Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V

Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan


Bangsa yang Berkarakter
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS
Surakarta, 6 April 2013

MAKALAH POSTER
ISBN : 979363167-8
PENDAMPING (Kode : I-01)

Pewarna Alam Dari Ekstrak Tanaman Dan


Aplikasinya Di Usaha Kecil Menengah Tekstil Indonesia
Anastasia Wheni Indrianingsih1,*, Cici Darsih, Roni Maryana
1
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI Yogyakarta
(UPT BPPTK LIPI Yogyakarta) Gading, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta
*
Keperluan korespondensi, telepon: +62274-392570, Fax: +62274-391168, email:
anastasia_wheni_i@yahoo.com

ABSTRAK

Industri tekstil adalah sebuah industri yang banyak menggunakan pewarna.Sebagian


besar industri tekstil menggunakan pewarna sintetik karena lebih mudah diperoleh, kualitasnya
bagus, variasi warna banyak, dan tidak mudah luntur. Tetapi dari segi kesehatan dan
keamanan, limbah pewarna tekstil sintetik sangat berbahaya karena mengandung logam berat
seperti kromium (Cr), timah (Sn), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Logam-logam ini dapat bersifat
karsinogenik apabila terakumulasi dalam tubuh manusia. Disisi lain, penggunaan pewarna
alam dari ekstrak tanaman memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan pewarna sintetik
seperti aman untuk kesehatan manusia dan aman bagi lingkungan. Akan tetapi, ada beberapa
kelemahan dari pewarna alam seperti tidak mudah diperoleh di pasaran, tidak memilki banyak
variasi warna, dan mudah luntur apabila dibandingkan dengan pewarna sintetik. Dalam paper
ini akan kami membahas mengenai ketersediaan pewarna alam, ekstraksinya, dan aplikasinya
di Usaha Kecil Menengah (UKM) tekstil di Indonesia.

Kata kunci : pewarna alam, ekstrak tanaman, metode ekstraksi, industri tekstil

PENDAHULUAN dan berbahaya bagi lingkungan [2]. Salah


Penggunaan pewarna alam di satu contoh pewarna sintetik yang
industri-industri tekstil pada dasarnya telah digunakan dalam industri tekstil adalah
berkembang sejak beberapa tahun yang Orange II. Senyawa ini memiliki gugus
lalu. Akan tetapi penggunaan pewarna fungsional azo (-N = N-) dan tidak mudah
alam lambat laun digantikan oleh pewarna terdegradasi di lingkungan. Limbah yang
sintetik karena pewarna sintetik warna- dihasilkan dari proses produksi industri
warnanya lebih beragam, tidak mudah tekstil juga mengandung logam berat
luntur, mudah diproduksi, biaya produksi seperti kromium (Cr), timah (Sn), tembaga
untuk pewarnaan kain lebih mudah (Cu), dan seng (Zn). Karena dampak
dilakukan dan biayanya murah apabila negatif terhadap lingkungan dan kesehatan
dibandingkan dengan pewarna alam [1]. manusia, kepedulian penggunaan kembali
Pewarna sintetik ini bersifat karsinogenik pewarna alam harus didorong. Pewarna

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 682


ISBN = 979363167-8

alam dapat diperoleh dari tanaman, hewan, menghasilkan pewarna ini lebih panjang.
dan batu yang melimpah di lingkungan kita. Selain itu diperlukan metode tertentu untuk
Pewarna alam tidak menyebabkan alergi, memperoleh pewarna alam. Mengingat
tidak toksik, dan mudah terdegradasi bahwa kain yang diwarnai dengan
sehingga tidak menimbulkan pencemaran pewarana alam akan menghasilkan warna
lingkungan [3]. yang lebih eksotis, elegan dan juga ramah
Permasalahan pencemaran lingkungan, maka diperlukan cara untuk
lingkungan di daerah industri batik Solo dan mengetahui bagaimana mempopulerkan
Pekalongan (Jawa Tengah, Indonesia) pewarna alam di usaha kecil dan
karena penggunaan pewana sintetik dalam menengah yang bergerak bidang tekstil.
proses produksi, memunculkan ide untuk
menggunakan pewarna alam yang ramah HASIL DAN PEMBAHASAN
lingkungan. Meskipun keberadaan pewarna Ketersediaan Pewarna Alami.
alam sangat melimpah di lingkungan, tetapi
Indonesia memiliki banyak
pewarna ini memiliki beberapa kelemahan
tanaman sebagai sumber pewarna alam.
seperti mudah memudar, warna kurang
Beberapa tanaman yang biasa digunakan
beragam, dan waktu proses produksi untuk
untuk pewarna dapat dilihat Tabel 1.

