuk palpebra: cobble stone (pertumbuhan papil yang besar), diliputi sekret
mukoid.
Bentuk limbus: tantras dot (penonjolan berwarna abu-abu, seperti lilin)
Gatal
Fotofobia
Sensasi benda asing
Mata berair dan blefarospasme
Terapi
Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati
Steroid topikal dan sistemik
Kompres dingin
Obat vasokonstriktor
Cromolyn sodium topikal
Koagulasi cryo CO2.
Pembedahan kecil (eksisi).
Antihistamin umumnya tidak efektif
Kontraindikasi untuk pemasangan lensa kontak
1. Keratokonjungtivitis Flikten
Merupakan radang kornea dan konjungtiva yang merupakan reaksi imun yang
mungkin sel mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen. Dahulu
diduga si sebabkan alergi terhadap tuberkuloprotein. Sekarang diduga juga alergi
terhadap jenis kuman lain.
Pada benjolan akan terjadi penimbunan sel limfoid. Mata akan memberikan
gejala lakrimasi dan fotofobia disertai rasa sakit. Bentuk keratitis dengan gambaran
yang bermacam macam, dengan ditemukannya infiltrat dan neovaskularisasi pada
kornea. Gambaran karakteristiknya adalah dengan terbentuknya papul atau pustula
pada kornea ataupun konjungtiva. Pada mata terdapat flikten pada kornea berupa
benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan, dengan atau tanpa neovaskularisasi
yang menuju ke arah benjolan tersebut.
Biasanya bersifat bilateral yang dimulai dari daerah limbus.pada gambran kliis
akan terlihat suatu keadaan sebagi hiperemia konjungtiva, kurangnya air mata,
menebalnya epitel kornea, perasaan panas disertai gatal dan tajam penglihatan yang
berkurang. Pada limbus tampak benjilan putih kemerahan dikelilingi daerah
konjungtiva yang hiperemia. Bila terjadi penyembuhan akan terjadi jaringan parut
dengan neovaskularisasi pada kornea.
Pengobatan dengan steroid dapat diberikan dengan berhati hati.
2. Keratokonjungtivis Epidemi
Terjadi akibat reaksi peradangan kornea dan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi
alergi terhadap adenovirus tipe 8,19 atau 37, bersifat bilateral. Keluhan umum
demam, gangguan saluran nafas, penglihatan menurun, merasa seperti ada benda
asing, berair, kadang disertai nyeri. Gejala klinis yang ditemukan edema kelopak dan
folikel konjungtiva, pseudomembran pada konjungtiva tarsal yang membentuk
jaringan parut, kelenjar preaurikuler membesar.
3. Tukak atau Ulkus Fliktenular
Tukak flikten sering ditemukan berbentuk sebagai benjolan abu abu, yang pada
kornea terlihat sebagai :
- Ulkus fasikular
- Flikten multipel di sekitar limbus
- Ulkus cincin, merupakan gabungan ulkus
Pengobatannya adalah dengan memberi steroid maupun sistemik.
4. Keratitis Fasikularis
Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menjalar dari limbus
ke arah kornea. Biasanya berupa tukak kornea akibat flikten yang menjalar ke daerah
sentral disertai fasikulus pembuluh darah.
Keratitis fasikularis adalah suatu penampilan flikten yang berjalan (wander
phylcten) yang membawa jalur pembuluh darah baru sepanjang permukaan kornea.
Pergerakan dimulai dari limbus.
5. Keratokonjungtivitis Vernal
Merupakan penyakit rekuren, dengan peradangan tarsus dan konjungtiva
bilateral. Penyebabnya tidak diketahui, akan tetapi didapatkan terutama pada musim
panas dan mengenai anak sebelum berusia 14 tahun, terutama laki laki lebih sering
dibanding perempuan.
Pasien umumnya mengeluh gatal, biasanya disertai riwayat alergi keluarga
ataupun dari pasien itu sendiri, blefarospasme, fotofobia, penglihatan buram dan
kotoran mata berserat serat.
Sering ditemukan hipertrofi papil yang kadang kadang berbentuk Cobble
Stone pada kelopak atas dan konjungtiva daerah limbus. Pengobatan yang diberikan
obat topikal antihistamin dan kompres dingin.
E. Keratitis Acanthamoeba
Keratitis acanthamoeba memberikan rasa sakit berat dan sering terdapat pada pemakai
lensa kontak.
