ENAM SUKU
PROYEK AKHIR II
Oleh :
Candra Manto 4311211004
Lia Nurwadini 4311211005
Almuaini Nurmawati 4311211011
M. Azahari 4311211016
Ahmad Saktia Asrudin Yunus 4311211029
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan dan batasan
masalah, tujuan, dan sumber acuan dalam pembuatan animasi 2D.
1
mudah dalam mencerna cerita juga akan mendapatkan visualisasi/gambaran
dari cerita.
Agar proposal ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang
akan dibahas. Pembatasan masalah yang penulis bahas antara lain:
Pembuatan konsep animasi dari cerita rakyat yang sudah ada.
Pembentukan karakter pada masing-masing tokoh.
Perancangan animasi 2D dengan menggunakan software Corel Draw,
Adobe Flash, Adobe Photoshop, dan Adobe Premiere.
Pada pembuatan animasi 2D kali ini durasi waktu hanya dibatasi 1-5
menit.
2
nantinya seperti apa bentuk dari karakter. Dan untuk pakaiannya dapat
mengacu pada baju-baju adat Melayu, seperti Baju Kurung, Kain
Songket, dan juga ikat kepala.
Untuk memahami 12 prinsip dasar animasi dapat dilihat dari sebuah gerak
dan memahaminya secara berurutan. Kedua belas prinsip tersebut adalah:
1. Pose dan Gerakan Antara (Pose-To-Pose and Inbetween)
2. Pengaturan Waktu (Timing)
3. Gerakan Sekunder (Secondary Action)
4. Akselerasi (Ease In and Out)
5. Antisipasi (Anticipation)
6. Gerakan Lanjutan dan Perbedaan Waktu Gerak (Follow Through and
Overlapping Action)
7. Gerakan Melengkung (Arc)
8. Dramatisasi Gerakan (Exaggeration)
9. Elastisitas (Squash And Strech)
10. Penempatan di Bidang Gambar (Staging)
11. Daya Tarik Karakter (Appeal)
12. Penjiwaan Karakter
3
1.5.3. Pengertian Multimedia
Istilah multimedia jika ditinjau dari segi bahasa, terdiri dari 2 suku kata,
yaitu "multi" yang memiliki arti banyak atau lebih dari satu dan "media" yang
memiliki arti wadah atau alat. Multimedia dapat diartikan sebagai transmisi
data dan manipulasi semua bentuk informasi, baik berbentuk kata, gambar,
video, musik, atau angka (Pengertian Ahli. 2013. Pengertian Multimedia
Menurut pada Ahli. [Online]. Tersedia:
http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-multimedia-menurut-para-
ahli.html. [07 Maret 2014].
4
3. Pasca Produksi
Compositing and Editing
Adapun referensi untuk gaya desain, baik itu desain karakter maupun
desain pakaian adalah sebagi berikut:
1.5.1.1. Desain Karakter
Pengambilan gaya desain karakter untuk animasi 2D ini, kami
mengambil referensi dari salah satu animasi karya Kastari Animation yang
mengambil dongeng cerita rakyat Keong Emas. Karena kesamaan target
audience, maka gaya desain karakternya menyesuaikan dengan animasi
tersebut. Dimana gaya desain karakternya lebih terlihat lucu, dengan mata yang
bulat, juga wajah yang tembam.
Gambar 1.1 Putri Candra Kirana bersama Ayahanda dan Saudara Tirinya
5
Pakaian tradisional Melayu terdiri dari berbagai macam jenis. Jenis
pakaian yang dipakai tergantung situasi dan kondisi pemakaiannya dan
kegiatan yang dilakukan, misalnya pakaian resmi atau yang digunakan sehari-
hari.
Jenis Pakaian:
a. Pakaian Harian
Pakaian yang dikenakan ketika melakukan kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan pemakaiannya, pakaian harian dapat dibedakan menjadi pakaian
anak-anak, pakaian dewasa, dan pakaian orang tua atau setengah baya.
Pakaian Anak-anak
Pakaian anak laki-laki yang masih kecil disebut baju monyet. Setelah
beranjak besar, anak laki-laki memakai Baju Teluk Belanga atau Baju
Cekak Musang. Terkadang juga memakai celana setengah atau bawah
lutut, kopiah, dan tutup kepala dari kain segi empat. Sedangkan untuk
anak perempuan yang belum dewasa memakai baju kurung yang selaras
dengan kain bermotif bunga atau satu warna dengan kain tersebut.
