Anda di halaman 1dari 9

Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah") adalah

sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk
menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera tertutup sedimen.
Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang
terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La
Brea di Kalifornia. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata
masih ada disebut fosil hidup. Fosil yang paling umum adalah kerangka yang
tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang. Fosil jaringan lunak sangat jarang
ditemukan.Ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi, yang juga merupakan
cabang ilmu yang direngkuh arkeologi.

Apa Itu Fosil?


Fosil dapat berumur semuda 10.000 tahun, atau setua 3,5 miliar tahun. Fosil dapat
sebesar Seismosaurus, atau sekecil amoeba. Fosil bisa berupa mamut beku Siberia
yang ditemukan lengkap dengan rambut, atau hanya berupa jejak. Fosil dapat
berisi material dari organisme aslinya, atau tidak sama sekali. Jadi apa itu fosil?

Fosil adalah sisa-sisa atau bukti kehidupan dari waktu geologi sebelumnya
/ purba. Pada umumnya semua fosil memberi kita petunjuk tentang dunia lampau.
Berkat fosil, kita tahu bahwa berbagai bentuk kehidupan telah menduduki planet
ini. Fosil menceritakan kita bahwa kehidupan telah berkembang dari waktu ke
waktu. Fosil telah berkontribusi dalam penyusunan skala waktu geologi.

Dua Jenis Umum Fosil


Fosil tubuh / body fossils - ahli paleontologi mendefinisikan sebagai fosil-fosil
yang terdiri dari sisa-sisa material organisme aslinya, seperti; cangkang, tulang,
dan gigi. Dimana tulang sebagai bagian keras dan jaringan organik sebagai bagian
lunak. Mereka juga mendefinisikan hewan tanpa tulang sebagai organisme
bertubuh lunak. Istilah-istilah ini adalah cara yang berguna untuk membedakan
tulang dan jaringan hewan.

Fosil jejak / trace fossils - ahli paleontologi mendefinisikan sebagai fosil-fosil


yang dibentuk oleh aktivitas atau perilaku organisme pada jaman dulu, seperti;
jejak, jalur, liang, pengerekan, sarang, dan koprolit (fosil kotoran). Setiap sisa-sisa
organisme dan segala macam jalur atau jejak, bahkan jika ahli paleontologi tidak
dapat mengidentifikasinya sebagai tanaman atau aktivitas hewan, akan memenuhi
syarat sebagai fosil jika itu dibentuk oleh suatu bentuk kehidupan dari waktu
geologi sebelumnya.

Pada umumnya fosil berumur sangat tua, jutaan dan kadang-kadang lebih dari satu
miliar tahun, namun secara teknis setiap sisa-sisa atau bukti kehidupan yang
berumur lebih dari sekitar 10.000 tahun adalah fosil.
Yang jauh lebih penting adalah bagaimana cara objek dipelajari. Tidak peduli
berapa umur sebuah objek, jika dipelajari dengan cara yang sama sebagai fosil
yang berumur tua, sebagai sesuatu yang berasal dari batuan, maka sering dianggap
sebagai fosil. Dengan demikian, dikarenakan jasad beku manusia es yang
ditemukan beberapa tahun lalu di Pegunungan Alpen dipelajari dengan metode
biologi dan antropologi, sebagian besar ahli paleontologi tidak akan menganggap
manusia es tersebut sebagai fosil. Di sisi lain, seorang ahli paleontologi tertarik
menafsirkan interaksi antara organisme dan lingkungan tempat tinggal mereka,
mungkin dengan mempelajari cangkang modern seolah-olah sebagai fosil, bahkan
jika suatu organisme mati hanya beberapa hari yang lalu. Subfossil adalah istilah
yang kadang-kadang digunakan untuk sisa-sisa organisme yang baru saja mati jika
ingin dipelajari seolah-olah sebagai fosil.