Tabel 1. Sumber penghasil pewarna alam


Bagian tanaman yang
Tanaman(Nama latin) Warna
digunakan
Pisang (Musa paradidiaca)[5] Batang, tangkai buah Cokelat
Kayumanis [6] Kulit Cokelat
Merah, kuning,
Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) [7,14-17] Akar
cokelat
Tarum (Indigofera tinctoria Linn) [7,14] Daun Biru
Mundu [7] Daging buah Hijau
Manggis (Garciniamangostana L) [8-11,60] Daging buah Merah tua, ungu
Sirih (Piper sp.) [12] Daun Cokelat
Pinang (Areca catecha Linn ) [12-13] Buah Merah tua
Gambir (Uncaria gambir) [12,17] Daun, cabang muda Merah tua, hitam
Mangga (Mangifera indica Linn) [18] Daun Hijau
Sengon (Albizia falcataria) [19] Daun Hijau
Intsia bijuga [20] Kulit Cokelat
Mahoni (Switemia mahogany) [21] Kulit Cokelat
Teh (Camellia sinensis) [21] Daun Cokelat
Jati (Tectona grandis Linn) [2,13,22-23] Daun, limbah kayu Cokelat muda

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 683


ISBN = 979363167-8

Nanas (Ananas comusus) [13] Buah Merah


Pinang (Areca catecha Linn) [13] Biji buah muda Merah tua
Aren (Arenga pinata Merr) [13] Buah Cokelat
Soga (Berberis fortuner Lindl) [13] Akar, kulit Kuning
Kunyit (Curcuma longa L) [13] Rizoma Kuning
Jarak(Recinus commanis L) [13] Buah Hijau
Soga Tingi (Ceriops candolleana Arn) [14] Kulit Cokelat muda
Kunyit (Curcuma domestica) [14,17] Rizoma Kuning
Kesumba (Biza orellana L) [14,17] Biji Oranye, merah
Buah naga (Hylocereus undatus) [24] Kulit Merah
Urcaria gambir-Piper betle Linn ,Areca
Daun, biji Cokelat muda
catechw (kombinasi)[25]
Soga jambal (Pelthophorum ferruginum)[50] Kulit Cokelat
Jambu biji (Psidium guajava)[17] Daun Hijau muda
Secang (caesalpiria sappan) [26] Kulit Merah
Suji (Dracaena sp.) [27] Daun Hijau
Rumput laut (sea weed) [28] Kesuluruhan bagian Biru keabu-abuan
Akasia (Acacia catechu) [29] Kayu Cokelat
Kayu malam (Aporosa frutescens) [29] Kayu Merah
Plasa (Butea monosperma) [29] Bunga Kuning
Tegeran (Maclura cochinchinesis) [29] Kayu Kuning
Kawasan,Ki meong (Mallotus philipines) [29] Buah Oranye
Katapang (Terminalia catappa) [29] Kulit, daun, akar, buah Hitam
Tarum akar (Marsdenia tinctoria) [29] Daun Biru
Noja (Perstrophe bivolvis) [29] Daun, cabang muda Merah
Jirak (Symplocos) [29] Kulit Kuning

Metode Ekstraksi pelarut [30]. Dibutuhkan waktu


Proses ekstraksi digunakan untuk tertentu untuk perendaman.
mengekstrak pewarna dari tanaman. Bahan b. Perkolasi panas
biasanya pada umumnya dipotong kecil- Perkolasi panas dilakukan
kecil, dikeringkan, dan dibuat serbuk. menggunakan ekstraktor soxhlet
Metode ekstraksi yang biasa digunakan dengan pelarut organik seperti
yaitu : heksana, benzena, kloroform dan
a. Perkolasi dingin metanol dengan kenaikan polaritas
Proses ini dilakukan dengan [30,31,56,58]. Metode ini dilakukan
menggunakan beberapa pelarut dengan cara memenaskan sampel
seperti air, etanol atau kombinasi menggunakan satu pelarut atau