Sumber : http://capital-adham.blogspot.com/2013/09/reti-ke-tidak-pakai-baju-melayu.html
6
ini dipadukan dengan kain sarung batik dan penutup kepala berupa
selendang atau.
Sumber: http://3.bp.blogspot.com/_fxA23BMuGbk/
Sumber : http://fusion-fashion.blogspot.sg/2008/07/baju-kurung-teluk-belanga
7
b. Pakaian Resmi
Pakaian resmi untuk laki-laki adalah Baju Kurung Cekak Musang lengkap
dengan kopiah, kain samping yang terbuat dari kain tenun Siak, Indragiri,
Daik, dan daerah-daerah di Riau lainnya.
Bahan Baju Kurung Cekak Musang berupa kain sutra, kain satin, atau
kain berkualitas tinggi lainnya. Sebagai perlengkapannya antara lain kopiah
dan kain samping. Sistem memakai kain samping ini ada dua macam, yaitu
ikat dagang dalam dan ikat dagang luar.
Pakaian resmi untuk perempuan dewasa adalah Baju Melayu Kebaya
Laboh dan Baju Kurung Cekak Musang. Bentuk Baju Kurung atau Kebaya
Laboh ini mengikuti bentuk tubuh si pemakai, namun tidak terlalu longgar dan
tidak terlalu sempit. Panjang baju perempuan yang masih gadis adalah tiga jari
di atas lutut, sedangkan untuk orang tua panjang bajunya tiga jari di bawah
lutut.
Pakaian tradisional yang dipakai pada saat upacara adat dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu pakaian untuk perempuan dan pakaian untuk laki-laki.
Pakaian upacara untuk perempuan yang masih gadis berbeda dengan
pakaian untuk perempuan yang sudah menikah. Jenis pakaian yang dipakai
untuk perempuan tua adalah Baju Kurung Tulang Belut. Sedangkan untuk
perempuan setengah baya dan gadis adalah Baju Kebaya Laboh Cekak
Musang berwarna hitam yang terbuat dari bahan sutra. Warna hitam pada
pakaian ini hanya dipakai pada waktu upacara adat penobatan raja, menteri,
atau datuk. Sedangkan untuk upacara adat yang lain, semisal upacara
penerimaan tamu agung atau pun upacara penerimaan anugerah, para
perempuan memakai baju berwarna kuning.
Melayu yang menghadiri upacara adat juga memakai sanggul. Sanggul
tersebut berbentuk sanggul joget, sanggul lipat pandan yang berhiaskan bunga
goyang di atasnya. Di sebelah kanan sanggul dihiasi jurai panjang dan di
sebelah kiri dihiasi jurai pendek.
8
Sumber : http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2663/pakaian-tradisional-melayu-riau.
9
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Pada bagian ini memuat mengenai gambaran cerita yang akan dijadikan
animasi 2D, menjelaskan deskripsi karakter yang ada dalam cerita, dan juga
jadwal kerja.
Konon, ada kisah Nenek Sakti menghadap Raja di Kerajaan Johor. Nenek
Sakti memohon untuk mendapat pembagian garam karena orang kampung
sangat memerlukannya. Ada yang hendak menggarami ikan untuk membuat
ikan asin, ada juga penduduk yang kehabisan garam untuk makanan sehari-
hari.
Menyembahlah Nenek Sakti, Harap diampun Tuanku Raja berdaulat.
Patik menyembah menyusun jari, menjunjung duli dihadapan Tuanku empunya
diri.
Nah apakah gerangan maksud Nenek Sakti? titah baginda Raja,
Kabarkanlah dengan pasti, moga-moga hajat Nenek Sakti dapat segera kami
penuhi.
Daulat Tuanku, Nenek Sakti memaparkan maksud kedatangannya.
Patik kabarkan ke bawah duli, tentang rakyat di ujung negeri sedang
kehabisan garam untuk keperluan sehari-hari. Garam juga amat diperlukan,
guna menggarami ikan labak-bilis dan teri begitu bertuah-ruah pada saat
sekarang ini. Ampun Tuanku, kiranya berkenan dihari Tuanku mohon patik
mendapatkan garam itu. Tidak boleh banyak, secupak-segantang pun cukuplah.
Dapat banyak dibagi sama banyak, bila sedikit sama-sama dicicipi.
Demikianlah harapan patik.