Mahluk Hidup / Organisme yang Terfosilkan


Fosil Invertebrata
Sejauh ini jumlah terbesar ahli paleontologi adalah mereka yang mempelajari fosil
invertebrata, fosil organisme yang tidak memiliki tulang belakang. Hal ini
dikarenakan jenis-jenis fosil invertebrata yang melimpah dan terawetkan dengan
baik di berbagai jenis batuan, berasal dari berbagai jenis organisme, kebanyakan
hidup dalam rentang waktu geologi yang panjang; dan karena jenis fosil ini sering
terawetkan secara keseluruhan (bukan sebagai fragmen).

Fosil Vertebrata
Fosil-fosil hewan bertulang belakang, seperti; ikan, amfibi, berbagai kelompok
reptil, burung, dan mamalia - adalah contoh dari fosil vertebrata. Tulang dan gigi
organisme jenis ini adalah bagian terkeras dari beberapa bagian tubuh lainnya, dan
dengan demikian bagian tersebut cenderung tahan terhadap erosi, sehingga fosil
vertebrata sering ditemukan hanya berupa tulang-tulang dan gigi-gigi nya saja.
Seorang ahli paleontologi vertebrata akan mendapatkan informasi lebih banyak
dari kerangka yang terawetkan secara utuh dibandingkan dari tulang-belulang dan
gigi-gigi yang terpisah.