F. Fotokeratitis
Disebabkan mata terpajan sinar ultraviolet, terjadi pada tempat yang terpajan sinar
matahari dan pekerjaan las. Memberikan rasa sakit selama 2 hari.
A. Keratitis Flikten/Skrofulosa/Eksemtosa3
Flikten merupakan benjolan berdiameter 1-3 mm berwarna abu-abu pada lapisan
superfisial kornea.Epitel diatasnya mudah pecah dan membentuk ulkus.Ulkus ini dapat
sembuh atau tanpa meninggalkan sikatrik.Adapula ulkus yang menjalar dari pinggir ke
tengah, dengan pinggir meninggalkan sikatrik sedangkan bagian tengah nya masih aktif,
yang disebut wander phlyctaen. Keadaan ini merupakan proses yang mudah sembuh,
tetapi kemudian kambuh lagi di tempat lain bila penyebabnya masih ada dan dapat
menyebabkan kelainan kornea berbentuk bercak-bercak sikatrik, menyerupai pulau-pulau
yang disertai geographic pattern.
B. Keratokonjungtivitis Sika
Merupakan peradangan konjungtiva dan kornea akibat keringnya permukaan kornea dan
konjungtiva. Penyebab keringnya permukaan konjungtiva dan kornea, yaitu:
Berkurangnya komponen lemak, seperti pada blefaritis
Berkurangnya airmata, seperti pada syndrome syrogen, setelah memakai obat diuretik,
atropin atau dijumapai pada usia tua.
Berkurangnya komponen musin, dijumpai pada keadaan avitaminosis A, penyakit-
penyakit yang menyebabkan cacatnya konjungtiva, seperti trauma kimia, Sindrom
Steven Johnson, trakoma.
Penguapan yang berlebihan seperti pada kehidupan gurun pasir, lagoftalmus, keratitis
neuroparalitika.
Adanya sikatrik pada kornea.
Gejala klinis yang sering timbul yaitu mengeluh mata terasa gatal, terasa seperti ada
pasir,fotofobia,visus menurun, sekret lengket, mata terasa kering.Dari hasil pemeriksaan
didapatkansekret mukus dengan tanda-tanda konjungtivitis dengan xerosis konjuntiva,
sehingga konjungtiva bulbi edema, hiperemi, menebal, kering, tak mengkilat, warnanya
mengkilat. Terdapat infiltrat-infiltrat kecil,letak epiteleal,tes fluoresen (+). Terdapat juga
benang-benang (filamen) yang sebenarnya sekret yang menempel, karena itu, disebut juga
keratitis filamentosa.
Pengobatan :
- Pemberian air mata buatan bila kurang adalah komponen air
- Pemberian lensa kontak apabila komponen mukus yang berkurang
- Penutupan pungtum lakrimal bila terjadi penguapan yang berlebihan
Keratitis Filamentosa
Keratitis yang disertai adanya filamen mukoid dan deskuamasi sel epitel pada permukaan
kornea. Gambaran khususnya berupa filamen epitel halus. Penyebabnya tidak diketahui.
Dapat disertai penyakit lain seperti keratokonjungtivitis sika, sarkoidosis, trakoma,
pemakaian kontak lensa, edema kornea, DM, dll.
Kelainan ini ditemukan pada gejala sindrom mata kering (dry eye syndrome), DM,
pascabedah katarak dan keracunan kornea oleh obat tertentu.
Gejala berupa rasa kelilipan, skaitm silau, blefarospasme dan epifora. Dapat berjalan
menahun ataupun akut. Mata merah dan terdapat defek epitel kornea.
Pengobatan dengan larutan hipertonik NaCl 5%, air mata hipertonik. Mengangkat filamen
dan bila mungkin memasang kontak lensa.
Keratitis Sklerotikans (Sklerokeratitis)
Keadaan dimana terjadi peradangan sklera dan kornea, biasanya unilateral, disertai dengan
infiltrasi sel radang menahun pada sebagian sklera dan kornea. Keratitis sklerotikans akan
memberi gejala berupa kekeruhan kornea lokal berbentuk segi tiga dengan puncak mengarah
ke kornea bagian sentral. Apabila proses peradangan berulang, kekeruhan dapat mengenai
seluruh kornea.