Sungguh bijak Nenek Sakti bertutur kata, enak didengar dan enak dirasa,
kata Raja Johor seraya tertawa gembira. Atas segala permintaan Nenek Sakti
itu kami penuhi. Jangankan garam yang diminta, uang dan ringgit pun kami
berikan. Sebab luluh juga rasa hati kami, mendengar tutur kata orang bijak.
10
Sembah permintaan orang baik perangai seperti Nenek Sakti, patut sungguh
kami penuhi.
Baginda Raja Johor itu pun memberikan Nenek Sakti garam seceper
penuh, sesuai dengan keperluan orang-orang kampung yang belum begitu
banyak jumlahnya ketika itu.
Nah manfaatkanlah seceper garam pemberian kami ini,titah baginda
sambil menyerahkan seceper garam itu kepada Nenek Sakti. Setelah
menggeleng-gelengkan kepala tanda gembira sekaligus terharu, baginda pun
bersabda,Sebenarnya tidaklah sampai hati kami, memberikan garam ini hanya
seceper untuk Nenek Sakti dengan keperluan orang sekampung. Tetapi apa
hendak dikata lagi, Cuma sebanyak inilah garam tersisa. Pesanan belum datang
dari negeri Jawa, kiriman dari Madura pun belumlah tiba.
Menyembah Nenek Sakti sambil menyambut garam sececer dari tangan
Raja Johor itu, Takzim Tuanku. Raja adil Raja disembah, Raja lalim Raja
disanggah. Besarlah terima kasih patik disertai rakyat sekampung-kampung,
inilah peribahasanya hati kerbau sama dipepah hati tungau sama pula
dicecah.
Singkat kisahnya, setelah Nenek Sakti memperoleh sececer garam
pemberian Raja Johor itu, berpikirlah beliau, Hendak dibagikan sama rata
rakyat sekampung-kampung, garam sececer ini tentulah tidak memadai.
Hendak dimiliki untuk diri sendiri, tamak-loba hukumnya, piker Nenek Sakti
dalam hatinya. Nah.takdir Tuhan jugalah hamba panjatkan doa. Ya Allah,
turunkanlah mujizat-Mu menjadikan garam sececer ini hamba-rakyat setia
mengabdi kepada rajanya. Sebab, hendak dibagi-bagikan sama rata pun
tidaklah mencukupi keperluan sehari-hari. Turunkanlah karunia-Mu ya Allah,
guna membalas budi Raja kami yang baik hati, bertenggang rasa, adil
bijaksana,sepah-serapah, kaul Nenek Sakti.
Atas kuasa dan kebesaran Allah SWT jugalah, segalanya bisa terjadi.
Disaat itu pula dengan serta-merta menjelmalah sebarisan rakyat dari sececer
garam anugerah raja itu. Mereka tunduk menyembah keharibaan Nenek
Sakti,Ampun Nenek sakti datuk-nenek kami, sumpah setia kami ingin
11
mengabdi dibawah duli Raja Johor junjungan Nenek Sakti, junjungan kami
juga,kata keenam orang jelmaan garam sececer itu kepada Nenek Sakti.
Ya, ikak-mike yang berenam kunamakan Orang Enam Suku yang
berdaulat di bawah duli Raja Johor,tukas Nenek Sakti, seraya
mempersembahkan mereka itu ke hadapan baginda Raja Johor di tahta
singgasana.
Menurut riwayat yang empunya cerita pula, setelah berada di hadapan
Raja Johor, bertanyalah baginda,Wahai Orang Enam suku yang setia di bawah
duli kami. Apa hendak kamu sekalian, mike katakanlah, pasti kami penuhi.
Ampun Tuanku, sembah Orang Enam Suku serentak,Sesuai dengan
asal patik dari sececer garam permintaan Nenek Sakti datuk-nenek kami.
Mohon, tempatkan patik yang enam ini pada sebuah kapal emas. Asal garam
ini dari laut, ke laut itulah pula tempat tinggal bangsa kamiOrang Enam
Suku.
Lalu sepakatlah Raja Johor dan Nenek Sakti, membangun kapal emas.
Selanjutnya, Orang Enam Suku itu pun berlayarlah sebagai pengawal pantai,
penjaga teluk-rantauan mengawasi selat dan menjamin keselamatan alam
lingkungan: kerang-ikan, pasir-pantai sarang penyu bertelur.