Fosil Mikro
Ahli paleontologi menggunakan mikroskop untuk mempelajari segala macam
fosil, bahkan tulang-tulang dinosaurus raksasa yang mungkin berukuran lebih dari
beberapa meter dan memiliki berat puluhan kilogram. Sebuah mikrofosil adalah
salah satu yang dapat dipelajari dengan mikroskop karena ukurannya yang sangat
kecil. Mereka yang mempelajari fosil mikro disebut micropaleontologists, dan
banyak dari mereka bekerja untuk perusahaan minyak karena fosil mikro berguna
untuk menentukan usia batuan, dan cenderung menjadi satu-satunya jenis fosil
yang menjadi alasan ketika sumur minyak dibor.
Bakteri yang terawetkan sebagai fosil jauh lebih banyak daripada yang
diharapkan, mungkin karena bakteri begitu berlimpah, keras dan karena mereka
dapat mengubah lingkungan mereka dengan cara yang signifikan. Studi tentang
interaksi bakteri dengan batuan disebut geobiologi - merupakan salah satu bagian
dari ilmu geologi yang menjanjikan dan sedang berkembang pesat saat ini.
Fosil Tanaman
Sebagian besar jenis tanaman tidak memiliki cangkang apapun seperti yang
dimiliki hewan, meskipun beberapa jenis rumput memiliki butiran opal kecil yang
kadang dapat merusak gigi hewan pemakan rumput. Kemungkinan tanaman
terfosilkan sangatlah tipis, tetapi jika berada pada kondisi yang tepat, sebuah
tanaman bisa terfosilkan. Ukuran batang pohon dan kelimpahan daun sangat
berkontribusi terhadap kelimpahan catatan fosil tanaman. Batang pohon yang
berukuran besar dapat memfosil sebelum membusuk; begitu pula halnya daun,
jika terakumulasi dalam jumlah banyak pada satu lingkungan, daun-daun tersebut
dapat mengubah lingkungan sehingga dapat meningkatkan kemungkinan fosilisasi
mereka.
Satu fakta yang mengejutkan adalah bahwa meskipun organisme vertebrata dan
tanaman saling ketergantungan dalam banyak hal, merupakan hal yang sedikit
tidak lazim jika menemukan kedua fosil vertebrata dan tanaman terawetkan
bersama dalam jenis batuan yang sama. Kondisi yang diperlukan untuk fosilisasi
keduanya cukup berbeda, oleh karena itu tidak mungkin terjadi bersamaan.
Meskipun kita tahu bahwa mereka umumnya tinggal bersama, di tempat yang
sama.
Palynomorphs
Bagian ini lebih fokus mempelajari apa pun yang berukuran kecil sebagai spora
atau butiran serbuk sari yang terawetkan pada batuan dalam jangka waktu geologi
yang lama, disebut Palynology. Fosil serbuk sari cukup melimpah dan cukup
resisten, ahli paleontologi membedakan fosil serbuk sari dari "fosil tanaman"
meskipun keduanya tentu saja merupakan satu bagian. Berbagai jenis tanaman
memiliki berbagai jenis spora dan serbuk sari yang dapat dibedakan dengan
mempelajarinya dibawah mikroskop. Fosil spora dan serbuk sari memberikan
banyak informasi tentang sejarah evolusi tanaman dan lingkungan pengendapan.
Bagaimana Fosil Terbentuk?
Ahli paleontologi sering berhubungan dengan orang-orang yang menemukan fosil
dan ingin tahu lebih banyak tentang fosil. Salah satu pertanyaan pertama yang
mereka tanyakan adalah, "Has it been fossilized?" Ingat bahwa fosil adalah sisa-
sisa atau bukti kehidupan dari waktu geologi sebelumnya. Anything that keeps the
remains from being destroyed by geological processes is a type of fossilization.
Permineralisasi
Pada umumnya tulang memiliki pori dengan derajat yang beda-beda. Tulang yang
berpori adalah tulang manusia dan cangkang-cangkang dari berbagai jenis hewan
invertebrata. Ketika air tanah merembes masuk ke dalam fosil berpori, biasanya
air akan mengendapkan material mineral ke dalam pori-pori, proses ini disebut
sebagai permineralization. Material endapan dari proses ini dapat berkomposisi
sama seperti tulang yang ditempatinya, atau dapat sangat berbeda.
Petrifikasi
Secara harfiah, petrifikasi berarti pembatuan (beralih ke batu). Penggunaan kata
ini menyiratkan bahwa suatu zat yang membatu harus dimulai tanpa mineral yang
keras. Artinya, organisme yang terpetrifikasi adalah organisme yang bertubuh
lunak. Petrifikasi adalah proses dimana bagain lunak dari objek terubah dengan
mineral, contohnya mineral silika dalam bentuk mikrokristalin kuarsa, kalsit atau
kadang-kadang apatit - mineral kalsium fosfat dengan campuran beberapa elemen
lain, terutama fluorine. Contoh fosil yang mengalami petrifikasi adalah fosil kayu
/ petrified wood - kayu yang membatu.
Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah proses fosilisasi dimana satu jenis mineral mengkristal ke
berbagai jenis mineral lainnya. Contohnya pada cangkang yang tersusun dari
mineral aragonit, dalam proses fosilisasinya mineral tersebut akan
merekristalisasikan mineral kalsit. Kebanyakan keong, kerang, kelompok cumi,
dan koral dari era Mesozoikum dan Kenozoikum memiliki kerangka yang
tersusun dari mineral aragonit. Aragonit dan kalsit memiliki komposisi kimia
yang sama (CaCO3), akan tetapi kalsit memiliki struktur kristal yang stabil.
Casts dan Molds
Cast dan mold adalah bentuk tiga dimensi dari hasil pengawetan suatu organisme.
Proses fosilisasi ini dimulai ketika suatu cangkang/kerangka organisme
terperangkap dalam batuan sedimen. Sebagian besar dari kerangka ini terdiri dari
zat-zat yang mudah larut dalam air berkarbonasi. Pada umumnya proses fosilisasi
ini terjadi pada batuan yang berpori, contohnya batupasir. Sifat batuan yang
berpori memudahkan air berkarbonasi untuk melarutkan cangkang dan jaringan
asli dari organisme. Cast adalah bentuk cetakan bagian eksternal organisme,
sedangkan mold adalah bentuk negative imprint dari permukaan organisme.
Karbonisasi
Terkadang suatu jasad organisme terkubur dengan cepat sebelum membusuk.
Suksesi lapisan sedimen terendapkan dengan cepat di atasnya, membuat jasad
organisme terkubur lebih dalam. Kemudian, semua material yang mudah
menguap terpanaskan oleh panas bumi, dan menyisahkan carbon film. Fosil daun
merupakan contoh terbaik dari proses ini.
Mumi
Mumi Firaun Mesir yang terawetkan dalam piramida tidak dianggap sebagai fosil
biasanya, meskipun proses fosilisasinya sama dengan sisa-sisa organisme kuno
lainnya. Ahli paleontologi beranggapan bahwa mumi terbentuk karena proses
pengeringan yang cepat sebelum jasad mumi tersebut membusuk. Proses fosilisasi
seperti ini jarang ditemukan, dan hanya terjadi pada daerah dengan kondisi yang
sangat kering (mis; gurun atau goa). Mumi tidak bertahan lama, maka dari itu
tidak ada mumi yang berumur sangat tua. Perubahan iklim, goa yang runtuh, dan
serangan bakteri dapat menghancurkan mumi.
Frozen Mammoth
Pembekuan adalah jenis khusus dari proses mumifikasi. Lebih spektakuler lagi,
fosil yang dihasilkan dari pembekuan tidak mengalami pengeringan. Pada tahun
1900 beberapa orang berburu fosil gading dari taring mammoth di Siberia Utara,
dan mereka menemukan fosil mammoth yang tertanam dalam permafrost (lapisan
es abadi) di tepi sungai. Dalam beberapa tahun terakhir para ilmuwan melakukan
projek untuk menghasilkan mammonth hidup dengan cara mengumpulkan DNA
mammoth beku dan menggabungkannya dengan DNA gajah. Sejauh ini projek
tersebut tidak menghasilkan banyak kemajuan, para ahli masih optimis, projek ini
masih dianggap sesuatu yang menarik, yang suatu saat akan menghasilkan
penemuan-penemuan baru.
Fosil Amber
Amber adalah fosil getah pohon. Beberapa jenis pohon, bila kulit atau batangnya
terkupas, pohon tersebut akan mengeluarkan cairan getah. Mekanisme tersebut
yang membuat serangga terperangkap dalam getah. Amber tertua adalah yang
pernah ditemukan di midcontinent Amerika Utara yang berumur sekitar 300 juta
tahun.
Phosphatic fossilization
Mineral yang kaya akan fosfat, terutama mineral kalsium fosfat, terkadang
menembus masuk ke ruang pori pada batuan, dan membentuk nodul fosfat. Ketika
hal tersebut terjadi, pengawetan bisa terjadi dengan sangat baik. Serat otot ikan,
larva invertebrata, dan bahkan semua individual bakteri bisa terawetkan dengan
proses ini.