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 684


ISBN = 979363167-8

kombinasi pelarut pada suhu tertentu g. Super Critical Fluid Extraction


[10,11,26,29,31] atau sampai Metode ini merupakan
mendidih. Reflux juga adapat perkembangan signifikan dari
digunakan untuk proses ekstraksi. penggunaan teknologi konvensional
c. Kombinasi perkolasi panas dan dingin untuk proses ekstraksi [37]. Metode
Biasanya dalam metode ini,sampel ini mengguanakan CO2 sebagai
kering ditumbuk dan direndam dalam media untuk ekstraksi.Hal ini tidak
pelarut tertentu selama 4-24 jam dan berbahaya dan dan sedikit
kemudian dilanjutkan dengan menghasilkan limbah.
dipanaskan selama 30 menit h.Teknologi Ekstraksi Menggunakan
[3,32,33]. Microwave
d. Aqueous Method Proses ini adalah metode yang
Metode ini menggunakan air sebagai memeliki kecepatan tinggi dan
pelarut untuk ekstraksi. Sampel selektif untuk mengekstrak senyawa-
tanaman dalam bentuk serbuk senyawa dari bahan baku tertentu
kemudian direbus atau dipanaskan [37]. Teknologi ini menggunakan
pada suhu tertentu dalam air selama microwave sebagai sumber energy
waktu tertentu [35-37,55]. Metode ini selama proses ekstraksi dengan
biasa digunakan untuk ekstraksi pelarut tertentu. Kelebihan dari
karena merupakan proses yang metode ini adalah proses ekstraksi
paling ekonomis dan mudah lebih cepat, hasil yang diperoleh
meskipun kadang hasil dan ektrak kualitasnya bagus, dan energy yang
pewarna yang diperoleh sedikit. digunakan lebih rendah.
e. Metode menggunakan asam i. Ekstraksi ultrasonik
Metode ini dilakukan dengan Proses ini menggunakan peralatan
menggunakan asam seperti HCl [37- USG untuk mengekstrak pewarna
38], asam format [39], asam oksalat alam [42].
[40], dan asam asetat glasial [57] Metode ekstraksi yang biasa
dengan konsentrasi pelarut tertentu. digunakan untuk mendapatkan pigmen dari
Metode ini dapat dilakukan pada tanaman tergantung pada sifat pigmen.
suhu kamar dan juga dipanaskan Metode ekstraksi yang paling biasa
sampai suhu tertentu. digunakan di industri batik atau UKM batik
f. Metode menggunakan alkali di Indonesia adalah metode ekstraksi
Metode ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut air. Metode ini
menggunakan alkali sperti larutan mudah dan setiap orang dapat
jenuh Na2CO3 [41], NaOH [37] dan melakukannya. Selain itu, pelarut yang
lain-lain.Metode ini juga dapat digunakan dalam metode ini murah dan
dilakukan pada suhu seperti pada mudah diperoleh. Namun kerugian dari
metode menggunakan asam. penggunaan metode ini adalah ekstrak

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 685


ISBN = 979363167-8

pewarna alam yang dihasilkan mudah dan nilon dapat dilihat pada gambar 1 dan
berjamur apabila ke dalam ekstrak tidak 2.
ditambah bahan kimia sebagai pengawet
dan tidak disimpan dengan benar. Apabila
pewarna alam akan disimpan dalam bentuk
pasta, pelarut harus diuapkan terlebih
dahulu menggunakan teknik tertentu. Salah
satu teknik penguapan yang dapat
digunakan adalah dengan pengovenan.
Akan tetapi hal ini menjadi permasalahan
yang dihadapi oleh UKM batik di Indonesia Gambar 1. Formasi senyawa kompleks
karena tidak semua UKM memiliki oven. alizarin-kromium [49]