Konon itulah asal-muasal Orang Laut, puak Enam Suku yang menjadi
sebagian warga Pulau Batam sejak dahulu kala. Mereka bertempat tinggal di
sampan-perahu, suka berpindah-pindah dari sebuah tanjung ke teluk-rantau
lainnya lagi, sesuai dengan peredaran musim. Bila berhembus angin barat
mereka berteduh dalam teluk rantau sebelah timur, tiba musim utara pindah ke
selatan, dan pada musim angin selatan berlindung di utara. Perihal itu disebut,
sudah merupakan pusaka-baka Orang Laut-Mesuku yang Enam Suku.
Pesan Moral :
Orang Laut Enam Suku punya prinsip hidup yang leluasa, bebas dari
perasaan, tetapi sangat setia dan menaati kewajibannya. Mandiri dalam
memenuhi keperluan hidup, mampu menjaga keselamatan diri sendiri, dan
memiliki sifat pemberani.
12
Dalam cerita ini juga terkandung nilai-nilai pendidikan. Hal ini tergambar
dari sifat Nenek Sakti yang arif, tidak mementingkan dirinya sendiri dan Raja
Johor yang adil dan bijaksana, dan rasa kesetiaan dari Orang laut untuk
membalas guna.
2. Raja Johor
13
kepala tali pinggangnya, dan menggunakan kain
songket.
Kulit : Putih
3. Suku 1
Nama : Tapa
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sifat : Tegas, kuat, pantang menyerah.
Fisik : Berbadan tegap, tidak terlalu tinggi.
Pakaian : Memakai pakaian Melayu lengan panjang untuk
pakaian luarnya, kemudian memakai baju biasa
untuk bagian dalamnya, dengan celana panjang
di atas mata kaki, memakai kain songket, dan
menggunakan ikat kepala.
Kulit : Putih kecoklatan
4. Suku 2
Nama : Takur
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sifat : Tidak banyak bicara, murah senyum, rendah
hati
Fisik : Tinggi, sedikit kurus.
Pakaian : Memakai pakaian pajang yang tertutup, dengan
celana panjang yang dipadukan dengan kain
songket, dan menggunakan ikat kepala.
Kulit : Sawo matang.
5. Suku 3
Nama : Rabas
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sifat : Pendiam, murah senyum, pemaaf, sedikit keras
kepala.
14
Fisik : Tinggi dan tidak terlalu gemuk.
Pakaian : Memakai pakaian Melayu lengang panjang dan
terbuka, baju dalamnya menggunakan kaos,
menggunakan celana panjang serta songket, dan
ikat kepala.
Kulit : Putih
6. Suku 4
Nama : Tiaga
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sifat : Dermawan, banyak bicara, lincah.
Fisik : Badan cukup gemuk dan tidak terlalu tinggi.
Pakaian : Memakai pakaian Melayu yang terbuka dengan
lengan pendek, menggunakan kaos untuk baju
dalamnya, memakai celana pendek di bawah
lutut, dipadukan dengan memakai kain songket,
dan ikat kepala.
Kulit : Sawo matang
7. Suku 5
Nama : Andalas
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sifat : Pintar, aktif, ramah, sopan.
Fisik : Tinggi dan berbadan tegap.
Pakaian : Memakai pakaian Melayu lengan pajang yang
terbuka dengan kaos untuk baju dalamnya,
celana panjang di atas mata kaki yang
dipadukan dengan kain songket, dan
menggunakan ikat kepala.
Kulit : Putih
15
8. Suku 6
Nama : Parapati
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sifat : Lincah, banyak bicara, sopan
Fisik : Berbadan sedang tidak terlalu tinggi, sedikit
kurus, hidung mancung.
Pakaian : Memakai pakaian lengan panjang yang terbuka,
kaos untuk baju dalamnya, kemudian memakai
celana panjang dan kain songket, serta
menggunakan ikat kepala.
Kulit : Putih
16
Tabel 1 Jadwal Kerja
Minggu
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
A. Pra-Produksi
Menentukan Ide Cerita dan Konsep
Desain Karakter
Pembuatan Proposal
Presentasi Awal
Menyusun Naskah Cerita/Skenario
Concept Art (Sketsa Karakter, Properti,
dan Lingkungan Sekitar)
Pembuatan Storyboard
Recording (Merekam Suara Sesuai
Dialog Pada Naskah)
Sound Effect and Music
UTS
B. Produksi dan Pasca Produksi
Tracing Karakter dan Pewarnaan
Modeling 2D dan Penganimasian
Compositing and Editing
Presentasi Akhir
17
DAFTAR PUSTAKA
18