Secara Subjektif, penderita mengeluh sakit, fotofobia tetapi tidak ada sekret.
Secara objektif, kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan berbatas tegas, unilateral,
kornea terlihat putih menyerupai sklera, serta dapat disertai iritis non granulomatosa.
Tidak ada pengobatan yang spesifik.Pemberian kortikosteroid dan anti randang non
steroid ditujukan terhadap skleritisnya, apabila teradapat iritis, selain kortikosteroid dapat
diberikan tetes mata atropin.
Keratitis Lagoftalmos
Terjadi akibat adanya lagoftalmos atau mata tidak dapat menutup sempurna, sehingga kornea
menjadi kering dan mudah terkena trauma. Lagoftalmus akan mengakibatkan mata terpapar
sehingga terjadi trauma pada konjungtiva dan kornea menjadi kering dan terjadi infeksi.
Pengobatannya dengan mengatasi kausa dan air mata buatan. Untuk mencegah infeksi
sekunder diberikan salep mata.
Keratitis Neuroparalitik
Merupakan keratitis akibat kelainan saraf trigeminus, sehingga terdapat kekeruhan kornea
yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea. Gangguan persarafan ke lima dapat terjadi
akibat herpes zoster, tumor fosa posterior kranium, peradangan.
Pasien akan mengeluh tajam penglihatan menurun, silau dan tidak nyeri. Mata akan
memberikan gejala jarang berkedip karena hilangnya refleks mengedip, injeksi siliar,
permukaan kornea keruh, infiltrat dan vesikel pada kornea. Dapat terlihat terbentuknya
deskuamasi epitel seluruh permukaan kornea yang dimulai pada bagian tengan dan
meninggalkan sedikit lapisan epitel kornea yang sehat di dekat limbus.
Pengobatannya dengan air mata buatan dan salep untuk menjaga kornea tetap basah
sedangkan untuk mencegah infeksi sekundernya, berupa pengobatan keratitis, tarsorafi, dan
menutup pungtum lakrimal.
Komplikasi Keratitis
Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis adalah penipisan kornea dan akhirnya
perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophtalmitis sampai hilangnya penglihatan
(kebutaan). Beberapa komplikasi yang lain diantaranya:
Gangguan refraksi
Jaringan parut permanent
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Glaukoma sekunder
Prognosis Keratitis
Keratitis dapat sembuh dengan baik jika ditangani dengan tepat dan jika tidak diobati
dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akan menjadi sikatriks dan dapat mengakibatkan
hilang penglihatan selamanya.
Virulensi organisme
Luas dan lokasi keratitis
Hasil vaskularisasi dan atau deposisi kolagen
II. ULKUS KORNEA
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea,
yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
Etiologi
a. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala
klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang
bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa
kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri.Infeksi
juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air
atau tanah yang tercemar.
b. Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan
organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi
pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi
maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial
saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang
mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi
penghancuran kolagen kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur
film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau
kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea.
Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada
epitel kornea terpulas dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A
dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun
pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid,
IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah
kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi
ulkus yang menggaung.Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea,
karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara
adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.
Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Biasanya kokus gram positif, stafilokokus aureus dan streptokokus pneumoni akan
memberikan gambaran ulkus yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu
abu.
Ulkus Pseudomonas : merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan paling berat
dari infeksi kuman batang gram negatif pada kornea.Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah
sentral kornea.ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. gambaran
berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan.
Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat
hipopion yang banyak.
Bila ukus disebabkan oleh pseudomonas maka ulkus akan terlihat melebar dengan
cepat, purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan ulkus.
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu
sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak
kering.Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian
epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga
terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang
disebabkan bakteri.Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik.Dapat
terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.
Keratomikosis adalah suatu infeksi kornea oleh jamur. Dimulai dengan suatuu ruda paksa
pada kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh tumbuhan. Ulkus terlihat menonjol
ditengah kornea dan bercabang cabang dengan endothelium plaque. Pada kornea terdapat lesi
gambaran satelit dan lipatan Descemet disertai hipopion.