Ikatan Kimia
Pewarna alam tidak dapat
berikatan langsung dengan kain untuk
menghasilkan warna. Dibutuhkan jembatan
yang dapat menghubungkan antara
pewarna alam dengan kain. Pada proses
pencelupan kain, jembatan tersebut disebut
mordant [45]. Mordant berfungsi menjadi
penghubung antara kain dengan pewarna
alam dengan membentuk jembatan kimia
yang tidak larut air. Hal ini meningkatkan
Gambar 2. Ikatan hydrogen antara
kemampuan pewarnaan dengan
pewarna dan Nylon-6 [49]
meningkatkan ketahanan terhadap
kelunturan [46]. Mordant biasanya dalam
Aplikasi di Usaha Kecil Menengah
bentuk garam [47,48]. Pengguanaan
(UKM)Tekstil Indonesia
mordant yang berbeda apada proses
Di Indonesia terdapat banyak
pencelupan kain akan menghasilkan warna
usaha industri tekstil, terutama yang dikenal
yang berbeda. Keberadaan gugus
dengan nama batik. Batik sudah menjadi
fungsional pada pewarna menyebabkan
salah satu trade mark kain tradisional dari
pewarna dapat mengikat ion logam. Pada
Indonesia dan banyak dimanfaatkan
umumnya gugus fungsional hidroksil atau
sebagai seragam nasional Indonesia.
gugus karbonil, nitroso, atau gugus azo
Industri batik Indonesia berkembang
bertanggungjawab untuk berikatan
dengan pesat karena meningkatnya
koordinasi dengan mordant [49]. Beberapa
kebutuhan batik di pasar lokal dan luar
contoh ikatan pewarna dengan ion logam
negeri. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 686


ISBN = 979363167-8

total industri batik dan produk yang Di Pajimatan, Girirejo, Imogiri ada
dihasilkan dari tahun ke tahun. Sebagai juga UKM batik yang sudah menggunakan
gambaran, pada tahun 2010, nilai produksi pewarna alam. Bahan baku yang biasa
industri batik mencapai Rp 732,67 miliar, digunakan untuk pewarna alam diambil dari
naik 13% dari tahun 2009 yaitu sebesar Rp daun, batang, dan buah-buahan yang ada
648,94%. Dan jumlah unit industri batik di lingkungan. Warna-warna yang diperoleh
meningkat sebesar 13, 72% dari tahun adalah hitam, coklat, dan kuning.
2008-2010 [34] 3. Desa Galur, Kulon Progo, Yogyakarta
Industri batik d Indonesia sebagian [53]
besar masih menggunakan zat pewarna Pengusaha batik Alis Widodo
sintetik dalam pewarnaannya. Namun ada menggunakan zat pewarna alam untuk
beberapa yang sudah menggunakan usaha batiknya. Warna sogan belakangan
pewarna alam dalam proses pencelupan diketahui berasal dari hasil rebusan kulit
kain batik. Di bawah ini akan diuraikan batang pohon mahoni. Sementara itu,
beberapa UKM batik di Indonesia yang warna hitam diperoleh dari campuran
sudah menggunakan pewrana alam. antara sogan dan biru. Warna biru
1. Kabupaten Cirebon dihasilkan dari tanaman indigo atau dikenal
Di daerah Trusmi, Cirebon terdapat sebagai daun tom Indigofera tinctoria.
Industri Kecil Menengah (IKM) batik Warna ini diperoleh dari hasil fermentasi air
Bapak Kama [4]. IKM ini memilki batik rendaman daun tom yang mengalami
motif mega mendung dan menggunakan oksidasi setelah dicampur dengan
pewrana alam dan sintetik. Masalh yang gamping. Daun mangga juga diolah
dihadapi oleh IKM batik ini adalah belum sehingga menghasilkan warna hijau muda.
adanya riset pewarna alam di Cirebon, Sementara itu, buah pinang menghasilkan
terbatasnya bahan baku pewarna alam warna merah, dan kotoran sapi
yang ada di daerah setempat, dan menghasilkan warna kuning emas.
terbatasnya jaringan pemasaran. 4. Kabupaten Probolinggo [14]
2. Kabupaten Bantul Tumbuhan yang banyak digunakan
Yogyakarta terkenal dengan batik. adalah kayu mahoni (Swietenia mahagoni
Salah satu tempat yang memiliki banyak (L.) Jacq.), dan tarum (Indigofera tinctoria
UKM batik adalah Kabupaten Bantul. Di L.). Bagian tanaman yang banyak
desa Wukirsari, terdapat Batik Giriloyo digunakan adalah daun. Warna yang
[53]. UKM ini menggunakan pewarna dihasilkan dari bagian tanaman tersebut
alamdalam proses pencelupan. antara lain cokelat, merah, hijau, biru,
warnacokelat diperoleh dari kombinasi jingga, kuning, kecoklatan, hitam, kuning,
soga (Pelthophorum ferruginum), tingi krem, ungu, merah muda, dan abu-abu.
(Ceriops tagal), tegeran (Maclura Pengolahan bagian tanaman agar menjadi
cochinchiinesis), dan lain-lain. pewarna alam dalah dengan cara direbus.
Sumber bahan baku pewarna alam untuk