Menurut definisi terluasnya, fosil adalah sisa mahluk hidup yang hidup dulu sekali
dan masih ada hingga hari ini karena terawetkan oleh keadaan alam. Fosil-fosil
yang sampai kepada kita adalah bagian-bagian tubuh suatu organisme, atau sisa-
sisa yang ditinggalkan saat mahluk hidup terkait masih hidup (yang terakhir ini
disebut fosil jejak). Fosil terbentuk ketika binatang atau tumbuhan mati
terawetkan sebelum sempat membusuk sempurna, lalu menjadi bagian dari batuan
endapan Bumi. Agar proses pemfosilan berlangsung, binatang atau tumbuhan
harus cepat-cepat terkubur-biasanya dengan cara dibungkus lapisan lempung.
Secara umum, hal itu diikuti oleh proses kimiawi, dengan mana pengawetan
terjamin lewat cara perubahan mineral yang terjadi pada jaringan-jaringan asli.

Fosil adalah petunjuk terpenting rincian kehidupan prasejarah. Dari berbagai


kawasan dunia, ratusan juta fosil telah diperoleh dan semuanya memberikan
sebuah jendela untuk melihat sejarah dan struktur kehidupan di Bumi. Jutaan fosil
menandakan bahwa spesies-spesies muncul mendadak, terbentuk sempurna dan
beserta struktur rumitnya, dan tidak mengalami perubahan apapun selama jutaan
tahun setelah itu. Inilah bukti penting bahwa kehidupan dimunculkan dari
ketiadaan-dengan kata lain, kehidupan itu diciptakan. Spesimen-spesimen fosil
yang dinyatakan para evolusionis sebagai fosil antara sedikit jumlahnya dan
ketidaksahihannya telah dibuktikan secara ilmiah. Pada saat yang sama, sebagian
spesimen yang digambarkan sebagai fosil antara telah terungkap sebagai
pemalsuan, menunjukkan bahwa para Darwinisdemikian berputus asa sampai-
sampai berpaling ke penipuan.

Anda mungkin juga menyukai