Gambar 4. Ulkus Kornea Fungi
Ulkus KorneaHerpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan
perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit.Pada mata
ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat
terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma.Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya
berbeda dengan dendrit herpes simplex.Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan
fluoresin yang lemah.Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada
kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex :Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes
simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi
siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul
dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.terdapat hipertesi pada kornea secara lokal
kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes
simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya
a. Ulkus Marginal
Penglihatan pasien dengan ulkus marginal akan menurun disertai dengan rasa sakit, fotofobia,
lakrimasi, terdapat pada satu mata blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus
yang memanjang dan dangkal.
b. Ulkus Mooren
Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea
dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi
ataupun hipopion. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea. Merupakan ulkus yang
berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral.ulkus mooren terutama terdapat pada usia
lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui.Banyak teori yang diajukan dan salah
satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun.Biasanya
menyerang satu mata.Perasaan sakit sekali.Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan
kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.
Manifestasi klinis
Gejala Subjektif
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion
Ulkus Neuroparalitik
Ulkus yang terjadi akibat gangguan saraf ke V atau ganglion Gaseri ditemukan pada Herpes
Zoster. Pada keadaan ni korena atau mata menjadi anestetik dan refleks mengedip hilang.
Benda asing pada kornea bertahan tanpa memberikan keluah, selain daripada itu kuman dapat
berkembang biak tanpa ditahan daya tahan tubuh. Terjadi penglupasan epitel dan stroma
kornea sehingga terjadi ulkus kornea. Pengobatan dengan melindungi mata dan sering
memerlukan tindakan bleafarorafi
Klasifikasi
1) Klasifikasi anatomis
Iridosiklitis
Siklitis anterior
Siklitis posterior
Hialitis
Retinokoroiditis
Retinitis
Neuroretinitis
a) Uveitis Anterior
Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringa badan siliar
(iridosiklitis) biasanya unilateral dengan onset akut. Uveitis terjadi mendadak atau akut
berupa mata merah dan sakit, ataupun datang dengan perlahan dengan mata merah dan sakit
ringan dengan penglihatan turun perlahan lahan. Keluhan pasien dengan uveitis anterior
akut mata sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair dan mata
merah. Keluhan sukar melihat dekat pada psien uveitis akibat ikut meradangnya otot otot
akomodasi.
Dapat terbentuk sinekia posteior, miosis pupil, tekanan bola mata yang turun akibat
hipofungsi badan siliar, tekanan bola mata dapat meningkat, melebarnya pembuluh siliar dan
perilimbus. Pada yang akut dapat terbentuk hipopion di bilik mata depan, sedang yang kronis
terlihat edema makula dan kadang katarak.
b) Uveitis intermediet : inflamasi dominan pada pars plana dan retina perifer
2) Klasifikasi klinis
a) Uveitis akut : onset simtomatik terjadi tiba-tiba dan berlangsung selama < 6 minggu
3) Klasifikasi etiologis
a) Uveitis eksogen : trauma, invasi mikroorganisme atau agen lain dari luar tubuh
- Uveitis spesifik idiopatik: Yaitu uveitis yang tidak berhubungan dengan penyakit
sistemik, tetapi memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari bentuk lain
(sindrom uveitis Fuch)
raksasa multinukleus
Penglihatan
Sedang Nyata
kabur
Merah sirkum
Nyata Ringan
corneal
Keratik
Putih halus Kelabu besar
presipitat
Sinekia
Kadang Kadang
posterior
Penyulit uveitis anterior adalah terbentukny asinekia posterior dan sinekia anterior perifer
yang akan mengakibatkan glaukoma sekunder. Dapat juga berupa kornea keruh, glaukoma,
katarak, kekeruhan vitreus, ablasi retina, neuritis optik.
Pada glaukoma primer sudut tertutup akut terdapat anamnesa yang khas sekali berupa
nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah
tidur sebentar. Melihat pelangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium
prodromal.
Terdapat gejala gastrointestinal berupa enek dan muntah yang kadang kadang
mengaburkan gejala dsripada serangan glaukoma akut. Serangan glaukoma akut yang terjadi
secara tiba tiba dengan rasa sakit hebat dimata dan di kepala, perasaan mual muntah,
bradikardia akibat refleks okulokardiak, mata menunjukkan tanda tanda kongestif
(peradangan) dengan kelopak mata bengkak, mata merah, tekanan bola mata sangat tinggi
yang mengakibatkan pupil lebar, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, papil saraf
optik hiperemis, edem dan lapang pandang menciut berat. Tajam penglihatan sangat menurun
dan pasien terlihat sakit yang berat.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari penderita
tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di dalam dan di
sekitar mata. Penglihantannya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu.