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 687


ISBN = 979363167-8

batik di kota Probolinggo yaitu 49% dengan penelitian bisa membantu melakukan
cara membeli, 25% budi daya sendiri, 23% penelitian yang lebih mendalam tentang zat
dari tanaman liar dan 3% dengan warna alam.
memanfaatkan sampah.
6. Kabupaten Pekalongan KESIMPULAN
Harris Riadi dengan inovasi Berbagai jenis tanaman penghasil
terbarunya sebagai pencipta Batik pewarana alam dapat diperoleh di
Mbeling memanfaatkan rumput laut yang Indonesia. Dengan menggunakan metode
menghasilkan warna abu-abu untuk ekstraksi yang tepat, diharapkan dapat
mewarnai batik. diperoleh ekstrak zat warna alam yang
7. Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur [53] maksimal dan memilki kulitas yang bagus
Para pengrajin kain tenun di Pulau sehingga dapat dimanfaatkan oleh UKM
Alor mewarnai benang dengan zat pewarna tekstil di Indonesia. Sebagian besar
dari tumbuh-tumbuhan. Warna hijau pewarna alam juga telah dimanfaatkan
dihasilkan dari daun pepaya, kuning dari UKM batik karena kelebihan yang
kunyit, dan dari daun nila. Proses dimilikinya. Peran serta pemerintah dalam
pewarnaan memakai cara tradisional mendorong para UKM batik untuk
seperti digoreng di atas kuali atau menggunakan pewarna alam perlu
penggorengan. digalakkan seperti pemberian pelatihan,
Partisipasi dibutuhkan dalam semua pameran, dan workshop. Selain itu, peran
aspek pengembangan pewarna alam. serta sektor perbankan, swasta,
Pemerintah harus berpartisipasi dalam universitas, dan lembaga penelitian sangat
pengembangan UKM batik ini, seperti diperlukan untuk pengembangan dan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk pemasaran batik pewarna alam.
lebih mempromosikan batik dengan
pewarna alam melalui pameran dan UCAPAN TERIMAKASIH
workshop. Pemerintah juga dapat Terimakasih kepada UPT BPPTK LIPI
mengenalkan pewarna alam kepada UKM Yogyakarta yang telah memfasilitasi dalam
batik yang belum menggunakannya dengan pembuatan karya tulis ini.
memberikan pelatihan-pelatihan, workshop,
dan pendampingan terhadap UKM. Selain DAFTAR RUJUKAN
itu, sektor perbankan juga harus berperan
[1] Haji, Aminoddin,2010, Iran J. Chem.
dalam pengembangan UKM dengan cara
Eng.,Vol. 29, No. 3.
memberikan fasilitas kredit modal, Dinas
[2] I. Ruwana, 2008, Teknologi dan
Pertanian dan Kehutanan untuk
Kejuruan, Vol. 1 No. 1, 75-86.
membudidayakan pohon-pohon dan
[3] A. Inayat, S. R. Khan, A. Waheed, F.
tanamn yang berpotensi untuk dijadikan
Deeba, 2010, Proc. Pakistan Acad.
sebagai sumber pbahan baku pewarna
Sci., 47(3):131-135.
alam, dan universitas ataupun lembaga