Pada pemeriksaan, ditemukan bengkak palpebra, visus menurun (kadang sampai 1/~),
konjungtiva : Injeksi siliar, kornea : edema, COA : dangkal atau sedang, pupil : middilatasi /
iridoplegi, Iris : sinekia (-), lensa : glaukoma flicken, tekanan intraokular sangat tinggi, media
refraksi keruh, funduskopi : papil hiperemis.
Terapi :
Gliserin gliserol oral 1 ml/kgBB dalam larutan 50% dicampur air jeruk dingin
Pilokarpin 2%, 2 tetes tiap 15 menit selama beberapa jam
Manitol hipertonis 20% I.V 1,5-3 gram/kgBB bila gliserol tidak berhasil
Bila mual diberi asetazolamid 500 mg I.M
Untuk nyeri bila perlu meperidin 100 mg I.M atau analgetik lain.
Hanya pembedahan yang dapat mengobati glaukoma akut kongestif. Tindakan
pembedahan harus dilakukan pada mata dengan glaukoma sudut sempit karena serangan akan
berulang lagi pada suatu saat. Tindakan pembedahan dilakukan pada saat tekanan bola mata
sudah terkontrol, mata tenang, dan persiapan bedah sudah cukup. Tindakan pembedahan pada
glaukoma sudut sempit adalah iridektomi atau suatu pembedahan filtrasi.
ENDOFTALMITIS
Merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau
endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif didalam rongga mata dan struktur
didalamnya. Peradangan supurtatif di dalam bola mata akan memberikan abses di dalam
badan kaca. Penyebab : kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau
sistemik melalui peredaran darah (endogen).
Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang
sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah,
kornea keruh, bilik mata depan keruh kadang kadang disertai hipopion. Kekeruhan atau abses
di dalam badan kaca dapat memberikan refleks pupil berwarna putih.
ENDOFTALMITIS FAKOANAFILAKTIK, UVEITIS FAKOANTIGENIK
Merupakan endoftalmitis unilateral atau bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomatosa
terhadap lensa yang mengalami ruptur. Merupakan suatu penyakit autoimun terhadap
jaringan tubuh (lensa) itu sendiri akibat jaringan tubuh tidak mengenai jarigan lensa yng
terletak di dalam kapsul (membran basalis lensa).
Kadang kadang penyakit ini berjalan bersama trauma lensa yang menimbulkan uveitis
fakoanafilaktik sehingga terjadi uveitis simpatika.
OFTALMIKA SIMPATIKA
Merupakan uveitis granulomatosa bilateral dengan penglihatan menurun dengan mata merah.
Penyebabnya akibat trauma tembus atau bedah mata intraokular. Gejala dini adalah gangguan
binokular akomodasi atau tanda radang ringan uvea anterior atapun posterior, disertai sakit,
fotofobia kedua mata. Pada bilik mata terdapat reaksi intraokular berupa mutton fat deposit
pada dataran belakang kornea, nodul kecil berpigmen pada lapisan epitel pigmen retina, dan
uvea meinipis. Iris terdapat nodul filtrasi, sinekia anterior perifer, neovaskularisasi iris, oklusi
pupil, katarakm ablasi retina dan papilitis.
PANOFTALMITIS
Merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kaspul Tenon sehingga bola
mata merupakan rongga abses. Infeksi ke dalam bola mata dapat melalui peredaran darah
(endogen) atau perforasi bola mata (eksogen) dan akibat tukak kornea perforasi.
Gejala : kemunduran tajam penglihatan disertai rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak,
konjungtiva kemotik, kornea keruh, billik mata dengan hipopion dan relfleks putih di dalam
fundus dan okuli.
GLAUCOMATOCYCLITIC CRISIS
Merupakan kelainan berulang yang self limited dengan tekanan bola mata tinggi disertai
tanda ringan dalam bilik mata depan.
Gejala : samar samar. Mata tanpa injeksi siliar, pupil reaksi lamban, unilateral, penglihatan
menurn, tekanan bola mata meningkat, sudut terbuka, edema kornea, pupil lebar, lapang
pandang dan papil saraf optik normal.
Diagnosis Banding
3. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 14.