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 688


ISBN = 979363167-8

[4] A. Moiz, M. A.Ahmed, N. Kausar, K. [18] D. Suheryanto, 2010, Prosiding,


Ahmed, M. Sohail, 2010, Journal of Seminar Rekayasa Kimia dan Proses,
Saudi Chemical Society, 14, 69-76, ISSN : 1411-4216.
[5] E. Kwartiningsih, A. Andani, S. [19] D. Kusriniati, E. Setyowati, U. Achmad,
Budiastuti, A. Nugroho, F. Rahmawati, 2008, Teknobuga, Vol. 1 No.1.
2010, Ekuilibrium, Vol. 9 No. 1, 5-10. [20] U.R. Indah,I. K. Murwani, D.
[6]http://berita.liputan6.com/read/136792/ak Presetyoko, 2010, Prosiding Tugas
ar-tumbuhan-bisa-menjadi-pewarna- Akhir Semester Ganjil 2009/2010,
kain-batik Prosiding Kimia FMIPA ITS.
[7]http://www.indonesia.travel/id/destination [21] S. Ramadhan, T. Husniati, W.A. Salis,
/512/sumenep/article/103/batik- Y. Istiqomah, 2009, Proposal, Sekolah
madura-menemukan-kain-batik- Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.
gentongan-yang-cerah-dan-unik [22] A. Mahayana, Jurnal Kimia dan
[8] F. Ulfah, 2007, Skripsi, Universitas Teknologi, ISSN 0216 163 X,
Negeri Malang. http://124.40.250.43/jurnalteknik/image
[9] Asep M. Samsudin, Khoiruddin, s/files/Naskah%20Argoto(1).pdf.
www.eprints.undip.ac.id/763/ [23] O.Siti R., A. Nawawi, R. Emran, Studi
[10] F. M. Andini, 2011, Laporan Tugas http://bahan-alam.fa.itb.ac.id.
Akhir, Universitas Diponegoro. [24] R. Wulandari, 2011, Laporan Tugas
[11] E. Kwartiningsih, D.A. Setyawardhani, Akhir, Pengujian Zat Warna Dari Kulit
A. Wiyatno, A. Triyono, 2009, Vol. 8, Buah Naga Dengan Menggunakan
No. 1,41 47. Spektrofotometer Optima SP-300.
[12] N. W. Bogoriani, 2010, Journal of [25] N.W. Bogoriani, A. A. Bawa Putra,
Chemistry 4 (2),125-134. 2009, Jurnal Kimia 3 (1), 21-26.
[13] www.plh_smk.or.id/jasa_pewarna.html. [26] Murbantan, A. Mustafa, M. Rosjidi, H.
[14]http://lib.uin- Saputra, Prosiding Seminar
malang.ac.id/thesis/chapter_ii/076200 Peningkatan Daya Saing Nasional
10-mudrika.ps Melalui Pemanfaatan Sumber Daya
[15] Rendra Yuliastrika, 2008, Skripsi, Alam Untuk Pengembangan Produk
Universitas Negeri Malang. dan Energi Alternatif, ISSN 1410-9891.
[16] Hamid, Tilani, Muhlis, Dasep, 2005, [27] T.F. Hutajulu, E.S. Hartanto, Subagja,
Jurnal teknologi, Fakultas 2008, Jurnal Riset Industri, Vol. 2,
TeknikUniversitas Indonesia, Vol.19 No.1, 44-55.
No.2, 163-170. [28]http://www.pekalongankota.go.id/index.
[17]http://grosirpekalongan.blogspot.com/2 php?option=com_content&view=article
009/05/pengetahuan-dasar-pewarna- &id=853:warna-alami-dari-rumput-
alam-batik.html. laut&catid=82:terkini.
[29] B. Sobandi, Zat Warna Alam

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 689


ISBN = 979363167-8

[30] S. Oberoi, L. Ledwani, 2010, Arch. Urbaniak-Walczak K, 2003, Anal Lett


Appl. Sci. Res., 2 (4):68-71. 36:12111229.
[31] H. Goodarzian, E. Ekrani, Appl. Sci. J., [44] H. Schweppe, 1979, J. Am. Inst.
9(4), 434-436, 2010. Conserv. 19:1423.
[32] P. A. G. Wanyama, B. T. Kiremire, P. [45]R. Siva, 2007, Current Science, Vol. 92
Ogwok, J. S. Murumu, 2010, Afr. J. No. 7.
Pure Appl. Chem., Vol. 4(10): 233-239. [46] S. Janhom, P. Grittiths, R. Watanesk,
[33] W.Y. W. Ahmad, N. Saim, M.A.M.Nor, S. Watanesk, 2004, Dyes and
M.I.A. Kadir, M. R. Ahmad, Pigments, 63, 231-237.
http://www.biotek.gov.my/nbs2010/pro [47] P. Kongkachuchay, A. Shitangkoon, N.
gram/poster/ind/abstract/C23%20Wan Chinwongamoin, 2002, Science Asia
%20Yunus%20Wan%20Ahmad%20Ui 28, 161-166.
TM.pdf. [48] Kulkarni S.S., Gokhale A.V, Bodake
[34] P. Mishra, V. Patni, 2011, African U.M, Pathade G.R., 2011, Universal
Journal ofBiochemistry Research Vol. Journal of Environmental Research
5(3), 90-94. and Technology, Volume1, Issue 2:
[35] N. Grover, V. Patni, 2011, Indian 135-139.
Journal of Natural Products and [49] P. S. Vankar, 2000, Chemistry of
Resources Vol. 2(4), 403-408. Natural Dyes, Resonance, October,
[36] D. Jothi, 2008, Autex Research 73-80.
Journal, Vol. 8, No2, June 2008, 49- [50] S. Ali, 2007, Dissertation, Dept. Of
53. Chemistry, Univ. Of Agriculture,
[37] www.dsir.gov.in Faisalabad, Pakistan.
[38] Wouters J, Verhecken A (1989) Stud [51]http://www.kemenperin.go.id/jawaban.p
Conserv 34:189 200. hp?id=4378-25091.
[39] Zhang X, Laursen RA (2005) Anal [52] http://batiktulisgiriloyo.blogspot.com/
Chem 77:2022 2025. [53] http://berita.liputan6.com/read/146108
[40] Guinot P, Andary C, 2006, 25th [54] H. Zhou, L. Wu, Y. Gao, T. Ma, 2011,
Meeting of Dyes in History and Journal of Photochemistry and
Archaeology, Suceava, Romania. Photobiology A: Chemistry 219, 188
[41] M. M Alam, M. L. Rahman and M. Z. 194.
Haque, Bangladesh J. Sci. Ind. Res. [55] Kulkarni S. S., Bodake U. M., Pathade
42(2), 217-222, 2007. G. R., Universal Journal of
[42] V.Sivakumar, J. L. Anna, J. Environmental Research and
Vijayeeswarri, G. Swaminathan, 2009, Technology, 2011 Vol 1, 58-63.
Ultrasonics Sonochemistry, 16, 782 [56] P. Suabjakyong, S. Romratanapun, N.
789. Thitipramote, 2011, Journal of the
[43] Surowiec I, Orska-Gawrys J, Biesaga Microscopy Society of Thailand 4 (1),
M, Trojanowicz M, Hutta M, Halko R, 13-15.

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 690


ISBN = 979363167-8

[57] H. U. Jan, Z. K. Shinwari, K. B.


Marwat, 2011, Pak. J. Bot., 43(5):
2597-2600.
[58]http://www.kemenperin.go.id/artikel/871
/Nilai-Produksi-Batik-Bisa-Capai-Rp1-
T
[59] D. Malik, Prosiding Seminar
Peningkatan Daya Saing Nasional
Melalui Pemanfaatan Sumber Daya
Alam Untuk Pengembangan Produk
dan Energi Alternatif, ISSN 1410-9891.
[60]http://www.ukmptk.com/~artikel/bisnis/b
erkat-batik-raup-omzet-miliaran-
rupiah-bulan
[61] http://bantulbiz.com/id/berita_baca/idb-
108.html.

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 691

Anda mungkin juga menyukai